Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN

SISTEM KEGAWATDARURATAN
KEJANG DEMAM

Di Susun oleh :

Khalid Alfiady 10214033


Rany Dwi lestari 10214035
Purwo Jati Kanaka 10214036

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kejang
Demam”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kegawat Daruratan
di IIK Bhakti Wiyata Kediri.Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun demi perbaikan sangat
kami harapkan. Akhir kata, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, baik
mahasiswa maupun masyarakat sebagai tambahan wawasan pengetahuan.

Kediri, Mei 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Definisi ...................................................................................................... 3
B. Etiologi ...................................................................................................... 3
C. Manajemen Penanganan............................................................................ 4
D. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................ 6
E. Penatalaksanaan ........................................................................................ 7
F. Kasus Kejang Demam ............................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
B. Saran .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang demam ialah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rectal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kranium.Sering
dijumpai pada anak terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4
tahun.Hampir 3% daripada anak yang berumur dibawah lima tahun pernah
menderitanya(Millichap,2000). Wegman (2002) dan Millichap (2003) dari
percobaan binatang berkesimpulan bahwa suhu yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya bangkitan kejang.Terjadinya bangkitan kejang
demam bergantung kepa umur,tinggi serta cepatnya suhu meningkat
(Wegman,2001).faktor hereditas juga mempunyai peranan.Lennox-Buchthal
(2002) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam
diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penitrasi yang tidak
sempurna.Lennox 2003 berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga
penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%.
Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling
sering dijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar
didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5% anak pernah mengalami kejang demam
sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. Penelitian di jepang bahkan
mendapatkan angka kejadian (inseden) yang lebih tinggi, yaitu (Maeda dkk,
2005) mendapatkan angka 9,7% (pada pria 10,5% dan pada wanita 8,9% dan
Tsuboi mendapatkan angka sekitar 7%.Dengan melihat latar belakang
tersebut, masalah atau kasus ini dapat diturunkan melalui upaya pencegahan
dan penanggulangan optimal yang diberikan sedini mungkin pada anak. Dan
perlu diingat bahwa masalah penanggulangan kejang demam ini bukan hanya
masalah di rumah sakit tetapi mencakup permasalahan yang menyeluruh
dimulai dari individu anak tersebut, keluarga, kelompok maupun masyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini penulis menemukan beberapa


masalah,diantaranya:

1. Apa Definisi kejang demam ?


2. Apa Etiologi kejang demam ?
3. Apa Manajemen kejangdemam ?
4. Apa Pemeriksaan diagnosa kejangdemam?
5. Apa saja Penatalaksanaan kejang demam ?
6. Bagaimana Kasus kejang demam?

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui apa itu
“Kejang Demam”.Sehingga kita tahu dan bisa lebih memahami lagi tentang
apa dan bagaimana kejang demam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Istilah kejang demam digunakan untuk kejang yang timbul akibat
kenaikan suhu tubuh. “Kejang demam ialah kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium (Hasan, 1995).
Banyak pernyataan yang dikemukakan mengenai kejang demam, salah
satu diantaranya adalah : “Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi
atau anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun,
berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa
demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk.Kejang
demam harus dapat dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan
kejang berulang tanpa demam (Mansjoer, 2000).

B. Etiologi
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan
Pasti, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.Kejang tidak
selalu tinbul pada suhu yang tinggi.Kadang-kadang demam yang tidak
begitu tinggi dapat menyebabkan kejang (Mansjoer, 2000).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia
(penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia,
alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi.Kejang yang
disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus
pencetusnya dihilangkan (Corwin, 2001).
Infeksi dengan demam (52%) seperti kejang demam, ensefalitis,
meningitis.Kelainan susunan saraf pusat (SSP) kronik (39%) seperti
ensefalopati hipoksik iskemik dan serebral palsi.Penghentian obat anti
kejang (21%), (4) Lain lain (>10%)

3
C. Manajemen Penanganan
Pada kebanyakan kasus, biasanya kejang demam berlangsung
singkat dan saat pasien datang kejang sudah berhenti. Bila datang dalam
keadaan kejang, obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah
diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB, dengan cara pemberian secara
perlahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam 3-5 menit, dan dosis
maksimal yang dapat diberikan adalah 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau jika
kejang terjadi di rumah adalah diazepamrektal 0,5-0,75 mg/kgBB, atau
diazepamrektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg
dan diazepamrektal 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Jika anak di
bawah usia 3 tahun dapat diberi diazepamrektal 5 mg dan untuk anak di
atas usia 3 tahun diberi diazepamrektal 7,5 mg. Jika kejang belum
berhenti, dapat diulang dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5
menit. Jika setelah 2 kali pemberian diazepamrektal masih tetap kejang,
dianjurkan untuk dibawa ke rumah sakit.

