Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Perubahan Patologis Organ Eksternal
No. Organ Ikan Nila besar Ikan Nila kecil Udang Udang
yang Windu Vaname
diamati
1. Kulit/sisik Tidak ada sisik yang Terdapat sisik yang - -
mencuat mencuat

2. Sirip Tidak ada bercak - Sirip ekor sobek - -


merah dan tidak - Terdapat bercak-
sobek bercak merah dan
bintil-bintil pada
sirip
- Lender berlebihan

3. Insang Lender berlebihan Sangat berlendir dan Berwarna Berwarna


terdapat bercak- Berwarna merah hati putih putih
bercak putih tidak mengkilap pucat, pucat
Ada Ada
bercak bercak
pada 1 pada 2
udang udang
4. Mulut & - Mulut normal - Dubur berwarna - -
Dubur - dubur berwarna merah
kemerahan - Mulut berlendir
berlebihan
5. Mata - Tidak melotot dan - Mata melesek Mata -
tidak melesek kedalam melotot
- tidak trdapat jamur keluar

4.1.2 Perubahan Patologis Organ Internal :


No Nama Gonad Saluran Hati Limfa Kantong
. Ikan pencernaan empedu

1. Ikan - Tidak - Pada usus - Hypertropi - - Hypertropi


Nila mengala tidak
- Berwarna - Berwarna
besar mi ditemukan
pucat merah tua
kelainan makanan

- Kemungkina
n nafsu
Gonad
makan
Hati Kantong
berkurang
Empedu
- Terdapat
banyak
cairan
eksudat
ketika
dibedah

2. Ikan - Tidak - Usus - Hypertropi, - Berwar - Hypertropi


Nila mengala berwarna Berwarna na
- Berwarna
kecil mi pucat merah merah
kelainan - Usus kosong pucat tua merah tua
tidak berisi gelap

- Terdapat
banyak cairan
eksudat Hati Kantong
ketika Limfa Empedu
dibedah

3. Udang - - ke 4 udang - - -
windu hipatopankrea
s hancur

- 3 udang
nafsu
makannya
menurun, 1
udang tidak
nafsu makan

4. Udang - - 1 udang
vaname ususnya
terlihat, 2
udang nafsu
makannya
mnurun

Usus

- 3 udang
hypatopankre
asnya hancur
4.2 Pembahasan
Praktikum yang berjudul Pengenalan Perubahan Patologis pada Ikan ini bertujuan
untuk mengetahui dan mengenal perubahan patologis pada ikan baik secara eksternal
maupun internal.
Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum ini adalah menyiapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan. Kemudian dilakukan pembunuhan terhadap ikan secara cepat.
Pembunuhan terhadap ikan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Jika ikan yang akan
dibunuh berukuran kecil maka pembunuhan dilakukan dengan cara memotong kepalanya
dengan menyayatnya tepat pada kuduknya dengan gunting yang tajam. Untuk ikan yang
berukuran besar dilakukan dengan memukul batok kepalanya dengan benda keras atau
tumpul atau dengan memberikan kejutan listrik pada kepala, dengankekuatan cukup. Hal
ini juga dapat dilakukan dengan memberikan anaesthesia, tetapi ini dapat berpengaruh
pada mikroba penyebab penyakit, khusunya parasit atau protozoa tertentu. Setelah
dilakukan pembunuhan kemudian dilakukan pemeriksaan atau perubahan patologis baik
secara eksternal maupun internal.

