Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KIMIA KLINIK

PEMERIKSAAN PROTEIN & ELEKTROFORESIS PROTEIN

DISUSUN OLEH :

1. Argam Hafizhan
2. Desiana Wahyu Kuswardhani
3. Dewa Andriany
4. Rocky Riandi wijaya
5. Junarni
6. Rahmat Ramadhan

KELAS PEGAWAI REGULER TINGKAT II

PRODI D III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN

Jl. Dr Sitanala Tangerang. Telp (021) 5522250


TOPIK 1
PEMERIKSAAN PROTEIN TOTAL DAN ALBUMIN
METODE FOTOMETRI

Latar Belakang
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi tubuh manusia karena
berfungsi sebagai alat transportasi serta berguna untuk menunjang kehidupan. Dengan tidak
adanya darah yang cukup dalam tubuh seseorang, maka dapat berakibat pada kesahatan
seseorang bahkan dapat berakibat pada kematian
Penetapan kadar protein dalam serum itu biasanya dapat mengukur protein total,
albumin atau globulin. Ada salah satu cara yang mudah untuk menetapkan kadar protein
total, yaitu dengan berdasarkan pembiasan cahaya oleh protein yang larut dalam serum.
Penetapan ini sebenarnya mengukur nitrogen karena protein berisi asam amino serta asam
amino berisi nitrogen.
Penentuan konsentrasi protein serum total dan fraksi utamanya (albumin dan globulin)
dapat digunakan sebagai alat diagnostik yang penting dalam biokimia klinis. Beberapa faktor
dapat mempengaruhi konsentrasi total protein, albumin, globulin dan rasio albumin globulin
(A/G).
Penetapan kadar protein dalam serum itu biasanya dapat mengukur protein total,
albumin atau globulin. Ada salah satu cara yang mudah untuk menetapkan kadar protein
total, yaitu dengan berdasarkan pembiasan cahaya oleh protein yang larut dalam serum.
Penetapan ini sebenarnya mengukur nitrogen karena protein berisi asam amino serta asam
amino berisi nitrogen.
TINJAUAN PUSTAKA

Teori Umum
Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama dengan
sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran kompleks zat organik
dan anorganik. Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsur
pokok plasma yang tidak dapat menenmbus membran kapilar untuk mencapai sel. Ada tiga
jenis protein plasma yaitu albumin, globulin dan fibrinogen (Sloane, 2004).

Protein merupakan biomolekul yang sangat penting. Beberapa fungsi protein adalah
sebagai katalisator (enzim),pengangkut dan penyimpanan,penyebab gerakan,pendukung
sistem kekebalan ,pembentuk dan transmisi impuls saraf,pengontrol pertumbuhan dan
diferensiasi; pendukung kekakuan struktural,dan lain-lain (Toha, 2005).

Atas dasar kelarutannya dalam zat pelarut tertentu, protein dibagi ; albumin, globulin,
prolamin, dan glueatin. Protein dapat juga dikelompokkan berdasarkan atas jenis utama
konformasinya. Berdasarkan penggolongan,terdapat 2 kelas utama protein,yaitu: protein
fibrosa (serat) dan protein globular (Toha, 2005).

Prinsip pemeriksaan
protein bersama-sama dengan ion tembaga membentuk kompleks warna ungu-biru
dalam larutan basa, absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi dan adanya
bromkresol hijau dalam suasana sedikit asam, terjadi perubahan warna akibat indikator dari
kuning-hijau ke biru-hijau.

Nilai rujukan data klinis (Pearce, 2006)


Nilai rujukan protein :
Dewasa : 6,0 – 8,0 g/dL
Anak – anak :
a. Prematur : 4,2 – 7,6 g/dL
b. Bayi baru lahir : 4,6 – 7,4 g/dL
c. Bayi : 6,0 – 6,7 g/dL
d. Anak : 6,2 – 8,0 g/dL
Nilai rujukan albumin :
a. Dewasa : 3,5 – 5,0 g/dL
b. Bayi baru lahir : 2,9 – 5,4 g/dL
c. Bayi : 4,4 – 5,4 g/dL
d. Anak – anak : 4,0 – 5,8 g/dL
Serum Darah :
Komposisi :
Air : 91,0 %
Protein : 8,0 % (Albumin, globulin, protrombin , dan fibrinogen)
Mineral : 0,9 % (NaOH, Natrium bikarbonat, garam dari kalsium,
fosfor, magnesium dan besi)
Bahan organik : Glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolestrol
dan asam amino.

