Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan

1. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi

a. Pengkajian

Pengkajian awal dilakukan dengan menggunakan

pengkajian 2 menit berdasarkan keluhan pasien. Setelah

ditemukan tanda-tanda menonjol yang mendukung adanya

gangguan jiwa, maka pengkajian dilanjutkan dengan

menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa. Data yang

dikumpulkan mencakup keluhan utama, riwayat kesehatan jiwa,

pengkajian psikososial, dan pengkajian status mental. Teknik

pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan

pasien dan keluarga, pengamatan langsung terhadap kondisi

pasien, serta melalui pemeriksaan (Keliat, Akemat, Helena, &

Nurhaeni, 2012).

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu Anda

dapatkan adalah sebagai berikut :

1) Jenis dan isi halusinasi

Data objektif dapat Anda kaji dengan cara

mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjektif

dapat Anda kaji dengan melakukan wawancara dengan

5
6

pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi

halusinasi pasien.

2) Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya

halusinasi.

Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi

munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan

halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore, atau malam?

Jika mungkin pukul berapa? Frekuensi terjadinya apakah

terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya

apakah ketika sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu?

Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada

waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang

menyebabkan munculnya halusinasi, sehingga pasien tidak

larut dalam halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi

terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan

untuk mencegah terjadinya halusinasi.

3) Respons terhadap halusinasi

Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika

halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada

pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi

timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga

atau orang terdekat pasien. Selain itu dapat juga dengan

mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.


7

b. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan

halusinasi pendengaran.

2) Gangguan sensori/persepsi : halusinasi pendengaran

berhubungan dengan menarik diri.

3) Isolasi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri

rendah kronis.

4) Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan

defisit perawatan diri : mandi dan berhias.

c. Perencanaan

1) SP I :

a) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien.

b) Mengidentfifikasi isi halusinasi pasien.

c) Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien.

d) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien.

e) Mengidentifikasi situasi yangmenimbulkan halusinasi.

f) Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi.

g) Mengajarkan pasien menghardik halusinasi.

h) Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik

hausinasi ke dalam jadwal kegiatan harian.


8

2) SP II

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

b) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara

bercakap-cakap dengan orang lain.

c) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bercakap-

cakap ke dalamjadwal kegiatan harian.

3) SP III

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

b) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan

melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilkukan

pasien di rumah).

c) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan untuk

mengendalikan halusinasi ke dalam jadwal kegiatan

harian.

4) SP IV

a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

b) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan

obat secara teratur.

c) Menganjurkan pasien memasukkan aktivitas minum obat

ke dalam jadwal kegiatan harian.


9

d. Pelaksanaan

1) Membantu pasien mengenali halusinasi.

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi. Anda

dapat melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien

tentang isi halusinasi (apa yang didengar atau dilihat), waktu

terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi

yang menyebabkan halusinasi muncul dan respons pasien

saat halusinasi muncul.

2) Melatih pasien mengontrol halusinasi.

Untuk membantu pasien agar mampu mengonrol

halusinasi. Anda dapat melatih pasien empat cara yang

sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat

cara tersebut meliputi :

a) Menghardik halusinasi. Menghardik halusinasi adalah

upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan

cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih

untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang

muncul atau tidak memedulikan halusinasinya. Kalau ini

dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri

dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin

halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini

pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada

dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi :


10

(a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi.

(b) Memperagakan cara menghardik.

(c) Meminta pasien memperagakan ulang.

(d) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku

pasien.

b) Bercakap-cakap dengan orang lain.

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan

bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien

bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi

distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari

halusinasi ke peracakapan yang dilakukan dengan orang

lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif

untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-

cakap dengan orang lain.

c) Melakukan aktivitas yang terjadwal.

Untuk mengurangi resiko munculnya kembali

halusinasi adalah dengan menyibukkan diri dengan

aktivitas . Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien

tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang

seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien

yang megalami halusinasi dapat dibantu untuk

mengatasi halusinasinya dengan cara berktivitas secara

teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari


11

dalam seminggu. Setiap kegiatan yang dilatih

dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan pasien sampai

tidak ditemukan waktu luang. Tahapan intervensinya

adalah sebagai berikut :

(a) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk

mengatasi halusinasi.

(b) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh

pasien.

(c) Melatih pasien melakukan aktivitas.

(d) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan

aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien

mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur

malam, 7 hari dalam seminggu.

(e) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dan

memberikan penguatan terhadap perilaku pasien

yang positif.

d) Menggunakan obat secara teratur.

Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga

harus dilatih dengan menggunakan obat secara teratur

sesuai program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di

rumah sering kali mengalami putus obat sehingga

akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila

kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi


12

seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien harus

dilatih menggunakan obat sesuai program dan

berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar

pasien patuh menggunakan obat :

(a) Jelaskan kegunaan obat.

(b) Jelaskan akibat putus obat.

(c) Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat

(d) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5

benar ( benar obat, benar pasien, benar cara, benar

waktu, benar dosis).

e. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan klien

setelah diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu

dievaluasi karena merupakan system pendukung yang penting

(Trimeilia, 2011).

1) Apakah klien dapat mengenal halusinasinya, yaitu isi

halusinasi, situasi, waktu dan frekuensi munculnya

halusinasi.

2) Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya ketika

halusinasi muncul.

3) Apakah klien dapat mengontrol halusinasinya dengan

menggunakan empat cara baru, yaitu menghardik, menemui


13

orang lain dan bercakap-cakap, melaksanakan aktivitas

yang terjadwal dan patuh minum obat.

4) Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya

mempraktikkan empat cara mengontrol halusinasi.

5) Apakah klien dapat memperdayakan system pendukungnya

atau keluarganya untuk mengontrol halusinasinya.

6) Apakah klien dapat mematuhi minum obat.

2. Terapi musik

a. Pengertian

Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik

relaksasi yang bertujuan untuk mengurangi perilaku agresif,

memberikan rasa tenang, sebagai pendidikan moral,

mengendalikan emosi, pengembangan spiritual dan

menyembuhkan gangguan psikologi. Terapi musik juga

digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk mengatasi

berbagai macam gangguan kejiwaan dan gangguan psikologis

(Purnama & Rahmanisa, 2016).

Terapi musik adalah intervensi klinis yang menggunakan

musik. Terapi musik merupakan salah satu intervensi

psikososial yang dapat digunakan untuk menurunkan gejala

skizofrenia serta meningkatkan interaksi sosial serta fungsi

neuropsikologis . Terapi musik dapat mempengaruhi respon


14

fisiologis, aktivitas sistem syaraf, sistem endokrin, dan sistem

kardiovaskular. Terapi musik akhirnya akan menstabilkan

mental dan fisik, meningkatkan emosi, fungsi kognitif, dan

perilaku positif. Hal ini juga menjelaskan mengapa individu

dengan skizofrenia cenderung melihat musik sebagai sesuatu

yang menarik dan menenangkan (Kamardi, Satiadarma, &

Suryadi, 2017).

b. Jenis Terapi Musik

Musik dibagi atas 2 jenis yaitu musik “acid” (asam) dan

“alkaline” (basa). Musik yang menghasilkan acid adalah musik

hard rock dan rapp yang membuat seseorang menjadi marah,

bingung, mudah terkejut dan tidak fokus. Musik yang

menghasilkan alkaline adalah musik klasik yang lembut, musik

instrumental, musik meditatif dan musik yang dapat membuat

rileks dan tenang seperti musik klasik (Damayanti, Jumaini, &

Utami, 2014).

c. Manfaat musik

Manfaat musik untuk kesehatan dan fungsi kerja otak

telah diketahui sejak zaman dahulu. Para dokter Yunani dan

Romawi kuno menganjurkan metode penyembuhan dengan

mendengarkan permainan alat musik seperti harpa dan flute.

Secara psikologis pengaruh penyembuhan musik pada tubuh

adalah pada kemampuan saraf dalam menangkap efek akustik.


15

Kemudian dilanjutkan dengan respon tubuh terhadap

gelombang musik yaitu dengan meneruskan gelombang

tersebut keseluruh sistem kerja tubuh. Efek terapi musik pada

sistem limbik dan saraf otonom adalah menciptakan suasana

rileks, aman dan menyenangkan sehingga merangsang

pelepasan zat kimia Gamma Amino Butyic Acid (GABA),

enkefallin, atau beta endorphin yang dapat mengeliminasi

neurotransmiter rasa tertekan, cemas dan stres sehingga

menciptakan ketenangan dan memperbaiki suasana hati atau

mood pasien (Purnama & Rahmanisa, 2016).

3. Halusinasi

a. Pengertian

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori

persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien

merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,

perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata (Keliat,

Akemat, Helena, & Nurhaeni, 2012).

Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang

apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam

keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organic,

fungsional, psikiotik ataupun histerik (Trimeilia, 2011).


16

b. Jenis Halusinasi

Jenis halusinasi menurut (Keliat, Akemat, Helena, & Nurhaeni,

2012) :

1) Halusinasi Pendengaran

a) Data objektif :

(1) Bicara atau tertawa sendiri tanpa lawan bicara

(2) Marah-marah tanpa sebab

(3) Mencondongkan telinga kea rah tertentu

(4) Menutup telinga

b) Data subjektif :

(1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan

(2) Mendengar suara-suara yang mengajak bercakap-

cakap

(3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang

berbahaya

2) Halusinasi Penglihatan

a) Data objektif :

(1) Menunjuk-nunjuk kea rah tertentu

(2) Ketakutan pada objek yang tidak jelas

b) Data subjektif :

(1) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk

kartun, melihat hantu atau monster


17

3) Halusinasi Penghidu

a) Data objektif :

(1) Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan

tertentu

(2) Menutup hidung

b) Data subjektif :

(1) Membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses,

kadang-kadang bau itu menyenangkan

4) Halusinasi Pengecapan

a) Data objektif :

(1) Sering meludah

(2) Muntah

b) Data subjektif :

(1) Merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses

5) Halusinasi Perabaan

a) Data subjektif:

(1) Menggaruk-garuk permukaan kulit

b) Data objektif :

(1) Mengatakan ada serangga di permukaan kulit

(2) Merasa seperti tersengat listrik


18

c. Karakteristik Perilaku

Karakteristik perilaku halusinasi menurut (Emilyani, Rusmini,

Purwana, & Arip, 2016) :

1) Bicara, senyum, tertawa sendiri.

2) Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap,

menghidung (mencium) dan merasa sesuatu yang tidak

nyata.

3) Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata.

4) Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.

5) Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.

6) Sikap curiga dan bermusuhan.

7) Menarik diri, menghindar dari orang lain.

8) Sulit membuat keputusan

9) Ketakutan

10) Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, sikat

gigi, ganti pakaian, berhias yang rapi.

11) Mudah tersinggung, jengkel, marah.

12) Meyalahkan diri sendiri atau orang lain.

13) Muka merah, kadang pucat.

14) Ekspresi wajah tegang.

15) Tekanan darah meningkat.

16) Nafas terengah-engah , nadi cepat, banyak keringat.

Anda mungkin juga menyukai