4.2.1 Ikan nila (Oreochromis niloticus)


Pada praktikum ini digunakan dua ikan nila yang berukutan berbeda. Setelah ikan
mati kemudian diamati organ eksternal dan internalnya.
1. Perubahan Patologis Organ Eksternal
Setelah dilakukan pembunuhan pada ikan kemudian dilakukan pemeriksaan perubahan
patologis organ eksternal antara lain : pemeriksaan kulit atau sisik, sirip, mulut dan dubur,
insang dan mata.
a. Pemeriksaan kulit/sisik
Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan kulit/sisik ikan nila dengan cara
memperhatikan kulit/sisik secara menyeluruh terhadap adanya ektoparasit, lesi local, sisik
yang mencuat, nodula, ulkas, luka kecil serta bercak warna. Dibuat preparat jika
dimungkinkan atau dicurigai terdapat ektoparasit yaitu dengan mengerok sedikit
permukaan kulit yang dicurigai, kemudian ditaruh diatas kaca obyek. Lalu dicampur
dengan 1-2 tetes air dan diperiksa dibawah mikroskop. Tetapi pada praktikum ini tidak
dilakukan pengamatan dibawah mikroskop karena tidak ada kecurigaan adanya ektoparasit
pada kulit/sisik. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil bahawa pada ikan nila
(Oreochromis niloticus ) yang berukuran besar tidak terdapat kelainan pada kulit/sisik, dan
sisik tidak mencuat. Sedangkan pada ikan nila (Oreochromis niloticus ) yang berukuran
kecil terdapat sisik yang mencuat.

Gambar adanya sisik yang mencuat


Sisik mencuat di duga disebabkan karena....
a. Sirip
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap kulit/sisik kemudian dilakukan pemeriksaan
terhadap sirip. Sirip yang rusak karena penyakit ditandai dengan adanya sobekan
kecil/besar yang meninggalkan lubang menganga, lokasi kemerahan pada pangkal sirip
atau hanya sobek saja atau adanya bintil putih seperti buah anggur serta adanya bentukan
seperti kapas halus berwarna keputihan. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pada
ikan nila (Oreochromis niloticus ) yang berukuran besar tidak terdapat kelainan pada sirip.
Sedangkan pada ikan nila (Oreochromis niloticus ) yang berukuran kecil terdapat sirip ekor
yang sobek, terdapat bercak-bercak merah dan bintil-bintil merah pada sirip, dan terdapat
lendir yang berlebihan.

Gambar adanya bintik-bintik merah pada sirip


Hal ini diduga disebabkan karena Myxobulus sp. yang merupakan protozoa yang
banyak menyerang ikan. Penyakitnya disebut Myxosporeasis. Ciri-ciri ikan yang terserang
adalah timbulnya bintil berwarna kemerah-merahan. Bintil ini merupakan kumpulan dari
ribuan spora. Penyakit ini sangat berbahaya sebab dapat membawa kematian sampai 80%
(Afrianto dan Liviawaty, 1992). Pengobatannya belum banyak duiketahui. Pencegahannya
dengan pengapuran sebanyak 25 kg/ha. Sedangkan ikan yang terserang sebaiknya
dimusnahkan dengan cara mengubur atau membakarnya.
b. Mulut dan Dubur
Pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan pada mulut dan dubur. Jika ikan terserang
penyakit pada mulut dan dubur biasanya terdapat bercak kemerahan ataupun adanya ulkas,
bentuknya menyerupai kelompok filamen berwarna keputihan disekitar mulut dan adanya
pembengkakan dan lokasi kemerahan pada dubur. Dari hasil pengamatan didapatkan
bahwa pada ikan nila (Oreochromis niloticus ) yang berukuran besar tidak terdapat
kelainan pada mulut. Tetapi dubur berwarna kemerahan. Sedangkan pada ikan nila
(Oreochromis niloticus ) yang berukuran kecil dubur berwarna merah dan mulut berlendir
berlebihan.

Gambar dubur berwarna kemerahan


Hal ini diduga disebabkan karena....
c. Insang
Pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan pada insang. Jika ikan terserang penyakit
pada insang biasanya terdapat perubahan warna (menjadi gelap/sebaliknya pucat),
hypervaskularisasi, produk lendir yang berlebihan, lesi diantara lembaran-lembaran insang,
atrofi, hypertrofi, terdapat nodula dan tumbuhan semacam kapas serta juga pada
permukaan insang yang kasar. Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan cara menguak
lembaran insang dengan scalpel atau ujung gunting tipis dan pinset. Dari hasil pengamatan
didapatkan bahwa pada ikan nila (Oreochromis niloticus ) yang berukuran besar terdapat
kelainan pada insang yaitu adanya lendir berlebihan dan terdapat bercak-bercak putih.
Sedangkan pada ikan nila (Oreochromis niloticus ) yang berukuran kecil terdapat lendir
yang berlebihan serta berwarna merah hati tidak mengkilap.