Prosedur Kerja
a. Protein total
1. Penyiapan Serum
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge.
c. Disentrifug selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm.
d. Diambil serum darah.
e. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Pengukuran absorban blanko
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dipipet 10 µL aquadest ke dalam kuvet.
c. Ditambahkan 1000 µL regean TPR.
d. Diinkubasi pada suhu 250C selama 20 menit.
e. Diukur absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
3. Pengukuran absorban standar
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dipet 10 µL larutan standar ke dalam kuvet.
c. Ditambahkan 1000 µL regean TPR.
d. Diinkubasi pada suhu 250C selama 20 menit.
e. Diukur absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
4. Pengukuran absorban sampel
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dipipet 10 µL serum darah ke dalam kuvet.
c. Ditambahkan 1000 µL regean TPR.
d. Diinkubasi pada suhu 250C selama 20 menit.
e. Diukur absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
b. Albumin
1. Penyiapan Serum
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge.
c. Disentrifug selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm.
d. Diambil serum darah.
e. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Pengukuran absorban blanko
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dipipet 10 µL aquadest ke dalam kuvet.
c. Ditambahkan 1000 µL regean Albumin.
d. Diinkubasi pada suhu 250C selama 10 menit.
e. Diukur absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
3. Pengukuran absorban standar
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dipet 10 µL larutan standar ke dalam kuvet.
c. Ditambahkan 1000 µL regean Albumin.
d. Diinkubasi pada suhu 250C selama 10 menit.
e. Diukur absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
4. Pengukuran absorban sampel
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dipipet 10 µL serum darah ke dalam kuvet.
c. Ditambahkan 1000 µL regean Albumin.
d. Diinkubasi pada suhu 250C selama 10 menit.
e. Diukur absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.

METODE KERJA
Alat Pemeriksaan
Adapun alat yang digunakan adalah mikropipet, rak tabung,
spektrofotometer, Sentrifuge, tabung reaksi, tabung sentrifuge.

Bahan Pemeriksaan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aquadest, darah, tip mikropipet, reagen albumin
dan reagen TPR.
Cara kerja
a. Protein Total
I. Penyiapan serum
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
3) Disentrifuge ± 15 menit, dengan kecepatan 5000 rpm.
4) Diambil serum darah
5) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
II. Pengukuran absorban blanko
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 20µL aquadest ke dalam kuvet
3) Ditambahkan 2000 µL reagen TPR
4) Diinkubasi pada suhu 250C selama 20 menit
5) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
III. Pengukuran absorban standar
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 10µL larutan standar ke dalam kuvet
3) Ditambahkan 2000 µL reagen TPR
4) Diinkubasi pada suhu 250C selama 20 menit
5) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
IV. Pengukuran absorban sampel
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 10µL serum dalam kuvet
3) Ditambahkan 2000 µL reagen TPR
4) Diinkubasi pada suhu 250C selama 20 menit
5) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.

Perhitungan Protein Total

Absorben sampel
Protein total = x Konsentrasi standar (g/dL) = g/dL
Absorban standar

b. Albumin
I. Penyiapan serum
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
3) Disentrifuge ± 15 menit, dengan kecepatan 5000 rpm.
4) Diambil serum darah
5) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
II. Pengukuran absorban blanko
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 20µL aquadest ke dalam kuvet
3) Ditambahkan 2000 µL reagen albumin
4) Diinkubasi pada suhu 250C selama 10 menit
5) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
III. Pengukuran absorban standar
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 20µL larutan standar ke dalam kuvet
3) Ditambahkan 22000 µL reagen albumin
4) Diinkubasi pada suhu 250C selama 10 menit
5) Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
IV. Pengukuran absorban sampel
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet 20µL serum dalam kuvet
3) Ditambahkan 2000 µL reagen albumin
4) Diinkubasi pada suhu 250C selama 10 menit
Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm

Perhitungan albumin

Absorben sampel
albumin = x Konsentrasi standar (g/dL) = g/dL
Absorban standar

1. Tes Flokulasi (Penghitungan Globulin)

Metode

Gross Titrasi menggunakan larutan Hayem (HgCl2)

Prinsip

Prinsip pemeriksaan serum sample diteteskan larutan hayem hingga timbul


kekeruhan pertama. Volume larutan hayem yang digunakan untuk titrasi sebanding
dengan jumlah globulin.

Alat dan Bahan

Bahan :
Alat :

 Tabung Serologis  Serum

 Tabung Venoject  Reagen Hayem :


 Pipet Pastur - Na2SO4
 Pipet TD 2 ml - NaCl
 Mikro Pipet - HgCl2
 Sentrifuge - Aquadest
Cara Kerja

Masukkan 1 ml Teteskan larutan Amati hingga terjadi


serum dalam tabung Hayem dalam serum kekeruhan pertama
Venoject dengan pipet TD

Hitung berapa volume Bandingkan


larutan hayem yang kekeruhan dengan
digunakan pada pipet serum awal

Alasan digunakan reagen TPR karena reagen TPR adalah reagen yang spesifik untuk
pengukuran protein total pada serum memberikan warna ungu-biru, sedangkan reagen
albumin yaitu untuk memberikan warna hijau-biru pada sampel karena pada proses
penentuan akan menentukan absorbannya menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 546 nm yang termasuk dalam panjang gelombang sinar tampak, dimana
penentuan absorban berdasarkan warna. Selain itu dilakukan inkubasi pada suhu ruangan
selama beberapa menit, hal ini dimaksudkan agar reagen dan sampel dapat bercampur
dengan baik ,sehingga pada saat pengukuran absorban hasilnyapun sesuai dengan yang
diharapkan.
TOPIK 2

FRAKSI PROTEIN

Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-asam amino
yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Suatu molekul protein disusun oleh sejumlah asam
amino dengan susunan tertentu dan bersifat turunan. Asam amino terdiri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein
sebanyak 16% dari berat protein. Molekul protein juga mengandung fosfor, belerang, dan
ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi.

Klasifikasi protein berdasarkan pada fungsi biloginya terdiri atas: enzim, protein
pembangun, protein kontraktil, protein pengangkut, protein hormon, protein bersifat racun,
protein pelindung, dan protein cadangan. Klasifikasi protein terdapat dalam bentuk serabut
(fibrosa), globular, dan konjugasi. Protein bentuk serabut terdiri atas beberapa rantai peptida
berbentuk spiral yang terjalin satu sama lain sehingga menyerupai batang yang kaku.
Karakteristik protein bentuk serabut adalah memiliki daya larut yang rendah, kekuatan
mekanis yang tinggi, dan tahan terhadap enzim pencernaan. Kolagen, elastin, keratin, dan
miosin termasuk dalam protein bentuk serabut. Protein globular berbentuk bola dan terdapat
pada cairan jaringan tubuh. Protein jenis ini larut dalam larutan garam dan asam, mudah
berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam serta mudah mengalami denaturasi.
Albumin, globulin, dan histon termasuk dalam protein globular. Protein konjugasi adalah
protein sederhana yang terikat dengan bahan-bahan non asam amino. Gugus non asam
amino ini dinamakan gugus prostetik. Nukleoprotein, lipoprotein, fosfoprotein, metaloprotein,
hemoprotein, dan flavoprotein termasuk dalam protein konjugasi.

Fraksi utama protein adalah (albumin dan globulin) dapat digunakan sebagai alat
diagnostik yang penting dalam biokimia klinis. Beberapa faktor dapat mempengaruhi
konsentrasi total protein, albumin, globulin dan rasio albumin globulin (A/G).

Protein merupakan biomolekul yang sangat penting. Beberapa fungsi protein adalah
sebagai katalisator (enzim),pengangkut dan penyimpanan,penyebab gerakan,pendukung
sistem kekebalan ,pembentuk dan transmisi impuls saraf,pengontrol pertumbuhan dan
diferensiasi; pendukung kekakuan struktural,dan lain-lain (Toha, 2005).

Albumin adalah protein yang larut dalam air. Albumin disintesis di hati dan berfungsi
utama untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik darah. Hal ini karena albumin
merupakan protein dengan berat molekul besar yang tidak dapat melintasi dinding pembuluh
atau dinding kapiler sehingga dapat membantu mempertahankan cairan yang ada di dalam
sistem vascular (Sutedjo, 2007)
Berdasarkan pola karakteristik dan fungsinya, maka protein dibagi menjadi lima fraksi, yaitu :
1. Albumin adalah protein yang menjaga darah tidak bocor keluar, mengangkut zat serta
berperan dalam pertumbuhan dan perbaikan jaringan
2. Alpha 1 Globulin disebut alpha-1-antitrypsin adalah protein yang dihasilkan oleh paru-
paru dan hati dan akan meningkat pada penyakit inflamasi. HDL termasuk dalam fraksi
ini.
3. Alpha 2 Globulin adalah protein yang disebut haptoglobin yaitu protein yang mengikat
hemoglobin dan terlibat dalam peradangan
4. Beta Globulin adalah protein yang membantu membawa zat, seperti zat besi, melalui
aliran darah dan membantu melawan infeksi Dalam beberapa kasus, fraksi beta dibagi
lagi menjadi beta 1 dan beta 2
5. Gamma Globulin disebut antibodi (imunoglobulin) adalah protein yang diproduksi di
jaringan limfoid dan berfungsi dalam imunitas yaitu membantu mencegah dan melawan
infeksi, dengan cara mengikat zat-zat asing (bakteri atau virus) kemudian dihancurkan
oleh sistem kekebalan tubuh.
TOPIK 3

METABOLISME PROTEIN

Metabolisme Protein

a. Protein Dalam Makanan


Protein dalam makanan nabati terlindung oleh dinding sel yang terdiri atas selulosa
sehingga daya cerna sumber protein nabati pada umumnya lebih rendah dibandingkan
dengan sumber protein hewani. Sebagian besar protein sangat resisten terhadap
pencernaan, hanya ikatan superfisial saja yang peka terhadap aktifitas enzim proteolitik.
Namun, setelah protein mengalami denaturasi oleh pajanan panas atau asam, kekuatan
yang mempertahankan struktur protein menjadi lemah sehingga protein dapat dicerna.
Proses pemasakan dan kondisi asam dalam lambung mempermudah proses pencernaan.

b. Pencernaan Dan Absorbsi Protein


Protein dalam makanan yang berada di rongga mulut belum mengalami proses
pencernaan. Di lambung terdapat enzim pepsin dan asam klorida (HCL) yang memecah
protein makanan menjadi metabolite intermediate tingkat polipeptida. Asam klorida
berfungsi untuk mendenaturasi protein dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin pada
pH < 4 sedangkan pepsin berfungsi memecah rantai polipeptida menjadi unit yang lebih
kecil menjadi polipeptida yang lebih pendek.

Protein makanan yang sudah mengalami pencernaan parsial itu dicerna lebih lanjut oleh
enzim yang berasal dari pankreas, yaitu tripsinogen, kimotripsinogen, karboksipeptidase,
dan endopeptidase. Tripsinogen dan endopeptidase diaktifkan oleh enterokinase di usus
halus. Hal ini terjadi akibat rangsangan kimus terhadap mukosa usus halus. Enzim-enzim
pankreas memecah protein dari bentuk polipeptida menjadi peptida lebih pendek, yaitu
tripeptida, dipeptida, dan sebagian menjadi asam amino. Mukosa usus halus juga
mengeluarkan enzim-enzim protease yang menghidrolisis ikatan peptida.

Protein makanan di dalam usus halus dicerna total menjadi asam-asam amino yang
kemudian diserap melalui sel-sel epithelium dinding usus. Absorbsi berlangsung melalui
difusi pasif maupun mekanisme transport aktif yang tergantung oleh natrium. Sejumlah
protein utuh mungkin ikut terabsorbsi sehingga dapat meningkatkan reaksi alergi, meskipun
absorbsi protein utuh ini penting bagi bayi karena memberikan kekebalan tubuh. Asam
amino yang diabsorbsi kemudian masuk ke peredaran darah melalui vena porta dan dibawa
ke hati.

Sebagian asam amino digunakan oleh hati dan sebagian lainnya melalui sirkulasi darah
dibawa ke sel-sel jaringan. Selain mengabsorbsi asam amino dari makanan, mukosa usus
juga mengabsorbsi cukup banyak asam amino endogen (± 80 g/hari), yang berasal dari
sekresi ke dalam usus halus dan sel yang terkelupas dari permukaan mukosa. Penambahan
asam amino endogen menyebabkan komposisi asam-asam amino menjadi lebih seimbang
yang meningkatkan penyerapan.
Pada gangguan pencernaan dan penyerapan, protein makanan dapat terbawa ke dalam
colon dan dipecah oleh mikroflora usus. Pemecahan protein oleh mikroflora usus
menimbulkan proses pembusukan yang menghasilkan gas H2S, idol, dan skatol yang
berbau busuk. Dekarboksilasi asam-asam amino menghasilkan berbagai ikatan amino yang
toksik. Kumpulan ikatan-ikatan ini diberi nama ptomaine yang terdiri dari putrescine dan
cadaverine. Polipeptida dengan berat molekul rendah yang dapat menembus lapisan epitel
usus dan masuk diserap ke dalam cairan tubuh dan aliran darah. Polipeptida dan protein
asing yang masuk ke dalam milie interieur yang bersifat antigenik sehingga merangsang
alat pertahanan tubuh untuk menggerakan upaya-upaya perlawanan dengan membuat
antibodi.

c. Ekskresi Protein
Pada umunya orang sehat tidak mengekskresikan protein, melainkan sebagai
metabolitnya atau sisa metabolisme. Selain CO2 dan H2O sebagai hasil sisa metabolisme
36 protein, terjadi pula berbagai ikatan organik yang mangandung nitrogen seperti urea dan
ikatan lain yang tidak mengandung nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan pada proses
deaminasi masuk ke dalam siklus urea dan diekskresikan melalui ginjal dalam bentuk air
seni. Nitrogen yang dilepaskan pada proses transaminase tidak dibuang ke luar tubuh,
tetapi digunakan lagi untuk proses sintesis protein tubuh.

d. Sintesis dan Pemecahan Protein


Terjadi pergantian protein secara kontinyu dalam tubuh, pada orang dewasa yang sehat
menunjukkan keseimbangan antara sintesis dan pemecahan. Selama masa pertumbuhan,
sintesis lebih banyak daripada pemecahan, sedangkan pada kondisi tertentu seperti
kelaparan, kanker, dan trauma pemecahan lebih besar daripada sintesis. Sintesis protein
diregulasi oleh insulin, sedangkan katabolisme diregulasi oleh glukokortikoid. Pada tingkat
selular, transkripsi DNA menjadi RNA pembawa pesan (mRNA) menghasilkan cetakan
untuk sintesis protein di ribosom.

Sintesis protein berlangsung lebih cepat setelah makan daripada dalam kondisi puasa
karena suplai asam aminonya lebih banyak. Rata-rata jumlah energi yang digunakan untuk
sintesis protein adalah 12% dari laju metabolisme basal. Beberapa asam amino digunakan
untuk sintesis molekul-molekul lain, seperti arginin, glisin, tirosin, triptofan, histidin, lisin,
metionin, glutamin, dan sistein, glutamate serta glisin. Molekul tersebut mengatur fungsi vital
dalam tubuh dan merupakan bagian yang cukup besar dalam pertukaran asam amino
spesifik setiap hari.

Asam amino digunakan untuk sintesis protein atau glukoneogenesis di dalam hati
sehingga menghasilkan glukosa yang disebut dengan glukogenik. Asam ketogenik
(termasuk lisin dan leusin) menghasilkan asam asetoasetat dan akhirnya menghasilkan
asetil KoA. Beberapa asam amino mungkin bersifat glukogenik sekaligus ketogenik,
termasuk triptofan, metionin, sistein, fenilalanin, tirosin, dan isoleusin.
Didalam tubuh tidak ada persediaan besar asam amino. Kelebihan asam amino dalam
tubuh menyebabkan terjadinya deaminase. Nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa
ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh. Deaminase atau
melepaskan gugus amino (NH2) dari asam amino akan menghasilkan sisa berupa amonia
dalam sel. Amonia yang bersifat racun akan masuk ke dalam peredaran darah dan dibawa
ke hati.
TOPIK 4

GANGGUAN YANG BERHUNGAN DENGAN PROTEIN

1. PENYAKIT KEKURANGAN PROTEIN

Sering terjadi di negara berkembang karena kemiskinan serta kurangnya pengetahuan


tentang kebutuhan gizi akan protein.Di daerah yang hancur akibat perselisihan, perang,
kekeringan, kelaparan, banjir dan bencana alam, makanan yang dikonsumsi seringkali di
luar standar dan umumnya mengandung protein yang sedikit hingga tidak mencukupi
kebutuhan. Di negara-negara maju, meskipun kekurangan protein dalam gizi sangat jarang,
hal itu bisa terjadi pada anak-anak yang terlantar.

Pada pasien dengan penyakit kronis dan cachexia pada kanker, masalah pencernaan
yang buruk, malabsorpsi dan pemanfaatan nutrisi yang tidak efisien, asupan protein yang
normal menjadi kurang karena sejatinya tubuh akan membutuhkan lebih banyak protein.

Gejala Kekurangan Protein

 lemah otot dan sakit otot

 Peningkatan retensi cairan, ditandai dengan bengkak pada kaki, perut bahkan seluruh
tubuh (edema)
 Kulit kering dan ruam
 Mudah lesu
 Berat badan menurun
 Gampang gelisah
 Mual
 Sering mengalami borok di kulit
 Luka sukar menyembuh
 Sakit kepala terus menerus
 Insomnia
 Perubahan mood
 Depresi
Inilah Daftar Penyakit Akibat Kekurangan Protein

Penyakit Utama Akibat Kekurangan Protein

A. Marasmus
Anak-anak dan bayi rentan terhadap kekurangan protein. Marasmus adalah kurangnya
nutrisi penting yang parah. Marasmus adalah penyakit fatal yang menyebabkan penurunan
berat badan, dan dehidrasi. Anak terlihat kurus kering dengan rambut kemerahan.

B. Kwashiorkor
Kurangnya protein dan karbohidrat seperti beras, ubi jalar, dan pisang menyebabkan
kwashiorkor. Ini adalah penyakit gizi buruk yang sering terjadi pada anak agak besar. Gejala
kwashiorkor termasuk perut bengkak karena retensi cairan, kulit mudah mengalami borok
yang tak kunjung sembuh. Ini juga memiliki gejala umum untuk marasmus seperti mudah
marah, diare, kelelahan, pertumbuhan terbatas dan gangguan perkembangan kognitif
serta kesehatan mental.

C. Cachexia
Cachexia adalah penyakit yang menyebabkan melemahnya otot rangka akibat
kekurangan protein. Hal ini terkait dengan penyakit kronis seperti AIDS, kanker, gagal
ginjal kronis, penyakit paru obstruktif kronik dan rheumatoid arthritis. Hal ini menyebabkan
penurunan berat badan dan juga bisa mengakibatkan kematian. Asupan protein yang
kurang sering terjadi pada pasien yang menderita kanker kolon, lambung, hati, pankreas
dan saluran empedu.

Penyakit Kekurangan Protein Khusus

Ada tiga kondisi utama yang merupakan akibat kekurangan protein khusus pada tubuh:

 Kekurangan Protein C. Seseorang yang mengalami kondisi ini kebanyakan disebabkan


oleh penyakit keturunan yang mempengaruhi produksi antikoagulan alami tubuh. Hal ini
menyebabkan pembekuan darah yang abnormal (trombosis) khususnya di vena.
 Kekurangan protein S juga mempengaruhi produksi antikoagulan alami. Namun
penyebabnya dapat menjadi genetik atau diperoleh melalui kekurangan vitamin K.
 Kekurangan Alpha-1 antitrypsin, satu jenis sindrom kekurangan protein, menyebabkan
kesulitan bernafas, mengi, masalah penglihatan dan kelemahan.
 Kekurangan protein trifungsional mitokondria menyebabkan gula darah rendah,
kelemahan jantung dan masalah hati, otot mengencil dan lemah serta bayi akan kesulitan
dalam menyusu.
Penyakit Akibat Kekurangan Protein Asam Amino Esensial

Protein tersusun dari asam amino. Ada 22 asam amino yang telah ditemukan dalam
jaringan tubuh manusia. Banyak dari asam amino dapat disintesis sendiri oleh tubuh kita
(asam amino non-esensial). Namun sembilan dari mereka adalah asam amino penting
(asam amino esensial) yang harus didapatkan dari luar tubuh (makanan) karena tubuh kita
tidak dapat mensintesisnya. Ketidakcukupan setiap jenis asam amino esensial ini juga dapat
menyebabkan fungsi abnormal dan berbahaya bagi tubuh. Bahkan asam amino non
esensial juga diperlukan sebagai pelengkap dalam membangun protein.

Berikut ini 9 asam amino esensial dan efek buruk akibat kekurangan zat protein ini:
 Histidin. Kekurangan L-histidin dalam sumber makanan dapat menyebabkan gejala
seperti anemia, menurunkan produksi histamin, menurunkan penyerapan zinc, dan
menurunkan respon imun atau kekebalan tubuh.
 Isoleusin. Apabila tubuh kekurangan Isoleusin dari sumber makanan, maka dapat
menyebabkan gejala seperti sakit kepala, pusing, kelemahan, depresi, kebingungan dan
mudah marah.
 Leusin. Kekurangan protein asam amino Leusin dalam diet menunjukkan gejala yang mirip
dengan hipoglikemia. Gejala termasuk sakit kepala, pusing, kelemahan, kurangnya stabilitas
mental, disorientasi, mudah marah dan depresi.
 Lysine. Akibat kekurangan protein asam amino Leusin, seseorang dapat menunjukkan
gejala seperti mudah marah, pusing, kelelahan, anemia, mood swing, rambut rontok dan
pertumbuhan terhambat.
 Metionin. Asam amino Metionin juga tak kalah penting, karena kekurangan zat ini dalam
diet dapat menyebabkan penurunan sintesis sistein, yang melindungi sel-sel hati dari
kerusakan. Peningkatan peroksidasi lipid, depresi, dan peningkatan risiko aterosklerosis.
 Fenilalanin. Manifestasi klinis akibat kekurangan fenilalanin diantaranya; kebingungan,
kelesuan, kekurangan energi, retensi cairan, depresi, lesi kulit, penurunan
kewaspadaan, kerusakan hati, masalah memori, pertumbuhan yang lambat dan kurang
nafsu makan.
 Treonin. Gejala kekurangan treonin termasuk lekas marah, mood swing, impulsif dan
masalah memori. Ketidakmampuan yang berkaitan dengan fungsi otak.
 Tryptophan. Kelangkaan makanan triptofan dapat menyebabkan rendahnya tingkat
serotonin. Kadar serotonin yang rendah berhubungan dengan depresi, kecemasan, panik,
mudah marah, perubahan suasana hati, sabar, impulsif, ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi, peningkatan berat badan, mengidam makanan, agresivitas dan insomnia
 Valin. Akibat kekurangan protein valin dalam diet dapat mempengaruhi proses
penyelubungan myelin saraf. Ketidakmampuan untuk metabolisme leusin, isoleusin, dan
valine menyebabkan penyakit Maple syrup urine disease (MSUD). Urin dari orang-orang
yang terkena penyakit ini berbau seperti sirup maple.
2. GANGGUAN METABOLISME PROTEIN
Beberapa jenis penyakit yang termasuk dalam kelompok gangguan metabolisme protein
adalah:

 Fenilketonuria
Fenilketonuria terjadi ketika kadar asam amino (protein) fenilalanin dalam darah
terlalu tinggi.
 Alkaptonuria
Alkaptonuria terjadi ketika tubuh tidak mampu memecah asam amino tirosin dan
fenilalanin dengan baik, sehingga urine penderitanya berwarna hitam kecoklatan
ketika terpapar udara.
 Ataksia Friedreich
Ataksia Friedreich terjadi saat protein jenis frataksin di dalam tubuh berkurang dan
memicu kerusakan pada saraf yang mengendalikan kemampuan berjalan dan kerja
jantung.
TOPIK 5

ELEKTROFORESIS PROTEIN

Pemeriksaan elektroforesis protein berguna untuk mendiagnosis penyakit hati,


kekurangan protein, kelainan hematologis, kegagalan ginjal dan penyakit gastrointestinal.
Keseluruhan (total) protein dalam darah terdiri dari albumin dan globulin. Proses
elektroforesis mampu memisahkan bagian fraksi molekul protein dengan menggunakan
medan listrik, sehingga terpisah beberapa fraksi molekul protein secara lebih rinci (detail)
dan dapat pula mengukur kadar masing-masing bagian protein tersebut.

Berbagai macam penyakit dapat meningkatkan kadar pesusun (komponen) atau bagian
protein tertentu, yang menunjukkan pola elektroforesis khas untuk masing-masing penyakit.
Namun umumnya, di penyakit tersebut kadar protein keseluruhan dalam serum menjadi
tidak wajar (abnormal), yaitu terjadi penurunan atau peningkatan kadar protein keseluruhan
dalam serum.

Pemeriksaan elektroforesis protein serum menggunakan metode elektroforesis gel


agarose (Sebia) dapat memisahkan bagian protein menjadi enam (6) bagian yaitu Albumin,
alfa-1 globulin, alfa-2 globulin, beta-1 globulin, beta-2 globulin dan gamma globulin.Albumin
memiliki persentase 50% dari jumlah protein keseluruhan. Albumin membantu menjaga
tekanan onkotik koloid dan berfungsi sebagai protein pengangkut berbagai jenis hormon dan
obat-obatan.

Bagian globulin memiliki tiga (3) kelompok utama yaitu: alfa globulin yang terdiri dari
alfa-1 globulin dan alfa-2 globulin, beta globulin yang terdiri dari beta-1 globulin dan beta-2
globulin, dan gamma globulin.

Gelombang alfa-1 globulin adalah molekul alfa-1 antitrypsin, merupakan penghambat


protease (protease inhibitor) yang mengawagiatkan (-inaktifkan) enzim tripsin dalam darah.
Alfa-2 globulin; terdiri atas 2 jenis protein plasma yaitu; haptoglobin dan alfa-2
makroglobulin. Haptoglobulin akan berikatan dengan molekul hemoglobin yang dilepaskan
pada saat penghancuran eritrosit.

Alfa-2 makroglobulin adalah penghambat protease, yang memiliki ukuran molekul nisbi
(relatif) paling besar dari bagian protein plasma lainnya, sehingga bagian protein ini tidak
dapat melewati glomerulus, dan tidak akan ada dalam filtrat glomerulus. Pada sindrom
nefrotik, semua molekul globulin akan terbuang melalui saringan (filtrat) glomerulus, kecuali
alfa-2 makroglobulin, karena ukuran molekulnya besar. Oleh karena itu molekul ini tidak
dapat lolos masuk dalam saringan glomerulus, sehingga kadarnya akan meningkat tajam
dalam darah.

