PERENCANAAN TEKNIS
PEMBANGUNAN GEREJA
LAPORA
N
ANTARA
Daftar Isi
Daftar Isi ii
Pengantar ii
BAB - 2 METODOLOGI 10
2.1. UMUM 10
2.2. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN 11
2.3. PEKERJAAN PERSIAPAN 12
2.4. STUDI PENDAHULUAN 13
2.4.1. INVENTARISASI DATA DAN STUDI TERDAHULU 13
2.4.2. PENYUSUNAN RENCANA KERJA 13
2.4.3. PENYUSUNAN LAPORAN ANTARA 13
2.5. SURVAI DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN 14
2.5.1. SURVAI PENDAHULUAN 14
2.5.2. SURVAI TOPOGRAFI 16
2.6. ANALISIS DATA 21
2.6.1. PENGUKURAN DAN PEMETAAN TOPOGRAFI 21
2.6.2. PENYELIDIKAN TANAH DAN SUMBER MATERIAL 25
2.7. KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR 26
BAB - 4 KESIMPULAN 84
Perencanaan Pembangunan ii
Gereja
Pengantar
Laporan Antara ini disusun sebagai salah satu bentuk persyaratan teknis kontrak
pengadaan jasa konsultan perencana antara CV Amarilis Plan Desain dengan
Dinas Pekerjaan Umum dan Kimpraswil, untuk Pekerjaan Perencanaan Teknis
Gereja.
Laporan Antara ini secara garis besar berisi tentang uraian umum lingkup
pekerjaan jasa konsultan perencana, uraian metodologi pelaksanaan survai
lapangan, uraian metodologi desain dan analisa teknis bangunan gedung, uraian
jadwal kegiatan, uraian jadwal mobilisasi personil serta data pendukung
pelaksanaan pekerjaan.
Konsultan Perencana
.......................
....................
Team
leader
Perencanaan Pembangunan iv
Gereja
BAB - 1
GAMBARAN UMUM
Untuk mengantisipasi jumlah jemaat Kristen dimasa yang akan datang, Dinas
Pekerjaan Umum dan Kimpraswil Kabupaten Halmahera Selatan mengadakan
jasa konsultansi perencanaan, untuk pekerjaan Perencanaan Teknis Gereja
Raya Pulau Bacan.
Maksud dari Jasa Konsultansi ini adalah untuk menghasilkan Rencana Teknik
Akhir (Detail Engineering Desain) Gereja diatas, yang efisien dan efektif, lengkap
dengan gambar dan dokumentasi lainnya yang diperlukan, sesuai dengan
Standar dan Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan.
Sementara Tujuan Khusus dari Jasa Konsultansi ini adalah tersedianya dokumen
perencanaan teknis untuk Gereja tersebut diatas, sehingga dapat digunakan
sebagai dasar dalam pelaksanaan pembangunan fisik untuk Gereja Raya
tersebut.
Perencanaan Pembangunan 5
Gereja
Laporan Antara GAMBARANUMU
M
1. Pekerjaan Persiapan
Survey Pendahuluan
Survey Topografi
Survey Lokasi
Survey Penyelidikan tanah
Penawaran/perundingan
Tata Laksana Proyek
4. Perencanaan Mekanikal dan Elektrikal
5. Perencanaan Ultilitas
Jasa pelayanan teknik yang akan diberikan oleh Tim Konsultan, dibagi menjadi
beberapa tahapan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan.
Adapun tahapan- tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan Konsultan meliputi
:
1. Tahap Persiapan Perencanaan termasuk survey
2. Tahap Penyusunan Pra Lanjutan
3. Tahap Pengembangan Rencana Lanjutan
4. Tahap Rencana Anggaran Biaya.
5. Tahap Rencana Detail.
Pulau Bacan ini memiliki Posisi yang sangat strategis karena berada di
pusat kabupaten.
