Anda di halaman 1dari 10

Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

Unnes Journal of Public Health


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph

PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI DI INSTALASI


RADIOLOGI RUMAH SAKIT

Tri Dianasari, dan Herry Koesyanto

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia.

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Kegiatan radiologi selain dapat memberikan manfaat juga dapat menimbulkan ba-
Diterima Agustus 2016 haya bagi pekerja radiasi. Untuk mencegah hal tersebut dapat dilakukan dengan
Disetujui September 2016 menerapkan aspek manajemen keselamatan radiasi. Penelitian ini bertujuan meng-
Dipublikasikan Juli 2017
etahui gambaran penerapan manajemen keselamatan radiasi pada instalasi radi-
Keywords: ologi RSUD Ungaran. Jenis penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuanti-
Safety; Radiation; Radiology tatif dengan teknik pengambilan data observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini
menunjukkan dari 5 variabel dengan 16 komponen terdiri dari 48 poin. Sebanyak 29
poin (60,42%) terpenuhi dan sesuai dengan standar/ peraturan. Sebanyak 10 poin
(20,83%) terpenuhi tetapi belum sesuai dengan standar/peraturan. Sebanyak 9 poin
(18,75%) tidak terpenuhi oleh instalasi radiologi RSUD Ungaran.

Abstract
The radiological activity not only brings benefits but also can damage radiologist. It can be
prevented by implementing the aspects of radiation safety management. This study aimed to
overview the implementation of radiation safety management in Ungaran Public Hospital
radiology instalation. This research used quantitative descriptive method used observations,
interviews with three informants, and documentation studies to collect data. The results of
this study indicated from 5 variables (16 components consist of 48 points. As much 29 points
(60,42%) were fulfilled based on the standards. A total of 10 points (20,83%) were fulfilled but
not based on the standards. A total of 9 points (18,75%) were not fulfilled.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes pISSN 2252-6781
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 eISSN 2584-7604
E-mail: tridianasari@ymail.com
Tri Dianasari & Herry Koesyanto / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

PENDAHULUAN reproduksi (Dwipayana, 2015).


Kontribusi terbesar dosis radiasi yang di-
Perkembangan rumah sakit sebagai fasi- terima oleh penduduk dunia adalah dari aplikasi
litas pelayanan kesehatan rujukan di Indonesia radiasidi bidang medik, dan lebih dari 90% kont-
sangat pesat, baik dari jumlah maupun peman- ribusi ini berasal dari sinar X diagnostik. Kese-
faatan teknologi kedokteran. Rumah sakit se- lamatan pekerja radiasi tidak terlepas dari dosis
bagai fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus radiasi. Berdasarkan laporan pemantauan dosis
mengupayakan Keselamatan dan Kesehatan Ker- pekerja radiasi, pada tahun 2013 nilai dosis ter-
ja (K3) bagi seluruh pekerja rumah sakit (Kemen- tinggi yang diterima pekerja radiasi di Indonesia
kes, 2010; Ristiono dan Nizwardi, 2010). sebesar 21,85 mSv, nilai dosis terendah 1,20 mSv,
Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan rata-rata 1,20 mSv. Pada tahun 2011-2012 ni-
harus diselenggarakan untuk mewujudkan pro- lai minimum dosis yang diterima pekerja radiasi
duktivitas kerja yang optimal di semua tempat masing-masing sebesar 1,20 mSv dan nilai maksi-
kerja, khususnya tempat yang mempunyai risiko mum dosis yang diterima masing-masing sebesar
bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit. Se- 25,03 mSv dan 23,64 mSv. Sedangkan nilai rata-
jalan dengan itu, maka rumah sakit termasuk ke rata dosis yang diterima secara keseluruhan sebe-
dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai po- sar 1,20 mSv, nilai ini di bawah NBD (Nilai Batas
tensi bahaya yang dapat menimbulkan dampak Dosis) yang dipersyaratkan yaitu sebesar 20 mSv.
kesehatan seperti potensi bahaya radiasi (Kemen- Nilai Batas Dosis ialah dosis terbesar yang dii-
kes, 2010). zinkan oleh BAPETEN yang dapat diterima oleh
Salah satu pelayanan medik spesialis pe- pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam
nunjang di rumah sakit ialah radiologi yang jangka waktu tertentu dan tanpa menimbulkan
menggunakan pesawat sinar X. Pemanfaatan pe- efek genetik dan somatik yang berarti akibat pe-
sawat sinar X radiologi diagnostik di Indonesia manfaatan tenaga nuklir (BAPETEN, 2011).
terus berkembang. Radiologi ini memanfaatkan Namun demikian, pada tahun 2013 dari
sinar X untuk keperluan diagnosis baik radiologi 42.450 pekerja radiasi yang melakukan anali-
diagnostik maupun radiologi intervensional (Per- sis masih terdapat pekerja radiasi yang menda-
ka BAPETEN Nomor 8, 2011). Kegiatan radiolo- patkan dosis melebihi NBD (Nilai Batas Dosis)
gi harus memperhatikan aspek keselamatan kerja sebanyak 17 pekerja. Hal ini dapat dibuktikan
radiasi. Sinar X merupakan jenis radiasi pengion dengan adanya nilai dosis tertinggi sebesar 21,85
yang dapat memberikan manfaat (diagnosa) den- mSv pada pekerja radiasi. Sedangkan pada tahun
gan radiasi suatu penyakit atau kelainan organ 2011 dari 42.430 pekerja radiasi yang melakukan
tubuh dapat lebih awal dan lebih teliti dideteksi analisis dan 2012 dari 31.940 pekerja radiasi yang
(Suyatno, 2008). Untuk memastikan pesawat melakukan analisis terdapat pekerja radiasi yang
sinar X memenuhi persyaratan keselamatan ra- mendapatkan dosis melebihi NBD masing-ma-
diasi dan memberikan informasi diagnosis maka sing sebanyak 34 dan 25 pekerja dengan nilai do-
diperlukan uji fungsi atau uji kesesuaian seba- sis tertinggi masing-masing 25,03 mSv dan 23,64
gai bentuk penerapan proteksi radiasi agar dosis mSv. Kejadian tersebut disebabkan karena terda-
yang diterima serendah mungkin. Kesesuaian ini pat pelanggaran dan kelalaian terhadap prosedur
kesesuaian terhadap peraturan perundangan ke- keselamatan kerja yaitu pekerja tidak memakai
selamatan radiasi dan peraturan pelaksanaannya TLD (Thermoluminisence Dosemeter) saat bekerja
untuk peralatan pesawat sinar X (Hastuti, dkk, di medan radiasi dan menempatkan TLD dekat
2009). dengan sumber radiasi (BAPETEN, 2011).
Risiko bahaya yang mungkin terjadi pada Mengingat potensi bahaya radiasi yang
pekerja radiasi yaitu efek deterministik dan efek besar dalam pemanfaatan sinar X, faktor kese-
stokastik. Pengaruh sinar X dapat menyebab- lamatan merupakan hal yang penting sehingga
kan kerusakan haemopoetik (kelainan darah) dapat memperkecil risiko akibat kerja di instalasi
seperti: anemia, leukimia, dan leukopeni yaitu radiologi dan dampak radiasi terhadap pekerja
menurunnya jumlah leukosit (dibawah normal radiasi. Untuk mencegah hal tersebut dapat di-
atau <6.000 m3). Pada manusia dewasa, leuko- lakukan dengan menerapkan aspek manajemen
sit dapat dijumpai sekitar 7.000 sel per mikroliter keselamatan radiasi dimana keselamatan radiasi
darah (Mayerni dkk, 2013). Selain itu, efek de- merupakan tindakan yang dilakukan untuk me-
terminisitik yang dapat ditimbulkan pada organ lindungi pasien, pekerja, dan anggota masyara-
reproduksi atau gonad adalah strerilitas atau ke- kat dari bahaya radiasi.
mandulan serta menyebabkan menopause dini Berdasarkan Peraturan Pemerintah No-
sebagai akibat dari gangguan hormonal sistem mor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radia-

175
Tri Dianasari & Herry Koesyanto / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

si Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, nar X atau tidak, memantau paparan radiasi dan
setiap orang atau badan yang akan memanfaat- memastikan agar paparan yang diterima pekerja
kan tenaga nuklir seperti tenaga yang berasal dari radiasi dan anggota masyarakat serendah mung-
sumber radiasi pengion wajib memiliki izin pe- kin yang dapat dicapai sehingga Nilai Batas Do-
manfaatan tenaga nuklir dan memenuhi persya- sis tidak terlampaui (BAPETEN, 2011). Selain
ratan keselamatan radiasi. Persyaratan keselama- itu paparan radiasi sekitar ruangan yang tidak
tan radiasi meliputi (1) persyaratan manajemen; melampaui dosis radiasi sesuai dengan peraturan
(2) persyaratan proteksi radiasi; (3) persyaratan yang berlaku sehingga akan menjamin kesela-
teknik; dan (4) verifikasi keselamatan yang ber- matan bagi petugas dan lingkungan sekitarnya.
tujuan untuk mencapai keselamatan pekerja dan Sehingga dapat diketahui potensi bahaya radiasi
anggota masyarakat. dari daerah kerja yang terdapat sumber radiasi.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Un- Pemantauan dosis juga dilakukan perorangan
garan merupakan salah satu rumah sakit di Ka- atau setiap pekerja radiasi dapat menggunakan
bupaten Semarang yang memiliki instalasi radio- film badge dengan tujuan untuk memantau dosis
logi. Berdasarkan studi pendahuluan data rumah yang diterima oleh seseorang supaya tidak mele-
sakit, pada tahun 2015 dari 9 pekerja radiasi rata- bihi NBD.
rata nilai dosis yang diterima pekerja radiasi di Walaupun nilai rata-rata dosis yang dite-
instalasi radiologi sebesar 1,2 mSv (Data Instalasi rima masih di bawah Nilai Batas Dosis apabila
Radiologi, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa tidak dikendalikan dalam jangka waktu yang
rata-rata nilai dosis masih dibawah NBD (Nilai lama dosis yang diterima akan terakumulasi.
Batas Dosis). Nilai Batas Dosis merupakan acu- Pada dosis yang cukup tinggi akan terjadi kerusa-
an limitasi dosis sebagai persyaratan proteksi kan permanen yang berakhir dengan kematian
dalam persyaratan keselamatan radiasi (BAPE- (Mayerni dkk, 2013). Oleh karena itu manaje-
TEN, 2011). Walaupun demikian apabila nilai men keselamatan radiasi perlu ditingkatkan da-
dosis tidak dikendalikan maka nilai dosis akan lam penerapannya (Mayerni dkk, 2013). Hal ini
terakumulasi, maka dosis yang diterima akan se- diperkuat dengan peraturan PP Nomor 33 tahun
makin tinggi sehingga menyebabkan berkurang- 2007 bahwa di setiap fasilitas pengguna radiasi
nya jumlah limfosit secara drastis (Mayerni dkk, pengion atau tenaga nuklir diwajibkan mewujud-
2013). kan budaya keselamatan. Semakin baik perilaku
Selain itu, peralatan protektif proteksi ra- K3 semakin rendah dosis radiasi.
diasi pada tahun 2015 sebanyak 2 apron men- Berdasarkan latar belakang, pada instalasi
galami kebocoran dan kamar pemeriksaan satu radiologi memiliki potensi bahaya radiasi yang
ketika melakukan exposure kondisi pintu tidak dapat berdampak pada kesehatan pekerja radiasi.
tertutup rapat. Hal ini tidak sesuai dengan SPO Salah satu cara mencegah dan meminimalisir ra-
(Standar Prosedur Operasi) yang menyebutkan diasi yang diterima adalah dengan adanya sistem
“Pastikan Pintu Ruangan Pemeriksaan Tertutup” manajemen keselamatan radiasi.
pada saat pemeriksaan. Kondisi tersebut dalam
memberikan perlindungan terhadap paparan ra- METODE
diasi tidak maksimal dan berpotensi menerima
paparan radiasi yang berlebih, maka limitasi do- Jenis dan rancangan dalam penelitian ini
sis yang merupakan bagian dari persyaratan pro- menggunakan metode deskriptif kuantitatif den-
teksi belum sesuai (BAPETEN, 2011). Peralatan gan teknik pengambilan data: observasi, wawan-
radiologi memerlukan penanganan yang baik cara dengan 3 informan (petugas proteksi radiasi,
agar peralatan tersebut dalam kondisi baik, siap fisikawan medis, dan radiografer) dan studi do-
pakai, dan aman. Penggunaan Alat Pelindung kumentasi. Data yang didapat kemudian diban-
Diri (APD) atau peralatan proteksi radiasi dan dingkan dengan ketentuan yang termuat dalam
personal monitor radiasi dapat mengurangi dan PP Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perizinan Pe-
melindungi pekerja radiasi dalam menjalankan manfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan
tugasnya (Hendra, ddk, 2011). Nuklir, PP Nomor 33 Tahun 2007 Keselamatan
Instalasi radiologi RSUD Ungaran belum Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radio-
memiliki surveymeter sehingga pemantauan dosis aktif, dan Perka Bapeten Nomor 8 Tahun 2011
tidak dapat dilakukan sepenuhnya. Surveymeter Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesa-
digunakan untuk mengukur intensitas radiasi, wat Sinar X Radiologi Diagnostik dan Interven-
dalam bentuk paparan atau dosis radiasi (Mar- sional. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun
tem, dkk, 2015). Pentingnya surveymeter ialah un- 2016.
tuk menilai adanya kebocoran tabung pesawat si-

176
Tri Dianasari & Herry Koesyanto / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

HASIL DAN PEMBAHASAN seri 13N570 (berlaku sampai dengan 6 September


2017) dan sesuai dengan standar PP Nomor 29
Instalasi radiologi merupakan bagian dari Tahun 2009 pasal 3 ayat 2h, PP Nomor 33 Tahun
pelayanan yang diperlukan untuk menunjang 2007 pasal 4 ayat 1, dan Perka Bapeten Nomor 8
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, dan Tahun 2011 pasal 4 yaitu instalasi memiliki izin
pengobatan penyakit serta pemulihan kesehatan. pemanfaatan tenaga nuklir dengan sumber radia-
Radiologi dalam bidang dignostik ini menggu- si pengion dari kepala BAPETEN.
nakan alat-alat yang memancarkan energi radiasi Berdasarkan hal tersebut komponen peri-
pengion maupun bukan pengion. Pesawat atau zinan sebesar 100% (1 poin) terpenuhi dan sesuai
alat yang memancarkan sinar X yang digunakan dengan standar acuan PP Nomor 29 Tahun 2009
untuk pemeriksaan radiologi disebut pesawat si- tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi
nar X. Pesawat sinar X yang digunakan di insta- Pengion dan Bahan Nuklir, PP Nomor 33 Tahun
lasi radiologi RSUD Ungaran meliputi: Siemens 2007 Keselamatan Radiasi Pengion dan Keama-
MultiX Swing, Acteon Group Satelec with Soredex nan Sumber Radioaktif, dan Perka Bapeten No-
990937 dan 990017, dan Polymobile Plus. Instalasi mor 8 Tahun 2011 Keselamatan Radiasi dalam
radiologi merupakan tempat yang menggunakan Penggunaan Pesawat Sinar X Radiologi Diagnos-
sumber radiasi sinar X yang termasuk ke dalam tik dan Intervensional.
bahaya potensial fisik.
Berdasarkan hasil penelitian, penelitan ini Gambaran Penerapan Persyaratan Manajemen
dibahas dalam gambaran penerapan 5 variabel Gambaran penerapan persyaratan manaje-
penelitian yang terdiri atas: perizinan, persyara- men di instalasi radiologi RSUD Ungaran seba-
tan manajemen, persyaratan proteksi, persyara- gai berikut:
tan teknik, dan verifikasi keselamatan. Pembaha- Berdasarkan hasil observasi, wawancara,
san masing-masing variabel sebagai berikut: dan studi dokumentasi yang dilakukan peneliti
di instalasi radiologi RSUD Ungaran diperoleh
Gambaran Penerapan Perizinan hasil penerapan persyaratan manajemen yang
Gambaran penerapan perizinan di instala- terdirii atas 5 komponen (26 poin), diketahui
si radiologi RSUD Ungaran sebagai berikut: bahwa untuk komponen penanggung jawab kese-
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, lamatan radiasi (8 poin) sebanyak 6 poin (75%)
dan studi dokumentasi yang dilakukan peneli- telah terpenuhi dan sesuai dengan standar (Perka
ti di instalasi radiologi RSUD Ungaran dipero- BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 pasal 12 ayat 1,
leh hasil penerapan perizinan yang terdiri atas 3a, 3b, 3d, 3e, dan 3f) meliputi: (1) Penanggung
1 komponen diketahui bahwa untuk komponen jawab keselamatan radiasi terdiri atas direktur ru-
perizinan (1 poin) sebanyak 1 poin (100%) telah mah sakit selaku pemegang izin, kepala instalasi
terpenuhi yaitu instalasi memiliki surat izin pe- radiologi, petugas keamanan radiasi, dan pekerja
manfaatan tenaga nuklir dengan sumber radiasi radiasi yang meliputi dokter spesialis radiologi,
pengion dari kepala BAPETEN dengan merk fisikawan medis, dan radiografer; (2) Pemegang
pembangkit radiasi pengion Siemens MultiX Swing izin menyediakan, melaksanakan dan mendoku-
tipe 135/30/55R nomor seri 3126 (berlaku sam- mentasikan program proteksi dan keselamatan
pai dengan 4 Mei 2017), Acteon Group Satelec with radiasi; (3) Pemegang izin melakukan verifikasi
Soredex tipe OPX/105 nomor seri 990017 dan bahwa personil yang sesuai kompetensi yang be-
990937 (berlaku sampai dengan 26 Juli 2017), kerja dalam penggunaan pesawat sinar X; (4) Pe-
dan Siemens Polymobile Plus tipe 5605022 nomor megang izin menyelenggaraan pemantauan kese-

Tabel 1 Gambaran Penerapan Perizinan


Komponen
No. Kesesuaian (%) Keterangan
Perizinan
Ada Ada Tidak
Sesuai Tidak Sesuai Ada
(1) (2) (3) (4) (4) (5)
Terdapat 1 poin
1. Perizinan 100 - - sesuai untuk kom-
ponen perizinan

177
Tri Dianasari & Herry Koesyanto / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

Tabel 2 Gambaran Penerapan Persyaratan Manajemen

Kesesuaian (%)
Komponen Persyara- Ada
No. Ada Tidak Keterangan
tan Manajemen Tidak
Sesuai Ada
Sesuai
(1) (2) (3) (4) (4) (5)
Terdapat 6 poin sesuai dan
2 poin tidak sesuai untuk
Penanggung Jawab komponen penanggung
1. 75 25 -
Keselamatan Radiasi jawab keselamatan radiasi
yang dipersyaratkan untuk
persyaratan manajemen
Terdapat 1 poin sesuai
2. Personil 100 - -
untuk komponen personil
Terdapat 1 poin sesuai
Pelatihan Petugas untuk komponen pelatihan
3. 100 - -
Proteksi Radiasi dan keselamatan proteksi
radiasi
Terdapat 2 poin sesuai,
1 poin tidak sesuai dan 1
Pemantauan Keseha-
4. 50 25 25 poin tidak terpenuhi untuk
tan
komponen pemantauan
kesehatan
Terdapat 4 poin sesuai,
5 poin tidak sesuai dan 3
5. Rekaman 33,33 41,67 25
poin tidak terpenuhi untuk
komponen rekaman

hatan bagi pekerja radiasi setiap tahun sekali; (5) poin (100%) terpenuhi dan sesuai standar (Perka
Pemegang izin menyediaan perlengkapan pro- BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 pasal 13 dan
teksi radiasi atas usulan petugas proteksi radiasi 14) yaitu Personil terdiri dari dokter spesialis
bersama kepala instalasi; (6) Pemegang izin me- radiologi (1 orang), petugas proteksi radiasi (1
laporan program proteksi radiasi kepada kepala orang) yang memiliki Surat Izin Bekerja (SIB),
BAPETEN. Sebanyak 2 poin (25%) telah terpe- radiografer (6 orang) dengan latar belakang pen-
nuhi tetapi belum sesuai standar (Perka BAPE- didikan DIII dan DIV Radiologi, dan fisikawan
TEN Nomor 8 Tahun 2011 pasal 12 ayat 3c, dan medis (1 orang) dengan latar belakang pendidi-
3f) yaitu (1) Penyelenggaraan pelatihan proteksi kan S1 Fisika Medik.
radiasi yang diselenggarakan oleh pemegang izin Komponen pelatihan petugas proteksi ra-
belum pernah dilakukan sehingga pekerja radia- diasi (1 poin) sebanyak 1 poin (100%) terpenuhi
si mengikuti seminar yang dilakukan oleh pihak dan sesuai standar (Perka BAPETEN Nomor 16
luar sedangkan sosialisasi tidak terprogram atau Tahun 2014 pasal 17b) yaitu Petugas Proteksi Ra-
sesuai kebutuhan misalnya ketika ada penamba- diasi Pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi
han alat radiologi; dan (2) Pelaporan verifikasi ke- diselenggarakan oleh BAPETEN 4 tahun sekali
selamatan yang terdiri dari laporan pemantauan dan diikuti oleh petugas proteksi radiasi untuk
paparan radiasi, uji kesesuaian pesawat sinar X perpanjangan SIB (Surat Izin Bekerja) dan memi-
dan identifikasi paparan potensial hanya tersedia liki sertifikat telah mengikuti dan lulus pelatihan
laporan uji kesesuaian pesawat sinar X sedang- petugas proteksi radiasi dari lembaga pelatihan
kan untuk pemantauan paparan radiasi dan iden- yang terakreditasi.
tifikasi paparan potensial belum dilakukan kare- Komponen pemantauan kesehatan (4
na instalasi tidak memiliki alat untuk mengukur poin) sebanyak 2 poin (50%) terpenuhi dan sesuai
paparan radiasi yaitu surveymeter. standar (PP Nomor 33 Tahun 2007 pasal 9) yaitu
Komponen personil (1 poin) sebanyak 1 (1) Pemeriksaan kesehatan awal yang dilakukan

178
Tri Dianasari & Herry Koesyanto / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

pada saat penerimaan pegawai; dan (2) Peme- memiliki alat ukur berupa surveymeter. Sebanyak
riksaan kesehatan berkala yang dilakukan sekali 3 poin (25%) tidak terpenuhi oleh instalasi radio-
dalam satu tahun. Sebanyak 1 poin (25%) terpe- logi menurut Perka BAPETEN Nomor 8 Tahun
nuhi tetapi belum sesuai dengan standar (Perka 2011 pasal 64 ayat 2e, 2f, dan 66b yaitu (1) Kalib-
BAPETEN Nomor 6 Tahun 2010 pasal 4) yaitu rasi dosimeter perorangan pembacaan langsung
(1) Komponen pemantauan kesehatan yang di- tidak terpenuhi karena menggunakan film badge
laksanakan yaitu pemeriksaan kesehatan (rutin, dan dikirim ke LPFK setiap bulan untuk dibaca
diabetes, ginjal, profil lipid, hati yang terdiri dari tingkat kehitamannya sehingga dapat diketahui
SGOT dan SGPT, darah rutin, hitung jenis, index dosis yang diterima; (2) Hasil pencarian fakta
eritrosit, laju endapan darah, urin, dan pemerik- akibat kecelakaan tidak terpenuhi karena tidak
saan thorax), sedangkan konseling (pemeriksaan pernah terjadi kecelakaan sehingga belum dila-
psikologis dan konsultasi) dan penatalaksanaan kukan hasil pencarian fakta akibat kecelakaan;
kesehatan belum dilaksanakan karena dosis be- dan (3) Laporan pelaksanaan intervensi terhadap
lum ada yang melebihi NBD. Hal ini perlu dila- paparan darurat belum ada karena belum pernah
kukan sehingga dapat diketahui dampak radiasi dilakukan intervensi terhadap paparan darurat.
terhadap kesehatan pekerja radiasi. Sebanyak 1 Berdasarkan rincian tersebut secara kese-
poin (25%) tidak terpenuhi oleh instalasi menurut luruhan komponen persyaratan manajemen yang
PP Nomor 33 Tahun 2007 pasal 9 yaitu pemerik- terdiri atas 5 komponen (26 poin), sebanyak 14
saan kesehatan pekerja yang akan memutuskan poin (53,85%) terpenuhi dan sesuai dengan Perka
hubungan kerja belum terpenuhi karena belum BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 tentang Kese-
ada pekerja radiasi yang pensiun atau yang me- lamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Si-
mutuskan hubungan kerja nar X Radiologi Diagnostik dan Intervensional,
Komponen rekaman (12 poin) sebanyak Perka BAPETEN Nomor 16 Tahun 2014 tentang
4 poin (33,33%) terpenuhi dan sesuai standar Surat Izin Bekerja Petugas Tertentu yang Bekerja
(Perka BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 pasal di Instalasi yang Memanfaatkan Sumber Radiasi
64 ayat 2b, 2d, 2h, dan pasal 66a) yaitu (1) Ca- Pengion dan Perka BAPETEN Nomor 6 Tahun
tatan dosis yang diterima personil setiap bulan; 2010 tentang Pemantauan Kesehatan untuk Pe-
(2) Uji kesesuaian pesawat sinar X; (3) Pelatihan kerja Radiasi. Sebanyak 8 poin (30,77%) sudah
yaitu sertifikat petugas proteksi radiasi yang telah terpenuhi tetapi belum sesuai dengan Perka BA-
mengikuti pelatihan proteksi radiasi.; (4) Lapo- PETEN Nomor 8 Tahun 2011 tentang Kesela-
ran pelaksanaan program proteksi radiasi yang matan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar
disusun oleh petugas proteksi radiasi. Sebanyak 5 X Radiologi Diagnostik dan Intervensional dan
poin (41,67%) telah terpenuhi tetapi belum sesuai Perka BAPETEN Nomor 6 Tahun 2010 tentang
standar (Perka BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 Pemantauan Kesehatan untuk Pekerja Radiasi,
pasal 64 ayat 2a, 2c, 2g, 2i dan pasal 66a dan Per- sedangkan sebanyak 4 poin (15,38%) tidak ter-
ka BAPETEN Nomor 6 Tahun 2010 pasal 6) yai- penuhi.
tu (1) Data inventarisasi pesawat sinar X masih
memuat pesawat sinar X yang sudah tidak digu- Gambaran Penerapan Persyaratan Proteksi
nakan sehingga tidak sesuai dengan fasilitas yang Gambaran penerapan persyaratan protek-
ada; (2) Hasil pemantauan laju paparan radiasi si di instalasi radiologi RSUD Ungaran sebagai
belum sesuai karena pemantauan paparan radiasi berikut:
dilaksanakan pada saat pesawat dipasang, untuk Berdasarkan hasil observasi, wawancara,
pemantauan paparan radiasi secara berkala yaitu dan studi dokumentasi yang dilakukan peneliti
per minggu belum dilakukan karena instalasi ra- di instalasi radiologi RSUD Ungaran diperoleh
diologi tidak memiliki surveymeter; (3) Pengganti- hasil penerapan persyaratan proteksi yang terdiri
an komponen pesawat sinar X belum ada sedang- atas 4 komponen (8 poin), diketahui bahwa untuk
kan kerusakan komponen pesawat sinar X yaitu komponen justifikasi penggunaan pesawat sinar
table consule/panel control pernah terjadi namun X (1 poin) sebanyak 1 poin (100%) telah terpenu-
tidak ada rekamannya; (4) Pemantauan keseha- hi dan sesuai dengan standar (Perka BAPETEN
tan personil terdapat hasil pemantauan kesehatan Nomor 8 Tahun 2011 pasal 26) yaitu (1) justifi-
tahun 2014 dokumen ini hanya berlaku paling kasi penggunaan pesawat sinar X untuk pemberi-
lama satu tahun sejak pemeriksaan kesehatan an paparan radiasi kepada pasien yang diberikan
dilakukan.; dan (5) Laporan pelaksanaan veri- oleh dokter atau dokter gigi dalam bentuk surat
fikasi keselamatan, tidak terdapat pengukuran permintaan atau rujukan.
paparan radiasi radiasi secara internal/berkala Komponen limitasi dosis (3 poin) sebany-
yang dilakukan oleh pemegang izin karena tidak ak 1 poin (33,33%) telah terpenuhi dan sesuai

179
Tri Dianasari & Herry Koesyanto / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

Tabel 3 Gambaran Penerapan Persyaratan Proteksi

Komponen Kesesuaian (%)


No. Persyaratan Ada Ada Keterangan
Proteksi Tidak Ada
Sesuai Tidak Sesuai

(1) (2) (3) (4) (4) (5)

Terdapat 1 poin sesuai


Justifikasi Peng-
untuk komponen justifikasi
1. gunaan Pesawat 100 - -
penggunaan pesawat sinar
Sinar X
X

Terdapat 1 poin sesuai, 1


poin tidak sesuai dan 1 poin
2. Limitasi Dosis 33,33 33,33 33,33
tidak terpenuhi untuk kom-
ponen limitasi dosis

Penerapan Terdapat 2 poin tidak


Optimisasi dan terpenuhi untuk komponen
3. - - 100
Keselamatan penerapan optimisasi dan
Radiasi keselamatan radiasi

Terdapat 2 poin sesuai un-


Pemantauan
4. 100 - - tuk komponen pemantauan
Dosis
dosis

dengan standar (Perka BAPETEN Nomor 8 Ta- pasal 36 ayat 3a dan 3b yaitu (1) Penerapan op-
hun 2011 pasal 31a) yaitu (1) Limitasi dosis yang timisasi proteksi dan keselamatan radiasi pekerja
diterima oleh pekerja radiasi di bawah Nilai Ba- dan anggota masyarakat belum dilaksanakan se-
tas Dosis yaitu rata-rata dosis yang diterima oleh hingga tidak dapat mengetahui dosis yang diteri-
pekerja radiasi pada tahun 2015 sebesar 0,9 mSv. ma pekerja radiasi dari paparan radiasi apakah
Sebanyak 1 poin (33,33%) telah terpenuhi tetapi sudah melebihi pembatas dosis yang ditetapkan
belum sesuai dengan standar (Perka BAPETEN yaitu sebesar 10 mSv per tahun atau 0,2 mSv per
Nomor 8 Tahun 2011 pasal 35 ayat 6) yaitu (1) minggu dan untuk anggota masyarakat sebesar
peralatan protektif radiasi sudah tersedia apron 0,5 mSv per tahun atau 0,01 mSv per minggu;
(3 buah) dengan ketebalan 1 mm Pb, tabir dileng- dan (2) Penerapan optimisasi proteksi dan kese-
kapi kaca intip yang dilapisi Pb (2 buah), kaca- lamatan radiasi pasien belum dilakukan sehingga
mata Pb (1 pasang), sarung tangan Pb (1 pasang), tidak dapat mengetahui dosis radiasi yang diteri-
pelindung tiroid (1 buah) namun berupa apron ma oleh pasien, apakah sudah melebihi pemba-
pada tahun 2015 sebanyak 2 buah mengalami tas dosis yang ditetapkan, tetapi menggunakan
kebocoran dan dalam penggunaan apron oleh prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achieveble)
pekerja radiasi tidak konsisten terutama ketika yaitu dengan waktu sesingkat mungkin menda-
melakukan pemeriksaan di kamar satu karena patkan radiograf yang berkualitas dan pasien me-
kondisi pintu tidak tertutup rapat sehingga ber- nerima paparan radiasi serendah mungkin.
potensi terkena paparan radiasi. Sebanyak 1 poin Komponen pemantauan dosis (2 poin) se-
(33,33%) tidak terpenuhi oleh instalasi radiologi banyak 2 poin (100%) telah terpenuhi dan sesuai
menurut Perka BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 dengan standar meliputi (1) Pemantauan dosis
pasal 33a yaitu (1) Pemantauan paparan radiasi dengan film badge untuk setiap personil (9 orang)
dengan surveymeter belum dilakukan karena insta- dan setiap bulan dikumpulkan oleh petugas pro-
lasi belum memiliki surveymeter sehingga pengu- teksi radiasi untuk dikirimkan ke LPFK (Loka
kuran hanya dilakukan pada saat ada fasilitas Pengamanan Fasilitas Kesehatan) di Surakarta;
baru di instalasi radiologi. dan (2) Hasil evaluasi pemantauan dosis diberi-
Komponen penerapan optimisasi proteksi tahukan kepada setiap personil sehingga dapat
dan keselamatan radiasi (2 poin) sebanyak 2 poin dilakukan tindakan apabila ada yang melebihi
(100%) tidak terpenuhi oleh instalasi radiologi NBD.
menurut Perka BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 Berdasarkan rincian tersebut secara keselu-

180
Tri Dianasari & Herry Koesyanto / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

ruhan komponen persyaratan proteksi yang ter- terpenuhi dan sesuai standar (Perka BAPETEN
diri atas 4 komponen (8 poin), sebanyak 4 poin Nomor 8 Tahun 2011 pasal 55 ayat 1 dan 2) yaitu
(50%) terpenuhi dan sesuai dengan standar acuan (1) Peralatan penunjang pesawat sinar X sesuai
Perka BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 tentang standar dan memiliki sertifikat pengujian yang
Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat diterbitkan tanggal 13 Oktober 2015 oleh Ke-
Sinar X Radiologi Diagnostik dan PP Nomor 33 mentrian Kesehatan Republik Indonesia; dan (2)
Tahun 2007 Keselamatan Radiasi Pengion dan Komponen peralatan penunjang pesawat sinar
Keamanan Sumber Radioaktif. Sebanyak 1 poin X terdiri dari tiang penyangga, kolimator, dan
(12,5%) terpenuhi namun belum sesuai dengan instrumentasi tegangan meliputi stabilizer dan
standar acuan Perka BAPETEN Nomor 8 Tahun kabel-kabelnya.
2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Peng- Komponen bangunan fasilitas (4 poin) se-
gunaan Pesawat Sinar X Radiologi Diagnostik. banyak 3 poin (75%) terpenuhi dan sesuai den-
Sedangkan sebanyak 3 poin (37,5%) tidak terpe- gan standar (Perka BAPETEN Nomor 8 Tahun
nuhi. 2011 pasal 57 ayat 3b, 3c, pasal 3 dan 4) yaitu
(1) ketinggian jendela terletak pada ketinggian
Gambaran Penerapan Persyaratan Teknik 2 meter dari lantai; (2) Dinding ruangan terbuat
Gambaran penerapan persyaratan teknik dari bata double diplester dengan adukan portland
di instalasi radiologi RSUD Ungaran sebagai be- semen dan pasir dengan ketebalan 20 cm dan
rikut: pintu dilapisi Pb; dan (3) Fasilitas radiologi yang
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, lain meliputi: kamar gelap tetapi sudah diganti
dan studi dokumentasi yang dilakukan peneliti dengan CR (Computed Radiography), ruang tung-
di instalasi radiologi RSUD Ungaran diperoleh gu pasien, ruang ganti pakaian yang disediakan
hasil penerapam persyaratan teknik yang terdiri masing-masing kamar pemeriksaan, tanda radia-
atas 3 komponen (8 poin), diketahui bahwa un- si, dan poster peringatan bahaya dan sebanyak 1
tuk komponen pesawat sinar X (2 poin) sebanyak poin (25%) terpenuhi tetapi belum sesuai dengan
2 poin (100%) telah terpenuhi dan sesuai dengan standar (Perka BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011
standar (Perka BAPETEN No. 8 Tahun 2011 pasal 57 ayat 3a) yaitu (1) ukuran ruangan pada
pasal 42 ayat 1 dan 2) yaitu (1) Pesawat sinar X kamar pemeriksaan satu yaitu 4,5 m x 2,7 m x
sesuai standar dan memiliki sertifikat pengujian 3 m (terdapat 1 pesawat sinar X) dan pada ka-
yang diterbitkan tanggal 13 Oktober 2015 oleh mar pemeriksaan dua yaitu 8,5 m x 3 m x 3 m
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; dan (terdapat 2 pesawat sinar X), sehingga pada ka-
(2) Komponen pesawat sinar X terdiri dari ta- mar pemeriksaan satu tidak memenuhi ukuran
bung, pembangkit tenaga tinggi, panel control, dan minimum pesawat yaitu 4 m x 3 m x 2,8 m dan
perangkat lunak (software). pada saat melakukan exposure kondisi pintu tidak
Komponen peralatan penunjang pesawat sesuai dengan Standar Prosedur Operasi yang
sinar X (2 poin), sebanyak 2 poin (100%) telah memastikan kondisi pintu tertutup rapat.

Tabel 4 Gambaran Penerapan Persyaratan Teknik


Kesesuaian (%)
Komponen Per-
No. Ada Ada Keterangan
syaratan Teknik Tidak Ada
Sesuai Tidak Sesuai
(1) (2) (3) (4) (4) (5)
Terdapat 2 poin sesuai
1. Pesawat Sinar X 100 - - untuk komponen pesawat
sinar X
Terdapat 2 poin sesuai
Peralatan Pe-
untuk komponen perala-
2. nunjang Pesawat 100 - -
tan penunjang pesawat
Sinar X
sinar X
Terdapat 3 poin sesuai, 1
Bangunan Fasili-
3. 75 25 - poin tidak sesuai untuk
tas
bangunan fasilitas

181
Tri Dianasari & Herry Koesyanto / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

Tabel 5 Gambaran Penerapan Verifikasi Keselamatan

Komponen Veri- Kesesuaian (%)


No. fikasi Keselama- Ada Ada Tidak Keterangan
tan Sesuai Tidak Sesuai Ada
(1) (2) (3) (4) (4) (5)
Terdapat 2 poin sesuai un-
Pemantauan Pa-
1. 100 - tuk komponen pemantauan
paran Radiasi
paparan radiasi
Terdapat 1 poin sesuai un-
Uji Kesesuaian
2. 100 - - tuk komponen uji kesesua-
Pesawar Sinar X
ian pesawat sinar X
Identifikasi Terdapat 2 poin tidak
Paparan Poten- sesuai untuk komponen
3. - - 100
sial dan Paparan identifiakasi paparan po-
Darurat tensial dan paparan darurat

Berdasarkan rincian tersebut secara kese- panjangan izin oleh penguji yang merupakan te-
luruhan komponen persyaratan teknik yang ter- naga yang berkualifikasi dan sertifikat pengujian
diri atas 3 komponen (8 poin), sebanyak 7 poin diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan Republik
(87,5%) terpenuhi dan sesuai dan sebanyak 1 Indonesia pada 13 Oktober 2015.
poin (12,5%) terpenuhi namun belum sesuai den- Komponen identifikasi paparan potensial
gan standar acuan Perka BAPETEN Nomor 8 dan paparan darurat (2 poin) sebanyak 2 poin
Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam (100%) tidak terpenuhi oleh instalasi radiologi
Penggunaan Pesawat Sinar X Radiologi Diagnos- yaitu (1) Identifikasi paparan potensial dan da-
tik. rurat belum dilakukan sehingga tindakan pence-
gahan belum dilakukan dalam bentuk program
Gambaran Penerapan Verifikasi Keselamatan proteksi radiasi; dan (2) Rencana penanggulan-
Gambaran penerapan verifikasi keselama- gan keadaan darurat belum dilakukan sehingga
tan di instalasi radiologi RSUD Ungaran sebagai tindakan pencegahan belum dilakukan dalam
berikut: bentuk program proteksi radiasi.
Berdasarkan hasil dari observasi, wawan- Berdasarkan rincian tersebut secara kese-
cara, dan studi dokumentasi yang dilakukan luruhan komponen verifikasi keselamatan yang
peneliti di instalasi radiologi RSUD Ungaran terdiri atas 3 komponen (5 poin), sebanyak 3 poin
diperoleh hasil penerapan verifikasi keselamatan (60%) terpenuhi dan sesuai dengan standar Perka
yang terdiri atas 3 komponen (5 poin), diketahui BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 tentang Ke-
bahwa untuk komponen pemantauan paparan selamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat
radiasi (2 poin) sebanyak 2 poin (100%) telah ter- Sinar X Radiologi Diagnostik dan Perka BAPE-
penuhi dan sesuai dengan standar Perka BAPE- TEN Nomor 9 Tahun 2011 tentang Uji Kesesu-
TEN Nomor 8 Tahun 2011 pasal 59 ayat 1 dan aian Pesawat Sinar X Radiologi Diagnostik dan
2 yaitu (1) Pemantauan paparan radiasi terhadap Intervensional dan sebanyak 2 poin (40%) tidak
fasilitas baru dilaksanakan pada saat ada pesawat terpenuhi.
baru merk Polymoblie Plus pada 24 Januari 2015;
dan (2) Lingkup pemantauan paparan radiasi SIMPULAN
dilakukan di ruang radiologi dan ruang opera-
tor dengan hasil tak terukur (aman), dan untuk Penelitian yang berjudul “Gambaran
fluoroskopi tidak dilakukan karena tidak terdapat Penerapan Manajemen Keselamatan Radiasi
pemeriksaan fluoroskopi. dalam Penggunaan Pesawat Sinar X di Instalasi
Komponen uji kesesuaian pesawat sinar X Radiologi RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
(1 poin), sebanyak 1 poin (100%) telah terpenuhi Tahun 2016” ini disimpulkan bahwa dari 5 va-
dan sesuai dengan standar acuan Perka BAPE- riabel yaitu perizinan, persyaratan manajemen,
TEN Nomor 9 Tahun 2011 pasal 4 yaitu (1) uji persyaratan proteksi, persyaratan teknik, dan ve-
kesesuaian pesawat sinar X dilakukan untuk per- rifikasi keselamatan dari 16 komponen (48 poin)

182
Tri Dianasari & Herry Koesyanto / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)

yang dibahas, sebanyak 29 poin (60,42%) terpe- Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada Radio-
nuhi dan sesuai dengan standar/peraturan. Seba- grafer di Instalasi Radiologi 4 Rumah Sakit di Kota
nyak 10 poin (20,83%) terpenuhi tetapi belum se- Semarang. Jurnal Unversitas Muhammadiyah
suai dengan standar/peraturan. Sebanyak 9 poin Semarang Vol. 7 (1).
(18,75%) tidak terpenuhi oleh instalasi radiologi
Kemenkes. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
RSUD Ungaran. Saran yang direkomendasikan
Indonesia Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010
menyelenggarakan pelatihan proteksi radiasi, tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
pengadaan surveymeter, penambahan alat proteksi di Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan
radiasi, mengirimkan film badge tepat waktu, me- Republik Indonesia.
renovasi ruangan kamar pemeriksaan 1, mem-
buat rencana penanggulangan paparan darurat, Martem, Dira R., Dian Milvita, Helfi Yuliati, dan
memelihara rekaman terkait penggunaan pesa- Dyah D. K. 2015. Pengukuran Dosis Radiasi Ru-
wat sinar X, petugas proteksi radiasi mengikuti angan Radiologi II Rumah Sakit Gigi dan Mulut
pelatihan dan menggunakan alat proteksi dengan (RSGM) Baiturrahmah Padang Menggunakan
konsisten. Surveymeter Unfors-XI. Jurnal Fisika Universitas
Andalas Vol. 4 (2), ISSN: 2302-8491.
DAFTAR PUSTAKA
Mayerni, Ahmad, A. dan Abidin Z. 2013. Dampak Ra-
diasi terhadap Kesehatan Pekerja Radiasi di RSUD
BAPETEN. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas
Arifin Achmad, RS Santa Maria, dan RS Awal Bros
Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 tentang Ke-
selamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Pekanbaru. Jurnal Lingkungan, 7(1): 114-127.
Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.
Jakarta: Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Ristiono, Bambang dan Nizwardi Azkha. 2010. Regu-
lasi dan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Dwipayana, Chrisantus AW. 2015. Proteksi Radiasi Kerja (K3) Rumah Sakit di Propinsi Sumatera
dalam Radiologi Diagnostik bagi Wanita Usia Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 4 (1).
Subur dan Wanita Hamil. Prosiding Pertemuan
Ilmiah XXIX Jateng & DIY, Yogyakarta, 25 Sari, Silvia. 2011. Pengembangan Sistem Manajemen Ke-
April, ISSN: 0853-0823. selaatan Radiasi Sinar X di Unit Kerja Raiologi
Rumah Sakit XYZ Tahun 2011. Skripsi. Depok:
Hayani, Anet dan Endang Kunarsih. 2013. Integrasi Universitas Indonesia.
Sistem Manajemen dan Standar Mutu pada Produk-
si Pesawat Sinar X Radiologi Diagnostik. Seminar Suyatno dan Sigit Bachtiar. 2011. Analisis Pembentukan
Keselamatan Nuklir, ISSN: 1412-3258. Gambar dan Batas Toleransi Uji Kesesuaian pada
Pesawat Sinar X Diagnositik. Prosiding Seminar
Hendra, Yuli., Margo Utomo, Trixie Salawati. 2011. Penelitian dan Pengelolaan Perangkat Nuklir,
Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Yogyakarta, 27 Juli, ISSN: 1410-8178.

183

Anda mungkin juga menyukai