Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam mempertahankan dan
meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa tanggung jawab terhadap kepercayaan
masyarakat telah diterima oleh profesi(Kelly, 1987). Jika anggota profesi melakukan suatu pelanggaran
terhadap kode etik tersebut, maka pihak organisasi berhak memberikan sanksi bahkan bisa
mengeluarkan pihak tersebut dari organisasi tersebut. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan
sebagai penghubung antara perawat dengan tenaga medis, klien, dan tenaga kesehatan lainnya,
sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal.
Perawat professional tentu saja memahami kode etik atau aturan yang harus dilakukan, sehingga dalam
melakukan suatu tindakan keperawatan mampu berpikir kritis untuk memberikan pelayanan asuhan
keperawatan sesuai prosedur yang benar tanpa ada kelalaian. Namun mengapa masih banyak terjadi
berbagai bentuk kelalaian tanpa tanggung jawab dan tanggung gugat? Hal ini dikarenakan oleh
kurangnya pengetahuan perawat dalam memahami kode etik itu sendiri. Sehingga tindakan yang
dilakukan adakalanya akan berdampak pada keselamatan pasien. Oleh sebab itu, banyak perawat dimata
masyarakat di anggap kurang berpotensi dalam melakukan asuhan keperawatan yang pada akhirnya
berdampak pada persepsi masyarakat pada seluruh tenaga keperawatan. Oleh karena itu, sebagai calon
perawat maupun para perawat harus mampu memahami dengan baik dan benar tentang kode etik dan
salah satu kuncinya yaitu banyak membaca dan memahami pentingnya keselamatan pasien sehingga
keinginan untuk mempelajari kode etik sebagai landasan tindakan bisa lebih bermanfaat.
Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi pedoman bagi perawat dalam
melakukan tindakan atau praktik keperawatan profesional. Standar tersebut adalah kode etik
keperawatan. Dengan kode etik tersebut, perawat dapat bertindak sesuai hukum atau aspek legal
perawat. Selain itu, kode etik juga dapat membantu perawat ketika mengalami masalah yang tidak adil.
Karena kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku yang
menjadi kerangka kerja dalam membuat keputusan. Kode Etik juga memberikan pemahaman kepada
perawat untuk melakukan tindakan sesuai etika dan moral serta akan menghindarkan dari tindakan
kelalaian yang akan menyebabkan klien tidak nyaman atau bahkan menyebabkan nyawa klien terancam.
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan atau pedoman bagi status
perawat profesional yaitu dengan cara:
Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan menerima kepercayaan
dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat
Menjadi pedoman bagi perawat dalam berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai
landasan dalam penerapan praktek etikal
Menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan
pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman
sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai
perwakilan dari asuhan kesehatan
Dalam profesi perawat, seorang perawat harus mampu memahami dan menerapkan berbagai kode etik
yang menjadi dasar mereka bertindak khususnya dalam tindakan asuhan keperawtan. Beberapa kode
etik yang ada di Indonesia yang harus di miliki oleh seorang perawat professional yaitu:
Perawat berpedoman kepada tanggungjawab dari kebutuhan akan keperawatan individu, keluarga dan
masyarakat.
Perawat memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat, dan
kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga, dan masyarakat.
Perawat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur
keperawatan.
Menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga, dan masyarakat dalam mengambil prakarsa
dan mengadakan upaya kesehatan.
Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan
pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan
masyarakat.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan
kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk tujuan yang
bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar
tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran
politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas
keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan
lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri dan bersama-sama
dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan keperawatan.
Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku
dan sifat pribadi yang luhur.
Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan
serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan keperawatan.
Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai
sarana pengabdiannya.
Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.
Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut(kozier, Erb. 1990):
Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan anggota tenaga
kesehatan lainnya.
Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang melakukan pelanggaran
berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil.
Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk mengorientasikan lulusan
keperawatan dalam memasuki jajaran praktik keperawatan profesional.
Setiap saat bekerja dan berhubungan dengan klien, rekan kerja, dan seluruh komunitas tentu saja
perawat selalu dihadapkan dengan pengambilan keputusan dalam setiap tindakan yang dilakukan
berkaitan dengan etika dan moral. Terdapat dua aturan yang harus ditaati oleh perawat professional
dalam mengambil tindakan yaitu:
Standar etik
Panduan perilaku moral yaitu seseorang yang memberikan layanan kesehatan harus bersedia secara
sukarela dalam mengikuti standar etik.
Hukum legal
Panduan berperilaku sesuai hukum yang sah. Jika aturan tersebut tidak dipatuhi maka perawat wajib
menerima tanggung gugatnya.
A. Perilaku Etik
Dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat profesional yaitu:
Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus wajib dilakukan dan kewajibannya dalam
bertindak.
Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh dilakukan oleh perawat sesuai
kewajiban dan kebajikan.
8. Autonomy yaitu klien memiliki hak untuk memutuskan sesuatu dalam pengambilan tindakan
terhadapnya. Seorang perawat tidak boleh memaksakan suatu tindakan pengobatan kepada klien.
9. Beneficence yaitu semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi klien. Oleh karena itu, perlu
kesadaran perawat dalam bertindak agar tindakannya dapat bermanfaat dalam menolong klien.
10. Non- maleficence yaitu setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip primum non nocere ( yang
paling utama jangan merugikan). Resiko fisik, psikologis, dan sosial hendaknya diminimalisir semaksimal
mungkin.
11. Veracity yaitu dokter maupun perawat hendaknya mengatakan sejujur-jujurnya tentang apa yang
dialami klien serta akibat yang akan dirasakan oleh klien. Informasi yang diberikan hendaknya sesuai
dengan tingkat pendidikan klien agar klien mudah memahaminya.