Bagian beta globulin pada pemeriksaan elektroforesis dengan metode elektroforesis gel
agarose, terdiri atas dua gelombang, yaitu bagian beta-1 globulin dan beta-2 globulin. Beta-1
globulin terutama terdiri dari molekul transferin, yaitu molekul protein pengangkut molekul
Fe+3.Beta-2 globulin terutama terdiri dari molekul berkepadatan rendah (low dense)
lipoprotein yang mengangkut kolesterol ke dalam sel. Pesusun (komponen) beta globulin
lainnya adalah fibrinogen dan pelengkapnya.
Gamma globulin terdiri dari IgG, IgA, IgD, IgE dan IgM. Masing-masing bagian protein
plasma tersebut memiliki fungsi faali sebagai antibodi yang berfungsi menetralkan antigen
yang khas (spesifik)-nya.

Nilai normal periksaan elektroforesis protein serum sesuai dengan metode elektroforesis
gel agarose (SEBIA) adalah sebagai berikut:
Albumin 60,0–71,0% atau 4,3–5,1 g/dL
Alfa-1 globulin 1,4–2,7% atau 0,10–0,20 g/dL
Alfa-2 globulin 7,0–11,0% atau 0,5–0,8 g/dL
Beta-1 globulin 6,0–9,0% atau 0,4–0,6 g/dL
Beta-2 globulin 2,0–5,0% atau 0,1–0,4 g/dL
Gamma globulin 8,0–16,0 % atau 0,6–1,20 g/dL
DAFTAR PUSTAKA

Winarno F.G. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2004.
Barasi Mary E. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2009.
Almatsier Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2001.
Diana Fifi Melva. Fungsi Metabolisme Protein Dalam Tubuh Manusia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2009; 4(1): 47-52.
Arif Abdullah, Agus Budiyanto, Hoerudin. Nilai Indeks Glikemik Produk Pangan Dan Faktor-
Faktor Yang Memengaruhinya. J. Litbang Pert. 2013; 32(3): 91-99.
Makris Angela P, Kelley EB, Tracy L. Oliver, Nida GC, Diane LR, Guenther H. Boden,
Carol J. Homko, Gary D. Foster. The Individual And Combined Effects Of Glycemic Index
And Protein On Glycemic Response, Hunger, And Energy Intake. Obesity. 2011;
19(12): 2365-2373
Franz Marion J. Protein: Metabolism And Effect On Blood Glucose Levels. The Diabetes
Educator. 1997; 23(6): 643-649.
Nuttal Frank Q., Arshag D. Mooradian, Mary C Gannon, Charles Billington, Phillip
Krezowski. Effect Of Protein Ingestion On The Glucose And Insulin Response To A
Standardized Oral Glucose Load. Diabetes Care. 1984; 7(5): 465-470.
Gaedeke MK. Laboratory and Diagnostic Test Handbook, California, Addison Wesley
Publishing Company Inc. 1996; 576–8.
Astion ML, Rank J, Wener MH, Torvik P, Schneider JB, Killingsworth LM. Electrophoresis-
tutor: An Image-based personal computer program that teaches clinical
interpretation of protein electrophoresis pattern of serum, urine, and cerebrospinal
fluid. Clin Chem. 1995; 41(9): 1328–32.
Bellile CG, Bengoufa D, Houze P, Carrer DL, Benlakehal M, Bousquet B, Gourmel B, Bricon
TL. Automated multicapillary electrophoresis for analysis of human serum protein.
Clin Chem. 2003; 49(11): 1909–15.
Malarkey LM, McMorrow ME. Saunders nursing guide to laboratory and diagnostic test. St
Louis: Missouri: Elsevier Saunders, 2005; 544–8.
Bosseuyt X, Schiettekatte G, Bogaerts A, Blanckeart N. Serum protein electrophoresis by
CZE 2000 Paragon clinical capillary electrophoresis system. Clin Chem. 1998;
44(4): 749–59.
McPherson RA, Pincus MR, Henry’s, Clinical Diagnosis and Management by Laboratory
Methods, 21st Ed, Newyork, Saunders, 2007; 232–3.
Vladutiu AO, Kim JS. Absent og beta-globulin band in the serumprotein electrophoresis of a
patient with liver disease. Clin Chem. 1981; 27(2): 334–6.
Jonsson M, Carlson J. Computer-supported interpretation of protein profiles after capillary
electrophoresis. Clin Chem. 2002; 48(7): 1084–93..
Malfait R, Gorus F, Sevens C. Electrophoresis of serum protein to detect alpha 1-antitripsin
deficiency: five illustrative cases. Clin Chem. 1985; 31(8): 1397–99.
Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta
Sloane. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Sutedjo, SKM. 2007. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Amara
Books : Yogyakarta.
Toha, A, H., 2005, Biokimia Metabolisme Molekul, Alfabeta : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai