Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF

RSIA MUKTI HUSADA


PAMEKASAN

RSIA MUKTI HUSADA PAMEKASAN


TAHUN 2019
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
MUKTI HUSADA
J l K a b u p a t e n 6 8 P a m e k a s a n k o d e p o s ( 6 9 3 1 6 ) HP 082337919788
Email husada.mukti@gmail.com

KEPUTUSAN
DIREKTUR RSIA MUKTI HUSADA KABUPATEN PAMEKASAN

NOMOR : 006/PDM/RSMH/X/2019

TENTANG

PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF

RSIA MUKTI HUSADA PAMEKASAN

DENGAN

RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DIREKTUR RSIA MUKTI HUSADA PAMEKASAN

Menimbang : a. bahwa untuk memfasilitasi akses masyarakat ke pelayanan

di rumah sakit dan informasi tentang pelayanan yang

disediakan oleh rumah sakit,dibutuhkan komunikasi antara

rumah sakit dengan masyarakat, dengan pasien dan keluarga

serta antar staf klinis. sehingga perlu dibuat Pedoman

Komunikasi Efektif.

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur

Mengingat : 1. Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaga


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 nomor 144,Tambahan
Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

tentang Rumah Sakit (Lembaga Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 153 tambahan Lembaga Negara Republik

Indonesia Nomor 5072);

3. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga


Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 004 tahun 2012
tentang Juknis Promosi Kesehatan di Rumah Sakit

MEMUTUSKAN

Menetapkan

Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN

KOMUNIKASI EFEKTIF RSIA MUKTI HUSADA

PAMEKASAN

Kedua : Pedoman Komunikasi Efektif RSIA MUKTI HUSADA

sebagaimana diktum kesatu terlampir dalam surat keputusan

ini yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Ketiga : Pedoman Komunikasi Efektif RSIA MUKTI HUSADA


sebagaimana dimaksud dalam lampiran kedua digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan pelayanan di Rumah Sakit.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan apabila ada

perubahan akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : Pamekasan Agustus 2019


Direktur

TIURLANDINA
Lampiran : Keputusan Direktur
RSIA MUKTI HUSADA
Nomor : 006/PDM/RSMH/X/2019
Tanggal :

PEDOMAN

KOMUNIKASI EFEKTIF

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Memberikan asuhan pasien merupakan upaya yang kompleks dan sangat bergantung

pada komunikasi dari informasi. Komunikasi tersebut adalah kepada dan dengan komunitas,

pasien dan keluarganya, serta antarstaf klinis, terutama Profesional Pemberi Asuhan (PPA).

Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan salah satu akar masalah yang paling sering

menyebabkan insiden keselamatan pasien. Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan

dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan/komunikator, pesan ditindaklanjuti

dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan/komunikan, dan tidak ada hambatan untuk hal

itu.

Komunikasi efektif sebagai dasar untuk memberikan edukasi kepada pasien dan

keluarga agar mereka memahami kondisi kesehatannya sehingga pasien berpartisipasi lebih

baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang

asuhannya. Edukasi kepada pasien dan keluarga diberikan oleh staf klinis terutama PPA yang

sudah terlatih (dokter, perawat, nutrisionis, apoteker, dll.).

Edukasi yang efektif diawali dengan asesmen kebutuhan edukasi pasien dan
1
keluarganya. Asesmen ini menentukan bukan hanya kebutuhan akan pembelajaran, tetapi

juga proses edukasi dapat dilaksanakan dengan baik. Edukasi paling efektif apabila sesuai

dengan pilihan pembelajaran yang tepat dan mempertimbangkan agama, nilai budaya, juga

kemampuan membaca serta bahasa komunitas sasaran pelayanan rumah sakit.

Edukasi akan berdampak positif bila diberikan selama proses asuhan. Edukasi

termasuk pengetahuan yang diperlukan selama proses asuhan maupun pengetahuan yang

dibutuhkan setelah pasien dipulangkan (discharged) ke pelayanan kesehatan lain atau ke

rumah. Dengan demikian, edukasi dapat mencakup informasi sumber-sumber di komunitas

untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana

akses ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan.

B. TUJUAN

Sebagai acuan rumah sakit dalam berkomunikasi ddengan masyarakat,

pasien dan keluarga serta antar staf klinis:

1. Memfasilitasi akses masyarakat ke pelayanan di rumah sakit dan informasi tentang

pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit.