Sebagian besar penduduk adalah berasal dari suku makian dan suku
Bacan yang mayoritas beragama Islam. Penduduk pada umumnya
bertempat tinggal di daerah pesisir dan sepanjang sungai utama. Penduduk
lainnya adalah suku Makasar dan Bugis yang bermukim di daerah pusat
Kota Bacan.
Dari hasil pantauan, selama tahun Observasi Kota Bacan karena terletak
dekat katulistiwa maka memiliki iklim tropis atau panas. Karena topografi
kota Bacan yang dikelilingi oleh gunung maka kota Bacan beriklim dingin
di malam hari
Laporan Antara ini secara sistematis disusun dalam bab – bab sebagai berikut :
Bab II : Metodologi
Berisi Metodologi yang akan dilaksanakan oleh Tim Konsultan
baik dalam pekerjaan Survey Lapangan maupun Analisa dan
Perencanaan Teknis.
Bab IV : Kesimpulan
Garis besar model desain bangunan gereja
BAB - 2
METODOLOGI
2.1. UMUM
No Dokumen Uraia
n
Tata Cara Perhitungan Struktur
1. SNI 03-2847-2002
Beton untuk Bangunan Gedung
Standar Perencanaan
2. SNI – 1726 - 2002 Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung
No Dokumen Uraia
n
NSPM No. Petunjuk Drainas
9.
008/T/BNKT/199 Desai e
0 n Permukaan Jalan
Permen No Persyaratan Teknis Jalan dan
10.
PU Kriteria Perencanaan Teknis
NSPM No.
11. Panduan Analisa Harga Satuan
028/T/BM/1995
Peraturan Pemerintah
13. PP No. 34 Tahun 2006
Republik Indonesia
Tentang Jalan
1. Pekerjaan Persiapan
Survey Pendahuluan
Survey Topografi
Survey Lokasi
Survey Penyelidikan tanah
Penawaran/perundingan
Tata Laksana Proyek
4. Perencanaan Mekanikal dan Elektrikal
5. Perencanaan Ultilitas
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Pengukuran Topografi untuk
perencanaan jalan terdiri dari beberapa bagian
pekerjaan yaitu :
a. Persiapan
b. Pemasangan Patok, Bench mark (BM) dan Control
Point (CP).
c. Pekerjaan perintisan untuk pengukuran
d. Pekerjaan pengukuran yang terdiri dari :
Pengukuran titik kontrol horizontal (Polygon)
dan vertikal (Waterpass)
Pengukuran situasi/detail
Pengukuran penampang memanjang dan melintang
Pengukuran-pengukuran khusus
PENGUKURAN SITUASI
Metodologi Pengukuran Situasi dilaksanakan sebagai
berikut :
Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachymetri
Ketelitian alat yang dipakai adalah 30” (sejenis dengan
Theodolith T0)
Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana
jalan harus mencakup semua keterangan-
keterangan yang ada didaerah sepanjang rencana
jalan tersebut
Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan
dengan jalan lain pengukuran harus diperluas (lihat
pengukuran khusus)
Tempat-tempat sumber mineral jalan yang terdapat
disekitar jalur jalan perlu diberi tanda diatas peta
dan difoto (jenis dan lokasi material)
PEMASANGAN PATOK
Untuk Pemasangan Patok Pengukuran dilapangan
dilaksanakan sebagai berikut :
Patok-patok dibuat dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm
dan harus dipasang setiap 1 Km dan pada
perpotongan rencana jalan dengan sungai (2 buah
seberang menyeberang). Patok beton tersebut
ditanam kedalam tanah dengan kedalaman 15 cm
Baik patok-patok beton maupun patok-patok
poligon diberi tanda BM dan nomor urut.
Untuk memudahkan pencarian patok pada pohon-
pohon disekitar patok diberi cat atau pita atau
tanda- tanda tertentu.