Gambar adanya bercak-bercak putih pada insang


Hal ini diduga disebabkan karena terserang bakteri Aeromonas hydrophilla,
A.salmonicida, dan Pseudomonas flourescens. Adapun penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Aeromonas disebut Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau sering juga disebut
Hemorrhage Septicemia. Penularannya melalui air, kontak badan dan peralatan yang
tercemari bakteri ini. Ikan-ikan yang terserang bakteri ini memperlihatkan gejala-gejala
antara lain insangnya berwarna keputih-putihan (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Pengendaliannya menggunakan antibiotik melalui penyuntikan, perendaman atau dicampur
dalam pakan. Antibiotik Chloramphenicol, Oxytetracyclin dan Streptomycin dapat
digunakan untuk memberantas bakteri ini. Dengan melarutkan sebuah kapsul antibiotik
(250 mg) ke dalam 0.5 m3 air tawar, ikan yang terserang kemudian direndam selama 2
jam. Pengobatan ini dapat diulang sebanyak 2 - 5 kali sampai ikan sembuh.
d. Mata
Pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan pada mata ikan. Jika mata terserang
penyakit maka akan terlihat adanya kekeruhan mata, mata melesek ke dalam/melotot
keluar dan adanya infestasi jamur menutupi mata seperti bentukan menyerupai kapas
berwarna keputihan. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pada ikan nila
(Oreochromis niloticus ) yang berukuran besar tidak terdapat kelainan pada mata.
Sedangkan pada ikan nila (Oreochromis niloticus ) yang berukuran kecil terdapat kelainan
yaitu mata melesek kedalam. Hal ini diduga disebabkan karena...

2. Perubahan Patologis Organ Internal


Setelah dilakukan pembunuhan pada ikan kemudian dilakukan pemeriksaan perubahan
patologis organ internal yang dapat dilakukan dengan cara autopsi, yaitu pembedahan
tubuh ikan yang dilakukan melalui berbagai irisan. Langkah awal yang dilakukan dalam
praktikum ini adalah ikan yang sudah mati diletakkan pada sisi kanan tubuhnya dan sisi
kiri menghadap ke atas, kemudian dibuat irisan untuk membelah tubuh ikan, dengan ncara
sebagai berikut :
1. Irisan ventral, yaitu dibuat memanjang mulai dari dubur, ke depan sepanjang garis
medioventral tubuh sampai dibawah insang
2. Irisan lateral, yaitu dibuat dari dubur berupa parabola (melengkung ke atas) sampai
ujung dorsal insang
3. Irisan opercular, yaitu dibuat mulai dari ujung insang vertikal, melengkung kedepan
sampai ujung dorsalnya, insang juga dipotong. Dengan irisan ini semua organ internal
sudah kelihatan
4. Irisan cranial, yaitu dibuat pada batok kepala ikan, dibuat berbentuk elips, dibuat
dengan scalpel tajam, setelah batok terangkat, otak akan terlihat jelas
Setelah itu kemudian dilakukan pemeriksaan organ internal antara lain : gonad, saluran
pencernaan, gelembung renang/swim bladder, ginjal, hati, jantung, limfa, rongga perut, dan
otak.
a. Gonad
Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan organ internal yaitu gonad ikan nila dengan
cara memperhatikan gonad secara menyeluruh. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa
pada ikan nila (Oreochromis niloticus ) yang berukuran besar tidak terdapat kelainan pada
gonad. Begitu pula dengan ikan nila (Oreochromis niloticus ) yang berukuran kecil. Gonad
pada ikan nila terlihat sudah matang dan tidak ada kelainan.