2. Memfasilitasi kebutuhan pasien dan keluarga mengenai asuhan dan pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit serta bagaimana mengakses pelayanan tersebut.

3. Untuk menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam proses asuhan

4. Sebagai pedoman pemberian informasi yang diberikan secara akurat dan tepat waktu

ke seluruh rumah sakit.

5. Sebagai pedoman pertukaran informasi antar staf klinis selama bekerja dalam sif atau

antar sif.

C. DEFINISI

2
1. Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari

seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut

mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”.

(Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich,

1988).

2. Sumber/pemberi pesan/komunikator (dokter, perawat, admission, Adm.Kasir,dll)

adalah orang yang memberikan pesan. Pengirim pesan bertanggung jawab mengirim

pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai dan meminta kejelasan apakah pesan

tersebut sudah diterima dengan baik (Konsil Kedokteran Indonesia, hal. 8). Pemberi

pesan harus menguasai materi, berpengetahuan luas dan dalam tentang informasi

yang disampaikan, cara bicara yang jelas dan menjadi pendengar yang baik saat

dikonfirmasi oleh penerima pesan/komunikan.

3. Isi Pesan, adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan. Panjang

pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi,

media penyampaian, penerimanya.

4. Media/saluran pesan ( Elektronik, Lisan, dan Tulisan) adalah sarana komunikasi dari

komunikator kepada komunikan. Media berperan sebagai jalan atau saluran yang

dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang

disampaikan penerima.Pesan dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya

sekaligus. Media yang dapat digunakan: melalui telepon, menggunakan

lembar lipat, buklet, vcd, (peraga)

5. Penerima pesan/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter,

Admission,Adm.) atau audience adalah pihak/orang yang menerima pesan. Penerima

pesan berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan

3
penerima bergantian sepanjang pembicaraan.Tanggung jawab enerima adalah

berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik

kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunkasi

berlangsung dua arah. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).

6. Umpan Balik, adalah respon/tindakan dari komunikan terhadap respon pesan yang

diterimanya.

7. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) adalah seorang dokter, sesuai dengan

kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap

(paket) kepada satu pasien dengan satu patologi / penyakit, dari awal sampai dengan

akhir perawatan di rumah sakit, baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap.

Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen medis sampai dengan

implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan pasien.

8. Staf klinis adalah tenaga kesehatan yang memberikan asuhan langsung pada pasien.

9. Professional pemberi asuhan (PPA) adalah staf klinis professional yang memberikan

asuhan langsung pada pasien, terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, dan

tenaga lainnya.

10. Perawat penanggung jawab pelayanan (PPJA) adalah perawat yang bertanggung

jawab terhadap asuhan keperawatan pasien sejak pasien masuk sampai pulang dan

mempunyai kompetensi dan kewenangan klinis sesuai surat penugasan klinis

11. HAK : Kekuasaan / kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu

badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu

12. KEWAJIBAN : Sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh

seseorang atau suatu badan hokum

13. PASIEN : setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk

4
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak

langsung di Rumah Sakit.

5
BAB II
RUANG LINGKUP

Pedoman ini diterapkan kepada masyarakat/komunitas sasaran

pelayanan rumah sakit, semua pasien rawat inap dan rawat jalan serta staf

klinis di dalam RSIA MUKTI HUSADA.

Bagian yang terkait dengan pemberian informasi adalah:

1. Rekam medik

2. Komite Medik/SMF

3. Bidang Keperawatan

4. Unit rawat Jalan

5. Unit Gawat darurat

6. Unit Rawat Inap

7. HCU

8. Unit farmasi

9. Unit laboratorium

10. PKRS

6
BAB III

TATA LAKSANA

A. TATALAKSANA IDENTIFIKASI KOMUNIKASI DAN POPULASI

RSIA MUKTI HUSADA melakukan identifikasi komunitas dan

populasi pasien serta merencanakan komunikasi berkelanjutan dengan

kelompok kunci tersebut. Identifikasi ini dilakukan melalui analisa data

demografi kependudukan serta kunjungan Rawat Jalan maupun Rawat Inap

yang sebisa mungkin diuraikan menurut usia, etnis, agama, tingkat

pendidikan, bahasa yang digunakan dan hambatan komunikasi. Pengolahan

data dan penentuan sasaran/target harus memberikan gambaran dalam

pemberian informasi yang tepat dan cepat. Proses identifikasi terhadap

komunitas dan populasi dilakukan oleh humas, rekam medis dan unit

PKRS.

B. KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT

Identifikasi komunitas dan populasi berdasar data demografi seluruh


pengunjung RS yang telah dianalisis digunakan untuk melakukan
komunikasi, terkait untuk:
a. Komunikasi lanjutan tentang informasi pelayanan, jam
pelayanan dan proses mendapatkan pelayanan.
b. Informasi tentang kualitas pelayanan, yang diberikan kepada
publik dan kepada sumber rujukan.
c. Bentuk dan Strategi komunikasi:

- Promosi Kesehatan Rumah Sakit melalui

individu maupun kelompok

- Media yang digunakan:

7
1. Leaflet dan brosur: berisi tentang informasi kesehatan

terkait jenis pelayanan yang dapat diberikan oleh RS,

disertai dengan jam pelayanan unit terkait. Disebar di

setiap unit layanan (rawat inap, rawat jalan dan layanan

diagnostik) maupun acara-acara eksternal yang

melibatkan RS.

2. Spanduk dan poster: berisi informasi kesehatan

mengenai himbauan hidup sehat, slogan kesehatan dll

yang dapat disesuaikan dengan event saat pemasangan

spanduk dan poster. Misalnya, hari kesehatan nasional,

hari perawat sedunia, dan hari perinngatan besar lainnya.

3. Media cetak lain semisal buletin, majalah, koran: berisi

jenis layamam yang disediakan rumah sakit dan kegiatan

lain berkaitan dengan pelayanan rumah sakit. Terbit

minimal setiap tahun, dan disebar di acara-acara

eksternal yang melibatkan RS.

4. Radio, kerjasama dengan suatu stasiun radio setempat

misalnya melalui acara talkshow kesehatan dengan

tenaga kesehatan RS.

C. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA

Pasien dan keluarga membutuhkan informasi lengkap mengenai

asuhan dan pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, serta

bagaimana untuk mengakses pelayanan tersebut. Informasi tersebut

membantu mencocokkan harapan pasien dengan kemampuan rumah

8
sakit. Informasi sumber alternatif asuhan dan pelayanan diberikan jika

rumah sakit tidak dapat menyediakan asuhan serta pelayanan yang

dibutuhkan pasien di luar misi dan kemampuan rumah sakit.

Komunikasi dengan pasien dan keluarga ini meliputi:

1. Hak Dan Kewajiban Pasien dan Keluarga

Pada saat pendaftaran, baik di rawat jalan maupun rawat

inap, Petugas memberi penjelasan kepada pasien dengan bahasa

yang mudah dimengerti mengenai 18 butir hak pasien

berdasarkan Undang - Undang no 44 tentang Rumah Sakit selama

pasien dirawat di RSIA MUKTI HUSADA. pasien diberi

pemahaman bahwa pasien sesungguhnya adalah PENENTU

keputusan tindakan medis bagi dirinya sendiri. Adanya hak

pasien membantu meningkatkan kepercayaan pasien dengan

memastikan bahwa system pelayanan di RSIA MUKTI

HUSADA. Bersifat cukup adil dan responsif terhadap kebutuhan

mereka, memberitahukan kepada pasien mekanisme untuk

memenuhi keinginan mereka, dan mendorong pasien untuk

mengambil peran aktif serta kritis dalam meningkatkan kesehatan

mereka.

Pemberian informasi hak dan kewajiban pasien dan keluarga

dengan menggunakan “Leaflet hak dan kewajiban pasien dan

keluarga” yang berisi materi:

A. Hak pasien

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan


yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;

9
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil,
jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik
(SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan

yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap

penyakit yang dideritanya

12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;

13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang

dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien

lainnya;

14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama

dalam perawatan di Rumah Sakit;

15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah

10
Sakit terhadap dirinya;

16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai

dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya

17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila

Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak

sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana;

dan

18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai

dengan standar pelayanan melalui media cetak dan

elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

B. Kewajiban Pasien & Keluarga Pasien


1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung
jawab;
3. Menghormati hak pasien lain,pengunjung dan hak Tenaga
Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di Rumah
Sakit;
4. Memberikan informasi yang jujur,lengkap dan akurat sesuai
dengan kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah
kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan
jaminan kesehatan yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh
Tenaga kesehatan di Rumah Sakit dan disetujui oleh pasien
yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya
untuk menolak rencana terapi yang direkomendasikan
oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk

11
yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan
penyakit atau masalah kesehatan lainnya;dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

2. Informasi terkait Asuhan dan Pelayanan

Pasien dan keluarga memiliki hak untuk mendapatkan

informasi terkait asuhan dan pelayanan RS terhadap. Hal ini

diinformasikan pada saat pengobatan dan perawatan yang

dilakukan oleh DPJP, PPJA dan PPA di di kamar periksa

dokter,ruangan gawat darurat, ruangan pemeriksaan rawat jalan

maupun di ruang perawatan. Pada saat pasien berkunjung ke

poliklinik atau sedang dirawat di ruang perawatan,akan

berlangsung tanya jawab antara pasien dan dokter

(anamnesis),pasien harus bertanya (berusaha mendapatkan hak

pasien sebagai konsumen) bila berhadapan dengan dokter yang

tidak mau membantu mendapatkan hak pasien, itu saatnya

pasien mencari dokter lain atau mencari second opinion

ditempat lain.

Di ruang perawatan, peran perawat sangat penting

dalam pemberian informasi,karena memiliki waktu yang cukup

banyak berjumpa dengan pasien dan keluarga. Sedangkan PPA

lain seperti apoteker, dietician, terapis, dapat memberikan

edukasi pada setiap pasien/keluarga minimal sekali dalam

sehari atau apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.

Selama dalam perawatan, pasien berhak mendapatkan

privasi baik saat wawancara klinis, saat dilakukan tindakan

ataupun menentukan siapyang boleh mengunjunginya Begitu

12
pula untuk pelayanan rohani, pasein berhak mendapatkan

pelayanan rohani baik secara rutin maupun secara insidensial

manakala dibutuhkan.

Tindakan medis apapun, harus disetujui oleh pasien

(informed consent) sebelum dilakukan setelah dokter

memberikan informasi yang cukup. Bila pasien tidak

menghendaki, maka tindakan medis seharusnya tidak dapat

dilakukan. Pihak dokter atau RS seharusnya memberikan

kesempatan kepada pasien untuk menyatakan persetujuan atau

sebaliknya menyatakan penolakan. Persetujuan itu dapat

dinyatakan secara tulisan.

Hal – hal yang dapat di informasikan, dapat berbeda dan

bergantung pada tanggung jawab yang diemban oleh

DPJP/PPJA/PPA.

Informasi yang dapat diberikan oleh DPJP/PPJA

1. Hasil asesmen
Pasien memiliki hak untuk mengetahui hasil asesmen yang
telah dilakukan. Misalnya perubahan keganasan pada hasil Pap
smear. Apabila infomasi sudah diberikan, maka keputusan
selanjutnya berada di tangan pasien.
2. Diagnosis
3. Rencana asuhan yang akan diberikan

4. Hasil asuhan dan pengobatan

5. Kemungkinan hasil yang tidak diharapkan

6. Asuhan lanjutan di rumah

7. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi

Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus

13
diungkapkan disertai upaya antisipasi yang dilakukan

dokter untuk terjadinya hal tersebut. Reaksi alergi

idiosinkratik dan kematian yang tak terduga akibat

pengobatan selama ini jarang diungkapkan dokter.

Sebagian kalangan berpendapat bahwa kemungkinan

tersebut juga harus diberitahu pada pasien.

Jika seorang dokter mengetahui bahwa tindakan

pengobatannya berisiko dan terdapat alternatif

pengobatan lain yang lebih aman, ia harus

memberitahukannya pada pasien. Jika seorang

dokter tidak yakin pada kemampuannya untuk

melakukan suatu prosedur terapi dan terdapat dokter

lain yang dapat melakukannya, ia wajib

memberitahukan pada pasien.

8. Alternatif

Dokter harus mengungkapkan beberapa

alternatif dalam proses diagnosis dan terapi. Ia

harus dapat menjelaskan prosedur, manfaat,

kerugian dan bahaya yang ditimbulkan dari

beberapa pilihan tersebut. Dokter harus

menjelaskan prosedur, keberhasilan dan kerugian

serta komplikasi yang mungkin timbul.

9. Rujukan dan Konsultasi

Dokter berkewajiban melakukan rujukan apabila

ia menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan

14
yang ia miliki kurang untuk melaksanakan terapi

pada pasien-pasien tertentu. Pengadilan menyatakan

bahwa dokter harus merujuk saat ia merasa tidak

mampu melaksanakan terapi karena keterbatasan

kemampuannya dan ia mengetahui adanya dokter

lain yang dapat menangani pasien tersebut lebih

baik darinya.

10. Prognosis

Pasien berhak mengetahui semua prognosis,

komplikasi, sekuele, ketidaknyamanan, biaya,

kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk

tidak mendapat pengobatan atau tidak mendapat

tindakan apapun. Pasien juga berhak mengetahui

apa yang diharapkan dari dan apa yang terjadi

dengan mereka. Semua ini berdasarkan atas

kejadian-kejadian beralasan yang dapat diduga oleh

dokter. Kejadian yang jarang atau tidak biasa bukan

merupakan bagian dari informed consent.

Informasi yang dapat diberikan oleh PPA:

1. Penggunaan obat: penggunaan obat-obatan secara

efektif dan aman: nama obat, dosis, rute pemberian,

waktu pemberian, potensi efek samping obat,

potensi interaksi obat antar obat konvensional, obat

bebas serta suplemen atau makanan.

2. Keamanan dan efektivitas penggunaan peralatan medis

15
3. Diet dan nutrisi yang memadai: Jenis

makanan/minuman yang diberikan, cara

pemberian makanan/minuman, risiko kontaminasi

dan pembusukan makanan, cara penyimpanan

makanan yang dibawa keluarga untuk mencegah

kontaminasi

4. Manajemen nyeri: Cara mengatasi nyeri sesuai

kebutuhan pasien, kemungkinan nyeri timbul

akibat prosedur pemeriksaan dan tindakan

terencana

5. Teknik rehabilitasi

6. Cara cuci tangan yang aman: waktu cuci

tangan, tempat cuci tangan cara cuci tangan

dengan hand rubs

7. Pemberian darah: tujuan, manfaat, risiko, komplikasi

3. Informasi terkait Penundaan Pelayanan dan Pengobatan

Penundaan Pelayanan dan Pengobatan meliputi

penundaan atau perubahan jadwal, penundaan pelaksanaan

tindakan, pengobatan dan dignostik dikarenakan akibat kondisi

pasien atau jika pasien harus masuk dalam daftar tunggu. Pasien

mendapatkan informasi yang jelas penyebab penundaan /

perubahan jadwal pelayanan diagnostic dan pengobatan, serta

penjelasan mengenai alternatif yang tersedia sesuai keperluan

pasien.

a. Penundaan akibat kondisi pasien

16
 Profesional Pemberi Asuhan (PPA) memberikan

informasi kepada pasien/keluarga terkait dengan

penundaan dan atau keterlambatan.

 Pemberian informasi ini dicatat oleh petugas di form

penundaan dan ditandatangani oleh PPA, pasien dan

keluarganya.

 Apabila kondisi pasien memungkinkan, maka pasien

akan dilakukan pelayanan.

b. Penundaan Operasi

 Karena suatu hal DPJP tidak bisa melakukan operasi

sesuai jadwal, maka PPA lainnya memberikan info

kepada keluarga pasien terkait penundaan.

 Pasien/keluarga menandatangani penundaan di form


penundaan.

 PPA yang bertugas menginformasikan ke DPJP

terkait dengan penundaan.

c. Penundaan Pelayanan Penunjang

 Apabila terjadi masalah teknis yang dimaksud

(Laboratorium) sehingga terjadi keterlambatan dalam

pemeriksaan / hasil pemeriksaan maka petugas unit

penunjang memberikan informasi kepada PPA rawat

inap / rawat jalan.

 PPA rawat inap / rawat jalan menginformasikan

kepada pasien / keluarganya.

 Apabila pasien / keluarga menyetujui penundaan

maka mengisi form penundaan.

17
 Setelah masa teknisi selesai maka pasien dilakukan
pemeriksaan.

D. KOMUNIKASI ANTAR STAF KLINIS


Komunikasi antar staf klinis berisi tentang informasi asuhan pasien dan
hasil asuhan selama bekerja dalam sif atau antarsif. Informasi ini
penting untuk berjalan mulusnya proses asuhan yang dapat
dimunikasikan dengan cara lisan, tertulis maupun elektronik.
Komunikasi ini meliputi : status kesehatan pasien, ringkasan asuhan
yang diberikan, informasi klinis pasien saat ditransfer dan rujukan, serta
serah terima.

1. Status Kesehatan Pasien

Penyampaian informasi mengenai status kesehatan pasien baik kondisi


pasien, hasil assessment, rencana dan hasil asuhan dikonukasikan antar
staf klinis, dengan komunikasi efektif dengan prinsip komunikasi SBAR,
Prinsip komunikasi SBAR ini dilaksanakan oleh DPJP, PPJA maupun
PPA lainnya, namun yang utama sering kali digunakan sebagai
komunikasi antara dokter dan perawat dalam mengkomunikasikan perihal
pasien, kepada penerima informasi sehingga dapat mengurangi kesalahan
dan meningkatkan keselamatan pasien.

a. Situation (S)

Sebutkan identitas dokter/perawat dan ruangan/unit RS tempat


dokter/perawat bertugas,dan sebutkan nama lengkap pasien, umur,
kamar/ruangan, serta masalah utama pasien saat ini ( misalnya : sesak nafas, nyeri
dada, badan panas, dll)

1) Background
Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien sesuai kebutuhan :
- Status kardiovaskuler (nyeri dada, tekanan darah, EKG, dsb)
- Status respirasi (frekuensi pernafasan, SPO2, analisis gas
darah, dsb)
- Status Neurologis (GCS, pupil, kesadaran, dll)
- Hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya
2) Assessment
- Problem kardiologi ( syok kardiogenik, aritmia maligna, dsb)
- Problem Gastro-intestinal (pendarahan masif dan syok, dsb)

18
3) Rekomendation
Rekomendasi : (pilih sesuai kebutuhan), misalnya :
- Memindahkan pasien ke ruang rawat inap lain

- Segera datang melihat pasien,

- Mewakilkan dokter lain untuk datang,

- Konsultasi ke dokter lain,

- Penambahan item pemeriksaan atau terapi tertentu apa yang


diperlukan : radiologis, pemeriksaan analisa gas darah,
pemeriksaan EKG, pemberian Oksigenasi, dll.

- Apabila ada perubahan terapi kemudian tanyakan :

- Seberapa sering diperlukan pemeriksaan tanda vital

- Bila respon terapi tidak ada kapan harus menghubungi dokter


lagi
 Konfirmasi :
- Saya telah mengerti rencana tindakan pasien

- Apa yang harus saya lakukan sebelum dokter sampai disini

Semua rekomendasi/instruksi dari dokter pada perkembangan


pasien terintegrasi (CPPT) di rekam medik pasien dalam bentuk
SOAP :

- Tanggal dan jam pesan diterima

- Dosis obat yang akan diberikan dan waktu pemberian haru


spesifik untuk menghindari salah penafsiran/hasil tes kritis yang
dilaporkan.

Perintah verbal atau melalui telepon, staf yang menerima


pesan harus menuliskan dan membacakannya kembali kepada
pemberi pasien (konfirmasi dan verifikasi dilakukan langsung).
Pemberi pesan harus segera melengkapi dokumentasi verfikasi
secara tertulis. Komunikasi verbal menerapkan TBAK Tulis
Baca Kembali. Untuk istilah yang sulit obat-obatan kategori LASA
(Look Alike Sound Alike) diminta penerima pesan mengeja kata
tersebut per huruf, misalnya: UBRETID

19
1. Serah Terima Pasien

Untuk menjamin kontinuitas pelayanan terhadap pasien,

perlu adanya komunikasi yang baik yang dilakukan antar

profesional pemberi asuhan saat serah terima pasien antara

petugas yang bekerja dalam kurun waktu

tertentu kepada petugas yang bekerja pada jam berikutnya.

Serah terima pasien ini dikomunikasikan secara verbal maupun

tertulis di awal jam pergantian sif.

Sif jaga dalam 24 jam dibagi menjadi 3 sif dengan

perkiraan waktu serah terima pasien pada masing-masing sif

adalah sebagai berikut:

I Pagi: 07.00-14.00  serah terima dari sif malamke pagi II

serah terima shif pagi - Siang: 14.00-20.00

III Malam: 20.00-07.00  serah terima dari sif siang ke

malam pada pukul 20.15

Proses serah terima ini dilakukan di nurse station dan dapat


juga dilakukan di hadapan pasien dengan menyerahterimakan
informasi pasien secara terperinci:
- jumlah pasien,

- pasien observasi,

- EWS

- Nyeri

- pasien mempunyai resiko jatuh

- Eleminasi

- Makan dan minum

- Asuhan yang telah dilakukan terhadap pasien

20
- Rencana pelayanan yang akan dilaksanakan:

pemeriksaan penunjang seperti Laboratorium, tindakan

operasi, persiapan untuk konsultasi atau prosedur

lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.

- hal - hal penting lainnya (obat-obatan, alat-alat

kesehatan seperti thermometer, tensi meter, dll.

yang biasa digunakan ke perawatan pasien).

2. Transfer dan Rujukan

Komunikasi dan penyampaian informasi untuk menjamin

kontinuitas layanan bagi pasien juga berlaku saat pasien

dilakukan transfer dan rujukan antar ruangan maupun antar unit.

Secara umum, informasi yang perlu dikomunikasikan terkait

kondisi pasien dan asuhan yang dilakukan meliputi:

- Identitas dan kondisi terakhir pasien

- Dokter yang merawat

- EWS, nyeri maupun risiko jatuh pasien

- Asuhan yang telah dilakukan terhadap pasien

- rencana pelayanan yang akan dilaksanakan: pemeriksaan

penunjang seperti Laboratorium, tindakan operasi,

persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak

dilaksanakan secara rutin.

- hal - hal penting lainnya

3. Ringkasan Asuhan

Pada beberapa pasien, kontinuitas layanan rumah sakit tetap

berlaku untuk beberapa kali kunjungan selanjutnya, setelah

21
pasien pulang. Hal ini membutuhkan komunikasi antar staf

klinis yang bertugas saat pasien dirawat dengan petugas yang

bertugas saat pasien melakukan kunjungan berikutnya.

Diperlukan komunikasi dan informasi berupa ringkasan asuhan

terhadap pasien dalam bentuk ringkasan pulang untuk pasien

rawat inap dan profil singkat medis untuk pasien rawat jalan.

Ringkasan pulang untuk pasien rawat inap memuat riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, indikasi

pasien dirawat inap, diagnosis, komorbiditas lain, prosedur terapi

dan tindakan yang telah dikerjakan, obat yang diberikan selama

dirawat dan obat setelah pasien keluar rumah sakit, kondisi

pasien saat akan pulang dari rumah sakit, intruksi tindak lanjut

dan penjelasannya yang formnya ditandatangani oleh pasien dan

keluarga.

Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMRJ) dilakukan pada pasien dengan
diagnosis dan yang menerima asuhan kompleks

22
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Komunikasi dengan Masyarakat

 Media leaflet, standing banner, spanduk, poster, surat

kabar, buletin oleh PKRS & Humas

 Kotak saran

 Telepon. 082337919788

 email: husada.mukti@gmail.com

 Kotak saran /complain

 Media social

 Dokumen MOU kerjasama dengan pihak lain.

2. Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga

Komunikasi dengan pasien dan keluarga terutama saat

pemberian edukasi sejak saat pendaftaran, saat perawatan dan

pengobatan. Hal ini didokumentasikan dalam rekam medik, yaitu di

RM 11. Pengisian RM ini dimulai dengan pengkajian kemampuan

dan kemauan edukasi pasien/keluarga. Hasil pengkajian ini

menghasilkan perencaan edukasi dan pelaksanaannya dijabarkan

dalam bentuk check list topik edukasi serta edukatornya. Penerima

edukasi kemudian menandatangani rekam medis ini.

3. Komunikasi antar Staf Klinis

 form assessment
 CPPT
 Transfer
 Rujukan
 EWS
 serah terima

23

Anda mungkin juga menyukai