Baik patok poligon maupun patok profil diberi tanda
cat kuning dengan tulisan hitam yang diletakkan
disebelah kiri kearah jalannya pengukuran.
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Survey Geoteknik untuk
perencanaan jalan meliputi :
Pengambilan contah tanah dan Test Pit.
Pemeriksaan lokasi sumber material
Penyelidikan tanah dengan tes Sondir
METODOLOGI
1. Penyelidikan Test Pit
Penyelidikan Test Pit dilakukan pada setiap jenis
satuan tanah atau setiap 1 Km yang berbeda
dengan kedalaman 1-2 meter. Pada setiap lokasi
Test Pit dilakukan pengamatan deskripsi struktur
dan jenis tanah, juga dilakukan pengambilan
sampel tanah baik contoh tanah terganggu
maupun tidak terganggu yang akan diselidiki di
Laboratorium.
2. Pemeriksaan Lokasi Sumber Material
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui
informasi mengenai bahan-bahan perkerasan
yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan
3. Pemeriksaan dengan Tes Sondir
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan
nilai tanahan konus keras (150 kg/m2) lapisan
tanah dasar yang dilakukan pada bagian ruas
jalan yang belum diaspal atau telah mengalami
kerusakan parah. Pemeriksaan dilakukan sebagai
berikut :
n
fs = s - (n + 2) x 180
1
0
< 30" n
i=1
i=1 i =1
= + Si 180 0
X = [ AT .P.A ]-1 . [ AT
.P.L ] X = X° + X
2. Perhitungan Waterpass
Kriteria teknis pengukuran waterpass yang
ditetapkan dalam spesifikasi teknis yakni tiap seksi
yang diukur pulang-pergi mempunyai ketelitian 10
mm D (D = panjang seksi dalam km).
Berdasarkan kriteria tersrbut dapat diformulasikan
cara analisis data ukur waterpass pada setiap
kring sebagai berikut :
n D
fh = hi < 10 mm
i=1
AS
1. Material struktur
Material struktur dapat dibagi menjadi empat (4)
golongan yaitu:
Baja
- Konfigurasi vertikal
Konfigurasi struktur pada arah vertikal perlu dihindari
adanya perubahan bentuk struktur yang tidak menerus. Hal
ini dikarenakan apabila terjadi gempa maka akan terjadi pula
getaran yang besar pada daerah tertentu dari struktur. Gedung
yang relatif langsing akan mempunyai kemampuan yang lebih
kecil dalam memikul momen guling akibat gempa.
C.I.Wt
V= (2.1)
R
Dimana :
2. Sistem rangka 1. Rangka bresding eksentrisitas baja (RBE) 4.3 7.0 2.8
gedun
g (Sistem struktur yang
pada
dasarny
a memiliki rangka 2. Dinding geser beton bertulang 3.3 5.5 2.8
ruang pemikul
beban 3. Rangka bresing biasa
gravitasi secara a. Baja
lengkap. 3.6 5.6 2.2
Beban lateral dipikul b. Beton bertulang (tidak untuk
struktu
5. Sistem r Sistem struktur kolom kantilever 1.4 2.2 2
banguna
n
gedung kolom kantilever:
struktu
(Sistem r
yan
g
memanfaatkan kolom
kantilever untuk memikul
beban
lateral)
Si = c + Σ σi . tan ∅ ( 2.2 )
σi = γ i . t i
Dimana :
tanah
∑t i
i
Sn = m ( 2.3 )
∑(ti / Si )
i
m
t
∑i
vs=
i ( 2.4 )
m
∑(ti / vi )
i
N ∑ti
= i ( 2.5 )
∑(ti / Ni )
i
dimana:
0 .08 0 .58
0 .58
0 .04
0 .58
0 .03
0 .75
Wilayah Gempa 0 Wilayah Gempa
3 .85 4
0 C= 0.64/T (Tanah
0 .55 C= 0.50/T (Tanah .70 Lunak)
Lunak)
0 .45 0 C= 0.42/T (Tanah
C= 0.33/T (Tanah .60 Sedang)
Sedang) C= 0.30/T (Tanah
0 .30 C= 0.23/T (Tanah Keras) Keras)
0 .22 0 .34
0 .18 0 .28
0 .24
0 0 .2 0 .5 0 .6 0.75 2 3
.67 .0 .0
0.6
0 .90
0 .83 Wilayah Gempa Wilayah Gempa
0 .73
5 0 .90 6
0 .83
C= 0.76/T (Tanah
Lunak) C= 0.84/T (Tanah
Lunak)
C= 0.50/T (Tanah
C= 0.54/T (Tanah
Sedang)
0 .36 C= 0.36/T (Tanah Sedang) C= 0.42/T
0.33 Keras) (Tanah Keras)
0 .29
0 .36
0.33
Wi i
Fi = .zn V (2.6)
∑(Wi .zi
)
i=1
dimana:
∑Wi .d
i 2
T = 6.3 i=1
n
(2.7)
1
g∑ Fi
.di
i=1
dimana:
dimensi, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai yang
dihitung menurut persamaan 2.7.