Di rumah sakit dapat diberikan diazepamintravena dengan dosis 0,3-0,5


mg/kgBB. Jika kejang tetap belum berhenti, maka diberikan phenytoin
intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1
mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Jika kejang berhenti, maka
dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kgBB/hari, dimulai 12 jam setelah dosis
awal. Jika dengan phenytoinkejang belumberhenti, maka pasien harus
dirawat di ruang rawat intensif. Jika kejang telah berhenti,pemberian obat
selanjutnya tergantung apakah kejang demam sederhana atau kompleks
dan faktor risikonya.

4
Kejang demam merupakan hal yang sangat menakutkan dan tak jarang
menganggap dapat mengakibatkan meninggal. Pertama, perlu diberi penjelasan
tentang risiko rekurensi serta petunjuk dalam keadaan akut. Lembaran tertulis
dapat membantu komunikasi antarapasien dan keluarga; penjelasan terutama
pada:
a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.
b. Memberitahukan cara penanganan kejang.
c. Memberi informasi mengenai risiko berulang.
d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi efektif, tetapi harus diingat risiko
efek samping obat.

5
Beberapa hal yang harus dikerjakan saat kejang: (Pusponegoro HD, 2012)
a. Tetap tenang dan tidak panik.
b. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
c. Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun lidah mungkin tergigit,
jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
d. Ukur suhu, observasi, catat lama dan bentuk kejang.
e. Tetap bersama pasien selama kejang.
f. Berikan diazepam rektal. Jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
g. Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.

D. Pemeriksaan Diagnosa
1. Darah perifer lengkap, cairan serebrospinal, gula darah, elektrolit darah,
dan analisis gas darah.
2. Elektroensefalografi (EEG)adalah suatu uji diagnostik yang ditujukan
untuk mendeteksi aktifitas listrik di otak, dimana hal ini akan
memberikan informasi yang penting kepada dokter tentang
kesehatannya dan fungsinya.
3. Computed tomography (CT-Scan) adalah sebuah metode penggambaran
medis menggunakan tomografi di mana pemrosesan geometri
digunakan untuk menghasilkan sebuah gambar tiga dimensi bagian
dalam sebuah objek dari satu seri besar gambar sinar-X dua dimensi
diambil dalam satu putaran "axis".
4. magnetic resonance imaging (MRI) adalah prosedur diagnostik
mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi kelainan organ di dalam
tubuh dengan menggunakan medan magnet dan gelombang frekuensi
radio tanpa radiasi bvsinar X atau bahan radioaktif.

6
E. Penatalaksanaan
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
a. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila penderita datang dalam keadaan status convulsion, obat
pilihan utama adalah diazepam secara intravena.Apabila diazepam
tidak tersedia dapat diberikan fenobarbital secara intramuskulus.
b. Pengobatan Penunjang
Semua pakaian yang ketat dibuka.Posisi kepala sebaiknya miring
untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas bebas
agar oksigen terjamin, penghisapan lendir secara teratur dan
pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen. Tanda – tanda vital
diobservasi secara ketat, cairan intravena diberikan dengan
monitoring.
c. Pengobatan di rumah
Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumah.
Pengobatan ini dibagi atas 2 golongan yaitu :
1. Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari
diberikan obat campuran anti konvulsan dan anti piretik yang harus
diberikan pada anak bila menderita demam lagi
2. Profilaksis jangka panjang
Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang
stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah
terulangnya kejang di kemudian hari.
3. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun epilepsy
yang diprovokasi oleh demam, biasanya infeksi traktus
respiratorius bagian atas dan otitis media akut.

7
F. Kasus Kejang Demam

Klien An. Egi (7 tahun) sebelum masuk Rumah Sakit klien mengalami
kejang 6x berupa kedua tangan dan kaki kelojotan, kedua mata melotot ke
atas, lamanya ± 30 menit, jarak antara kejang 1 jam. Sebelum terjadi
kejang klien dalam keadaan sadar, sesudah kejang klien tidak sadar,
tertidur dan sulit untuk dibangunkan.Keluhan kejang didahului dengan
panas badan yang awalnya mendadak tinggi terus menerus sejak 10 hari
sebelum masuk Rumah Sakit.Terdapat muntah 1x dan sakit kepala, pada 6
hari sebelum masuk rumah sakit, disertai dengan sesak nafas.Riwayat
terjadi trauma kepala tidak ada, riwayat panas badan > 1 minggu tidak
jelas, terdapat riwayat gigi berlubang dan cairan keluar dari hidung. Klien
berbaring lemah diatas tempat tidur, mengalami penurunan kesadaran
dengan GCS 10 (E4M5V1), tampak kejang di daerah mulut dengan durasi
waktu kejang 42 detik, rentang terjadinya kejang ± 2 jam, pada saat akan
terjadi kejang saturasi oksigen menurun dan pernafasan meningkat.TTV :
TD : 120/80 mmHg
S : 39° C ( Mendadak naik jika akan terjadi kejang )
RR : 24x/menit
Nadi : 88x/menit.
Pupil : bulat isokhor 3 mm

Ketua Tim Status Pasien Pelaksanaan


Nilai respons pasien Kesadaran menurun Nilai GCS 10 (E4M5V1)
Pasien mengalami kejang Membaringkan pasien
ditempat yang datar
dengan posisi miring, kaki
bagian ditekuk untuk
mencegah bahaya tersedak
ludah atau muntahan
Lakukan survei primer
ABCD

8
A : jalan nafas paten A : tidak ada sumbatan
jalan nafas
B : pasien mengalami Berikan O2 dengan nasal
sesak nafas dan saat akan kanul pertahankan saturasi
terjadi kejang saturasi 20-40%
oksigen menurun dan
pernafasan meningkat.
C : Pasien mengalami Longgarkan pakaian yang
sakit kepala dan sesak ketat
napas
D : Kesadaran menurun Nilai GCS 10 (E4M5V1)
Pupil ishokor bulat isokhor 3 mm
Monitor tanda-tanda vital
Tidak memberikan
makananan atau minuman
hingga pasien sadar dan
reflek menelan pulih

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejang demam ialah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektaldiatas 38 o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam ini terjadi pada anak yang berumur 6 bulan - 5 tahun.Faktor resiko kejang
demam pertama yang penting adalah demam. Ada riwayat kejang
demamkeluarga yang kuat pada saudara kandung dan orang tua, menunjukkan
kecenderungan genetik.Selain itu terdapat faktor perkembangan terlambat,
problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus dan kadar natrium
rendah. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure) berlangsung singkat,
kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk
umum tonik dan atau klonik, tanpagerakan fokal.Kejang tidak berulang dalam
waktu 24 jam.Kejang demam sederhana merupakan80 % diantara seluruh kejang
demam.Kejang demam kompleks (complex febrile seizure) adalah kejang dengan
salah satu ciri berikut :a. Kejang lama lebih dari 15 menit. b. Kejang fokal atau
parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.c. Berulang atau
lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memanfaakan makalah ini
untuk menambah pengetahuan tentang penanganan kejang demam pada anak
dan dewasa yang berguna bagi profesinya dan dirinya sendiri.
2. Bagi masyarakat diharapkan dapat memanfaakan makalah ini untuk
menambah pengetahuan tentang penanganan kejang demam pada anak dan
dewasa yang berguna bagi kesahatan .

10
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media Aesculapius,
Jakarta
Doenges, Marillyn E, dkk (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC, Jakarta
Doenges, Marillyn E, et all (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC,
Jakarta
Gaffar, La Ode Jumadi (1997), Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta
Hasan, Dr. Rusepno (1995), Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta
Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus penatalaksanaan kejang demam
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2006 [Internet]. 2006 [cited 2015 December 5].
Available from: http://idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Kejang-Demam-
Neurology-2012.pdf.
Pusponegoro, Titut S., dkk (2000) Perinatologi, EGC, Jakarta
Saifuddin (1997), Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, EGC, Jakarta
Susan Martin, dkk (1998), Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan,
Diagnosa dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta
Suwarba N. Manajemen terkini kejang dan status epileptikus pada anak
[Internet].2012. [cited 2014 November 15]. Available
from:http://ngurahsuwarba.wordpress.com.
Sylvia A. Price, dkk (1995), Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, EGC,
Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai