Anda di halaman 1dari 55

1

PROPOSAL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR

MODAL

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan ekonomi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun

mendorong para manajer perusahaan untuk dapat meningkatkan produksi,

pemasaran dan strategi perusahaan. Manajer perusahaan juga dituntut untuk

memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (shareholder). Untuk dapat

memenuhi tujuan perusahaan, maka diperlukan pengambilan keputusan yang

tepat dari pihak perusahaan. Salah satu keputusan yang penting bagi

perusahaan yakni keputusan mengenai struktur modal.

Keputusan pendanaan berarti berkaitan dengan modal atau dana yang ada

didalam perusahaan. Modal adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan

yang dijadikan pondasi untuk dapat menjalankan perusahaan.Sumber-sumber

dana atau modal dalam perusahaan dapat berasal dari internal dan eksternal

perusahaan. Sumber dana atau modal yang berasal dari internal berupa laba

yang ditahan dan penyusutan sedangkan untuk modal yang berasal dari

eksternal berupa hutang jangka panjang dan modal sendiri. Agar modal yang

dimiliki tersebut dapat dialokasikan atau digunakan dengan efisien dan efektif

dan memperoleh kombinasi pendanaan yang optimal maka dibutuhkan struktur

modal dimana struktur modal merupakan perbandingan antara hutang jangka

panjang perusahaan dengan modal sendiri di dalam suatu perusahaan. Struktur

modal yang baik dan tepat sangat diperlukan untuk dapat menjamin
2

keberlangsungan hidup perusahaan karena struktur modal memiliki dampak

terhadap posisi keuangan perusahaan yang nantinya akan memberikan

pengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan struktur modal yang optimal maka

perusahaan dapat terhindar dari masalah pembengkakan biaya modal.

Untuk menetapkan struktur modal, suatu perusahaan perlu

mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Menurut

Brigham dan Houston (2006) terdapat empat faktor yang mempengaruhi

keputusan skruktur modal yaitu risiko bisnis, posisi perpajakan perusahaan,

fleksibilitas keuangan, konservatisme atau keagresifan manajemen. Menurut

Atmaja (2008) terdapat berbagai faktor yang menjadi pertimbangan dalam

pembuatan keputusan mengenai struktur modal adalah kelangsungan hidup

jangka panjang, konservatisme manajemen, pengawasan, struktur aktiva, risiko

bisnis, tingkat pertumbuhan, pajak, cadangan kapasitas peminjaman, dan

profitabilitas. Secara umum didalam struktur modal terdapat lima faktor yang

dapat mempengaruhi struktur modal itu sendiri, kelima faktor tersebut adalah

profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan, risiko bisnis, ukuran

perusahaandan yang terakhir adalah likuiditas.

Menurut Sudarno (2009) salah satu faktor yang menyebabkan terpuruknya

kondisi perusahaan adalah karena banyak perusahaan yang menggunakan

pinjaman untuk melakukan ekspansi usaha dan selalu mengabaikan susunan

struktur modal perusahaan. Akibatnya akan terjadi ketidaksesuaian antara

sumber pendanaan dan penggunaannya. Suatu contoh, sumber dana jangka

pendek yang seharusnya digunakan untuk pengeluaran-pengeluaran

operasional jangka pendek ternyata justru digunakan untuk pembiayaan


3

proyek-proyek jangka panjang atau sebaliknya. Masalah lain juga sering kita

lihat bahwa manajer keuangan tidak mampu melakukan kombinasi modal yang

baik, sehingga menimbulkan dampak risiko bisnis yang cukup tinggi.

Masalah struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap

perusahaan, karena tinggi rendahnya struktur modal suatu perusahaan akan

mencerminkan bagaimana posisi finansial perusahaan tersebut. Manajer

keuangan dituntut mampu untuk menciptakan struktur modal yang optimal

dengan cara menghimpun dana dari dalam maupun luar perusahaan secara

efisien. Keputusan pendanaan atau struktur modal yang tidak cermat akan

berpengaruh langsung terhadap penurunan profitabilitas perusahaan tersebut.

Secara kenyataan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) selama tiga tahun, yaitu 2008 sampai dengan 2010

mengalami perubahan yang cukup besar dari tahun ke tahun. Sebagian besar

perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia, struktur

modalnya lebih banyak menggunakan modal sendiri daripada hutang jangka

panjang. Semakin kecil hutang akan menyebabkan semakin kecil risiko yang

harus dihadapi perusahaan, antara lain kesulitan keuangan, kegagalan

membayar bunga dan pokok pinjaman sampai kebangkrutan.

Pada dasarnya pendanaan merupakan bagian yang sangat penting bagi dunia

usaha, karena berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, seperti kreditur,

pemegang saham, serta pihak manajemen perusahaan sendiri. Pendanaan dapat

berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Pendanaan internal dapat berupa

laba ditahan dan depresiasi. Sedangkan dana yang diperoleh dari sumber
4

eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur, pemegang surat hutang

(bondholders) dan pemilik perusahaan. Keputusan pendanaan keuangan

perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan

aktivitas operasinya juga akan berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu

sendiri (Fajriani, 2015).

Struktur modal adalah kombinasi penggunaan utang dan ekuitas untuk

mendanai kegiatan operasi perusahaan. Menurut Kamaludin (2011), struktur

modal merupakan kombinasi pendanaan jangka panjang. Sartono (2009)

menyatakan bahwa struktur modal merupakan kombinasi pendanaan utang

jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferens

dan saham biasa. Teori Modligliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa

struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Teori MM mengandung

asumsi bahwa saham diperdagangkan pada pasar sempurna dan tidak ada

pajak. Teori ini dianggap tidak realistis karena hampir seluruh negara di dunia

membebankan pajak. Pada tahun 1963, Modigliani dan Miller mengoreksi teori

MM dengan memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Teori MM dengan

pajak menjadi cikal dari teori trade-off. Teori trade-offmenyatakan bahwa

perusahaan akan menggunakan utang sampai penghematan pajak sama dengan

biaya kesulitan yang dialami. Berbeda dengan teori trade-off, teori

packingordermenyatakan bahwa perusahaan akan menggunakan modal sendiri

semaksimal mungkin sebelum menggunakan utangAlipour et.al (2015)

menyatakan bahwa struktur modal dipengaruhi oleh ukuran perusahaan,

fleksibilitas keuangan, struktur aset, profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan

perusahaan, dan kepemilikan perusahaan. Musriyanto (2017) menyatakan


5

bahwa struktur modal dipengaruhi oleh pajak, likuiditas, dan struktur aset.

Penelitian inimeneliti variabel likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan,

struktur aset, risiko bisnis,tangibility, growth opportunity dan pertumbuhan

perusahaan sebagai faktor yang mempengaruhi struktur modal.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, hal tersebut dikaitkan

dengan beberapa variable struktur modal antara lain, likuiditas, tangibility,

growth opportunity, risiko bisnis, ukuran perusahaan, profitabilitas,

pertumbuhan penjualan, dan struktur aktiva.

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang

jangka pendek dengan menggunakan aset-aset lancar yang dimiliki perusahaan.

Dengan demikian, dalam berbagai penelitian likuiditas terhadap struktur modal

memiliki pengaruh negatif signifikan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang

memiliki likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pendanaan

yang berasal dari hutang dan memilih untuk menggunakan pendanaan yang

berasal dari eksternal hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory. Dari

penelitian yang dilakukan oleh Sakti (2002) dalam Aditya (2006) dan Ozkan

(2001) dalam Nugroho (2006) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh

negatif terhadap struktur modal.

Dessomak (2004), menyatakan tangibility didefinisikan sebagai rasio aktiva

tetap terhadap jumlah aktiva. Kara (2009) menyebutkan bahwa trade-off teori

berhubungan positif dengan rasio hutang. Almeida dan Campeilo (2007) dalam

Kayo dan Kimura (2010) menyebutkan bahwa tangibility merupakan faktor

penting dalam membatasi keuangan perusahaan, sehingga memberikan batasan

dalam menggunakan sumber pendanaan dari luar. Bagaimanapun juga,


6

tangibility tidak menjadi penting ketika perusahaan tidak memberikan batasan

penggunaannya. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Widjaja dan

Kasenda (2008), Hadianto (2008), Niu (2008), Serrasqueiro dan Rogao (2009),

Zhang (2010), Najjar dan Petrov (2011), Sampebulu (2012) dan Putri (2012)

menemukan hasil bahwa tangibility memiliki pengaruh yang positif signifikan

terhadap struktur modal perusahaan. Bertentangan dengan hasil penelitian

tersebut, Kesuma (2009), Yuliati (2011), Serrasqueiro (2011), Sheikh dan

Wang (2011) tangibility terhadap struktur modal pada perusahaan memiliki

pengaruh yang negatif signifikan.