Vt ≥ 0.8V1 (2.9)
dimana V1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons
V= (2.10)
C1 1.I.Wt
R
dengan C1 adalah nilai Faktor Respon Gempa yang di dapat dari
spektrum Respons Gempa Rencana (gambar 2.1) untuk waktu
getar alami pertama T1.
ln(0.8 + f y )
1500
h min = (2.11)
36 + 9β
fy
ln(0.8 + )
1500 (2.12
hmak =
36 )
d. Membagi Mu dengan b x d 2 Mu
(2.17
b×d2 )
dimana b = lebar pelat per
meter panjang d =
tinggi efektif
e. Mencari rasio penulangan (ρ) dengan persamaan :
Mu fy (2.18)
= ρ ×φ × fy 1 − 0,588 × ρ ×
2
b×d f 'c
f. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρmin < ρ <
ρmak)
(2.19)
1 ,4
ρ min = fy
b εc=0.003
c a=β.c Cc = 0.85xf'cxaxb
h d z = d-a/2
As
εs fs = fy Ts =
Asxfy penampang regangan
tegangan gaya
beton
Mu = φ.As.fy (d – 0,425c)
= 0,8.ρ.b.d.fy (d – 0,425c) (2.29)
Subtitusi harga c,
fy
Mu = 0,8.ρ.b.d.fy (d – 0,425.1,3 84 ρ . .d )
fc'
Bentuk di atas dapat pula dituliskan sebagai berikut:
Mu fy
= 0,8.ρ. fy 1 − 0,588.ρ (2.30)
2
b.d fc'
dimana:
Mu = momen yang dapat ditahan penampang
(Nmm) b = lebar penampang beton (mm)
d = tinggi efektif beton (mm)
= rasio luas tulangan terhadap luas efektif penampang
beton fy = mutu tulangan (Mpa)
fc’ = mutu beton (Mpa)
Dari rumus di atas, apabila momen yang bekerja dan luas
penampang beton telah diketahui, maka besarnya rasio tulangan ρ dapat
ρ = 0,85. fc'.β.c.b
b.d. fy
0,85.
ρ= 600 β fc' (2.33)
600 + fy fy
Rasio tulangan maximum (ρmax)
Berdasarkan SKSNI T15-1991-03 pasal 3.3.3-3 besarnya
ρmax ditetapkan sebesar 0,75ρb.
Dengan:
Mu1 = momen lentur yang dapat dilawan oleh ρmax dan
berkaitan dengan lengan momen dalam z. Jumlah
tulangan tarik yang sesuai adalah As1 = ρmax.b.d
Mu2 = momen sisa yang pada dasarnya harus ditahan baik
oleh tulangan tarik maupun tekan yang sama
banyaknya. Lengan momen dalam yang berhubungan
dengan ini sama dengan (d – d’).