Gambar gonad pada ikan nila kecil(kiri), ikan nila besar(kanan)


b. Saluran Pencernaan
Pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan pada saluran pencernaan ikan. Dari hasil
pengamatan didapatkan bahwa pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berukuran
besar terdapat kelainan yaitu tidak ditemukan makanan pada usus, kemungkinan nafsu
makan berkurang, dan terdapat banyak cairan eksudat. Begitu pula pada ikan nila
(Oreochromis niloticus) yang berukuran kecil terdapat kelainan yaitu usus berwarna pucat,
usus kososng tidak berisis, dan terdapat cairan eksudat.

Gambar usus berwarna pucat dan kososng


Hal ini diduga disebabkan karena adanya protozoa. Penyakitnya disebut Trichodiniasis
(Afrianto dan Liviawati 1992; Djarijah, 1995). Ikan yang terserang penyakit ini nafsu
makan hilang, produksi lendir bertambah banyak, banyak mengeluarkan cairan eksudat dan
usus berwarna pucat. Pencegahannya dengan melakukan pengelolaan air secara baik dan
pemberian pakan yang cukup. Pengobatannya dengan merendam ikan yang terserang ke
dalam larutan garam 30 ppm, larutan formalin 15 ppm (Afrianto dan Liviawati, 1992;
Djarijah, 1995).
c. Hati
Pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan pada hati ikan. Dari hasil pengamatan
didapatkan bahwa pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berukuran besar terdapat
kelainan yaitu hypertropi, berwarna pucat, kantong empedu berwarna merah tua. Begitu
pula pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berukuran kecil terdapat kelainan yaitu
hypertropi, berwarna pucat, kantong empedu berwarna merah tua.

Kantong
empedu

hati

Gambar hati dan kantong empedu ikan nila kecil (kiri), ikan nila besar (kanan)
Warna pucat pada hati diduga disebabkan karena....
d. Limpa
Pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan pada limpa ikan. Dari hasil pengamatan
didapatkan bahwa pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berukuran besar tidak
terdapat kelainan. Begitu pula pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berukuran kecil
tidak terdapat kelainan, limpa terlihat berwarna merah tua gelap.

limpa

Gambar limpa pada ikan nila kecil

4.2.2 Udang Windu (Penaeus monodon)


1. Perubahan Patologis Organ Eksternal
Udang windu (Penaeus monodon) yang digunakan pada praktikum ini adalah 4 ekor.
Setelah dilakukan pembunuhan pada udang kemudian dilakukan pemeriksaan perubahan
patologis organ eksternal antara lain : pemeriksaan kulit atau sisik, sirip, mulut dan dubur,
insang dan mata. Pada praktikum udang kali ini organ eksternal yang diamati adalah insang
dan mata. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa insang pada udang windu berwarna
putih pucat dan terdapat bercak pada satu udang. Sedangkan pada mata terlihat mata
melotot keluar.

mata

Gambar udang windu


2. Perubahan Patologis Organ Internal
Setelah dilakukan pemeriksaan organ eksternal kemudian dilakukan pemeriksaan
organ internal antara lain : gonad, saluran pencernaan, gelembung renang/swim bladder,
ginjal, hati, jantung, limfa, rongga perut, dan otak. Tetapi pada praktikum kali ini organ
internal udang yang diamati adalah saluran pencernaan. 4 udang windu (Penaeus
monodon) hypatopankreasnya hancur, 3 ekor udang nafsumakannya menurun dan 1 ekor
udang tidak nafsu makan.

Afrianto, E., E. Liviawaty, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit
Kanisius, Jakarta.

Pesan buat evik :


- Aq ada yg belum tau penyebabnya, km baca lagi ya....
- Kurang yang udang vaname
- Kurang macam2 penyakit yang menyerang nila dan udang

Anda mungkin juga menyukai