12. Confidentiality yaitu perawat maupun dokter harus mampu menjaga privasi klien meskipun klien
telah meninggal dunia.
13. Justice yaitu seorang perawat profesional maupun dokter harus mampu berlaku adil terhadap klien
meskipun dari segi status sosial, fisik, budaya, dan lain sebagainya.
Otoriter yaitu memiliki kewenangan sesuai keahliannya yang akan mempengaruhi proses asuhan melalui
peran profesional.
Accountability yaitu tanggung gugat terhadap apa yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku dan bertanggung jawab terhadap klien, diri sendiri, dan profesi serta mengambil keputusan
sesuai dengan asuhan. Jika perawat profesional dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan
tidak sesuai etik, maka kita dapat menyelesaikannya dengan:
b) E= Ethical review
d) I= Investigate outcome
e) D= Decide on action
f) E= Evaluate result
Seorang perawat tidak sengaja menggunting jari bayi. Dan konyolnya, perawat itu tidak meminta
pertolongan dokter tetapi membuang jari tersebut ke bak sampah. Kejadian tersebut mungkin tidak akan
segera diketahui jika tidak ada seorang staf RS anak di Inggris salford yang melihat tangan bayi tersebut
berdarah. Bayi tersebut baru berusia tiga minggu. Pencarian masih tetap dilakukan dan beruntung jari
bayi tersebut masih ditemukan di bak sampah. (Keterangan juru bicara rumah sakit Inggris Salford )
Cara penyelesaian:
Define the problem/ memperjelas masalah yaitu mengkaji prosedur keperawatan yang seharusnya
dilakukan, dokumentasi keperawatan, serta rekam medis.
Ethical review/ identifikasi komponen etik perawat harus mampu menggambarkan komponen-
komponen etik yang terlibat. Komponen etik dan hukum dalam masalah ini berkaitan dengan kelalaian
dan malpraktik
Identifikasi orang yang terlibat karena yang menjadi korban adalah bayi maka yang berhak memberikan
sanksi adalah orang tua bayi. Sedangkan yang terlibat adalah perawat, staf rumah sakit dan dokter yang
melihat tangan bayi tersebut berdarah.
Jika perawat tidak mau bertanggung jawab maka jalan terakhir adalah pengadilan hukum.
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh setiap warganya. Jika tidak
mematuhi hukum maka setiap orang akan terikat denda atau bahkan hukuman penjara. Namun secara
hukum, kita tidak perlu takut akan terikat denda atau hukuman penjara jika :
Hanya melakukan hal-hal yang diajarkan dan hanya ada pada cakupan pelatihan anda.
Tidak melakukan pekerjaan maupun tindakan sesuai yang diharapkan, misalnya: pasien terbakar karena
cairan enema yang disiapkan terlalu panas.
Tidak melakukan tugas dengan hati-hati, misalnya: pasien terjatuh dan cedera karena perawat tidak
memperhatikan penghalang tempat tidur klien.
Euthanasia adalah keinginan pasien untuk mati dengan bantuan tenaga medis, karena nyawa pasien
tersebut akan mati beberapa waktu kemudian.
Diskriminasi SARA yaitu membedakan pasien dari segi status, budaya,ras dan agama.
A. Karakteristik Perawat
Tingkat Pengetahuan
Menurut hasil penelitian Sudiro (2005), banyaknya kasus tindakan medik yang dilakukan oleh perawat
khususnya perawat yang berada di daerah pedesaan, disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan
perawat terhadap fungsi dan peranannya.
Tingkat Pendapatan
Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Sebagai gambaran, gaji perawat
pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000,- – Rp1.000.000,- per bulan tergantung golongan,
sementara perawat di Filipina tak kurang dari Rp 3.500.000,-. Wajar jika para perawat melakukan
tindakan medik mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Kompas, 2007).
Lama kerja
Lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap kemungkinan berbagai tindakan
keperawatan lainnya. Semakin lama seorang perawat menjalankan tugasnya, maka semakin banyak juga
tindakan medik yang mampu untuk dilakukan.
B. Karakteristik Pasien
Menurut Dever (1984) yang dikutip Ulina (2004) dalam “Determinants of Health Service Utilization”,
faktor karakteristik pasien atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan pelayanan kesehatan disamping faktor-faktor lain. Lebih jelas Dever menjelaskan faktor-
faktor tersebut adalah:
Seorang wanita hamil cenderung akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ditangani oleh seorang
wanita. Hal ini menyebabkan banyak wanita tidak nyaman untuk bersalin pada fasilitas kesehatan yang
ditangani oleh dokter atau perawat laki-laki.
Teknologi
Kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai contoh dengan
ditemukannya berbagai macam vaksin pencegahan penyakit menular yang dapat mengurangi angka
penyakit.
2. Faktor Organisasional
Ketersediaan sumber daya yaitu suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.
Keterjangkauan lokasi yaitu peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu
tempuh, maupun biaya tempuh yang mengakibatkan peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik provider terhadap konsumen
seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras, dan hubungan keagamaan.
Karakteristik struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagai macam bentuk praktik pelayanan
kesehatan dan cara memberikan pelayanan kesehatan mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda-
beda.
faktor sosio demografi, meliputi: umur, seks, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah anggota keluarga,
status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan).
faktor sosio psikologi, meliputi: persepsi sakit, gejala sakit, dan keyakinan terhadap perawatan
medis/dokter, dan
Faktor ekonomi, yaitu adanya keterbatasan konsumen untuk mengakses pelayanan kesehatan.
Faktor karakteristik provider, meliputi tiga tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian petugas,
dan fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan tersebut.