As'
As
Mu − Mu1
As2 = As' = (2.34)
φ. fy.(d − d
')
6 (2.36)
v = 1 + Pu f 'c (2.37)
c 14A 6
g
rumus berikut:
(vu − φvc )b.s
Av = (Vis dan Kusuma, 1997) (2.41)
φf y
dimana:
A = bw s (2.43)
v
3fy
dimana:
Av = luas tulangan geser yang berpenampang ganda dalam mm2
s = jarak sengkang dalam mm
Rumus ini juga dapat ditulis sebagai berikut:
φ fc'
Tu < 2 (2.45)
12Acpp
cp
Suatu penampang mampu menerima momen torsi apabila
memenuhi syarat:
2
V
Tu ph 2
u
b .d + 1,7 A2
<φvc + φ fc' (2.46
w oh 3 )
Besarnya tulangan sengkang untuk menahan puntir ditentukan
dengan rumus sebagai berikut:
Tn s
At = (2.47)
2Ao f yv cotθ
dengan T T
= u
.
n φ
Sedangkan besarnya tulangan longitudinal yang harus dipasang
untuk menahan puntir dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut:
f
A yv
Al = t
p h cot
2 θ (2.48)
f
s yt
dimana:
2
Acp = luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm
2
Ao = luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser, mm
Aoh = luas yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang
torsi terluar, mm2
At = luas satu kaki sengkang tertutup yang menahan puntir
dalam daerah sejarak s, mm2
Al = luas tulangan longitudinal yang memikul puntir, mm2
fyh = kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan geser,
MPa f yt = kuat leleh tulangan torsi lungitudinal, MPa
fyv = kuat leleh tulangan sengkang torsi,
MPa pcp = keliling luar penampang beton, mm
ph = keliling dari garis pusat tulangan sengkang torsi terluar, mm
1 1 1 1
= + − (2.55)
P P P P
n nx ny no
dimana:
P
ux = Beban aksial arah sumbu x pada saat eksentrisitas tertentu
P
uy = Beban aksial arah sumbu y pada saat eksentrisitas tertentu
P
uo = Beban aksial maksimal
M M
ox oy
dengan M1b dan M2b adalah momen ujung berfaktor dari kolom, dengan
M1b < M2b. Bila faktor momen kolom = 0 atau Mu / Pu < e min, harga M2b
harus dihitung dengan eksentrisitas minimum,
emin = (15 + 0,03h) , dengan h dalam mm. (2.61) Untuk kolom
tak bergoyang:
kλu
< 22 (2.62)
r
dimana:
∑(EI / λ )
u kolom
ψ (2.63
= ∑(EI / λ ) n balok
)
Apabila tidak menggunakan nomogram, besarnya k dapat
dihitung dengan menggunakan ((Nawi, 1998) dan (Udiyanto, 2000)):
Untuk kolom tak bergoyang:
δ 1
s = 1− ∑ Pu / 0,75 ∑ Pc ≥1 (2.70)
diman
a
δ
b = faktor pembesar untuk momen yang didominasi oleh beban
gravitasi M2b
faktor pembesar terhadap momen ujung terbesar M2s
δs = akibat
beban yang menyebabkan goyangan besar
Perencanaan Tangga
Struktur tangga digunakan untuk melayani aksesibilitas
antar lantai pada gedung yang mempunyai tingkat lebih dari
satu. Tangga merupakan komponen yang harus ada pada
bangunan berlantai banyak walaupun sudah ada peralatan
transportasi vertikal lainnya, karena tangga tidak memerlukan
tenaga mesin.
2
m
2
m
3m 1m
a
o
b×d f 'c
f. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρmin < ρ <
(2.79)
ρmak )
ρ =1,4
min
fy
ρ = β × 450 ×0,85 × f ' (2.80
mak
c )
600 + fy fy
7.2. Mencari luas tulangan yang
dibutuhkan
(2.81)
(As = ρ × b × d ×10 ) 6
d. Membagi Mu dengan b x d 2 Mu
b×d 2
b×d f 'c
f. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρmin < ρ <
ρmak) (2.83)
ρ =
min 1,4
fy
ρ
(2.84
ma
k
= β × 450 × 0,85 × f ' )
c
600 + fy fy
Mencari luas tulangan yang
dibutuhkan (2.85)
(As = ρ × b × d ×10 ) 6
(2.86)
Vu > φ × Vc (2.89)
Vu-Vc = Vs (2.92)
i. Mencari luas tulangan geser yang diperlukan (Av)
Vs × s
Av = (2.93)
fy × d
dimana : Vs = kuat geser
tulangan geser (N) s =
jarak tulangan geser
(mm)
fy = tegangan leleh tulangan geser (Mpa)
= jarak tulangan geser (mm)
b×d f 'c
f. Memeriksa syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < (2.100)
ρmak )
1 ,4
ρ min = fy (2.101)
H=4,3
m
Tegangan
LANTA
I
BASEMEN D
tanah
T
L
Psumur a = σb x Ab (2.104)
n
dimana :
Qult = Qb + Qs (2.105)
Q
ult = (qc × Ab )+ ( fs × As ) (2.106)
Q
Q ult
all = S (2.107
F )
dimana :
Q
ult = kapasitas dukung ultimit (kg)
qc = tahanan ujung (kg/cm2)
2
Ab = luas penampang kaison (cm )
fs = faktor gesek satuan antar a tanah dan dinding kaison
2
(kg/c m ) As = luas selimut kaison (cm )
Qall = kapasitas dukung ijin (kg)
Dari kedua hasil tersebut dipilih nilai terkecil sebagai nilai daya
dukung batas.
Pada perencanaan pile cap, perlu dicek terhadap beban
maksimum yang diterima pondasi dimana harus lebih kecil dari
daya dukung batas. Rumus yang digunakan yaitu : (Buku
Rekayasa Pondasi II)
ΣPv
Pmak =
Mx
dimana
: Pmax
y (kgm)
Selain itu pada perencanaan pile cap perlu dicek tegangan pada
pile cap, yaitu dengan menggunakan rumus : (Buku Rekayasa Pondasi II)
ΣPv M1 × X M2×Y
σ= ± ± (2.109
)
A ly .lx
dimana :
aksial (kg)
y (m4 )
∑ Mv
∑ Mh ≥ 1,5 (2.110)
∑ Pv × tanφ5 + B × c5 + ∑
Ph ≥ 1,5 (2.111)
∑ Ph
- Cek terhadap Tegangan Tanah
φ × Vc = 0,75 × Vc (2.119)
Penulangan pile cap dihitung dengan cara mencari besar gaya
total yang didukung oleh cincin sumuran akibat dari beban
terpusat (P) dan
dimana :
Salah satu rumus yang lazim digunakan adalah menurut Terzaghi & Schultze
adalah sebagai berikut :
dimana :
Df = kedalaman pondasi ( m )
σ =P +Mx.y + My.x
max
A Iy Ix
P
σ = − Mx.y − My.x
min
A Iy Ix
Penulangan pondasi pelat dapat dihitung dengan cara seperti pada perhitungan
penulangan pada struktur atas, setelah didapatkan momen yang bekerja pada pelat.
Jenis – jenis laporan pekerjaan yang akan diserahkan oleh pihak konsultan
perencana sebagaimana yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja adalah
sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
Berisikan Latar Belakang, Lokasi Pekerjaan, Metodologi, rencana kerja yang
akan dilaksanakan oleh pihak konsultan perencana.
