Anda di halaman 1dari 43

PENGUKURAN

by
Yayan Azhary 1710121210026

Program Studi Pendidikan Fisika


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Pokok Bahasan : Pengukuran
Alokasi Waktu : 3 x 3 Jam Pelajaran (1 JP = 45 menit)

A. Kompetensi Inti
No Kompetensi Inti
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
KI-2
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
KI-3 kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, sertpa menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
KI-4
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.

2
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Materi Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar (KD)
Pokok Kompetensi (IPK)
Pengukuran 3.2 Menerapkan prinsip-prinsip Aspek Kognitif (Produk)
pengukuran besaran fisis,
Pertemuan Pertama
ketepatan, ketelitian, dan
angka penting, serta notasi 3.2.1 Menjelaskan konsep
ilmiah pengukuran, dimensi
suatu besaran
3.2.2 Menentukan ketelitian
dan ketepatan beberapa
alat ukur panjang
Pertemuan Kedua
3.2.3 Menjelaskan kesalahan
dan ketidakpastian
pengukuran berulang
pada pengukuran
panjang dan waktu.
3.2.4 Menjelaskan operasi-
operasi dalam angka
penting
4.2 Menyajikan hasil pengukuran Aspek Psikomotor (Proses)
besaran fisis berikut
Pertemuan Ketiga
ketelitiannya dengan
menggunakan peralatan dan 4.2.1 Mempraktekkan cara
teknik yang tepat serta penggunaan alat ukur
mengikuti kaidah angka dengan ketelitian dan
penting untuk suatu ketepatan.
penyelidikan ilmiah 4.2.2 Menentukan
ketidakpastian
pengukuran sesuai
percobaan yang
dilakukan
4.2.3 Menyajikan data hasil
pengukuran tunggal
beserta
ketidakpastiannya
4.2.4 Menentukan angka
penting hasil

3
pengukuran

C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1
3.2.1.1 Peserta didik dapat menjelaskan konsep pengukuran, dimensi suatu
besaran
3.2.2.1 Diberikan gambar alat ukur jangka sorong, peserta didik dapat
menentukan ketelitian dan ketepatan alat ukur tersebut.
Pertemuan 2
3.2.3.1 Diberikan hasil pengukuran berulang, peserta didik dapat menjelaskan
kesalahan dan menentukan ketidakpastian.
3.2.4.1 Diberikan penjelasan langsung, peserta didik diharapkan dapat
menjelaskan operasi-operasi dalam angka penting.
Pertemuan 3
4.2.1.1 Diberikan alat ukur mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup dan
stopwatch, peserta didik dapat mempraktekkan cara penggunaan alat ukur
tersebut dengan benar.
4.2.2.1 Peserta didik dapat menentukan ketidakpastian pengukuran sesuai
percobaan yang dilakukan
4.2.3.1 Peserta didik dapat menyajikan data hasil pengukuran tunggal beserta
ketidakpastiannya
4.2.4.1 Peserta didik dapat menentukan angka penting hasil pengukuran
Aspek Afektif (Fokus nilai-nilai sikap)
Diberikan aktivitas untuk berpartisipasi selama proses pembelajaran, peserta didik
dapat menunjukkan sikap tanggung jawab dan pantang menyerah berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan.

D. Strategi, Model dan Metode Pembelajaran


Pendekatan : Teacher Centered
Model : Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), Problem Based
Learning
Metode : Diskusi, tanya jawab, dan eksperimen

4
E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Alokasi
Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
1. Membuka pelajaran dan mengucapkan salam serta mengecek
kehadiran siswa
2. Apersepsi: 10
“Pada saat kalian di SMP sudah mempelajari tentang macam- Menit
macam besaran fisika. Coba sebutkan contoh-contoh dari besaran
tersebut?”
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan
menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari
Kegiatan Inti
Fase 2. Menyajikan informasi
4. Menyampaikan konsep pengukuran, dimensi suatu besaran
Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
5. Peserta didik dibagi menjadi menjadi kelompok-kelompok dan tiap
kelompok berjumlah 4-5 orang 115
6. Membimbing pelatihan awal dengan meminta siswa dalam Menit
kelompok mendiskusikan 1 soal di LKS
Fase 4. Membimbing Kelompok Belajar
7. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik melalui
Tanya jawab pada saat siswa mengerjakan soal yang lain
Fase 5. Evaluasi
8. Memberikan pelatihan lanjutan dengan meminta kelompok
mendiskusikan 2 soal selanjutnya
Penutup
10
9. Membimbing membuat kesimpulan dan menemukan jawaban dari Menit
permasalahan dari permasalahan awal yang di berikan
10. Membimbing siswa mengevaluasi proses belajar
11. Mengecek pemahaman siswa dengan meminta siswa mengerjakan

5
lembar penilaian (apabila waktu tidak mencukupi dijadikan PR)
12. Mengingatkan siswa untuk memperlajari materi

Pertemuan Kedua
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
1. Membuka pelajaran dan mengucapkan salam serta mengecek
kehadiran siswa
2. Apersepsi:

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan


menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari

Kegiatan Inti
Fase 2. Menyajikan informasi
4. Menjelaskan kesalahan dan ketidakpastian pengukuran berulang
pada pengukuran dan operasi-operasi dalam angka penting

Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar

5. Peserta didik dibagi menjadi menjadi kelompok-kelompok dan


tiap kelompok berjumlah 4-5 orang

6. Membimbing pelatihan awal dengan meminta siswa dalam


kelompok mendiskusikan 1 soal di LKS

Fase 4. Membimbing Kelompok Belajar

7. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik melalui


Tanya jawab pada saat siswa mengerjakan soal yang lain

Fase 5. Evaluasi

8. Memberikan pelatihan lanjutan dengan meminta kelompok

6
mendiskusikan 2 soal selanjutnya

Penutup

9. Membimbing membuat kesimpulan dan menemukan jawaban


dari permasalahan dari permasalahan awal yang di berikan

10. Membimbing siswa mengevaluasi proses belajar

11. Mengecek pemahaman siswa dengan meminta siswa


mengerjakan lembar penilaian (apabila waktu tidak mencukupi
dijadikan PR)

12. Mengingatkan siswa untuk memperlajari materi

Pertemuan Ketiga (Problem Based Learning)

KEGIATAN
Pendahuluan (± 10menit)
1. Mengorientasikan siswa pada masalah
a. Memberi salam dan memimpin siswa berdoa.
b. Mengecek kehadiran siswa.
c. Meminta siswa mengingat materi terdahulu mengenai besaran fisis,
dimensi, alat-alat ukur dan ketelitiannya, ketidakpastian serta angka
penting.
d. Menampilkan animasi mengenai peristiwa melakukan pengukuran.
(mengamati)
e. Meminta siswa mengidentifikasikan masalah dari animasi yang
ditampilkan. (mengamati)
f. Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu percobaan
melakukan pengukuran besaran panjang.
g. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti (±120menit)
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
a. Membagi siswa dalam kelompok-kelompok penyelidikan.
b. Membagikan LKS 3 pada masing-masing kelompok.
c. Mencontohkan kembali penggunaan alat-alat ukur besaran panjang
dengan memperhatikan ketepatan dan ketelitian.

7
d. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menanggapi.
(menanya)

3. Membimbing penyelidikan siswa dalam kelompok


a. Membimbing siswa merumuskan masalah dan hipotesis. (menanya)
b. Membimbing siswa mengidentifikasi variabel. (mengamati)
c. Membimbing siswa mendefinisioperasionalkan variabel. (menanya)
d. Membimbing siswa melakukan percobaan dipandu LKS 3. (mencoba)
e. Meminta siswa mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
f. Mengamati dan menilai proses tersebut.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Mengasosiasi:
a. Membimbing siswa mengolah dan menyajikan data hasil pengukuran
dengan memperhatikan ketepatan, ketelitian, dan aturan angka penting.
b. Membimbing siswa menyimpulkan percobaan yang dilakukan.
Mengkomunikasikan:
c. Membimbing siswa membuat laporan lengkap kegiatan percobaan.
d. Meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menyampaikan
laporan hasil percobaan.
5. Menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah
Mengkomunikasikan:
a. Meminta setiap kelompok menanggapi hasil kerja kelompok lain.
b. Membimbing siswa dalam mengevaluasi pemecahan masalah.
Menanya:
c. Memberi kesempatan bertanya kepada siswa dan menanggapinya.
Penutup (± 5 menit)
6. Membimbing siswa membuat kesimpulan dan merangkum pembelajaran.
7. Memberikan tugas PR per individu (jika diperlukan).
8. Mengingatkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya mengenai
penjumlahan vektor.

F. Teknik Penilaian dan Instrumen Penilaian


a. Teknik Penilaian
Produk : tes tertulis

8
Proses : pengamatan
Sikap : pengamatan
b. Instrumen Penilaian
Produk : tes uraian (Terlampir)
Proses : lembar pengamatan (Terlampir)
Sikap : lembar pengamatan sikap (Terlampir)

G. Media, Alat dan Sumber Belajar


1. Media : Power Point, LKPD Pengukuran (LKPD-01)
2. Alat : Laptop, spidol, papan tulis, proyektor
3. Sumber Materi Ajar :
- Kanginan, Marthen. 2016. Fisika untuk SMA/MA Kelas X Kelompok
Perminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam. Jakarta: Erlangga.

Banjarmasin, Oktober 2018


Pengajar

Yayan Azhary
NIM 1710121210026

9
Tes Hasil Belajar (THB) Fisika
PENGUKURAN

Waktu : 45 menit (1 JP)

Petunjuk pengerjaan soal:


Tulislah nama, kelas, no. Absen, dan hari/tanggal ujian, seperti format di bawah ini.

NAMA : ............................................................
KELAS : ............................................................
NO. ABSEN : ............................................................
HARI, TANGGAL : ............................................................

Kemudian jawablah soal di bawah ini dengan benar. Periksalah jawaban Anda terlebih dahulu
sebelum dikumpulkan.

Soal:
1. Sebutkan perbedaan besaran pokok dan besaran turunan beserta
contohnya masing-masing.
2. Sebutkan kegunaan alat-alat ukur besaran fisis beserta ketelitiannya.
3. Tentukan banyak angka penting pada hasil-hasil pengukuran dibawah ini.
(a) 32,45 kg (c) 0,000 76 kg
(b) 8,00006 kg (d) 0,000 030 m
Perhatikan penulisan angka penting berdasarkan aturan angka penting.
4. Perhatikan penulisan pelaporan fisika berikut.
a) Manakah yang memiliki ketepatan lebih tinggi:
𝑇1 = (3,00 ± 0,05) sekon atau 𝑇2 = (3,00 ± 0,005)sekon?
b) Manakah yang memiliki ketelitian lebih tinggi:
𝑉1 = (80 ± 1) volt atau 𝑉2 = (60 ± 1) volt?
5. Perhatikan gambar di bawah, laporkan hasil pengukuran tersebut lengkap
dengan ketidakpastiannya. (Perhatikan ketepatan, ketelitian, dan aturan
angka penting)

10
LKPD

1. Apa perbedaan antara besaran pokok dan besaran turunan?

2. Kecepatan partikel dinyatakan dengan 𝑣 = 𝑃 + 𝑄𝑡 + 𝑅𝑡 2 . Dalam


persamaan ini 𝑣 menunjukkan kecepatan dan 𝑡 adalah waktu. Tentukan
dimensi dan satuan SI dari 𝑃, 𝑄, 𝑅

3. Ubahlah setiap besaran di ruas kiri menjadi nilai ekivalennya dalam satuan
di ruas kanan.
𝑘𝑚
(a) 50 mm = …m (b) 0,8 hm2 = …m2 (c) 72 =
𝑗𝑎𝑚
𝑚
…𝑠

4. Tentukan dimensi dari besaran-besaran berikut.


(a)Volume (c) percepatan
(b)Massa jenis (d) usaha

5. Jelaskan kesalahan-kesalahan dalam pengukuran serta ketidakpastian pada alat


ukur neraca Ohauss 3 lengan dan stopwatch!

6. Hasil pengukuran tebal buku A menggunakan jangka sorong adalah 3,45 x 10 -2


m. Kemudian hasil pengukuran buku B menggunakan mikrometer sekrup adalah
6,54 x 10-3 m. Jika buku A dan buku B ditumpuk, maka berapakah tebal buku AB
dalam satuan cm dengan memperhatikan notasi ilmiah dan aturan angka penting?

11
MATERI AJAR
PENGUKURAN

Pada bab ini, Anda akan


mempelajari:

A. BESARAN DAN
SATUAN
B. PENGUKURAN

Di SMP kelas VII Anda telah mempelajari besaran, satuan, dan pengukuran. Pada
bab ini materi ini dikembangkan sampai melaporkan hasil pengukuran lengkap
dengan ketidakpastiannya, analisis dimensi, dan pengolahan data hasil percobaan
dengan menggunakan aturan angka penting. Dalam percobaan fisika yang Anda
lakukan, Anda hampir pasti melakukan pengukuran.
Sebagai contoh, untuk mengukur panjang handout fisika ini Anda dapat
menggunakan mistar. Dapatkah Anda menggunakan mistar untuk mengukur
diameter sebuah kelereng atau tebal selembar uang kertas? Dalam keseharian
Anda menyatakan panjang sebuah pensil adalah 15cm. Apakah Anda juga boleh
menyatakan hasil pengukuran panjang pensil menggunakan mistar dengan 15cm?
Besaran apa saja yang Anda telah ketahui? Apakah besaran tersebut sama dengan
besaran yang sering Anda jumpai dalam kehidupan sehari-hari?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ayo pelajari materi ini
dengan gembira dan antusias.

12
A. BESARAN DAN SATUAN

Ayo Cek Kemampuan Prasyarat

Sebelum mempelajari materi subbab ini, jawablah soal-soal berikut ini. Jika Anda berhasil
mengerjakan dengan baik, Anda akan mudah mempelajari materi berikutnya.

1. Sebutkan besaran-besaran pokok yang telah anda kenal, lengkap dengan satuannya.
2. Sebutkan besaran-besaran turunan yang telah anda kenal, lengkap dengan satuannya.
3. Tulis rumus massa jenis kemudian tentukan satuannya.
Berapakah:
(a) 2,5 g/cm3 =…..kg/m3 (b) 0,8 g/cm3= …. Kg/m3

Di SMP Anda telah mendefinisikan besaran fisika sebagai segala sesuatu yang
dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Anda juga telah mengetahui bahwa
besaran fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih
dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain. Ada tujuh besaran pokok, yaitu:
panjang, massa, waktu, suhu, kuat arus listrik, intensitas cahaya, dan jumlah zat.
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran
pokok. Misalnya, luas yang dirumuskan sebagai panjang x lebar, volum yang
dirumuskan sebagai panjang x lebar x tinggi, termasuk besaran turunan karena
volum diturunkan dari tiga besaran panjang. Beberapa besaran turunan lain dalam
mekanik, dapat Anda lihat pada tabel 3.

1. Sistem Internasional
Sebelum adanya standar internasional, hamper setiap Negara menetapkan system
satuannya sendiri. Sebagai contoh, satuan panjang di negeri kita adalah hasta dan
jengkal, di Inggris dikenal inci dan kaki ( feet), dan di Prancis digunakan meter.
Penggunaan bermacam-macam satuan untuk suatu besaran ini menimbulkan
kesukaran. Kesukaran pertama adalah diperlukannya bermacam-macam alat ukur
yang sesuai dengan satuan yang digunakan. Kesukaran kedua adalah kerumitan
konversi dari satu satuan ke satuan lainnya, misalnya dari jengkal ke kaki. Ini
disebabkan tidak adanya keteraturan yang mengatur konversi satuan-satuan
tersebut.
Akibat kesukaran yang ditimbulkan oleh penggunaan sistem satuan yang berbeda
maka muncul gagasan untuk menggunakan hanya satu jenis satuan saja untuk
besaran-besaran dalam ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Suatu perjanjian

13
internasional telah menetapkan satuan Sistem Internasional (International System
of Units) disingkat satuan SI. Satuan SI ini diambil dari sistem metrik yang telah
digunakan di Prancis setelah revolusi tahun 1789. Karena ada tujuh besaran
pokok, maka juga ada tujuh satuan pokok dalam SI, yaitu: meter (m), kilogram
(kg), sekon (s), ampere (A), Kelvin (K), candela (cd), dan mole (mol). Dalam
bagian ini kita hanya akan membahas tiga besaran yang paling sering digunakan
dalam mekanika, yaitu panjang, massa, dan waktu. Besaran pokok lainnyakan
dibahas pada bab yang berkaitan dengan besaran pokok tersebut.

a. Besaran Panjang
Panjang adalah jarak dalam satuan ruang. Perlihatkan lengan anda dan bentangkan
jari anda, maka jarak antara siku dan ujung jari terjauh anda dikenal sebagai satu
cubit. Inilah cara yang dilakukan selama lebih 4000 tahun lalu di Mesir dan
Mesopotamia. Jadi, satu cubit diambil sebagai satuan panjang. Piramida besar
masa lalu dibangun dengan standar cubit. Seperti telah disebutkan bahawa sangat
sukar jika harus menggunakan satuan seperti ini. Ini karena satu cubit setiap orang
berbeda-beda.
Sekarang orang menggunakan meter sebagai satuan SI. Semula satu meter
(disingkat m) ditetapkan sebagai jarak antara dua goresan pada meter standar
sehingga jarak dari kutub utara ke khatulistiwa melalui Paris adalah 10 juta meter.
Meter standar adalah sebuah batang yang terbuat dari campuran platina-iridium.
Meter standar sulit untuk dibuat ulang, karena itu dibuatkan turunannya-
turunannya dengan proses yang sangat teliti, dan disebarkan ke berbagai
laboratorium standar di berbagai negara. Standar sekunder inilah yang digunakan
untuk mengkalibrasi berbagai alat ukur lain.
Ada beberapa kendala dalam penggunaan meter standar ini sebagai standar
primer untuk panjang. Pertama, meter standar mudah rusak (misalnya oleh
kebakaran) dan jika rusak, batang ini sukar dibuat ulang. Kedua, ketelitian
pengukuran tidak lagi memadai untuk ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Sebagai bukti adalah diperlukannya koreksi-koreksi perhitungan dalam
perjalanan misi ruang angkasa.
Definisi baru satuan meter: “satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya
(dalam vakum) dalam selang waktu 1/299 792 458 sekon.” (CGPM ke-17, 1983).

14
Gambar 1. Sketsa definisi baru 1 meter

b. Besaran Massa
Orang awam sering menyamakan massa dengan berat. Dalam Fisika kedua istilah
ini berbeda. Massa berkaitan dengan jumlah zat (materi) yang dikandung suatu
benda. Sedangkan berat adalah gaya berarah ke pusat Bumi yang dikerjakan oleh
Bumi pada suatu benda. Karena itu, massa tetap, tidak bergantung pada lokasi
benda, sedangkan berat senantiasa berubah, bergantung pada lokasi benda.
Dalam SI satuan massa adalah kilogram (disingkat kg). Satu kilogram
adalah massa sebuah kilogram standar (sebuah silinder terbuat dari platina-
iridium, Gambar 1.15), yang disimpan di lembaga Timbangan dan Ukuran
Internasional (CGPM ke-1, 1899).

c. Besaran Waktu
Kejadian berulang secara teratur seperti rotasi dan revolusi bumi dapat digunakan
untuk mengukur waktu. Lebih 3000 tahun lalu bangsa Mesir membagi siang dan
malam hari atas 12 jam yang sama. Aritmetika bangsa Babilonia memiliki
bilangan dasar 60. Ini kemungkinan yang menyebabkan ketika jam mekanik
berhasil dibuat pada abad ke-14, 1 jam dibagi lagi atas 60 menit. Kemudian ketika
jam mekanik bisa mengukur selang waktu yang lebih singkat, 1 menit dibagi lagi
atas 60 sekon.
Besaran pokok, satuan, dan dimensinya

Tabel 1.
Besaran Pokok Satuan Singkatan Dimensi
Panjang meter m [L]
Massa kilogram kg [M]
Waktu sekon s [T]

15
Kuat arus listrik ampere A [I]
Suhu Kelvin K [Ө]
Jumlah zat Mol Mol [N]
Intensitas cahaya kandela cd [J]

Satuan SI dari waktu adalah sekon (disingkat s) yang didefinisikan sebagai selang
waktu yang diperlukan oleh atom, sesium-133 untuk melakukan getaran sebanyak
9 192 631 770 kali dalam transisi antara dua tingkat energi di tingkat energi
dasarnya (CGPM ke-13; 1967).

2. Keunggulan Satuan SI
Satu keunggulan sistem metrik yang diadopsi dalam satuan SI adalah mirip
dengan sistem bilangan kita, yaitu sistem desimal. Satuan tiap besaran fisika dapat
dinyatakan dalam satuan pokok SI, yaitu m, kg, dan s hanya dengan menggunakan
awalan. Awalan menyatakan kelipatan yang semuannya merupakan pangkat dari
10 (10n dengan n adalah bilangan bulat), persis seperti sistem desimal. Awalan-
awalan ini ditunjukkan pada Tabel 1.5. awalan-awalan ini dapat digunakan untuk
semua sistem SI. Sebagai contoh 0,01 m sama dengan 1 cm; 0,001 sekon sama
dengan 1 ms; 1000 g sama dengan 1 kg; dan 1 000 000 watt sama dengan 1 MW.

Awalan-awalan pada satuan SI (menyatakan pangkat dari 10)

Tabel 2.
Awalan Singkatan Kelipatan Contoh
piko p 1/1 000 000 000 000 pikometer (pm)
nano n atau 10-12 nanometer (nm)
-
1/1 000 000 000 atau 10
mikro µ 9
mikrogram (µg)
mili m milligram
1/1 000 000 atau 10-6 (mg)
senti c
1/ 1 000 atau 10-3 sentimeter (cm)
desi d
1/100 atau 10-2 desimeter (dm)
-1
1/10 atau 10
pengali
1 000 000 000 000 atau

16
tera T 1012 terameter (Tm)
giga G 1 000 000 000 atau 109 gigameter
(Gm)
mega M 1 000 000 atau 106
megagram (Mg)

3. Satuan Besaran Turunan


Anda telah mengetahui bahwa besaran turunan diturunkan dari dua atau lebih
besaran pokok. Dengan demikian, satuan besaran turunan pun diturunkan dari
satuan-satuan besaran pokok. Misalnya luas = panjang x lebar, maka satuan luas
adalah m x m = m2. Volum = panjang x lebar x tinggi, maka satuan volum adalah
m x m x m = m3. Massa jenis = massa/volum, maka satuan massa jenis adalah
kg/m3 atau kg m-3. Kecepatan = perpindahan/waktu, maka satuan kecepatan
adalah m/s atau m s-1. Percepatan = perubahan kecepatan/waktu, maka satuan
percepatan adalah m s-1/s = m/s2 atau m s-2. Beberapa satuan besaran turunan
dalam mekanika didaftar pada tabel 3.

Beberapa besaran turunan, dimensi, dan satuannya

Tabel 3.
Besaran turunan Rumus Dimensi Satuan dan singkatan
Luas panjang x lebar [L]2 m2
Volum panjang x lebar x tinggi [L]3 m3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
Massa jenis [M][L]-3 kg m-3
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚
Kecepatan 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 [L][T]-1 m s-1
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

Percepatan 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 [L][T]-2 m s-2


𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
Gaya [M][L][T]-2 kg m s-2 = newton (N)
massa x percepatan
Usaha dan energi [M][L]2[T]-2 kg m2 s-2 = joule (J)
gaya x perpindahan
Tekanan [M][L]-1[T]-2 kg m-1 s-2 = pascal (Pa)
𝑔𝑎𝑦𝑎
𝑙𝑢𝑎𝑠
Daya 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 [M][L]2[T]-3 kg m2 s-3 = watt (W)
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 [M][L][T]-1 kg m s-1 = N s

17
Impuls dan momentum gaya x waktu [M][L]2[T]-2 kg m2 s-2
Momen gaya x lengan

4. Konversi Satuan
Satuan-satuan dikali dan dibagi persis seperti operasi aljabar biasa. Fakta ini
memudahkan kita mengkonversi dari satu satuan ke nilai ekivalen dalam satuan
lainnya. Ide kuncinya adalah bahwa kita dapat menyatakan suatu besaran fisika
dalam dua satuan yang berbeda dan membentuk suatu persamaan. Sebagai contoh,
1 menit = 60 s, tidak kita artikan bahwa angka 1 sama dengan angka 60 s. Tetapi
yang kita maksud adalah selang waktu 1 menit sama dengan selang waktu 60 s.
Jika pada persamaan itu kedua ruas kita bagi dengan 60 s, kita peroleh:
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 𝑠
= 1 atau 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 1
60 𝑠
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 𝑠
atau 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 disebut faktor konversi. Jadi, faktor konversi memiliki nilai 1.
60 𝑠

Karena setiap besaran dapat dikalikan dengan 1 tanpa mengubah nilainya, kita
dapat mengkonversikan 5 menit menjadi nilai ekivalennya dalam sekon dengan
60 𝑠
mengalikannya dengan faktor konversi (1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡):
60 𝑠
5 menit = 5 menit x (1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 300 s
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Jika anda mengalikannya dengan faktor konversi ( ):
60 𝑠
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
5 menit = 5 menit x 60 𝑠

Anda tidak dapat mencoret satuan menit karena keduanya terdapat pada
pembilang. Ini menyatakan bahwa faktor konversi anda harus dibalik.

18
Contoh 1 Konversi satuan

Ubahlah setiap besaran di ruas kiri menjadi nilai ekivalennya dalam satuan di ruas kanan.
𝑘𝑚 𝑚
(a) 50 mm = …m (b) 0,8 hm2 = …m2 (c) 72𝑗𝑎𝑚 = … 𝑠

Jawab:

(a) 1 mm = 10-3 m (diperoleh dari tabel 2)


Bagi kedua ruas dengan 10-3 m sehingga diperoleh faktor konversi
1 𝑚𝑚 10−3 𝑚
atau
10−3 𝑚 1 𝑚𝑚
Untuk mengkoversi 50 mm ke nilai ekivalennya dalam meter, kita gunakan faktor konversi
10−3 𝑚
( ) supaya mm terdapat pada pembilang dan penyebut, sehingga dapat dicoret.
1 𝑚𝑚
10−3 𝑚
50 mm = 50 mm x
1 𝑚𝑚
= 50 x 10-3 m = 0,050 m
(b) 1 hm = 102 m
Bagi kedua ruas dengan 102 m sehingga diperoleh faktor konversi
1 ℎ𝑚 102 𝑚
atau
10−2 𝑚 1 ℎ𝑚
Sekarang anda dapat mengkonversikan 0,08 hm2 ke nilai ekivalennya dalam m.
102 𝑚 102 𝑚
0,08 hm2 = 0,08 x 1 hm x 1 hm x ( )x( )
1 ℎ𝑚 1 ℎ𝑚
= 0,08 x 104 m2 = 800 m2

1000 𝑚
(c) 1 km = 1000 m → faktor konversi = 1 𝑘𝑚
3600 𝑠
1 jam = 3600 s → faktor konversi = 1 𝑗𝑎𝑚
1000 𝑚
( 1 𝑘𝑚 )
𝑘𝑚 1 𝑘𝑚
72 𝑗𝑎𝑚 = 72 x 1 𝑗𝑎𝑚 x 3600 𝑠
( 1 𝑗𝑎𝑚 )
72 000 𝑚 𝐦
= = 20
3600 𝑠 𝐬

5. Dimensi
a. Apa yang dimaksud dengan Dimensi?
Volum sebuah balok adalah hasil kali panjang, lebar, dan tingginya. Panjang,
lebar, dan tinggi adalah besaran yang identik, yaitu ketiganya memiliki dimensi
panjang. Oleh karena itu, dimensi volum adalah panjang3. Jadi, dimensi suatu
besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok.
Dimensi besaran pokok dinyatakan dengan lambang huruf tertentu (ditulis
huruf besar) dan diberi kurung persegi, seperti diperlihatkan pada Tabel 3.
Dengan alasan praktis, sering Anda jumpai tanda kurung persegi itu dihilangkan.
Dimensi suatu besaran turunan ditentukan oleh rumus besaran turunan tersebut
jika dinyatakan dalam besaran-besaran pokok. Kasus ini ditunjukkan pada contoh
2 berikut ini.

19
Contoh 2 Menentukan dimensi suatu besaran
Tentukan dimensi dari besaran-besaran berikut.

(a) Volum (c) percepatan


(b) Massa jenis (d) usaha

Jawab:

(d) Volum adalah hasil kali panjang, lebar, dan tinggi yang ketiganya memiliki dimensi panjang, yaitu [L].
Oleh karena itu, dimensi volum:
[volum] = [panjang] [lebar] [tinggi]
= [L] [L] [L] = [L]3
(e) Massa adalah hasil bagi massa dan volum. Massa memiliki dimensi [M] dan volum memiliki dimensi
[L]3. Oleh karena itu, dimensi massa jenis:
[𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎]
[massa jenis] = [𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚]

[ M]
= = [M][L]-3
[L]3

(f) Percepatan adalah hasil bagi kecepatan (besaran turunan) dengan waktu (dimensi = [T]), sedangkan
kecepatan adalah hasil bagi perpindahan (dimensi = [L]) dengan waktu. Karena itu, dimensi kecepatan
ditentukan dahulu baru kemudian dimensi percepatan.
[𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛] [𝐿]
[kecepatan] = [𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢]
= [𝑇] = [L][T]-1

[𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛] [𝐿][𝑇]−1
[percepatan] = [𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢]
= [𝑇]
= [L][T]-2

(g) Usaha adalah hasil kali gaya (besaran turunan) dengan perpindahan (dimensi =[L]). Sedangkan gaya
adalah hasil kali massa (dimensi = [M]) dengan percepatan (besaran turunan). Karena itu, kita
tentukan dahulu dimensi percepatan (lihat (c)), kemudian dimensi gaya dan akhirnya dimensi
usaha.
[percepatan] = [L][T]-2 (diperoleh dari hasil (c))
[gaya] = [massa] [percepatan]
= [M] ([L][T]-2) = [M][L][T]-2
[usaha] = [gaya] [perpindahan]
= [M][L][T]-2 [L] = [M][L]2[T]-2

20
b. Menjumlahkan dan Mengurangkan Besaran
Massa A adalah 5 kg dan massa B adalah 3 kg. berapakah massa gabungan A dan
B? Berapakah selisih massa A dan B adalah 5 kg – 3 kg = 2 kg.
Massa A adalah 5 kg dan berat B adalah 30 N. Dapatkah anda menjumlahkan 5 kg
dan 30 N?
Dua besaran atau lebih hanya dapat dijumlahkan atau dikurangkan jika besaran-
besaran tersebut memiliki dimensi yang sama.
Misalkan ada besaran A.B, dan C, maka jumlah A + B + C dapat anda hitung jika
ketiganya memiliki dimensi yang sama. Untuk memahami dengan baik, simaklah
Contoh 3 berikut ini.
Contoh 3 Menjumlahkan dua besaran atau lebih
Lintasan sebuah partikel dinyatakan dengan x = A + Bt + Ct2. Dalam persamaan ini x menunjukkan
perpindahan dan t adalah waktu. Tentukan dimensi dan satuan SI dari A, B, C.
Jawab:
Dimensi ruas kiri harus sama dengan dimensi ruas kanan persamaan. Karena ruas kanan merupakan
penjumlahan dari tiga besaran, maka ketiganya hanya dapat dijumlahkan jika memiliki dimensi yang
sama, yaitu dimensi perpindahan ([L]).
x = A + Bt + Cr2
Dimensi x = [L] dan dimensi t = [T] sehingga,
[L] = [A] + [B] [T] + [C] [T]2 … (*)

Sesuai dengan prinsip penjumlahan besaran maka dari (*) Anda peroleh:
[A] = [L]
[𝐿]
[B] [T] = [L] → [B] = [𝑇] = [L]][T]-1
[𝐿]
[C] [T] = [L] → [C] = [𝑇]2 = [L][T]-2

Jika dimensi suatu besaran telah ditentukan maka satuan SI dan besaran itu dengan mudah dapat
Anda tetapkan dengan memasukkan satuan-satuan SI untuk setiap dimensi (meter untuk [L] dan
sekon untuk [T]).
Karena dimensi A = [L], ,maka satuannya adalah m
Karena dimensi B = [L][T]-1 maka satuannya adalah m s-1
Karena dimensi C = [L][T]-2 maka satuannya adalah m s-2
c. Apa Manfaat Analisis Dimensi?
Ada tiga manfaat analisis dimensi dalam fisika.

21
(1) Dapat digunakan untuk membuktikan dua besaran fisika setara atau
tidak. Dua besaran fisika hanya setara jika keduanya memiliki
dimensi yang sama dan keduanya termasuk besaran skalar atau
keduanya termasuk besaran vektor (Pelajari Contoh 4)
(2) Dapat digunakan untuk menentukan persamaan yang pasti salah atau
mungkin benar (Pelajari contoh 5).
(3) Dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisika
jika kesebandingan besaran fisika tersebut dengan besaran-besaran
fisika lainnya diketahui (Pelajari Contoh 6).

Contoh 4 Membuktikan dua besaran setara


Buktikan bahwa usaha dan energy adalah dua besaran skalar yang setara.

Jawab:

1
Dimensi usaha adalah [M][L]2[T]-2. Dimensi energi dapat ditentukan dari rumus energi = 2mv2 , m =
massa, memiliki dimensi [M], dan v = kecepatan, memiliki dimensi [L][T]-1 (lihat Contoh 2c). perhatikan,
1
suatu bilangan (dalam kasus ini 2 ) tidak memiliki dimensi. Jadi, dimensi energi:

[energi] = [m] [v]2

= [M] ([L][T]-1)2 = [M][L]2[T]-2

Karena usaha dan energi memiliki dimensi yang sama, yaitu [M][L]2[T]-2, dan keduanya termasuk
besaran skalar maka keduanya adalah besaran yang setara.

Sering kali kita dapat menentukan bahwa suatu rumus salah hanya dengan
melihat dimensi atau satuan dari kedua ruas persamaan. Sebagai contoh, ketika
kita menggunakan rumus A = [L]2 dan 2πr = [L] kita dengan cepat menyatakan
bahwa rumus tersebut salah karena dimensi kedua ruasnya tidak sama. Tetapi
ingat, jika kedua ruas memiliki dimensi yang sama, itu tidak berarti bahwa rumus
tersebut benar. Hal ini disebabkan pada rumus mungkin terdapat suatu angka atau
1 1
konstanta yang tidak memiliki dimensi, misalnya E k = mv2, di mana tidak bisa
2 2
diperoleh dari analisis dimensi.

22
Contoh 5 Menentukan persamaan pasti salah atau mungkin benar
Selidiki dengan analisis dimensi apakah persamaan-persamaan beriku salah atau mungkin benar?
𝑣
(a) 𝜆 = 𝑇 (b) v2 = v02 + 2as

Jawab:

(a) Panjang gelombang 𝜆 termasuk besaran panjang (dimensi = [L]), kecepatan v memiliki dimensi
[L][T]-1 dan periode T memiliki dimensi [T]. Mari kita selidiki dimensi dari kedua ruas.
[𝑣]
[𝜆] = [𝑇]

[𝐿][𝑇]−1
[L] = [𝑇]

[L] ≠ [L][T]-2
𝑣
Karena kedua ruas dimensinya tidak sama, maka persamaan 𝜆 = 𝑇 adalah pasti salah.

(b) Kecepatan v dan v0 memiliki dimensi [L][T]-1, percepatan a memiliki dimensi [L][T]-2, dan
perpindahan s memiliki dimensi [L]. Mari kita selidiki dimensi dari kedua ruas persamaan:
[v]2 ≟ [v0]2 + 2[a][s]
([L][T]-1)2 ≟ ([L][T]-1)2 + ([L][T]-2) ([L]) (2 tak berdimensi)
[L]2[T]-2 ≟ [L]2[T]-2 + [L]2[T]-2
Karena kedua ruas memiliki dimensi yang sama, maka persamaan v2 = v02 + 2as mungkin benar.

Contoh 6 Analisis dimensi untuk menentukan dimensi konstanta


Gaya gesekan yang dialami oleh sebuah bola dengan jari-jari r yang bergerak dengan kelajuan v di
dalam sejenis zat cair kental dirumuskan oleh F = krv, dengan k adalah suatu konstanta . tentukan
dimensi dan satuan dari k.

Jawab:

𝐹
Persamaan F = krv ditulis sebagai 𝑘 = 𝑟𝑣.

Dimensi gaya F adalah [M][L][T]-2. Dimensi jari-jari sama dengan dimensi panjang, [L], dna dimensi
kelajuan v adalah [L][T]-1. Jadi dimensi tetapan k adalah:

[𝐹] [M][L][T]−2
𝑘= [𝑟][𝑣]
= [L]([L][T]−1 ) = [M][L]−1 [T]−1

Satuan [M], [L], dan [T] berturut-turut adalah kg, m, dan s, sehingga satuan k adalah kg m-1 s-1.

23
Jika Anda bisa menentukan bagaimana kesebandingan suatu besaran dengan
besaran-besaran, Anda dapat menggunakan metode analisis dimensi utnuk
menentukan persamaan yang menghubungkan besaran-besaran tersebut. Anda
harus ingat karena dalam suatu persamaan mungkin muncul angka tanpa dimensi,
maka angka tersebut kita wakili dengan suatu konstanta tanpa dimensi, misalnya
konstanta k. untuk jelasnya, pelajari contoh 7 berikut ini.

Contoh 7 Analisis dimensi untuk menurunkan persamaan


Perhatikan gerak melingkar horizontal yang ditempuh oleh sebuah batu yang diikat pada ujung
seutas tali. Kita anggap bahwa gaya tegang F dalam kawat memiliki kesebandingan dengan besaran-
besaran berikut: massa batu m, kelajuan batu v, dan jari-jari lintasan r. Tentukan persamaan gaya
tegang dalam kawat (F).

Jawab:

Kita dapat menulis persamaan gaya tegang dalam kawat sebagai:

𝐹 = 𝑘𝑚 𝑥 𝑣 𝑦 𝑟 𝑧 …. (*)

Dimana x, y, dan z adalah pangkat yang tak diketahui dan k adalah tetapan tanpa dimensi.
Selanjutnya dengan menggunakan prinsip dimensi ruas kiri = dimensi ruas kanan, kita bisa
menghitung nilai x, y, dan z, dan akhirnya menemukan persamaan untuk gaya tegang dalam kawat.

Dimensi gaya F adalah [M][L][T]-2, dimensi massa m adalah [M], dimensi kelajuan v adalah [L][T]-1,
dan dimensi jari-jari adalah [L].

[𝐹] = 𝑘[𝑚] 𝑥 [𝑣]𝑦 [𝑟] 𝑧


[M][L][T]-2 = [M]x([L][T]-1)y[L]z
[M]1[L]1[T]-2 = [M]x[L]y+z[T]-y

Supaya dimensi ruas kiri = dimensi ruas kanan, maka pangkat dari [M], [L], dan [T] kedua ruas
harus sama.

Pangkat [M] : 1 = x → x=1


Pangkat [L] : -2 = -y → y=2
Pangkat [T] : 1=y+z
1=2+z → z = -1
Masukkan nilai-nilai x, y, dan z, pada persamaan (*), sehingga akan kita peroleh persamaan gaya
tegang dalam tali:

𝑚𝑣 2
𝐹 = 𝑘𝑚1 𝑣 2 𝑟 −1 atau 𝐹=𝑘 𝑟

24
B. PENGUKURAN

Ayo Cek Kemampuan Prasyarat

Sebelum mempelajari materi subbab ini, jawablah soal-soal berikut ini. Jika Anda berhasil
mengerjakan dengan baik, Anda akan mudah mempelajari materi berikutnya.

1. Sebutkan alat-alat ukur panjang yang telah Anda kenal. Manakah yang menurut Anda paling
teliti? Tentukan skala terkecilnya.
2. Sebutkan alat-alat ukur massa yang telah Anda kenal. Manakah yang menurut Anda paling
teliti? Tentukan skala terkecilnya.
3. Sebutkan alat-alat ukur waktu yang pernah Anda gunakan. Manakah yang menurut Anda
paling teliti? Tentukan skala terkecilnya.
Di SMP, Anda telah mempelajari besaran pokok: panjang, massa, dan waktu.
Anda juga telah melakukan pengukuran: panjang dengan mistar, massa dengan
neraca, dan waktu dengan stopwatch. Dalam subbab ini Anda mengulang
melakukan pengukuran panjang dan waktu, tetapi hasil pengukurannya akan
ditulis lengkap dengan ketidakpastiannya.

1. Alat Ukur Panjang dan Ketelitiannya


a. Mistar
Jarak antara dua goresan pendek yang berdekatan pada mistar yang biasa Anda
gunakan adalah 1 mm atau 0,1 cm. Nilai ini menyatakan skala terkecil mistar.
Jadi, skala terkecil mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm. Ketelitian mistar adalah
setengah dari skala terkecilnya. Jadi, ketelitian atau ketidakpastian mistar adalah
1
𝑥 1 𝑚𝑚 = 𝟎, 𝟓 𝒎𝒎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝟎, 𝟎𝟓 𝒄𝒎
2

Dengan ketelitian 0,05 cm, mistar dapat Anda gunakan untuk mengukur panjang
buku fisika ini atau panjang pensil Anda.
b. Jangka Sorong
Jangka sorong pada umumnya digunakan untuk mengukur diameter dalam benda,
misalnya diameter cincin atau diameter luar sebuah benda, misalnya diameter
kelereng. Jangka sorong terdiri atas dua bagian: rahang tetap dan rahang geser.
Jangka sorong juga terdiri atas dua skala: skala utama dan nonius (atau vernier).
Sepuluh skala utama panjangnya 1 cm sedangkan 10 skala nonius panjangnya 0,9
cm. Jadi, beda satu skala nonius dengan satu skala utama adalah: 0,1 cm – 0,09

25
cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Jadi, skala terkecil jangka sorong adalah 0,1 mm atau
0,01 cm. Ketelitian jangka sorong adalah setengah dari skala terkecilnya. Jadi,
ketelitian jangka sorong adalah
1
𝑥 1 𝑚𝑚 = 𝟎, 𝟎𝟓 𝒎𝒎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝟎, 𝟎𝟎𝟓 𝒄𝒎
2

Dengan ketelitian 0,005 cm maka jangka sorong dapat Anda gunakan untuk
mengukur diameter kelereng atau tebal keeping logam dengan teliti (akurat).

Gambar 2. Jangka sorong dan bagian-bagiannya


c. Mikrometer Sekrup
Pada mikrometer sekrup, skala utama tertera pada selubung dan nonius tertera
pada selubung luar. Jika selubung luar Anda putar lengkap 1 kali maka rahang
geser dan juga selubung maju dan mundur 0,5 mm. Karena selubung luar
memiliki 50 skala, maka 1 skala pada selubung luar sama dengan jarak maju atau
mundur rahang geser sejauh 0,5 mm/50 = 0,01 mm. Jadi, skala terkecil
mikrometer sekrup adalah 0,01 mm atau 0,001 cm. Ketelitian mikrometer sekrup
adalah setengah dari skala terkecilnya. Jadi, ketelitian mikrometer sekrup adalah
1
𝑥 1 𝑚𝑚 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟓 𝒎𝒎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟓 𝒄𝒎
2

Dengan ketelitian 0,0005 cm maka mikrometer sekrup dapat Anda gunakan untuk
mengukur tebal besi atau diameter kawat tipis dengan teliti.

Gambar 3. Micrometer sekrup dan bagian-bagiannya

26
2. Alat Ukur Waktu dan Ketelitiannya
Alat ukur yang umum Anda gunakan dalam percobaan adalah stopwatch. Dengan
stopwatch digital Anda langsung dapat membaca selang waktu yang diukur pada
layar stopwatch. Pada stopwatch analog, jarak antara dua gores panjang yang ada
angkanya adalah 2 sekon. Jarak ini dibagi atas 20 skala. Dengan demikian skala
2
terkecilnya adalah 20 sekon = 0,1 sekon. Jadi, ketelitian stopwatch ini adalah

1
𝑥 0,1 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 = 𝟎, 𝟎𝟓 𝒔𝒆𝒌𝒐𝒏
2

3. Ketidakpastian pada Pengukuran


a. Kesalahan
Dalam pengukuran suatu besaran, Anda telah memilih instrument yang tepat,
melakukan pengukuran secara cermat dan membaca hasil pengukuran dengan cara
yang benar. Tetapi Anda sebagai manusia dan alat ukur sebagai buatan manusia
tidak mungkin sempurna. Selalu, baik yang dilakukan oleh Anda maupun alat
ukur. Dengan kata lain, Anda tidak mungkin memperoleh nilai benar x0,
melainkan selalu terdapat ketidakpastian.
Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai sebenarnya
𝑥0 . Ada tiga macam kesalahan:
(1) Kesalahan umum/keteledoran (gross-error), disebabkan oleh
keterbatasan pada pengamat, di antaranya adalah kesalahan
pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat, pemakaian
instrument yang tidak sesuai, dan kesalahan penaksiran.
(2) Kesalahan acak (random error), disebabkan adanya fluktuasi-
fluktuasi yang halus pada kondisi-kondisi pengukuran. Kesalahan
ini tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan
mengambil rata-rata dari semua bacaan hasil pengukuran.
(3) Kesalahan sistematis (systematic error), disebabkan oleh
kekurangan-kekurangan pada instrumen sendiri, seperti kerusakan
atau adanya bagian-bagian yang aus dan pengaruh lingkungan
terhadap peralatan atau pemakai. Kesalahan ini dapat diprediksi dan
dihilangkan, penyebab kesalahan mungkin disebabkan oleh hal-hal
berikut.
1) Kesalahan kalibrasi, yaitu penyesuaian pembubuhan nilai pada
garis skala pada saat pembuatannya. Ini mengakibatkan
pembacaan terlalu besar atau terlalu kecil sepanjang seluruh

27
skala. Kesalahan ini diatasi dengan mengkalibrasi ulang
instrumen terhadap instrumen standar.
2) Kesalahan titik nol, seperti titik nol skala tidak berimpit dengan
titik nol jarum penunjuk atau kegagalan mengembalikan jarum
penunjuk ke nol sebelum melakukan pengukuran. Kesalahan
ini diatasi dengan melakukan koreksi pada penulisan hasil
pengukuran.
3) Kesalahan komponen lain, seperti melemahnya pegas yang
digunakan atau terjadi gesekan antara jarum dengan bidang
skala
4) Kesalahan arah pandang membaca nilai skala bila ada jarak
antara jarum dan garis-garis skala (paralaks).
Perhatikan, penentuan nilai rata-rata tidak mengurangi kesalahan sistematis.
Karena itu, penyebab kesalahan sistematis harus dapat Anda kenal dan kemudian
dihilangkan. Ketika sekumpulan bacaan hasil ukur memiliki kesalahan sistematis
kecil, pengukuran itu adalah akurat. Jika kesalahan sistematis besar, pengukuran
adalah tidak akurat.

b. Melaporkan Hasil Pengukuran


Dengan melakukan pengukuran suatu besaran secara langsung, misalnya
mengukur panjang pensil dengan mistar atau diameter kelereng dengan jangka
sorong, Anda tidak mungkin memperoleh nilai benar 𝑥0 .
Hasil pengukuran dapat dilaporkan sebagai

𝑥 = 𝑥0 ± ∆𝑥

dengan 𝑥 adalah nilai pendekatan terhadap nilai sebenarnya 𝑥0 , dan ∆𝑥 adalah


ketidakpastiannya.
Untuk menentukan nilai benar 𝑥0 , hal ini bergantung pada cara Anda melakukan
pengukuran: pengukuran tunggal atau pengukuran berulang.
1) Pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Adapun
ketidakpastian pada pengukuran tunggal ditetapkan sama dengan setengah skala
terkecil, yaitu:
1
∆𝑥 = 𝑥 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
2

28
2) Pengukuran berulang
Pengukuran tunggal kadang terpaksa dilakukan karena peristiwa yang diukur
tidak dapat diulang, misalnya pengukuran kecepatan komet lama gerhana
matahari total. Apabila dimungkinkan suatu percobaan, hendaknya dilakukan
melalui pengukuran berulang (lebih dari satu kali), misalnya 5 atau 10 kali. Nilai
benar 𝑥0 dapat didekati dengan nilai rata-rata 𝑥̅ .
Misalnya, suatu besaran fisika diukur N kali pada kondisi sama, dan
diperoleh hasil pengukuran 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑁 (disebut sebagai sampel). Nilai rata-
rata sampel, 𝑥̅ , didefinisikan sebagai

∑ 𝑥𝑖 𝑥1 + 𝑥2 + ⋯ + 𝑥𝑁
𝑥̅ = =
𝑁 𝑁

Berdasarkan analisis statistic, ternyata nilai terbaik sebagai pengganti nilai benar
𝑥0 adalah nilai rata-rata sampel, 𝑥̅ .
Ketidakpastian ∆𝑥 dinyatakan oleh simpangan baku nilai rata-rata sampel.

2
1 √𝑁 ∑ 𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 )
𝑆𝑥 =
𝑁 𝑁−1

Banyak angka yang dapat dilaporkan dalam percobaan berulang dapat mengikuti
aturan berikut.

Ketidakpastian relatif sekitar 10% berhak atas 2 angka penting;

Ketidakpastian relatif sekitar 1% berhak atas 3 angka penting;

Ketidakpastian relatif sekitar 0,1% berhak atas 2 angka penting.

Ketidakpastian relatif dihitung dengan persamaan berikut.

∆𝑥
𝐾𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = 𝑥 100%
𝑥̅

29
Contoh 8
Hasil Pengukuran Berulang
Suatu pengukuran arus sebanyak 6 kali menghasilkan pembacaan 12,8 mA; 12,2 mA; 12,5 mA; 13,1 mA;
12,9 mA; dan 12,4 mA. Laporkan hasil pengukuran itu lengkap dengan ketidakpastiannya.

Jawab:

Penyelesaian sebaiknya dalam bentuk table seperti berikut ini.

Data Dihitung
(1) (2) (3)
i Ii Ii2
1 12,8 163,84
2 12,2 148,84
3 12,5 156,25
4 13,1 171,61
5 12,9 166,41
6 12,4 153,76

∆𝐼
Ketidakpastian relatif = 𝑥 100%
𝐼̅
0,14
= 12,65 𝑥 100% = 1,1% → 3 angka penting

Pelaporan fisika: 𝐼 = 𝐼 ̅ ± ∆𝐼
𝐼 = (12,7 ± 0,14) 𝑚𝐴
𝑰 = (𝟏𝟐, 𝟕 ± 𝟎, 𝟏) 𝒎𝑨

Dari kolom (1) diperoleh N = 6


Dari kolom (2) diperoleh ∑ 𝐼𝑖 = 75,9
Dari kolom (3) diperoleh ∑ 𝐼𝑖 2 = 960,71
∑ 𝐼𝑖 75,9
𝐼̅ = = = 12,65 𝑚𝐴
𝑁 6

2
1 𝑁 ∑ 𝐼𝑖 2 −(∑ 𝐼𝑖 )
∆𝐼 = 𝑆𝐼 ̅ = 𝑁 √ 𝑁−1

1 6(960,71)− (75,9)2
= 6√ = 0,14 𝑚𝐴
6−1

4. Angka Penting
a. Notasi Ilmiah

30
Pada penulisan hasil pengukuran sangat besar atau sangat kecil biasa nya
memerlukan tempat yang lebar dan sering salah penulisannya. Untuk mengatasi
masalah ini, kita dapat menggunakan notasi ilmiah atau notasi baku.

𝑎, … 𝑥 10𝑛

dimana : 𝑎 adalah bilangan asli mulai dari 1 sampai dengan 9,


n adalah eksponen dan merupakan bilangan bulat.
Dalam persamaan di atas,
𝑎, … disebut bilangan penting, dan
10𝑛 disebut orde besar.

Contoh 9 Penulisan Notasi Ilmiah


Tulislah hasil pengukuran berikut dalam notasi ilmiah. Sebutkan juga bilangan penting dan orde
besarnya.

a) 357 s b) 0,003 50 m
Jawab:

a) 357, s Tulis koma decimal di akhir bilangan


3,57, s Pindahkan koma decimal ke kiri sampai diperoleh satu angka di kiri koma decimal
3,57, s = 3,57 x 10 2 s eksponen positif
melewati Bilangan penting = 3,57
2 angka orde besar = 102

b) 0,003 50 m Bilangan < 1


0,003,50 m = 3,50 x 10 -3 m eksponen negatif
melewati Bilangan penting = 3,50
3 angka orde besar = 102

31
Aturan Angka Penting
b. Aturan Angka Penting
1) Semua angka bukan nol adalah angka penting
2) Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk angka penting
3) Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari angka-angka yang ditulis dibelakang
koma decimal termasuk angka penting.
4) Angka-angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik desimal adalah bukan angka
penting.
5) Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya yang memiliki angka-angka nol
pada deretan akhir harus dituliskan dalam notasi ilmiah agar jelas apakah angka-angka nol
tersebut termasuk angka penting atau bukan.

Contoh 10 Menentukan Banyak Angka Penting


(a) 836,5 g memiliki empat angka penting (Aturan 1)
(b) 75,006 kg memiliki lima angka penting (Aturan 2)
(c) 0,0060 m memiliki dua angka penting (Aturan 3)
(d) 0,006 m memiliki satu angka penting (Aturan 4)
(e) 8900 g ditulis 8,9 x 103 memiliki dua angka penting (Aturan 5)
(f) 8900 g ditulis 8,90 x 103 memiliki tiga angka penting (Aturan 5)
(g) 8900 g ditulis 8,900 x 103 memiliki empat angka penting (Aturan 5)

Anda harus dapat membedakan antara bilangan penting dan bilangan eksak.
Bilangan penting adalah bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran, yang
terdiri dari angka-angka penting yang sudah pasti (terbaca alat ukur) dan satu
angka terakhir yang ditaksir atau diragukan. Bilangan eksak adalah bilangan yang
sudah pasti (tidak diragukan nilainya), yang diperoleh dari kegiatan membilang.
Sebagai contoh, ketika Anda membilang (menghitung) banyak telur dalam satu
keranjang, Anda menyatakan bahwa ada 100 butir telur. Bilangan 100 ini adalah
bilangan eksak.

32
c. Berhitung dengan Angka Penting
Dalam perhitungan kita sering memperoleh jawaban yang memiliki lebih banyak
angka daripada yang telah kita tetapkan dalam satu aturan. Karena itu, sangatlah
perlu untuk meniadakan angka-angka tidak penting agar dapat menyatakan
jawaban dengan banyak angka penting yang sesuai. Ketika angka-angka
ditiadakan dari suatu bilangan, nilai dari angka terakhir yang dipertahankan
ditentukan dengan suatu proses yang disebut pembulatan bilangan.
Aturan pembulatan bilangan
Aturan 1. Jika angka pertama setelah angka yang akan Anda pertahankan adalah
4 atau lebih kecil, angka itu dan seluruh angka di sebelah kanannya ditiadakan.
Angka terakhir yang dipertahankan tidak berubah. Sebagai contoh, mari kita
bulatkan sampai empat angka.
75, 494 = 75,49
Angka ini ditiadakan
1,00839 = 1,008
Kedua angka ini ditiadakan
Aturan 2. Jika angka pertama setelah angka yang akan anda pertahankan adalah 5
atau lebih besar, angka itu dan seluruh angka di sebelah kanannya ditiadakan.
Angka terakhir yang dipertahankan bertambah satu. Sebagai contoh, mari kita
bulatkan sampai empat angka.
1,037878 = 1,038
Ketiga angka ini ditiadakan
Angka ini diubah ke 8
28,02500 = 28,03
Ketiga angka ini ditiadakan
Angka ini diubah ke 3
12,897 = 12,90
Angka ini ditiadakan
Kedua angka ini diubah ke 90

Aturan penjumlahan dan pengurangan


Angka-angka penting dalam penjumlahan dan pengurangan ditentukan
berdasarkan tempat titik desimal. Misalnya, sebuah batang dengan panjang 140

33
mm ditambahkan ke batang lain dengan panjang 3,0 mm, dan anda ingin
menentukan panjang totalnya dengan menyamakan satuan ke meter, diperoleh
(0,140 m) + (3,0 m) = 3,140 m. Tetapi kita tidak tahu apa-apa tentang angka-
angka pada titik desimal kedua dan ketiga dari batang yang panjangnya 3,0**.
Dengan demikian, kita tidak bisa mengetahui penjumlahan teliti sampai tiga
desimal. Karena itu dapatlah kita mengerti untuk membulatkan penjumlahan
sampai ke bilangan yang tempat desimalnya paling kecil dari semua bilangan
yang terlibat dalam penjumlahan: panjang gabungan batang adalah 3,1 m dan baik
3 dan 1 adalah angka-angka penting. Dengan penjumlahan bersusun ke bawah,
tampak bahwa 3,1 m diperoleh dari aturan bahwa dalam penjumlahan (juga
berlaku untuk pengurangan), hasilnya boleh mengandung satu angka taksiran.

Contoh 11 Penjumlahan atau pengurangan bilangan-bilangan penting

a) Jumlahkan 273,219 g; 15,5 g; dan 8,43 g.


b) Kurangkan 468,39 m dengan 412 m.
Jawab:

a) 273, 2 1 9 g → 9 angka taksiran


15, 5 g → 5 angka taksiran
8, 4 3 g → 3 angka taksiran
+
297, 1 4 9 → dibulatkan 297,1 g karena hanya boleh mengandung satu angka
taksiran

b) 468, 39 m → 9 angka taksiran


412 m → 2 angka taksiran
-
56, 39 → dibulatkan 56 m karena hanya boleh mengandung satu angka taksiran

Aturan perkalian dan pembagian


Jika Anda melakukan operasi hitung perkalian atau pembagian yang melibatkan
beberapa bilangan penting, hasil akhir hanya boleh mengandung angka penting
sebanyak angka penting dari bilangan penting yang angka pentingnya paling
sedikit dari semua bilangan penting yang terlibat dalam operasi. Misalnya, Anda
mengalikan tiga bilangan penting: bilangan memiliki 3 angka penting, bilangan II
memiliki 4 angka penting, dan bilangan III memiliki 2 angka penting, hasil akhir
hanya boleh memiliki 2 angka penting, yaitu sebanyak bilang III, yang memiliki
angka penting paling sedikit.

34
Contoh 12
Perkalian atau pembagian bilangan-bilangan penting

Hitunglah operasi perkalian atau pembagian bilangan-bilangan berikut.

a) 0,6283 cm x 2,2 cm b) 4,554 x 105 kg : 3,0 x 103 m3


Jawab:

a) 0,6283 cm → 4 angka penting


2,2 cm → 2 angka penting (paling sedikit)
x
1,38226 cm2 → dibulatkan menjadi 1,4 cm2 (2 angka penting)

b) 4,554 x 105 kg → 4 angka penting


3,0 x 103 m3 → 2 angka penting (paling sedikit)
:
𝑘𝑔 𝒌𝒈
1,518 x 105-2 𝑚3 → dibulatkan menjadi 1,5 x 103 𝒎𝟑 (2 angka penting)

5. Ketidakpastian pada Hasil Percobaan


a. Aspek-aspek Pengukuran
Ketelitian (akurasi) adalah suatu aspek yang menyatakan tingkat pendekatan dari
nilai hasil pengukuran alat ukur dengan nilai benar 𝑥0 . Ketelitian pengukuran
∆𝑥
berhubungan dengan ketidakpastian relatif, 𝑥 100%.
𝑥̅

Ketepatan (presisi) adalah suatu aspek pengukuran yang menyatakan kemampuan


alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran sama pada pengukuran berulang.
Alat ukur dikatakan memiliki presisi tinggi bila dipakai untuk mengukur suatu
besaran fisika secara berulang memberikan hasil yang tidak banyak berubah.
Kepekaan (sensitivitas) adalah aspek pengukuran yang menyatakan ukuran
minimal yang masih dapat dideteksi (dikenal) oleh alat ukur.

b. Ketidakpastian Mutlak dan Relatif


Telah Anda ketahui bahwa baik pengukuran tunggal maupun pengukuran
berulang, hasilnya dilaporkan sebagai 𝑥 = 𝑥0 ± ∆𝑥. ∆𝑥 dinamai sebagai
ketidakpastian mutlak. Ketidakpastian mutlak berhubungan dengan ketepatan
pengukuran: makin kecil ketidakpastian mutlaknya, makin tepat pengukuran
tersebut. Ketepatan pengukuran dapat dinyatakan sebagai

∆𝑥
𝑘𝑒𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = 1 −
𝑥̅
dengan ∆𝑥 = |𝑥𝑖 − 𝑥̅ |

Cara lain untuk menyatakan ketidakpastian suatu besaran adalah


∆𝑥
menggunakan ketidakpastian relatif, yaitu , yang tidak memiliki satuan.
𝑥̅

35
Ketidakpastian relatif sering dinyatakan dalam persen dengan mengalikan 100%.
Ketidakpastian relatif berhubungan dengan ketelitian pengukuran: makin kecil
ketidakpastian relatif, makin tinggi ketelitian pengukuran tersebut.
Persamaan yang menghubungkan ketidakpastian relatif dengan ketelitian
pengukuran dinyatakan sebagai

𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛(%) = 100% − 𝐾𝑅(%)

36
DAFTAR PUSTAKA
Foster, Bob. 2004. Terpadu Fisika SMA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Foster, Bob. 2006. 1001 Plus Soal dan Pembahasan Fisika. Jakarta: Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2002. Fisika untuk SMA Kelas X Semester 1. Jakarta:
Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2004. Seribu Pena untuk SMA Kelas X Semester 1. Jakarta:
Erlangga.

37
POWER POINT

38
39
40
41
42
43

Anda mungkin juga menyukai