Anda di halaman 1dari 13

BAB VI

MENGENALI TANDA SERANGAN


JAMUR PATOGEN PADA TANAMAN
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ
tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari.
Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal.
Penyebab sakit bermacam-macam antara lain cendawan (jamur), bakteri, virus,
kekurangan air, kekurangan atau kelebihan unsur hara. Berbagai penyakit yang
umumnya timbul misalnya bercak daun, kudis, penyakit gosong, penyakit layu,
penyakit karat dan penyakit embun tepung. Penyebabnya berbeda-beda, misal
penyakit layu dapat disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. ‘
Pengetahuan mengenai berbagai jenis mikroorganisme yang menyebabkan
penyakit sangat diperlukan,sehingga kita bisa merencanakan bagaimana cara
penanganan penyakit tersebut. Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu biotik atau parasitdan abiotik atau non parasit. Biotik yaitu
penyebab penyakit yang sifatnya menular atauinfeksius, msalnya jamur,
bakteri, nematoda, mycoplasma dan tanaman tinggi parasitik. Abiotik yaitu
penyebab penyakit yang sifatnya tidak menular atau non infeksius. Penyakit-
penyakit karena penyebab abiotik sering disebut penyakit fisiologis/fisiogenis,
sedangkan patogennya disebut fisiopath. Fisiopath tersebut antara lain kondisi
cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi tanah yang kurang baik, dan
kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia. Utamanya yang menyerang
tanaman adalah patogen. Pada waktu sekarang telah dikenal banyak macam
patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai arti ekonomi
penting. Patogen adalah organism penyebab penyakit tanaman.
Patogen (pathos = menderita + gen = asal-usul) merupakan agen yang
menyebabkan penderitaan (sakit). Setiap macam tanaman dapat diserang oleh
banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada
kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman. Sering pula
terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ
tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui suatu tanaman terserang penyakit
baik penyakit abiotik maupun penyakit biotic maka diperlukan untuk
melakukan praktikum ini.
Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat
menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman
yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan dari
organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Pada umumnya jamur hidup pada
sisa makhluk lain yang sudah mati, misalnya pada tumpukan sampah, serbuk
gergaji kayu, atau pada batang kayu yang sudah lapuk (Suriawiria, 2006).
Lebih dari 70.000 jenis jamur yang sudah dikenal sejak lama umumnya
masih hidup liar di hutan, kebun atau pekarangan rumah. Walaupun jenis jamur
yang memiliki nilai ekonomi masih sedikit, tetapi potensi jamur di bidang
pertanian, industri, lingkungan, bahan makanan dan bahan obat sangat tinggi.
Beberapa jenis jamur yang telah dibudidayakan dan memiliki nilai bisnis besar
diantaranya adalah jamur merang, jamur kuping, shitake, champingnon, lingzi
dan jamur tiram (Suriawiria, 2006).

1.2. Tujuan Praktikum


Agar praktikan mampu mengenal dan mendeskripsikan gejala-gejala
penyakit tumbuhan dan tipe gejala penyakit tumbuhan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung


2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
2.1.2 Morfologi
 Akar Tanaman Jagung
Sistem perakaran pada tanaman jagung adalah akar serabut
dengan kedalaman hingga 8 meter, namun sebagian besar
berada pada kedalaman sekitar 2 meter. Tanaman jagung yang
sudah dewasa akan tumbuh akar adventif dari buku-buku batang
tanaman jagung bagian bawah yang dapat membantu tanaman
jagung menjadi tegak.
 Batang Tanaman Jagung
Tanaman jagung memiliki batang yang tegak, mudah terlihat
dan beruas-ruas. Ruas terbungkus oleh pelepah daun yang
muncul dari buku. Tanaman jagung memiliki batang yang tidak
mengandung banyak lignin.
 Daun Tanaman Jagung
Daun pada tanaman jagung merupakan daun sempurna
dengan bentuk yang memanjang. Daun yang dimiliki oleh
tanaman jagung ini berwarna hijau muda pada saat masih muda,
dan berwarna hijau tua pada saat tanaman dewasa, serta
berwarna kuning pada saat tanaman sudah tua. Selain itu
terdapat ligula antara pelepah daun dengan helai daun. Tanaman
jagung memiliki daun yang tulang daunnya sejajar dengan ibu
tulang daun tanaman jagung. Permukaan daun pada tanaman
jagung ada yang berambut dan ada yang licin. Daun tanaman
jagung memiliki stomata yang berbentuk halter yang
merupakan ciri khas yang dimiliki oleh tumbuhan yang
termasuk ke dalam famili atau suku poaceae. Setiap stomata
pada tanaman daun dikelilingi oleh sel – sel epidermis yang
berbentuk seperti kipas. Struktur tersebut memiliki peran
penting dalam melakukan respon tanaman untuk menanggapi
defisit air pada sel-sel daun tanaman jagung.
 Bunga Tanaman Jagung
Bunga yang dimiliki oleh tanaman jagung terdiri atas bunga
jantan dan bunga betina, yang masing-masing terpisah atau
diklin dalam satu tanaman atau monoecious. Setiap kuntum
bunga tanaman jagung memiliki struktur yang khas dari bunga
yang termasuk ke dalam famili / suku poaceae yang disebut
sebagai floret. Pada tanaman jagung, sepasang glumae atau
gulma membatasi dua floret. Bunga jantan dapat tumbuh pada
bagian puncak dari tanaman jagung, yang berupa karangan
bunga atau inflorescence. Pada bunga tanaman jagung terdapat
serbuk sari yang berwarna kuning dengan memiliki aroma yang
khas.
 Tongkol Tanaman Jagung
Tongkol yang dimiliki oleh tanaman jagung tumbuh dari
buku dan terdapat di antara batang daun dengan pelepah daun
dari tanaman jagung. Secara umum dalam satu tanaman jagung
hanya dapat menghasilkan satu buah tongkol yang produktif,
meskipun tanaman jagung memiliki sejumlah bunga betina.
Bunga jantan melakukan penyerbukaan sebanyak 2 hingga 5
hari lebih dulu daripada bunga betinanya. (Fitriani, 2009)
2.2 Hama
2.2.1 Klasifikasi
a. Klasifikasi Jamur Busuk Tongkol
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Nectriaceae
Genus : Ustilago
Spesies : Ustilago maydis Schwabe
b. Klasifikasi Jamur Bulai
Kingdom : Fungi
Filum : Oomycota
Kelas : Oomycetes
Ordo : Sclerosoprales
Famili : Sclerosporaceae
Genus : Peronosclerospora
Spesies : Peronosclerospora maydis Rac (Shaw)
2.2.2 Morfologi
Ustilago maydis adalah cendawan penyebab penyakit busuk tongkol
pada tanaman jagung. Cendawan ini merupakan dimorfi artinya dalam
siklus hidupnya dapat terjadi dua bentuk yaitu membentuk sel khamir
dan membentuk misellium. Ustilago maydis tumbuh dalam bentuk sel
khamir haploid selama fase saprofil, namun berubah menjadi misellium
bersel haploid pada fase menginvasi atau menginfeksi inang. Konidium
teratur seperti jari, berbentuk sabit. Klamidospora interkalar, bulat,
berdinding tebal, hialain atau coklat pucat dengan dinding luar licin
atau agak kasar, dengan garis tengah 10 – 12 mikrofon, membentuk
rantai atau kumpulan. (Abou 2015)
Peronosclerospora maydis adalah cendawan penyebab penyakit
bulai pada tanaman jagung. Koridiosfor berukuran 132 – 261 mikron.
Konidiannya hialin berdinding tipis berukuran 24 – 46,6 x 12 – 20
mikron. Oogoniannya berwarna coklat kemerahan, berbentuk elips,
tidak beraturan, berukuran 55 – 73 x 49 – 58 mikron. Pada umumnya
konidiosfor mempunyai percabangan tingkat tiga atau empat. Cabang
tingkat terakhir membentuk stigma. Konidium yang masih muda
berbentuk bulat, sedang yang sudah masak berbentuk jororng.
Konidium tumbuh dengan membentuk pembuluh kecambah.
(Hikmawati, 2011)
2.2.3 Gejala dan Tanda Serangan
Gejala busuk tongkol ditandai dengan adanya permukaan pada biji
tongkol jagung yang berwarna merah jambu hingga menjadi coklat,
bahkan terkadang biasanya diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti
kapas berwarna merah jambu. Cendawan berkembang baik pada sisa
tanaman maupun di dalam tanah, cendawan ini bisa terbawa benih,
penyebarannya bisa melalui angin atau tanah. Tongkol yang sudah
busuk biasanya dicirikan dengan adanya warna kecoklatan pada klobot,
jika infeksi terjadi setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung
menyebabkan biji berubah menjadi coklat, kisut akhirnya busuk,
miselium cendawan diplodia yang berwarna putih, piknidia berwarna
hitam tersebar pada kelobot. Infeksi dimulai dari dasar tongkol
berkembang ke bongkol kemudian merambat ke permukaan biji serta
menutupi kelobot, cendawan bisa bertahan hidup dalam bentuk spora
dan piknidia berdinding tebal pada sisa tanaman didalam lahan. Gejala
yang terlalu cepat pada tongkol jagung juga dapat menyebabkan
tongkol jagung cepat menjadi busuk, kelobotnya saling menempel erat
pada tongkol, serta buahnya berwarna biru hitam di permukaan kelobot
maupun bongkol, gejala busuk tongkol ustilago diakibatkan oleh
infeksi cendawan Ustilago maydis Schwabe. (Ali, 2015)
Gejala penyakit bulai pada tanaman jagung biasanya ditandai
dengan warna khlorotik memanjang sejajar dengan tulang daun dan
batasnya terlihat jelas diantara daun sehat, bagian daun permukaan atas
maupun bawah terdapat warna putih seperti tepung, terlihat jelas pada
saat pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan
terhambat, termasuk pembentukan tongkol buah, bahkan tongkol tidak
terbentuk, daun-daun menggulung serta terpuntir, bunga jantan berubah
menjadi massa daun yang berlebihan. (Semangun, 2009)
2.2.4 Pengendalian
Pengendalian busuk tongkol dapat dilakukan dengan :
 Menggunakan pemupukan seimbang.
 Jangan membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lahan,
jika musim hujan bagian batang di bawah tongkol dipotong
supaya ujung tongkol tidak mengarah ke atas.
 Pergiliran tanaman mengunakan tanaman tidak termasuk padi-
padian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang.
(Burhanuddin, 2010)

Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan :

 Menanam varietas tahan terhadap penyakit bulai seperti varietas


bima 1, bima 3, Bima 9, bima 14, bima 15, lagaligo, atau
gumarang.
 Melakukan jangka waktu bebas tanaman jagung minimal dua
minggu hingga satu bulan.
 Penanaman jagung secara serempak.
 Pemusnahan seluruh bagian tanaman hingga ke akarnya
(Eradikasi tanaman) pada tanaman terserang penyakit bulai.
 Penggunaan fungisida metalaksil ketika perlakuan benih
dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih. (Wakman,
2013)
III. METODOLOGI

3.1 Waktu & Tempat


Praktikum dilakukan pada hari Rabu , 23 Oktober 2019 pada
pukul 11.10-12.00 W.I.B di Laboratorium Kesehatan Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

3.2 Alat & Bahan


1. Lembar (catatan dan alat tulis)
2. Kamera (kamera HP/ponsel)
3. Kaca pembesar
4. Mikroskop

3.3 Cara Kerja


1. Mencari tanaman yang terserang OPT
2. .Mengidentifikasi patogen atau OPT tersebut
3. Membuat gambar patogen pada lembar kerja
4. Mengamati kemudian menuliskan gejala dan tanda serangan patogen
5. Mendokumentasikan tanaman beserta patogen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Nama OPT Komoditas Gejala Keterangan Gambar
Busuk Tanaman Jagung  Tongkol Kingdom : Fungi
Tongkol (Zea mays L) berwarna Filum :
(Ustilago hitam dan Ascomycota
maydis melekat Kelas :
Schwabe)  Daun Sordariomycetes
Perbesaran 4x
menguning Ordo : Hypocreales
 Terjadi Famili :
pembengka Nectriaceae
kakn pada Genus : Ustilago
tongkol Spesies : Ustilago
maydis Schwabe Perbesaran 10x

Bulai Tanaman Jagung  Bulai Kingdom : Fungi


(Peronosclero (Zea mays L) mengering Filum : Oomycota
spora maydis  Mengalami Kelas : Oomycetes
Rac (Shaw)) gangguan Ordo :
pertumbuha Sclerosoprales
n Famili :
Perbesaran 40x
 Daun Sclerosporaceae
terlihat Genus :
garis – garis Peronosclerospora
klorotik Spesies :
(Peronosclerospora
maydis Rac Perbesaran
(Shaw)) 100x
4.2 Pembahasan
Penyakit pada tanaman disebabkan oleg patogen. Patogen dapat berupa
virus, jamur, dan bakteri. Pada praktikum kali ini diperoleh patogen yang
berupa jamur yaitu jamur Ustilago maydis dan jamur Peronosclerospora
maydis.
Jamur Ustilago maydis dan jamur Peronosclerospora mayidis biasanya
menyerang tanaman jagung. Menurut (Wakman,dkk 2009) tanaman jagung
yang terserang jamur ini tongkolnya akan membusuk dan daun tanaman
mengecil dan meruncing.
Berdasarkan hasil pengamatan pada jagung yang terserang penyakit
gosong atau jamur Ustilago maydis. Gejala yang nampak akibat serangan
jamur ini adalah adanya pembengkakan pada biji jagung yang menyebabkan
biji jagung akan berwarna hitam dan akhirnya tidak dapat dipanen. Apabila
bunga jantan yang terinfeksi, maka semua tongkol pada tanaman tersebut
terinfeksi penyakit gosong.
Berdasarkann hasil pengamatan pada jagung yang terserang penyakit
bulai atau jamur Peronosclerospora maydis. Gejala yang nampak akibat
serangan jamur ini adalah daun tanaman yang mengecil dan meruncing. Buah
seringkali bertongkol panjang dengan klobot yang tidak menutup di ujung.
Pada tanaman muda memiliki bercak klorosis kecil. Pada sisi bawah daun
ditemukan beledu putih.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai gejala dan tanda
serangan jamur patogen pada tanaman, dapat disimpulkan bahwa jamur yang
menyerang tanaman jagung adalah jamur Peronosclerospora maydis yang dapat
menyebabkan penyakit bulai atau bulir menguning dan jamur Ustilago maydis yang
dapat menyebabkan penyakit tongkol membusuk atau gosong.
Gejala serangan kedua jamur tersebut dapat dilihat secara fisik pada tanaman,
seperti jamur Peronosclerospora maydis yang menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan (terhambat) dan jamur Ustilago maydis yang menyebabkan tanaman
tampak seperti layu.
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penggunaan varietas
jagung yang tahan, penerapan pola pergiliran tanaman (rotasi), eradikasi tanaman
jagung yang terserang penyakit agar tidak menular ke tanaman yang lainnya, serta
dapat juga dilakukan pengendalian kimiawi yaitu dengan penggunaan fungisida.

5.2 Saran

Diharapkan praktikan datang tepat waktu sesuai dengan jadwal dan mentaati
segala peraturan yang telah ditetapkan. Praktikan juga diharapkan mampu
memahami materi praktikum yang akan dilaksanakan. Selain itu, pada praktikum
yang menggunakan mikroskop, laboratorium diharapkan mampu meminjami
mikroskop untuk setiap kelompok agar setiap kelompok tidak saling menunggu
untuk menggunakan mikroskop, sehingga praktikum dapat selesai sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Abou, Z..A.M. 2015. Effect Of Ustilago Maydis (DC) Corda And Its Town On

Some Maize. Journal of Phytopathology 143 910 : 557 – 558

Ali. 2015. Penyakit Busuk Tongkol Pada Tanaman Jagung. Sulawesi Selatan :

Badan Penelitian Tanaman Serealia

Burhanuddin. 2010. Identifikasi Cendawan Penyebab Penyakit Bulai Pada

Tanaman Jagung Di Pulau Jawa dan Madura. Superman : Suara

Perlindungan Tanaman.

Fitriani, 2009. Hama Dan Penyakit Jagung (Zea mays L). di Desa Benteng,

Cibanteng, dan Nangrong, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa

Barat : IPB

Ginting, 2016. Jamur Patogen Tumbuhan. Yogyakarta : Plantaxia

Hikmawati, 2011. Karakteristik Morfologi Peronosclerospora Maydis. Jurnal

Fitomedika 7. 159 – 161

Semangun, 2009. Penyakit Tanaman Pangan Di Indonesia. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press

Tjahjadi, 2009. Hama Dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Kanirius

Wakman, 2013. Pengelolaan Penyakit Prapanen Jagung. Balai Penelitian

Tanaman Serelia Maros.

Anda mungkin juga menyukai