Berisikan metodologi, data – data lapangan dan hasil analisa data lapangan
yang terdiri dari :
Laporan Survey Topografi
Laporan Penyelidikan Tanah
5. Laporan Akhir
Adalah laporan Perencanaan Bangunan Gedung Gereja serta dari seluruh
kegiatan perencanaan yang telah dilaksanakan oleh konsultan perencana
6. Gambar Rencana.
Adalah Gambar Teknis Perencanaan yang disusun dalam format kertas A3
dengan skala yang telah ditetapkan dalam standar Cipta Karya.
7. Dokumen Lelang.
Adalah dokumen Lelang untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
meliputi Instruksi kepada peserta lelang, Bentuk Informasi dan Kualifikasi,
Syarat-Syarat Kontrak, Data Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana,
Bentuk-Bentuk Jaminan, Daftar Kuantitas.
BAB - 3
TINJAUAN SISTEM BANGUNAN
Struktur kerangka atau skeleton terdiri atas komposisi dari kolomkolom dan
balok-balok. Kolom sebagai unsur vertikal berfungsi sebagai penyalur beban dan
gaya menuju tanah, sedangkan balok adalah unsur horisontal yang berfungsi
sebagai pemegang dan media pembagian beban dan gaya ke kolom. Kedua
unsur ini harus tahan terhadap tekuk dan lentur.
Selanjutnya dilengkapi dengan sistem lantai, dinding, dan komponen lain untuk
melengkapi kebutuhan bangunan untuk pembentuk ruang. Sistem dan komponen
tersebut diletakkan dan ditempelkan pada kedua elemen rangka bangunan. Dapat
dikatakan bahwa elemen yang menempel pada rangka bukanlah elemen struktural
(elemen non-struktural). Bahan yang umumnya dipakai pada sistem struktur
rangka adalah kayu, baja, beton (Gambar 4.19) termasuk beton pra-cetak . Semua
bahan tersebut harus tahan terhadap gaya-gaya tarik, tekan, puntir dan lentur.
Saat ini bahan yang paling banyak digunakan adalah baja dan beton bertulang
karena mampu menahan gaya-gaya tersebut dalam skala yang besar. Untuk
bahan pengisi non-strukturalnya dapat digunakan bahan yang ringan dan tidak
mempunyai daya dukung yang besar, seperti susunan bata, dinding kayu, kaca
dan lainnya.
Sistem rangka yang dibentuk dengan elemen vertikal dan horisontal baik garis
atau bidang, akan membentuk pola satuan ukuran yang disebut grid
(Gambar4.20). Grid berarti kisi-kisi yang bersilangan tegak lurus satu dengan
lainnya membentuk pola yang teratur. Berdasarkan pola yang dibentuk serta arah
penyaluran pembebanan atau gayanya, maka sistemrangka umumnya terdiri atas
dua macam yaitu: sistemrangka dengan bentang satu
arah (one way spanning) dan bentang dua arah (two way spanning). Bentuk grid
persegi panjang menggunakan sistem bentang satu arah, dengan penyaluran
gaya ke arah bentang yang pendek. Sedangkan untuk pola grid yang cenderung
bujursangkar maka penyaluran gaya terjadi ke arah kedua sisinya, maka sistem
struktur yang digunakan adalah sistem bentang dua arah. Aksi struktur dua arah
dapat diperoleh jika perbandingan dimensi bentang panjang dengan bentang
pendek lebih kecil dari 1,5.
Sistem struktur rangka banyak berkembang untuk aplikasi pada bangunan tinggi (
multi- storey structure) dan bangunan dengan bentang lebar (long-span structure)
Sistem rangka ruang dikembangkan dari sistem struktur rangka batang dengan
penambahan rangka batang kearah tiga dimensinya (gambar 4.21). Struktur
rangka ruang adalah komposisi dari batang-batang yang masing-masing berdiri
sendiri, memikul gaya tekan atau gaya tarik yang sentris dan dikaitkan satu sama
lain dengan sistem tiga dimensi atau ruang. Bentuk rangka ruang dikembangkan
dari pola grid dua lapis ( doubel-layer grids), dengan batang-batang yang
menghubungkan titik-titik grid secara tiga dimensional.