Growth opportunity adalah peluang pertumbuhan suatu perusahaan di masa

depan (Mai, 2006). Perusahaan yang mempunyai prediksi akan mengalami

pertumbuhan tinggi di masa mendatang akan lebih memilih menggunakan

saham untuk mendanai operasional perusahaan.Dengan demikian perusahaan

yang memiliki peluang pertumbuhan yang rendah akan lebih banyak

menggunakan utang jangka panjang. Growth opportunity bagi setiap

perusahaan berbeda-beda, hal ini menyebabkan perbedaan keputusan

pembelanjaan yang diambil oleh manajer keuangan. Perusahaan dengan growth

opportunity tinggi cenderung membelanjai pengeluaran investasi dengan modal

sendiri untuk menghindari masalah underinvestment yaitu tidak

dilaksanakannya semua proyek investasi yang bernilai positif oleh pihak

manajer perusahaan (Chen, 2004). Selain itu, kebijakan hutang dan struktur

kepemilikan modal juga dapat mempengaruhi nilai perusahaan dengan adanya

pajak, biaya keagenan, dan biaya kesulitan keuangan sebagai imbangan dari

manfaat penggunanaan hutang. Menurut tradeoff model, struktur modal yang


7

optimal merupakan keseimbangan antara penghematan pajak atas penggunaan

hutang dengan biaya kesulitan akibat penggunaan hutang, sebab biaya dan

manfaat akan saling meniadakan satu sama lain. Tingkat hutang optimal

tercapai ketika pengaruh interest tax-shield mencapai jumlah yang maksimal

terhadap ekspektasi cost of financial distress. Pada tingkat hutang yang optimal

diharapkan nilai perusahaan akan mencapai nilai optimal,dan sebaliknya

apabila terjadi tingkat perubahan hutang sampai melewati tingkat optimal atau

biaya kebangkrutan dan biaya kesulitan keuangan financial distress cost lebih

besar dari pada efek interest tax-shield, hutang akan mempunyai efek negatif

terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori struktur modal, apabila posisi

struktur modal berada diatas target struktur modal optimalnya, maka setiap

pertambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Syeikh dan Wang

(2011) menyatakan bahwa perusahaan dengan likuiditas yang besar akan lebih

menyukai menggunakan sumber dana internal, hal ini sejalan dengan pecking

order theory. Namun penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan

Ramadhan (2010) menunjukkan hasil yang berbeda dimana likuiditas

berpengaruh positif terhadap DER.

Brigham dan Houston (2011) risiko bisnis merupakan risiko aset perusahaan

jika perusahaan tidak menggunakan hutang. Risiko bisnis dapat meningkat

ketika perusahaan menggunakan hutang yang tinggi untuk memenuhi

kebutuhan pendanaannya. Risiko timbul seiring dengan munculnya beban

biaya atas pinjaman yang dilakukan perusahaan. Semakin besar beban biaya

yang harus ditanggung maka semakin risiko yang dihadapi perusahaanjuga

semakin besar.Joni dan Lina (2012) menyebutkan bahwa risiko bisnis tidak
8

berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. namun hal tersebut

bertentangan dengan penelitian Indrajaya dkk.,(2012) yang menyatakan bahwa

risiko bisnis berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal,

selain itu Prabansari dan Kusuma (2005) menunjukkan bahwa risiko bisnis

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan.

Ukuran perusahaan adalah skala atau ukuran yang menggambarkan besar

atau kecilnya usaha perusahaan yang dilihat dari total aktivanya. Di dalam

struktur modal di berbagai penelitian, ukuran perusahaan memiliki pengaruh

positif signifikan. Hal ini dikarenakan perusahaan besar akan cenderung lebih

mudah untuk mendapatkan pendanaan eksternal karena biasanya perusahaan

besar memiliki jaminan aset yang lebih besar. Ukuran perusahaan

mencerminkan seberapa mampu perusahaan dalam melakukan penjualan atas

produk atau jasanya dan jumlah tenaga kerja yang dimiliki yang dapat

dikatakan sebagai total aset dari perusahaan. Perusahaan yang memiliki ukuran

perusahaan besar akan mempermudah memperoleh tambahan modal di pasar

modal dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil (Kartika, 2009).

Al-Shubiri (2010) menyatakan hal yang sama bahwa, besarnya komponen

hutang akan berhubungan positif dengan ukuran perusahaan. Perbedaan hasil

penelitian dikemukakan oleh Awan (2011) dan Liem (2013), bahwa ukuran

perusahaan (firm size) tidak berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan

yang negatif terhadap struktur modal.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan labadengan

memanfaatkan aset yang dimiliknya. Hasil penelitian Hudan et.al (2016)

menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap


9

struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas

perusahaan, semakin sedikit perusahaan menggunakan utang. Brigham dan

Houston (2011) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas

yang tinggi cenderung tidak banyak menggunakan utang. Hasil penelitian yang

berbeda ditunjukkan oleh penelitian Wardhani (2016) yang menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Hasil

penelitian ini sesuai dengan teori trade-off yang menyatakan bahwa perusahaan

yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung banyak menggunakan utang.

Pertumbuhan penjualan diartikan sebagai kenaikan jumlah penjualan dari

tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu (Kennedy dkk., 2013). Kusumajaya

(2011) mengemukakan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan yang diukur

dengan pertumbuhan penjualan mempengaruhi nilai perusahaan atau harga

saham perusahaan sebab pertumbuhan perusahaan menjadi tanda

perkembangan perusahaan yang baik yang berdampak respon positif dari

investor. Adanya kecenderungan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang

tinggi menghasilkan tingkat arus kas masa depan dengan kapitalisasi pasar

yang tinggi sehingga memungkinkan perusahaan memiliki biaya modal rendah

(Sriwardany, 2006). Menurut Barton et al (1998) perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan.

Sedangkan menurut Maryanti (2016) pertumbuhan penjualan merupakan

perubahan kenaikan ataupun penurunan penjualan dari tahun ke tahun yang

dapat dilihat pada laporan laba-rugi perusahaan. Pertumbuhan penjualan adalah

kesempatan bagi perusahaan untuk mengembangkan atau meningkatkan

penjualan perusahaan. Di dalam struktur modal di berbagai penelitian,


10

pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan. Hal ini

dikarenakan meningkatnya penjualan akan menyebabkan perusahaan memiliki

kemampuan yang lebih besar untuk dapat membayar hutang atau kewajiban-

kewajiban mereka jika dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya

tidak stabil (Suwardi, 2011).

Selain pendanaan/struktur modal juga dipengaruhi oleh struktur aktiva dan

profitabilitas. Menurut Hanafi dan Halim (2000), struktur aktiva biasanya akan

menentukan struktur utang jangka panjang maupun jangka pendek dalam suatu

perusahaan. Perusahaan yang bergerak dalam sektor pertambangan sudah dapat

dipastikan mempunyai alat-alat berat seperti mesinpengolahan biji tambang.

Alat berat seperti ini memiliki manfaat dalam jangka waktuyang lama. Dengan

demikian, perusahaan yang bergerak pada sektor ini cenderung menggunakan

pinjaman jangka panjang dari pada jangka pendek dalam membiayai

investasinya. Myers dan Majluf (1984) dalam santi., dkk (2012) menyatakan

bahwa semakin tinggi struktur aktiva, maka perusahaan akan lebih memilih

untuk mendanai perusahaan dengan menggunakan modal internal yang berasal

dari earning yang diperolehnya, kemudian prioritas kedua adalah hutang. Hal

ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Christianti (2006),

Frank dan Ghoyal (2007), serta Harris dan Raviv (1991) yang menunjukkan

adanya pengaruh negatif signifikan terhadap DER. Namun, hasil yang berbeda

ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud (2008), Musthapa

et.al(2011), Shah dan Khan (2007), Mayangsari (2001) bahwasanya struktur

aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap DER.


11

Pada penelitian ini, peneliti mengacu pada Santi dan Toni (2018) yang

menggunakan lima variabel independen yaitu likuiditas, tangibility, growth

opportunity, risiko bisnis, dan ukuran perusahaan. Peneliti menambah tiga

variabel independen yang terdiri dari variabel tambahan mengacu pada

penelitian Khairin (2015) yaitu profitabilitas, variabel yang mengacu pada

penelitian Bram dan Kristian (2010) yaitu struktur aktiva dan terakhir variabel

tambahan mengacu pada penelitian Made Ajeng (2012) yaitu pertumbuhan

penjualan, sehingga total variabel yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak delapan variabel independen. Peneliti juga ingin menguji variabel-

variabel tersebut karena hasil penelitian Struktur Modal masih menghasilkan

temuan jika diterapkan pada kondisi perusahaan yang berbeda.

Pemilihan objek peneliti yaitu di perusahaan manufaktur yang tercatat di

Bursa Efek Indonesia. Sejauh ini struktur modal merupakan topik yang

komplek dan salah satu faktor yang menentukan nilai perusahaan.

Motivasi yang melandasi penelitian ini yaitu penelitian ini tidak hanya

membahas tingkat utang tetapi terdapat struktur modal yang optimal dan

penulistidak meneliti variabel pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan total

aktiva karena adanya ketidak konsistenan data hasil antara hasil dari satu tahun

dan hasil yang dirata-ratakan dari lima tahun. Serta penulis ingin mengangkat

fenomena penelitian ini mengkaitkan dengan variable-variabel diatas yang

secara garis besar belum memiliki kesimpulan.

Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk

mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL”.


12

1.2 Perumusah Masalah

Penelitian ini membahas tentang Analisis Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Struktur Modal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

struktur modal adalah likuiditas, tangibility, growth opportunity, risiko bisnis,

ukuran perusahaan, provitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan struktur aktiva.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini memiliki rumusan sebagai

berikut:

1. Apakah likuiditas berpengaruh positif terhadap struktur modal?

2. Apakah tangibility berpengaruh positif terhadap struktur modal?

3. Apakah growth opportunity berpengaruh positif terhadap struktur modal?

4. Apakah risiko bisnis berpengaruh positif terhadap struktur modal?

5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal?

6. Apakah provitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal?

7. Apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur

modal?

8. Apakah struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari permasalahan yang ada, maka

dalam penulisan penelitian ini membahas tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi struktur aset periode 2014-2018.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian


13

1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yaitu untuk

menganalisis likuiditas, tangibility, growth opportunity, risiko bisnis, ukuran

perusahaan, provitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan struktur aktiva terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi struktur aset dalam perusahaan manufaktur.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan pokok pembahasan, maka penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan informasi dankontribusi serta memberi

perbendaharaan berupa tulisan bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama

penelitian yang berkaitan dengan determinan atau faktor-faktor yang

mempengaruhi struktur modal.

2. Manfaat Praktis

1.Bagi Perusahaan Manufaktur

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan

mengenai determinan atau faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi struktur

modal.

2.Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan informasi bagi

peneliti-peneliti selanjutnya yang akan mengambil judul dan topik

mengenaideterminan atau faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

struktur modal.

1.5 Sistematika Penulisan


14

Tujuan dari sistematika penulisan ini yaitu untuk memberikan gambaran

yang sistematis dan terarah serta mempermudah pemahaman tentang masalah-

masalah yang disajikan dalam proposal ini, maka penulisannya akan diuraikan

dalam bab yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang yang akan

menjelaskan alasan pemilihan judul. Bab ini juga

memaparkan permasalahan-permasalahan yang akan

diteliti, tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari

penulisan laporan ini yang semuanya akan ditulis

secara sistematis. Oleh karena itu dibuatlah suatu

sistematika penulisan agar penulisan laporan ini

tetap dapat berjalan sesuai dengan alurnya dan tepat

sasaran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

Dalam bab ini menguraikan tentang landasan teori

yang merupakan penjabaran dari kerangka yang

berkaitan dengan struktur modal, faktor-faktor yang

mempengaruhi struktur modal,penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi penelitian yang

menguraikan tentang bagaimana penelitian


15

dilakukan yang terdiri dari variabel penelitian,

definisi operasional, populasi dan penentuan

sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan

data, serta teknikanalisis data.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menjelaskan mengenai uraian hasil

dan pembahasan yang terdiri dari analisis data,

perhitungan statistik, serta pembahasan dari hasil

penelitian yang dilakukan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan atas pembahasan

yang dilakukan pada bab sebelumnya serta saran

sehubungan dengan pokok permasalahan yang

dibahas dalam penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Signal Theory


16

Teori sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan

yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang

prospek perusahaan. Teori ini mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan

antara perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki

nilai rendah dengan mengobservasi struktur permodalannya. Perusahaan dengan

prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham,

sedangkan perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan

cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu

perusahaan merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang

prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan

penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan

menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang

kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

Pengumuman penggunaan hutang yang lebih banyak dalam capital structure

perusahaan menunjukkan adanya optimisme pihak perusahaan mengenai prospek

di masa depan perusahaan, dimana perusahaan akan lebih profitable dan dapat

memenuhi kewajiban finansial yang harus di penuhi.

2.1.2 Trade-Off Theory

Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001),

perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana

penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya

kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial

distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) dan biaya keagenan


17

(agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.

Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan

beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya

kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi

efisiensi pasar dan symmetric informationsebagai imbangan dan manfaat

penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan

pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan

keuangan (costs of financial distress). Trade-off theory mempunyai implikasi

bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-offantara penghematan pajak

dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-

perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha

mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga

tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak.

2.1.3 Pecking Order Theory

Menurut Myers, Pecking Order Theory menyatakan bahwa perusahaan

dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah,

dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana

internal yang berlimpah. Dalam Pecking Order Theory tidak terdapat struktur

modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urutan preferensi

(hierarki) dalam penggunaan dana. Menurut Pecking Order Theory, terdapat

skenario urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu:a.Perusahaan

lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan
18

internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba

ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

b. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama

kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah

risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi

konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.

c. Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan

jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya

perusahaan tersebut untung atau rugi.

d. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan

dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan

investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar

tersedia.

e. Pecking Order Theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking

Order Theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak

memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh

kebutuhan investasi. Pecking Order Theory ini dapat menjelaskan mengapa

perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai

tingkat hutang yang kecil.

2.1.4 Struktur Modal

Sjahrial (2014) mendefinisikan struktur modal sebagai perimbangan antara

penggunaan modal pinjaman (hutang jangka pendek yang bersifat permanen, dan

hutang jangka panjang) dengan modal sendiri (saham preferen dan saham biasa).

Struktur modal merupakan campuran antara hutang jangka panjang dan ekuitas,
19

dalam rangka mendanai investasi perusahaan (operating assets). Dalam suatu

aktivitas bisnis menentukan struktur modal yang tepat merupakan tantangan bagi

para eksekutif perusahaan. Perusahaan akan berupaya untuk memperoleh dana

dengan biaya modal yang minimal dengan hasil yang maksimal (Raharjaputra,

2009). Menurut Sukardi dan Herdinata (2009), struktur modal perusahaan terpusat

pada kombinasi antara hutang dan modal. Pilihan struktur modal secara

fundamental merupakan masalah marketing. Lebih lanjut dijelaskan, perusahaan

dapat menerbitkan beberapa saham yang berbeda dengan berbagai kombinasi.

Namun perusahaan berusaha pula untuk menemukan kombinasi yang mampu

mengoptimalkan nilai pasar. Struktur modal yang optimal adalah salah satu hal

yang dapat memaksimalkan nilai pasar saham perusahaan. Jika kombinasi ideal

ini dapat diciptakan, maka saham perusahaan akan mencapai harga maksimal dan

struktur modal yang digunakan merupakan struktur modal yang optimal. Struktur

modal diukur berdasarkan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio

(DER) adalah perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan

menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh

kewajibannya. Berdasarkan teori struktur modal, apabila posisi struktur

modal berada diatas target struktur modal optimalnya, maka setiap

pertambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Penentuan target

struktur modal optimal adalah salah satu dari tugas utama manajemen

perusahaan. Struktur modal adalah proporsi pendanaan dengan hutang (debt

financing) perusahaan, yaitu rasio leverage (pengungkit) perusahaan. Dengan

demikian, hutang adalah unsur dari struktur modal perusahaan. Struktur

modal merupakan kunci perbaikan produktivitas dan kinerja perusahaan. Teori


20

struktur modal menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan (financial policy)

perusahaan dalam menentukan struktur modal (bauran antara hutang dan ekuitas)

bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan (value of the firm). Struktur

modal yang optimal suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas

(sumber eksternal) yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Pada saat

tertentu, manajemen perusahaan menetapkan struktur modal yang ditargetkan,

yang mungkin merupakan struktur yang optimal, meskipun target tersebut dapat

berubah dari waktu ke waktu. Sejumlah faktor mempengaruhi keputusan

mengenai struktur modal perusahaan, seperti stabilitas penjualan, struktur

aktiva, leverage operasi, peluang pertumbuhan, tingkat profitabilitas, pajak

penghasilan, tindakan manajemen dan sebagainya. Faktor-faktor lain yang

mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah ukuran perusahaan,

perusahaan yang lebih besar pada umumnya lebih mudah memperoleh pinjaman

dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh sebab itu dengan memperoleh

pinjaman perusahaan dapat berkembang lebih baik lagi (Mai, 2006). Menurut

trade off theory manajer dapat memilih rasio utang untuk memaksimakan nilai

perusahaan. Fama (1978) berpendapat bahwa nilai perusahaan akan

tercermin dari harga saham. Jensen (2001) menjelaskan bahwa untuk

memaksimalkan nilai perusahaan tidak hanya dengan nilai ekuitas saja yang

harus diperhatikan, tetapi jenis semua sumber keuangan seperti hutang, waran

maupun saham preferen. Fama dan French (1998) berpendapat bahwa optimalisasi

nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai melalui fungsi

manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan

mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai


21

perusahaan. Teori struktur modal menjelaskan pengaruh struktur modal terhadap

nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat diartikan sebagai ekspektasi nilai

investasi pemegang saham (harga pasar ekuitas) dan atau ekspektasi nilai total

perusahaan (harga pasar ekuitas ditambah dengan nilai pasar hutang atau

ekspektasi harga pasar aktiva (Sugihen, 2003). Profitabilitas mengukur

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba relatif terhadap penjualan yang

dimiliki, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2001). Perusahaan-

perusahaan dengan profit tinggi cenderung menggunakan lebih banyak

pinjaman untuk memperoleh manfaat pajak. Hal ini karena pengurangan laba oleh

bunga pinjaman akan lebih kecil dibandingkan apabila perusahaan menggunakan

modal yang tidak dikenai bunga, namun penghasilan kena pajak akan lebih tinggi.

Pada variabel profitabilitas, hasil temuan (Mai, 2006) serta Suwarto dan

Ediningsih (2002) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh

terhadap struktur modal.

2.1.5 Likuiditas

Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai

operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Oleh karena

itu perusahaan yang memiliki likuiditas baik maka kemungkinan pembayaran

dividen lebih baik pula. Penelitian Suharli (2004) sebelumnya sudah memberikan

pemikiran awal mengenai pengaruh likuiditas perusahaan terhadap kebijakan

jumlah pembagian dividen. Likuiditas perusahaan dapat diukur melalui rasio

keuangan seperti : current ratio, quick ratio dan cash acid-ratio. Likuiditas

perusahaan diasumsikan dalam penelitian ini mampu menjadi alat prediksi tingkat

pengembalian investasi berupa dividen bagi investor. Current ratio seringkali


22

dijadikan sebagai ukuran likuiditas, termasuk dalam persyaratan kontrak kredit.

Penelitian Suharli dan Oktorina (2005) menunjukkan bahwa likuiditas memiliki

hubungan yang positif dengan kebijakan dividen. Likuiditas perusahaan diperoleh

dengan membandingkan antara kewajiban jangka pendek (lancar) dengan

sumberdaya jangka pendek. Kewajiban jangka pendek perusahaan terdiri dari

utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari

setahun dan beban-beban lainya, sedangkan sumber daya jangka pendek terdiri

dari kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Menurut Horne (2005) dalam

Nazir dan Afza (2009), perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran

(trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas. Jika perusahaan memutuskan

menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas

akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun

yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika

perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat

mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Semakin tinggi likuiditas, maka

semakin baik posisi perusahaan di mata kreditur. Menurut Khajar (2010), jika

likuiditas suatu perusahaan meningkat maka perusahaan tidak kesulitan dalam

memenuhi kewajibannya. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar

bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Jika

perusahaan tidak mampu menghasilkan profitabilitas yang cukup, maka

perusahaan tersebut tidak akan mampu untuk menjaga kelangsungan usahanya.

Oleh karena itu, perusahaan harus mencari sumber dana yang berasal dari luar

perusahaan untuk menjaga kelangsungan usahanya. Pemenuhan kebutuhan dana

yang berasal dari luar perusahaan dapat diperoleh dari meminjam dana kepada
23

pihak kreditur seperti bank, lembaga keuangan bukan bank, atau dapat pula

perusahaan menerbitkan saham dan obligasi untuk ditawarkan kepada masyarakat.

2.1.6 Tangibility

Tangibility assets merupakan aktiva tetap permanen yang dipakai pada

operasional perusahaan. Mesin-mesin, bangunan, tanah, kendaraan, alat-alat,

mebel, dan lain sebagainya merupakan aktiva tetap yang biasanya dimiliki

perusahaan. Karena dengan demikian struktur aktiva dapat digunakan untuk

menentukan seberapa besar hutang jangka panjang yang dapat diambil dan hal ini

akan berpengaruh juga terhadap penentuan besarnya struktur modal. Jumlah

sampel yang dipakai adalah 7 Perusahaan Asuransi yang diambil dari seluruh

Perusahaan Asuransi yang terdaftar dari tahun 2008-2012 adalah sebanyak 11

Perusahaan Asuransi dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Regresi

linear berganda dijadikan sebagai metode analisis data. Pada penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Widjaja dan Kasenda (2008), Hadianto (2008), Niu (2008),

Serrasqueiro dan Rogao (2009), Zhang (2010), Najjar dan Petrov (2011),

Sampebulu (2012) dan Putri (2012) menemukan hasil bahwa tangibility assets

memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap struktur modal perusahaan.

Bertentangan dengan hasil penelitian tersebut, Kesuma (2009), Yuliati (2011),

Serrasqueiro (2011), Sheikh dan Wang (2011). Tangibility assets terhadap

struktur modal pada perusahaan memiliki pengaruh yang negatif signifikan.

Menurut Bambang (1995), kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar

daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan

mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal

sendiri, sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan
24

dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horisontal yang menyatakan

bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah

aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya pemanen. Dan perusahaan yang

sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan

kebutuhan dananya dengan hutang. Jadi dapat dikatakan bahwa tangibility

mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Jika pengukuran tangility

didasarkan pada rasio antara total aktiva tetap terhadap total aktiva, maka secara

teoritis terhadap hubungan yang negatif antara tangibility dengan struktur modal.

Semakin besar tangibility (yang berarti semakin besar jumlah aktiva tetap) maka

penggunaan modal sendiri akan semakin tinggi (yang berarti penggunaan modal

asing semakin sedikit) atau struktur modalnya makin rendah. Moh'd, Larry dan

James (1998) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perubahan struktur aktiva

berpengaruh negatif terhadap perubahan struktur modal yang dilakukan oleh

manajer. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhaduri (2002)

yang menunjukkan adanya pengaruh yang bersifat negatif dari struktur aktiva

terhadap struktur modal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Krishnan (1996)

pada perusahaan-perusahaan besar di negara industri juga menunjukkan adanya

pengaruh negatif tangibility terhadap struktur modal.

2.1.7 Growth Opportunity

Growth Opportunity atau peluang pertumbuhan merupakan kemampuan

perusahaan untuk berkembang dimasa depan dengan memanfaatkan peluang

investasi sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu tingkat

peluang pertumbuhan perusahaan merupakan ukuran sejauh mana perusahaan

dapat meningkatkan laba per lembar saham dengan laverage (Weston dan
25

Copeland, 1997). Indikator pertumbuhan itu sendiri sebagaimana dikemukakan

Gaver dan Kenneth (1993) yang menyatakan bahwa opsi investasi masa depan

dapat ditunjukkan atas kemampuan perusahaan untuk mengeksploitasi

kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang

setara dalam satu lingkungan industrinya. Selain itu opsi investasi masa depan

juga ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset

dan pengembangannya. Hal ini membuat perusahaan dituntut untuk melihat hasil

riset yang dilakukan untuk mencari peluang terhadap perusahaan yang nantinya

akan menambah nilai perusahaan. Perusahaan juga dituntut menggunakan

kebijakan-kebijakan yang tepat dalam mencari peluang agar perusahaan berhati-

hati dalam menganalisis lingkungannya sehingga dapat menghindari ancaman dan

mengambil manfaat dari peluang. Dengan kata lain, perusahaan yang dapat

memprediksi peluang perusahaan dengan cermat, maka perusahaan akan

mengalami pertumbuhan perusahaan yang cepat. Perusahaan-perusahaan yang

memiliki pertumbuhan dengan cepat seringkali harus meningkatkan aktiva

tetapnya yang menyebabkan perusahaan membutuhkan dana lebih banyak di masa

depan dan juga lebih banyak mempertahankan laba. Selain itu, perusahaan yang

memiliki pertumbuhan tinggi menyebabkan perusahaan dapat memegang lebih

banyak pilihan nyata untuk investasi masa depan dibandingkan dengan

perusahaan yang memiliki pertumbuhan rendah.

2.1.8 Resiko Bisnis

Brigham dan Houston (2011) risiko bisnis merupakan risiko aset

perusahaan jika perusahaan tidak menggunakan hutang. Risiko bisnis dapat

meningkat ketika perusahaan menggunakan hutang yang tinggi untuk memenuhi


26

kebutuhan pendanaannya. Risiko timbul seiring dengan munculnya beban biaya

atas pinjaman yang dilakukan perusahaan. Semakin besar beban biaya yang harus

ditanggung maka semakin risiko yang dihadapi perusahaan juga semakin besar.

Joni dan Lina (2012) menyebutkan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal. namun hal tersebut bertentangan dengan

penelitian Indrajaya dkk., (2012) yang menyatakan bahwa risiko bisnis

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal, selain itu Prabansari

dan Kusuma (2005) menunjukkan bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Risiko bisnis juga merupakan

salah satu risiko yang dihadapi perusahaan ketika menjalani kegiatan operasi,

yaitu kemungkinan ketidak mampuan perusahaan untuk mendanai kegiatan

operasionalnya (Gitman, 2003). Risiko bisnis perusahaan berpengaruh

terhadap kelangsungan hidup perusahaan, kemampuan perusahaan untuk

membayar utangnya, dan minat pemodal untuk menanamkan dana pada

perusahaan dan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh

dana dalam menjalankan kegiatan operasionalnya (Friska, 2011). Pada penelitian

yang dilakukan Ahmed et al. (2010), Indrajaya (2011), Seftianne (2011),

Nuswandari (2013), Menunjukkan bahwa risko bisnis memiliki pengaruh negatif

dan signifikan terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan perusahaan dengan

risiko bisnis besar harus menggunakan hutang lebih kecil dibanding perusahaan

yang mempunyai risiko bisnis rendah, karena semakin besar risiko bisnis,

penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan dalam

mengembalikan hutang mereka.

2.1.9 Ukuran Perusahaan


27

Ukuran perusahaan yang diteliti dapat berpengaruh pada struktur modal.

Ukuran merupakan cerminan total aset yang dimiliki perusahaan. Ukuran

perusahaan yang semakin besar, maka semakin besar pula aset yang dimiliki

perusahaan dan dana yang dibutuhkan perusahaan untuk mempertahankan

kegiatan operasionalnya pun semakin banyak. Semakin besar ukuran perusahaan

akan mempengaruhi keputusan manajemen dalam memutuskan pendanaan apa

yang akan digunakan oleh perusahaan agar keputusan pendanaan dapat

mengoptimalkan nilai perusahaan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Widjaja dan Kasenda (2008), Niu (2008), Psillaki dan Daskalakis (2009), Zhang

(2010), Kayo dan Kimura (2010) menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan

terhadap struktur modal pada perusahaan memilih pengaruh positif signifikan

pada suatu perusahaan. Konsisten dengan hasil penelitian tersebut, Reinhard dan

Li (2010), Yuliati (2011), Serrasqueiro (2011), Sheikh dan Wang (2011), Pauji

(2012), Putri (2012), Wijayati dan Janie (2012), Lusangaji (2013) dan

Supratiningrum (2013) juga menemukan hasil bahwa pada perusahaan, ukuran

perusahaan terhadap struktur modal berpengaruh positif. Bertentangan dengan

penelitian-penelitian tersebut, Hadianto (2008), Khalid (2011), Lim (2012), Salehi

dan Manesh (2012) menemukan hasil bahwa terhadap struktur modal pada suatu

perusahaan, ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang negatif signifikan.

2.1.10 Provitabilitas

Menaikkan ekuitas eksternal agar menghindari potensi pemisahan

kepemilikan. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan seberapa besar perusahaan

dapat memperoleh profitabilitas yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain

dalam satu lingkungan industrinya. Profitabilitas merupakan kemampuan


28

perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu

perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara, salah satunya dengan return on

asset (ROA) yang merupakan pengukuran profitabilitas dengan total aset. ROA

mengukur seberapa besar total aset yang telah dibelanjakan oleh perusahaan dari

sumber dana internal maupun eksternal untuk menghasilkan profitabiltas

(Subramanyam dan Wild, 2010). Jika perusahaan memiliki ROA yang tinggi,

maka profitabilitas yang diperoleh dari total aset semakin tinggi. Hal ini

memungkinkan perusahaan tidak membutuhkan banyak pendanaan dengan hutang

karena laba ditahan yang dimiliki oleh perusahaan sudah dapat memenuhi

sebagian besar pendanaan perusahaan. Oleh karena itu, para manajer dituntut

harus cermat dalam melakukan keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan yang

tidak cermat akan mengurangi profitabiltas yang diperoleh karena pendanaan yang

dilakukan dengan banyak menggunakan hutang mengakibatkan biaya modal yang

tinggi. Selain itu, perusahaan yang menguntungkan akan memilih untuk tidak

2.1.11 Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan di dalam perusahaan manufaktur dapat dilihat

melalui pendapatan yang diperoleh perusahaan tersebut. Perusahaan dengan

penjualan yang tidak stabil tidak dapat menggunakan hutang yang besar,

sedangkan perusahaan dengan aliran kas yang relatif stabil dapat menggunakan

hutang lebih banyak, Sartono (2010). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Niu (2008), Vries (2010), Serrasqueiro (2011) dan Lusangaji (2013) menemukan

hasil bahwa pertumbuhan penjualan terhadap struktur terhadap perusahaan

memiliki pengaruh yang positif signifikan. Bertentangan dengan hasil penelitian

tersebut, Kesuma (2009), Psillaki dan Daskalakis (2009), Zhang (2010),


29

Serrasquerio (2011), Khalid (2011) dan Sampebulu (2012) menemukan hasil

bahwa pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

struktur modal pada perusahaan.

2.1.12 Struktur Aktiva

Struktur aktiva adalah perbandingan antara total aktiva tetap dengan total

aktiva perusahaan. Pada perusahaan besar umumnya juga memiliki struktur aktiva

yang besar hal tersebut dapat dilihat dari aktiva lancar dan aktiva tidak lancar

yang dimilikinya. Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang

dapat dijadikan jaminan (collateral value of assets). Brigham and Gapenski

(1996) dalam Nugroho (2006) menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang

memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang

daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan. Teori tersebut juga konsisten

dengan Atmaja (1994) dalam Nugroho (2006) yang menyatakan bahwa

perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai agunan hutang

cenderung menggunakan hutang yang relatif besar.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh terhadap struktur modal telah banyak

dilakukan. Namun, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan variabel

growth opportunity, profitabilitas, fixed asset ratio dan risiko pasar terhadap

struktur modal, yang diantaranya adalah :

Pandey (2004) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji secara empiris

pengaruh profitabilitas, struktur aktiva dan risiko sistematik terhadap struktur

modal. Hasil penelitian menunjukan struktur aktiva berpengaruh positif terhadap

struktur modal. Sedangkan profitabilitas dan risiko sistematik berpengaruh


30

negatif terhadap struktur modal. Nurrohim (2008) melakukan penelitian dengan

variabel independen yaitu profitabilitas, fixed aset ratio, kontrol kepemilikan, dan

struktur aktiva. Sedangkan untuk variabel dependennya adalah struktur modal.

Penelitian ini menunjukan profitabilitas dan kontrol kepemilikan berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal sedangkan fixed asset ratio dan struktur aktifa

tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Kartini dan Arianto (2008)

dalam penelitiannya menggunakan variabel struktur kepemilikan, profitabilitas,

pertumbuhan aktiva dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen.

Sedangkan untuk variabel dependennya adalah struktur modal. Objek penelitian

yang digunakan dalam sampel menggunakan perusahaan manufaktur. Hasil

penelitian menunjukan variabel struktur kepemilikan, pertumbuhan aktiva, dan

ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal sedangkan

profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Joni dan Lina

(2010)melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji secara empiris faktor-

faktor yang mempengaruhi struktur modal. Penelitian ini menggunakan variabel

pertumbuhan aset, struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, dividen dan

risiko bisnis sebagai variabel independen, sedangkan untuk variabel dependenya

adalah struktur modal. Hasil penelitian menunjukan pertumbuhan aset dan

struktur aktifa berpengaruh positif terhadap struktur modal, profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap struktur modal, sedangkan ukuran perusahaan,

dividen dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hadianto

(2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh risiko sistematik, profitabilitas,

struktur aktifa dan jenis perusahaan terhadap struktur modal. Selain itu penelitian

ini bertujuan untuk menguji Hipotesis Static-Trade off. Objek penelitian yang
31

digunakan dalam sampel menggunakan perusahaan pertambangan. Hasil

penelitian menunjukan risiko sistematik, profitabilitas, dan jenis perusahaan

berpengaruh positif terhadap struktur modal. Terdapatnya pengaruh positif ketiga

faktor ini terhadap struktur modal mendukung berlakunya hipotesis static trade-

off, sedangkan pengaruh struktur aktiva yang negatif terhadap struktur modal tidak

mendukung berlakunya hipotesis ini. Mouamer (2011)melakukan penelitian

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan yang

listed di palestina. Variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas,

tangibilty, age of firm, liquidity, size, and growth opportunity. Hasil penelitian

menunjukan profitabilitas, tangibilty, dan age of firm berpengaruh positif terhadap

struktur modal. Sedangkan variabel liquidity, size, and growth opportunity

berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

Ringkasan dari penjelasan beberapa penelitian terdahulu diatas dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

1. Pandey Capital Structure, Variabel Dependen : Struktur aktiva


(2004) Provitability, and Struktur Modal berpengaruh positif
Market Structur : Variabel terhadap struktur
Evidence from Independen: modal. Sedangkan
Malaysia Provitabilitas, provitabilitas dan risiko
Struktur aktiva, dan sistematik berpengaruh
Risiko sistematik negatif terhadap
struktur modal
2. Nurrohim Pengaruh Variabel Dependen: Profitabilitas dan
(2008) Provitabilitas, Struktur Modal control kepemilikan
fixed Asset Ratio, Variabel berpengaruh signifikan
Kontrol Independen: terhadap struktur modal
32

Kepemelikian, Provitabilitas, fixed sedangkan fixed asset


dan Struktur asset ratio, control ratio dan struktur
Aktiva Terhadap kepenilikian, dan aktiva tidak memiliki
Struktur Modal struktur aktiva pengaruh yang
pada Perusahaan signifikan terhadap
Manufaktur di struktur modal
Indonesia
3. Kartini dan Struktur Variabel Dependen: Variabel struktur
Arianto Kepemilikan, Struktur Modal kepemilikan,
(2008) profitabilitas Variabel pertumbuhan aktiva,
pertumbuhan Independen: dan ukuran perusahaan
aktiva, dan ukuran Struktur berpengaruh positif
perusahaan kepemilikan, terhadap struktur modal
terhadap struktur profitabilitas, sedangkan
modal pada pertumbuhan aktiva, profitabilitas tidak
perusahaan dan ukuran berpengaruh terhadap
manufaktur perusahaan struktur modal
4. Joni dan Faktor-Faktor Variabel Dependen: Pertumbuhan aset, dan
Lina (2010) yang Struktur Modal struktur aktiva
Mempengaruhi Variabel berpengaruh positif
Struktur Modal Independen: terhadap struktur modal
Profitabilitas, profitabilitas
ukuran perusahaan, berpengaruh negatif
pertumbuhan aset, sedangkan ukuran
struktur aktiva, perusahaan, deviden,
dividen, resiko dan resiko bisnis
bisnis berpengaruh negatif
terhadap struktur modal
5. Hadianto Pengaruh resiko Variabel Dependen: Resiko sistematik,
(2010) sistematik, Struktur Modal provitabilitas, dan jneis
struktur aktiva, Variabel perusahaan
dan jenis Independen: berpengaruh positif
perusahaan Resiko sistematik, terhadap struktur modal
terhadap struktur profitabilitas, dan sedangkan struktur
modal Emiten struktur aktiva aktiva berpengaruh
Sektor negatif terhadap
Pertambangan : struktur modal
Pengujian
Hipotesis Static
Trade Off
6. Mouammer The Determinants Variabel Dependen: Profitability,
(2011) of Capital Struktur Modal tangibility, dan Ages of
33

Structure of Variabel the Firm berpengaruh


Palestine-Listed Independen: positif terhadap
Companies Size, Growth struktur modal.
Opportunities, Liquidity, size, dan
Tangibility, Ages of growth opportunity
The Firm, berpengaruh negatif
Profitability, and terhadap struktur modal
Liquidity
7. Sri Yuliati Pengujian Pecking Variabel Dependen: Provitabilitas,likuiditas,
(2011) Order Theory : Struktur Modal dan ukuran perusahaan
Analisis Faktor- Variabel berpengaruh positif
Faktor yang Independen: terhadap struktur modal
mempengaruhi Profitabilitas, sedangkan struktur
Struktur Modal likuiditas, ukuran aktiva dan
Industri perusahaan, struktur pertumbuhan
Manufaktur Di aktiva, berpengaruh negatif
Bursa Efek pertumbuhan, dan terhadap struktur modal
Indonesia struktur modal
8. Rajendran Effect of Variabel Dependen: board committee dan
Kajanantan Corporate Struktur Modal board composition
(2012) Governance on Variabel berpengaruh terhadap
Capital Structure: Independen: struktur modal
Case of Srilankan Board Committee, sedangkan leadership
Listed Companies board composition, style, board size, dan
leadership style, board meeting tidak
board size,dan berpengaruh terhadap
board meeting, struktur modal
9. I Wayan Pengaruh struktur Variabel Dependen: Struktur aktiva, dan
Martha aktiva, tingkat Struktur Modal provitabilitas
Mandana da pertumbuhan Variabel berpengaruh terhadap
Luh Gede penjualan, Independen: struktur modal
Sri (2015) provitabilitas, dan Struktur aktiva, sedangkan
pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan penjualan
perusahaan penjualan, dan pertumbuhan
terhadap struktur provitabilitas, dan perusahaan tidak
modal pertumbuhan berpengaruh terhadap
perusahaan struktur modal
10. Pornsit Capital Structure Variabel Dependen: Corporate Governance
Jirapon, dkk and Corporate Struktur Modal Quality memiliki
(2012) Governance Variabel hubbungan negatif dan
Quality: Evidence Independen: signifikan terhadap
from The Corporate struktur modal
34

Institutional Governance Quality


Shareholder
Service (ISS)
11. Imam Karakteristik Variabel Dependen: Size, age, dan vilitilitas
Syafi’I Perusahaan dan Struktur Modal pendapatan berpengaru
(2013) Struktur Modal Variabel positif terhadap
Pada Perusahaan Independen: struktur modal
Sektor Makanan- Size, Age, Volitilitas sedangkan
Minuman pendapatan, dan profitabilitas
(Perusahaan yang profitabilitas berpengaruh negatif
Listing di Bursa terhadap struktur modal
Efek Indonesia)
12. Muhammad Faktor-Fakto yang Variabel Dependen: Profitabilitas tidak
Syahril Mempengaruhi Struktur modal berpengaruh terhadap
Ferdiansayah Struktur Modal Variabel struktur modal
(2013) pada Perusahaan Independen: sedangkan arus kas dan
Pertambangan Profitabilitas, arus resiko bisnis
yang Terdaftar di kas, dan resiko berpengaruh terhadap
Bursa Efek bisnis struktur modal
Indonesia

2.3 Kerangka Pemikiran

Dari penjabaran keseluruhan diatas, penelitian ini menggunakan variabel

penelitian yang terdiri dari variabel dependen yaitu struktur modal dan variabel

independen yaitu likuiditas, tangibility, growth oppurtunity, resiko bisnis, ukuran

perusahaan, profitabiltas, pertumbuhan penjualan, dan struktur aktiva. Semua

variabel ini disajikan dalam kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model

penelitian pada gambar 2.1


35

Gambar 2.1

Pengaruh Likuiditas, Tangibility, Growth Opportunity, Resiko Bisnis, Ukuran

Perusahaan, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan Struktur Aktiva

Terhadap Struktur Modal

Likuiditas Tangibility

Resiko Bisnis
Growth Opportunity

Ukuran Perusahaan Profitabilitas

Pertumbuhan Struktur Aktiva


Penjualan

Struktur Modal
36

2.4 HIPOTESIS

Dari penjabaran keseluruhan diatas, penelitian ini menggunakan variabel

penelitian yang terdiri dari variabel dependen yaitu struktur modal dan variabel

independen yaitu likuiditas, tangibility¸growth oppurtunity, resiko bisnis, ukuran

perusahaan, profitabiltas, pertumbuhan penjualan, dan struktur aktiva. Semua

variabel ini disajikan dalam kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model

penelitian pada gambar 2.1

2.4.1 Hipotesis Uji Signifikan Secara Parsial

Ho : Variabel Independen likuiditas, tangibility¸growth oppurtunity, resiko bisnis,

ukuran perusahaan, profitabiltas, pertumbuhan penjualan, dan struktur aktiva tidak

berpengaruh secara parsial (individual) terhadap variabel dependen Struktur

Modal.

Ha : Variabel Independen likuiditas, tangibility¸growth oppurtunity, resiko bisnis,

ukuran perusahaan, profitabiltas, pertumbuhan penjualan, dan struktur aktiva

berpengaruh secara parsial (individual) terhadap variabel dependen Struktur

Modal.

2.4.2 Hipotesis Uji Signifikan Secara Simultan

Ho : Variabel Independen likuiditas, tangibility¸growth oppurtunity, resiko bisnis,

ukuran perusahaan, profitabiltas, pertumbuhan penjualan, dan struktur aktiva tidak

berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen Struktur

Modal.

Ha : Variabel Independen likuiditas, tangibility¸growth oppurtunity, resiko bisnis,

ukuran perusahaan, profitabiltas, pertumbuhan penjualan, dan struktur aktiva


37

berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen Struktur

Modal

3. OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2017.

3.2 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian korelasional (correlational

research). Correlational research merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mengidentifikasi variabel-variabel dalam situasi tertentu yang mempengaruhi

suatu fenomena yang sedang ditinjau (Sekaran, 1992).

3.2.1 Populasi dan Sampel

Keragaman hasil penelitian berkenaan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi struktur modal menjadi stimulus untuk melakukan penelitian lebih

lanjut. Penelitian ini akan menguji pengaruh pertumbuhan penjualan, struktur

aktiva dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi. Populasi dan sampel penelitian ini adalah

perusahaan yang tergabung dalam industri manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2014 s/d 2019. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan

metode purposive sampling. Untuk memperoleh sampel yang sesuai ditentukan

kriteria sebagai berikut:


38

1. Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri manufaktur yang

sahamnya aktif diperdagangkan di BEI selama periode penelitian.

2. Perusahaan-perusahaan tersebut secara aktif mempublikasikan laporan

keuangan berturut-turut selama periode penelitian.

3. Perusahaan yang mendapatkan laba positif secara berturut-turut selama periode

pengamatan.

Berikut ini adalah tabel proses dilakukannya pemilihan sampel:

Tabel 3.1
Pemilihan Sampel Penelitian

No Kriteria Jumlah

Perusahaan

1. Perusahaan yan termasuk dalam industri manufaktur 115


yang sahamnya aktif diperdagangkan di BEI untuk
tahun 2015-2017
2. Perusahaan yang telah menerbitkan laporan 115
keuangan untuk diaudit oleh akuntan publik untuk
tahun 2015-2017
3. Perusahaan tidak mempunyai saldo total ekuitas 57

yang negatif dan total laba yang negatif pada

laporan keuangan untuk tahun 2015-2017. (Lia dan

Sumani, 2017)

4. Perusahaan menggunakan rupiah sebagai nilai mata 29

uangnya

Jumlah sampel 29

Tahun penelitian 3
39

Jumlah observasi 87

Sumber : Data Bursa Efek yang telah di olah

Berdasarkan tabel diatas yan memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel

perusahaan manufaktur berdasarkan saldo total ekuitas yang negatif dalam

penelitian berjumlah 29 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel

dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.2

Daftar Sampel Perusahaan

No. Kode Daftar Manufaktur

1. ALDO Alkindo Naratama Tbk

2. ARNA AArwana Citramulia Tbk

3. ASII Astra International Tbk

4. AUTO Astra Otoparts Tbk

5. BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk

6. CPIIN Charoen Pokphan Indonesia Tbk

7. DLTA Delta Djakarta Tbk

8. DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk

9. GGRM Gudang Garam Tbk

10. IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk

11. INAI Indal Aluminium Industri Tbk

12. INDS Indospring Tbk

13. KAEF Kimia Farma Tbk


40

14. KBLI KMI Wire and Cable Tbk

15. KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk

16 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk

17. LMSH Lionmesh Prima Tbk

18. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk

19. MYOR Mayora Indah Tbk

20. PYFA Pyridam Farma Tbk

21. RICY Ricky Putra Globalindo Tbk

22. SKLT Sekar Laut Tbk

23. SMSM Selamat Sempurna Tbk

24. STAR Star Petrcohem Tbk

25. TSPC Tempo Scan Pacific Tbk

26. ULTJ Ultra Jaya Milk Industri Tbk

27. UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk

28. VOKS Voksel Electric Tbk

29. WTON Wijaya Karya Beton Tbk

Sumber : Data Bursa Efek yang telah diolah

3.2.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

merupakan data tidak langsung. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia

dan dikumpukan oleh pihak lain, peneliti tinggal memanfaatkan data tersebut

menurut kebutuhannya (Sanusi, 2013 ). Data sekunder dalam penelitian ini


41

meliputi laporan keuangan perusahaan manufaktur, jumlah perusahaan

manufaktur dan laporan kegiatan perdagangan saham. Sumber data tersebut

diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory dan JSX Statistik yang

diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia, serta berbagai artikel, buku, dan beberapa

penelitian terdahulu sebagai sumber.

3.2.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Operasional variabel digunakan sebagai petunjuk bagaimana cara untuk

mengukur suatu variabel, sehingga menjadi variabel yang dapat diamati dan

diukur dengan menentukan hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor pengaruh struktur modal pada

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan satu

variabel terikat (dependent) dan delapan variabel bebas (independent). Variabel

terikat (dependent) dalam penelitian ini yaitu struktur modal, sedangkan variabel

bebas (independent) terdiri dari likuiditas, tangibility, growth opportunity, resiko

bisnis, ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur aktiva, dan pertumbuhan

penjualan

3.2.3.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

`Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam hal ini variabel bebas

yang digunakan yaitu sebagai berikut :

a. Likuiditas

Likuiditas dalam hal ini digambarkan dengan rasio lancar (current ratio).

Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2008) rumus untuk menghitung current

ratio adalah sebagai berikut :


42

b. Tangibility

c. Growth Opportunity

Peluang pertumbuhan merupakan variabel untuk mengukur pertumbuhan

perusahaan yang akan terjadi dengan melihat keadaan pasar saat ini. Variabel

ini diukur dari perbandingan antara nilai pasar suatu saham (Market Value)

disbanding nilai buku (Book Value). Market to book ratio (MTB) dalam

penelitian Moumer (2011) dirumuskan sebagai berikut :

Market Value
MTB = Book Value

d. Resiko Bisnis

Risiko bisnis merupakan risiko sitematis yang diproksikan terhadap

koefisien beta (ß). Koefisien beta merupakan pengukur volatilitas antara

return-return suatu sekuritas (portofolio) dengan return-return pasar. Hartono

(2008) menyatakan koefisien beta dapat dihitung dengan menggunakan teknik

regresi. Teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu sekuritas dapat

dilakukan dengan menggunakan return sekuritas (R i) sebagai variabel

dependen dan return bisnis (Rm) sebagai variabel independen. Koefisien ßi

merupakan beta sekuritas ke-I yang diperoleh dari teknik regresi. Dengan

demikian beta dirumukan sebagai berikut :

Ri = ai + ßi . Rm + ei
43

e. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya sebuah

perusahaan yang ditunjukkan dari total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata

penjualan dan rata-rata aktiva. Semakin besar jumlah aset perusahaan, maka

semakin besar ukuran perusahaan (Tiono dan Jogi. 2013). Hal ini

mengindikasikan bahwa perusahaan besar cenderung memiliki struktur modal

yang cukup kuat. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dihitung

berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut yang dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Size = Total Aktiva

f. Provitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memanfaatkan aktivanya

dalam memperoleh laba untuk menilai potensi sumber daya ekonomi

perusahaan selama suatu periode. Perusahaan yang memperoleh profitabilitas

tinggi dianggap dapat mempengaruhi audit report lag laporan keuangan

perusahaan tersebut. Perusahaan yang mengalami laba cenderung akan

melaporkan laporan keuangannya lebih cepat dan hal tersebut dapat

memudahkan auditor dalam melakukan proses audit (Pramaharjan dan

Cahyonowati, 2015). Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan

ROA (Return on Assets), dimana ROA menunjukkan perbandingan antara laba

bersih setelah pajak dengan total aset, baik aset lancar maupun aset tidak

lancar perusahaan. ROA dirumuskan dengan:

Earning Before Interest & 𝑇𝑎𝑥 (𝐸𝐵𝐼𝑇)


ROA = Total Asset
44

g. Struktur Aktiva

Struktur Aktiva dinyatakan dalam bentuk rasio. Menurut Joni dan Lina

(2010) rumus untuk mengetahui rasio dari Struktur Aktiva yaitu:

h. Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan Perusahaan adalah peningkatan (dalam bentuk perubahan

yang positif) dalam ukuran perusahaan melalui waktu yang panjang.

Pertumbuhan (Growth) dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan

presentase kenaikan atau penurunan penjualan dari suatu periode ke periode

berikutnya.

Formulasinya:

penjualan (t)− penjualan (t−1)


Pertumbuhan = penjualan (t−1)

3.2.3.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependen pada penelitian ini adalah Struktur Modal. Struktur

modal adalah gabungan antara equity dan debt. Dimana equity dapat berupa

internal euity dan external equity. Internal equity berasal dari preffered stock,

common stock, paid in capital, retained earning. Proksi-proksi yang umum

digunakan untuk mengukur capital structure dan long-term debt to asset ratio,

short-term debt to asset ratio (Serrasqueiro, 2011), total debt to ratio (Khan,
45

2010), dan debt to equity ratio (Hovey, 2007). Proksi struktur modal yan

digunakan pada penelitian ini menggunakan long-term debt to total assets ratio.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan metode yang akan digunakan untuk

mengetahui kesimpulan yang akan diperoleh dari hasil penelitian. Metode dalam

penelitian ini menggunakan analisis regresi. Analisis regresi berguna untuk

menguji pengaruh variabel independen yaitu likuiditas, tangibility, growth

opportunity, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur

aktiva dan risiko bisnis terhadap variabel dependen yaitu struktur modal (Total

Debt Ratio).

3.3.1 Analisis Statistik Deskriptif

Pada analisis deskriptif akan menjelaskan data-data statistik mengenai

mean, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum dari masing-masing

variabel struktur modal, likuiditas, tangibility, growth opportunity, ukuran

perusahaan, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur aktiva dan risiko

bisnis.

3.3.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian menggunakan regresi, sebuah model regresi

harus memenuhi serangkaian uji asumsi klasik agar dapat dikatakan sebagai

model empiris.

3.3.2.1 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan adanya hubungan linier yang sempurna atau

pasti diantara beberapa atau semua variabel independen. Oleh sebab itu, uji
46

multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali,2011). Adanya

multikolinearitas ini mengakibatkan koefisien regresi tidak menentu dan

kesalahan standarnya tak terhingga, sehingga model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Uji multikolonieritas dapat

dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini

menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang

terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance

yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerance). Nilai

cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah

nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Selain itu peneliti harus

menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai

tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,95.

3.3.2.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (Ghozali,2011). Dengan kata lain, autokorelasi

muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama

lainnya. Sehingga model regresi yang baik adalah menghindari adanya

autokorelasi. Pengujian ini dapat menggunakan uji Durbin-Watson untuk

mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi Dalam pengujian Durbin-Watson untuk

memberikan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi peneliti harus

memperhatikan sebagai berikut :


47

Hipotesis nul Keputusan Jika


Tidak ada autokorelasi Tolak 0 < d < dl
positif
Tidak ada autokorelasi No desicison dl
positif
Tidak ada autokorelasi Tidak ditolak = d = du
negatif
Tidak ada autokorelasi No desicison 4 – dl < d < 4
negatif
Tidak ada autokorelasi Tidak ditolak – du
negatif atau positif

3.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastistas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Sehingga uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain (Ghozali,2011). Jika variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas. Terdapat cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas

yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara

SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu

X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang di-studentized (Ghozali,

2011).

Dasar analisis yang perlu diperhatikan dalam grafik scatterplot, yaitu :

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang

teratur (bergelombang,melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan

telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


48

Penggunaan grafik plots untuk mendeteksi adanya heteroskedesitas memiliki

kelemahan yaitu tidak menjamin hasil yang akurat. Hasil ploting tidak akan

menjamin sebuah model regresi terdeteksi homoskedastisitas apabila pengamatan

sampel berjumlah sedikit. Oleh sebab itu, diperlukannya uji statistik agar

mendapatkan hasil yang lebih detail dan dapat menjamin hasil yang akurat.

Terdapat beberapa uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedesitas. Salah satunya yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

glejser. Menurut Gujarati (2003) dalam Ghozali (2011) uji glejser dilakukan

dengan cara meregresikan variabel independen terhadap nilai absolut residual.

Persamaan regresinya adalah :

|Ut|= a+ßXt+vt

Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedesitas

namun apabila kurang dari 0,05 maka terjadi heteroskedesitas.

3.3.2.4 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2011), Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi,variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal

atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik merupakan

salah satu cara termudah untuk melihat normalitas distribusi yaitu dengan melihat

normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi

normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika titik

distribusi kumulatif menyebar disekitar garis diagonal maka data tersebut

berdistribusi normal. Sedangkan uji normalitas lainnya yaitu dengan

menggunakan uji kolmogorov-smirnov untuk mengetahui signifikansi data yang


49

terdistribusi normal secara statistik. Pengujian ini didasari pedoman sebagai

berikut :

a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 ; maka data berdistribusi

normal.

b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 ; maka data tidak

berdistribusi normal

3.3.3 Uji Hipotesis

3.3.3.1 Analisis Regresi

Analisis regresi bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua

variabel atau lebih. Hubungan yang dimaksud adalah ketergantungan variabel

dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Selain untuk mengetahui

hubungan antar variabel, analisis regresi juga menunjukan arah hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independen. Adapun regresi yang disajikan

sebagai berikut :

TDR = ß0+ ß1(GROWTH) + ß2(ROA) + ß3(FAR) + ß4(BETA) + e

Keterangan :

TDR = Struktur modal yang diproksikan dengan Total Debt Ratio

ß0= Koefisien persamaan regresi

ß1,ß2,ß3,ß4= Koefisien perubahan nilai

Growth = Peluang pertumbuhan (growth opportunity)

ROA = Profitabiltas

FAR = Fixed Asset Ratio

Beta = Risiko pasar yang diproksikan dengan beta pasar

e = Error
50

Setelah model regresi memenuhi uji asumsi klasik, selanjutnya adalah

menganalisis hasil regresi. Analisis hasil regresi merupakan ketepatan fungsi

regresi sampel dalam menaksir nilai aktual yang dapat diukur dari Goodnes of Fit-

nya. Goodnes of fit dari sebuah model regresi diukur dengan nilai

koefisiendeterminasi, nilai statistik F dan nilai statistik t.

a. Koefisien determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2011), koefisien determinasi mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R berarti kemampuan variabel-

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen

b.Uji Statistik F (signifikan simultan)

Menurut Ghozali (2011), uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah

semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam melakukan uji

statistik F terdapat kriteria untuk pengambil keputusan yaitu dengan melihat nilai

P-value pada tingkat signifikansi kurang dari 0,05 atau 5 %. Keputusan yang

diambil apabila :

Jika P-value < 0,05 maka variabel independen secara bersamaan mempengaruhi

variabel depeden.
51

Jika P-value > 0,05 maka variabel independen tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen

c. Uji Statistik t (signifikan parameter individual)

Menurut Ghozali (2011), uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa

jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Selain itu uji statistik berguna untuk mengetahui arah

pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen. Dalam melakukan uji

statistik t terdapat kriteria pengambil keputusan sabagai berikut:

Pengaruh arah positif atau negatif pada variabel independen terhadap variabel

dependen dapat dilihat dari koefisien beta yang dihasilkan apakah positif atau

negatif.

Melihat nilai signifikan kurang dari 0,05 atau 5 % :

a)Apabila kurang dari 0,05, maka variabel independen berpengaruh terhadap

variabel depeden

b) Apabila lebih dari 0,05, maka variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen.
52

DAFTAR PUSTAKA

Sriwardany. 2006. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan

Struktur Modal dan Dampaknya Terhadap Perubahan Harga Saham pada

Perusahaan Manufaktur Tbk. Tesis.

Sujoko, dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,

Leverage, Faktor intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan. Dalam

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 9 (1): h. 41-48.

Susanti, Ayu Indira Mega. 2013. Determinan Struktur Modal Dan Dampaknya

Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Property And Real Estate Di Bursa

Efek Indonesia. Skripsi, Fakultas Ekonomi, Unud: Denpasar.


53

Wahyudi, Untung dan Hartini Prasetyaning Pawestri. 2006. Implikasi Struktur

Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan: dengan Keputusan Keuangan sebagai

Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1999. Manajemen Keuangan, Edisi

Kesembilan, Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.

Pahuja, Anurag., and Anus Sahi. 2012. Factors Affecting Capital Structure

Decision: Empirical Evidence From Selected Indian Firms. International Journal

of Marketing, Financial Service, & Management Research. 1 (3). ISSN 2277-

3622.

Kusumajaya, Dewa Kadek Oka. 2011. Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan

Perusahaan terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Pascasarjana Universitas Udayana.

Modigliani, F. and M.H. Miller. 1958. “The Cost of Capital. Corporation Finance

and The Theory of Investment”. American Economic Review, 48(13), pp:261-297.

Myers, S. 1984. The Capital Structure Puzle. Journal of Financial, (39).


54

Myers, Stewart C., and Nicholas S Majluf. 1984. Corporate Financing and

Investment Decisions When Firmz Have Information That Investors Do Not

Have. Journal of Financial Economics, (13), pp: 187-221.

Nugroho, Asih Sukro. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur

Modal Perusahaan Properti yang Go-Public di Bursa Efek Jakarta untuk Periode

Tahun 1994-2004. Tesis. Program Studi Magister Manajemen Program Pasca

Sarjana Universitas Diponegoro: Semarang.

Nurmalasari, Indah. 2009. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga

Saham Emiten LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008.

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadharma, h:19.

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2008. Pengaruh Variabel Fundamental

Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public di BEI. Jurnal Ekonomi dan

Bisnis, 2(2), ISSN: 1978-3116, pp: 101-113.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4:

Yogyakarta.

Saleem, Faiza., Bisma Rafique, Qaiser Mehmood, Muhammad Irfan, Rabia

Saleem, Sidra Tariq, and Ghazala Akram. 2013. The Determinants of Capital

Structure of Oil and Gas Firms Listed on Karachi stock Exchange In Pakistan.
55

Interdisciplinary Journal of Contemporary Research In Business, 4 (9): pp. 225-

235.

Santika, Rista Bagus dan Bambang Sudiyatno. 2011. Menentukan Struktur Modal

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Dinamika Keuangan dan

Perbankan, 3(2), h: 172-182.

Sari, Ayu Pudak. 2013. Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Struktur Modal Pada

Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-

2012. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana: Denpasar.

Shin, Hyun-Han, and René M. Stulz. 2000. Firm value, risk, and growth

opportunities. National Bureau of Economic Research, 7808.

www.idx.co.id

Anda mungkin juga menyukai