Elemen dasar pembentuk struktur rangka ini adalah:
- Rangka batang bidang
- Piramid dengan dasar segiempat membentuk oktahedron
- Piramid dengan dasar segitiga membentuk tetrahedron
Beberapa sistem selanjutnya dikembangkan model rangka ruang
berdasarkan pengembangan sistem konstruksi sambungannya antara
lain:
- Sistem Mero
- Sistem space deek
- Sistem Triodetic
- Sistem Unistrut
- Sistem Oktaplatte
- Sistem Unibat
- Sistem Nodus
Perencanaan Bangunan Gedung 78
Gereja
Laporan Antara TINJAUANSISTEMBANGUN
AN
vertikal untuk elemen horisontalnya (lantai atau atap), sehingga daerah di bawah
elemen horisontal (ruang) memiliki bentangan yang cukup besar. Bangunan
dengan aplikasi sistem struktur ini akan sangat mendukung untuk bangunan
bentang luas berbentang lebar, seperti dome, stadion, dll. Sistem yang
dikembangkan pada struktur kabel antara lain :
-Struktur atap tarik dengan kolom penunjang
-Struktur kabel tunggal
-Struktur kabel ganda
3.5. Utilitas
2. Sistem Mekanikal
Yang dimaksud sistem mekanikal disini adalah sistem penghawaan AC, air
bersih, air kotor, air limbah dan air buangan.
Perencanaan Bangunan Gedung 80
Gereja
Laporan Antara TINJAUANSISTEMBANGUN
AN
b. Air Bersih
Sumber air adalah berasal dari PAM, atau menggunakan sumur dalam,
yang kemudian ditampung dalam reservoir atau tanki. Tanki ini bisa
diletakkan di atas atau di bawah, atau di keduanya. Ada dua sistem
distribusi yang digunakan untuk air bersih, yaitu :
1) Sistem Up Feed
yaitu air dipompakan dari bawah ke outlet air.
2) Sistem Down Feed
yaitu air dipompakan dari bawah ke reservoir atas, untuk kemudian
disalurkan ke outlet air secara gravitasi.
Kebutuhan pompa akan tergantung dari tinggi/jarak dari sumber
penampungan air di bawah ke sumber penampungan air di atas / outlet
air.
Pipa untuk air bersih biasanya di cat biru.
4. Sistem transportasi
Untuk bangunan 10 lantai, tentu saja dibutuhkan lift. Sebaiknya
menggunakan lift yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, supaya
tidak boros energi karena lift menggunakan listrik yang besar. Selain itu lift
juga disarankan dibuat zona- zona dan dibuat lift express (yang hanya
singgah di lantai-lantai tertentu).
Selain itu tangga darurat juga dibutuhkan, hal ini sama dengan evakuasi
untuk bahaya kebakaran. Tangga darurat sebaiknya langsung mengarah
keluar bangunan.
Perencanaan Bangunan Gedung 82
Gereja
Laporan Antara TINJAUANSISTEMBANGUN
AN
Selain lift dan tangga, ada juga tangga berjalan (eskalator) maupun ramp
(lantai datar yang miring), atau pun conveyor (semacam ramp tapi
mekanis).
5. Sistem Telekomunikasi
Bangunan 10 lantai tentu membutuhkan sistem komunikasi internal agar
bisa menghemat biaya. sistem ini seperti jaringan telepon, interkom,
internet, dan tata suara. Ruangan komunikasi sebaiknya diletakkan di
lantai satu. Tersedia shaft tersendiri yang terpisah dari shaft elektrikal dan
mekanikal untuk sistem ini.
BAB - 4
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Perencanaan Pembangunan 8
Gereja 4