Anda di halaman 1dari 8

AKTIVITAS FISIK DAN RASIO KOLESTEROL (HDL)

PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI


POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
Ayu Candra Rahmawati, Siti Zulaekah dan Setyaningrum Rahmawaty
Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstract

Coronary Heart Disease (CHD) is the cause of death which raises every year. And lack of physical
activity are included as the risk of CHD and lack of high fat intake. Cause aterosklerosis and become
factors that can raise ratio level between total cholesterol and HDL of the sufferer of CHD. This
research is conducted in RSUD DR. Moewardi Surakarta because of high amount CHD in that
policlynic.This research is aimed to describe and expalin the relationship between physical activity
and the ratio level betwen total cholesterol and HDL of the CHD sufferer of RSUD DR. Moewardi
Surakarta. This research is included in the observational research with crossectional approach of this
research are 30 suffrers of CHD in RSUD DR. Moewardi Surakarta on April May 2008.The result of
his study that there is relationship between physical activity and the ratio between total cholesterol
and HDL of the CHD sufferers. Physical activity are factors that influence ratio between total
cholesterol and HDL of the suffers of CHD.

Keywords: Physical activity, ratio between total cholesterol and HDL, the suffers of CHD

PENDAHULUAN Density Lipoprotein (LDL) di dinding


arteri (Kusmana, 2007). Hal tersebut
Penyakit Jantung Koroner (PJK) mengakibatkan pembuluh darah
adalah penyakit jantung yang timbul koroner menyempit, sehingga pasokan
akibat adanya penyempitan pada arteri oksigen dan darah berkurang yang
koronaria, sehingga mengganggu menyebabkan kinerja jantung
aliran darah ke otot jantung. Penyebab terganggu dan menimbulkan nyeri
terbanyak dari penyempitan tersebut dada (Maulana, 2007).
adalah arterosklerosis (Lubis, 2007). Faktor risiko terjadinya PJK
Penyakit Kardiovaskular (PKV) yang di antara lain asupan lemak yang tinggi
dalamnya termasuk PJK menempati dan kurangnya tubuh dalam melakukan
urutan pertama penyebab kematian aktivitas fisik. Menurut Diet-Heart
yaitu 16% pada Survei Kesehatan Hipotesis asupan tinggi lemak, kolesterol,
Rumah Tangga (SKRT) 1992. Pada dan asupan rendah lemak tidak jenuh
SKRT 1995 meningkat menjadi 18,9%. akan meningkatkan kadar total
Hasil Sensus Kesehatan Masyarakat kolesterol (Willett, 1998). Kadar
2001 menunjukan angka kejadian PJK kolesterol darah tinggi dipengaruhi oleh
meningkat menjadi 26,4% (Yahya, seringnya mengkonsumsi makanan yang
2007). Peningkatan prevalensi tersebut tinggi kolesterol. Semakin banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor konsumsi makanan berlemak, akan
antara lain asupan lemak yang tinggi semakin besar peluangnya untuk
dan kurangnya tubuh dalam menaikkan kadar kolesterol total dan
melakukan aktivitas fisik. menurunkan kadar High Density
Proses PJK didahului oleh proses Lipoprotein (HDL). Kadar HDL darah
arterosklerosis, berawal dari yang rendah akan berpengaruh pada
penumpukan kolesterol terutama Low

Aktivitas fisik dan rasio kolesterol / HDL pada penderita..(Ayu Chandra Rahmawati dkk)..............11
rasio total kolesterol dan HDL, yang METODE PENELITIAN
dapat digunakan untuk memprediksi Jenis penelitian adalah observasi
risiko PJK. Semakin tinggi angka rasio dengan pendekatan cross sectional.
total kolesterol dan HDL akan semakin Sampel penelitian adalah pasien PJK
tinggi pula risiko kejadian PJK yang melakukan rawat jalan di poli
(Bronchu et al., 2000). penyakit Kardiologi RSUD Dr Moewardi
Aktivitas fisik berupa olahraga Surakarta sebanyak 30 orang dengan
dan kegiatan harian yang dilakukan kriteria sebagai berikut: mempunyai data
secara rutin dapat meningkatkan laboraturium profil lipid yang lengkap,
konsentrasi HDL kolesterol dan bertempat tinggal di
bermanfaat untuk mencegah timbunan karisidenan Surakarta, dapat
lemak di dinding pembuluh darah berkomunikasi dengan baik dan tidak
(arterosklerosis). Suatu study kasus- mempunyai komplikasi penyakit yang
kelola, melaporkan bahwa risiko PJK mempengaruhi total kolesterol atau
menjadi dua kali lipat pada wanita HDL, seperti penyakit Diabetes
yang kurang aktivitas fisiknya. Pada melitus, penyakit ginjal, hipertiroid,
orang-orang yang terbiasa melakukan dan hipotiroid.
aktivitas fisik secara rutin umumnya Data yang dikumpulkan pada
meningkatkan daya kontraksi jantung, penelitian ini meliputi: data aktifitas
memperlebar pembuluh darah jantung fisik dan data rasio antara total
yang mempengaruhi pada peningkatan kolesterol dan HDL. Aktivitas fisik
suplai darah dan oksigen. Keadaan ini adalah gerakan yang dilakukan oleh
akan meningkatkan stabilitas kerja otot tubuh dan sistem penunjangnya,
sistem jantung (Soeharto, 2004). diperoleh melalui recall aktivitas fisik
Tujuan dari penelitian ini adalah kegiatan yang biasa dilakukan dalam
untuk mengetahui aktivitas fisik dan sehari. Aktivitas fisik dihitung
rasio kolesterol atau HDL pada penderita berdasarkan nilai perkiraan
PJK di Poliklinik Kardiologi RSUD DR. pengeluaran energi pada kegiatan
Moewardi Surakarta. Penelitian ini tertentu, kemudian dibandingkan
diharapkan dapat memberikan informasi dengan total kebutuhan energi
bagi rumah sakit mengenai hubungan penderita PJK. Data aktivitas fisik yang
aktivitas fisik dengan rasio total diperoleh melalui form recall aktivitas
kolesterol /HDL dan sebagai bahan fisik kegiatan harian yang biasa
untuk menentukan strategi yang lebih dilakukan. Rasio total kolesterol/HDL
baik yang akan digunakan bagi instalasi adalah nilai perbandingan antara kadar
gizi di rumah sakit dalam pemberian total kolesterol darah dengan kadar
informasi mengenai asupan lemak yang HDL darah pada penderita PJK. Data
sebaiknya dikonsumsi bagi penderita kadar kolesterol dan HDL diperoleh
PJK. Selain itu dapat digunakan sebagai melalui pencatatan data rekam medik.
bahan Menurut Soeharto (2004) data rasio
total kolesterol/HDL diklasifikasikan
evaluasi untuk meningkatkan
pelayanan gizi dan memberikan menjadi dua, yaitu : Baik bila kurang
informasi mengenai hubungan dari 4 dan Tinggi bila lebih atau sama
aktivitas fisik dengan kadar rasio dengan 4,1.
antara total kolesterol dan HDL . Analisis data dilakukan dengan
menggunakan dua analisis yaitu

12 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 11-18
analisis univariat dan analisis bivariat. terjadinya PJK. Sebelum memasuki
Analisis univariat dilakukan untuk menoupouse kaum perempuan
mengetahui frekuensi dari data-data memiliki pelindung alami terhadap
yang diolah antara lain jenis kelamin, penyakit jantung yaitu estrogen.
umur, tingkat pendidikan dan jenis Estrogen berperan dalam menjaga
pekerjaan, aktivitas fisik dan rasio total tingkat HDL agar tetap tinggi dan LDL
kolesterol subjek penelitian. Analisis tetap rendah (Maulana, 2007).
data dilakukan dengan analisis bivariat Jenis kelamin laki-laki lebih
yaitu analisis yang dilakukan untuk banyak daripada perempuan dengan
mengetahui hubungan dua variabel distribusi 53,33% untuk laki-laki
yang meliputi variabel bebas dan sedangkan sisanya perempuan.
variabel terikat dengan uji Person Penelitian membuktikan bahwa laki-
Product Moment data berdistribusi laki mempunyai risiko lebih besar
normal dan menggunakan Rank menderita penyakit jantung koroner
Spearman data berdistribusi tidak dibandingkan dengan perempuan.
normal dengan program SPSS for Risiko kejadian PJK secara bermakna
windows 13.0. lebih tinggi pada laki-laki dibanding
wanita sampai usia 75 tahun. Pada
HASIL DAN PEMBAHASAN wanita didapatkan risiko absolut PJK
Karateristik Subjek Penelitian meningkat secara subtansial pada usia
Dalam penelitian ini terdapat 30 pertengahan oleh karena setelah
penderita Penyakit Jantung Koroner menopouse terjadi perubahan
yang menjadi subjek penelitian. Subjek metabolisme lemak (Matthews et
pada penelitian ini adalah pasien di al.,2001).
Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Karakteristik penderita
Penyakit Jantung Koroner (PJK) dilihat
dari usia, jenis kelamin, status gizi,
tingkat pendidikan dan pekerjaan
dapat dilihat pada tabel 1
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa usia subjek penelitian berkisar
antara 49-78 tahun dengan frekuensi
terbesar adalah usia di atas 61 tahun.
Hal ini membuktikan kejadian PJK
meningkat seiring dengan
bertambahnya usia seseorang. Pada
laki-laki usia 45 tahun merupakan
faktor risiko terjadinya PJK jika
kebiasaan hidupnya tidak baik, antara
lain merokok, jarang berolahraga,
hipertensi dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan tinggi
kolesterol. Wanita pada saat memasuki
usia 55 tahun atau mengalami
menopouse merupakan faktor risiko

Aktivitas fisik dan rasio kolesterol / HDL pada penderita..(Ayu Chandra Rahmawati dkk)................13
Tabel 1. Karateristik Subjek Penelitian

Variabel N %
Usia
40-49 tahun 3 10%
50-60 tahun 12 40%
> 61 tahun 15 50%
Jenis Kelamin 16 53,33%
Laki-laki
Perempuan 14 46,66%
Status Gizi 12 40%
Normal
Lebih 4 13,3%
Kurang 1 3,3%
Obes I 9 30%
Obes II 8 13,3%
Tingkat Pendidikan 5 16,66%
SD
SMP 16 53,33%
SMA 9 30%
Pekerjaan 3 10%
Buruh tani
Karyawan Swasta 6 20%
Pedagang 5 16,6%
Pensiunan 2 6,6%
Tukang Pijat 1 3,33%
Tidak Bekerja 13 43,33%

Status gizi subjek penelitian Kelompok masyarakat yang


dihitung berdasarkan Indeks Massa mempunyai tingkat pendidikan lebih
Tubuh (IMT). Hasil penelitian rendah mempunyai faktor risiko PJK
menunjukkan bahwa status gizi subjek yang lebih tinggi (Chandola,1998 dan
penelitian terbesar adalah status gizi Wamala et al., 1999). Pendidikan subjek
normal sebanyak 40% dan status gizi penelitian sebagian besar adalah SMP
terkecil adalah status gizi kurang 3,3%. sebesar 53,33%, pendidikan paling
subjek penelitian yang mengalami rendah yaitu SD sebesar 16,66%. Tingkat
obesitas tingkat I sebesar 30%. Tingkat pendidikan bukan satu-satunya faktor
sosial ekonomi yang tinggi dapat yang menentukan
mengakibatkan masalah berat badan kemampuan seseorang dalam
lebih bahkan obesitas merupakan faktor menyusun dan menyiapkan hidangan
risiko terjadinya PJK. Obesitas adalah yang bergizi namun faktor pendidikan
kelebihan jumlah lemak dalam tubuh dapat mempengaruhi kemampuan
>19% pada laki-laki dan 21% pada menyerap pengetahuan gizi yang
perempuan. Obesitas juga dapat diperoleh.
meningkatkan kadar kolesterol total dan Pekerjaan subjek penelitian
LDL kolesterol. Risiko PJK jelas antara lain buruh tani, karyawan
meningkat jika BB mulai melebihi 20% swasta, pedagang, pensiunan, tukang
dari BB ideal (Anwar, 2004). pijat dan ada yang tidak bekerja.

14 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 11-18
Sebagian besar subyek penelitian tidak tinggi yang ditandai dengan jenis
bekeja sebesar 43,33% dan paling pekerjaannya dengan kejadian PJK.
rendah sebagai pensiunan sebesar Kelompok masyarakat yang
6,6%. Jenis pekerjaan bukan mempunyai tingkat sosial ekonomi
merupakan faktor risiko terjadinya tinggi tinggal di daerah perkotaan
PJK, melainkan merupakan faktor mempunyai masalah obesitas,
pendukung. Di negara berkembang hipertensi dan tingginya kadar
hubungan yang erat selalu ditemukan kolesterol darah merupakan faktor
antara tingkat sosial ekonomi yang risiko terjadinya PJK (Singh et al., 1999).

Tabel 2. Deskripsi Umur, BB, TB, IMT pada Subyek Penelitian

Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standart Devisiasi


Umur (tahun) 49 78 60,27 8,317
Berat Badan (Kg) 42 74 58,33 9,297
Tinggi Badan (m) 1,50 1,76 1,60 0,067
IMT 18 28 22,92 2,186

Hasil pengolahan data mempengaruhi terjadinya PJK,


diperoleh hasil rata-rata umur subyek pencegahan harus diusahakan sedapat
penelitian adalah 60,27 tahun ± 8,317. mungkin dengan cara mengendalikan
Berat badan subyek penelitian rata-rata faktor-faktor risiko PJK. Berdasarkan
adalah 58 kg ± 9,297. Tinggi badan hasil beberapa penelitian membuktikan
subyek penelitian rata-rata tinggi badan faktor yang dapat mempengaruhi
subyek penelitian adalah 1,60 m terjadinya PJK antara lain umur, jenis
± 0,067. Indeks Massa Tubuh (IMT) kelamin, keadaan sosial ekonomi,
rata-rata adalah 22,92kg/m2 ± 2,186. tingginya kandungan kadar kolesterol
dalam darah, hipertensi, merokok,
Aktivitas fisik dan Rasio Total diabetes melitus, obesitas, aktivitas fisik,
Kolesterol/HDL Subyek Penelitian diet, perilaku, kebiasaan, stress dan
Penyakit Jantung Koroner keturunan (Anwar, 2004).
merupakan problem kesehatan utama
di negara maju. Banyak faktor yang

Tabel 3. Deskripsi Aktifitas Fisik dan Rasio Total Kolesterol/HDL pada


Subyek Penelitian

Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi


Aktivitas Fisik(kcal) 1177 2760 1702 380,99
RasioTotal Kolesterol/HDL 2,80 6,20 4,30 0,90

Penilaian aktivitas fisik dalam dengan Bassal Metabolisme Rate (BMR).


penelitian ini meliputi kegiatan Kriteria aktifitas fisik dibedakan
harian, mingguan, dua mingguan dan menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan
bulanan. Data aktivitas fisik kemudian tinggi. Pada awalnya aktifitas fisik
dinilai berdasarkan angka perkiraan dikategorikan menjadi 3 kategori,
pengeluaran energi dan dibandingkan setelah dilakukan pengolahan dari data

Aktivitas fisik dan rasio kolesterol / HDL pada penderita..(Ayu Chandra Rahmawati dkk)................15
yang diperoleh hanya terdapat 2 antara total kolesterol dan HDL subjek
kategori yaitu aktifitas fisik sedang penelitian sebagian besar tinggi yaitu
sebanyak 50% dan subjek penelitian 56,7%.
dengan aktivitas fisik tinggi sebanyak Hasil penelitian menunjukkan
50%. bahwa rata-rata aktivitas fisik subjek
Rasio antara total kolesterol penelitian adalah 1702 kcal ± 380,99
dan HDL diperoleh dari data rekam dengan nilai minimal 1177 kcal dan
medis pasien. Kriteria data rasio maksimal 2702 kcal. Sedangkan rata-
antara total kolesterol dan HDL rata rasio total kolesterol/HDL subjek
dibedakan menjadi 2 yaitu baik dan penelitian adalah 4,30 ± 0,90 dengan
tinggi. Rasio total kolesterol baik jika nilai minimal 2,80 dan maksimal 6,20.
≤4 dan tinggi jika lebih dari ≥4,1. Rasio

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik dan Rasio


Total Kolesterol/HDL Subyek Penelitian

Variabel N Frekuensi(%)

Aktifitas Fisik 15 50%


Sedang
Tinggi 15 50%
Rasio total kolesterol/HDL 13 43,3%
Baik
Tinggi 17 56,7%

Hubungan Aktivitas Fisik dengan tinggi dapat menghidarkan dari proses


Rasio Total Kolesterol/HDL arterosklerosis, yaitu penumpukan
Penderita Penyakit Jantung Koroner kolesterol terutama LDL pada dinding-
Aktivitas fisik berupa kegiatan dinding arteri (Sumosardjuno, 2007).
harian ataupun olahraga dengan Deskripsi aktivitas fisik dan rasio total
intensitas yang tepat dan teratur kolesterol/HDL penderita penyakit
merupakan pola hidup yang sehat jantung koroner dapat dilihat pada tabel
mempunyai pengaruh pada penyakit 5.
jantung koroner. Aktivitas fisik yang

Tabel 5. Deskripsi Aktifitas Fisik dan Rasio Total Kolesterol/HDL

NO Aktivitas Rasio total kolesterol/HDL Total p


Baik Tinggi
Fisik N % N % N %
1 Sedang 3 23,07 2 28,57 15 50 0,045b
2 Tinggi 10 76,92 5 71,42 15 50
b : Uji Rank Spearman

Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan uji Rank


subyek penelitian yang memiliki Spearman didapatkan nilai p value
aktivitas fisik tinggi sebanyak 50%. 0,045 maka Ho ditolak karena nilai P
Berdasarkan hasil uji hubungan bivariat value <0,05 berarti ada hubungan

16 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 11-18
antara aktivitas fisik dengan rasio total penelitian terdiridari 53,33% jenis
kolesterol/HDL. kelamin laki-laki, umur berkisar
Tabel 5 di atas, menunjukkan antara 49-78 tahun, status gizi 3,3%
subyek penelitian yang memiliki kurang, 40% normal, 13,3% lebih, 30%
aktifitas fisik tinggi dengan rasio total obesitas tingkat I, 13,3% obesitas
kolesterol/HDL baik yaitu 76,92%. tingkat II. Tingkat pendidikan
Hasil penelitian ini sejalan dengan sebagian besar SMP 53,33%, dan
penelitian Sumosardjuno (2007) bahwa 43,33% subyek penelitian tidak
orang yang banyak menggunakan bekerja. Ada hubungan antara
aktifitas fisik dalam kegiatan sehari- aktivitas fisik dengan rasio antara total
harinya dibandingkan dengan orang kolesterol dan HDL pada penderita
yang hanya sedikit melakukan aktifitas Penyakit Jantung Koroner.
fisik memiliki risiko menderita PJK
60% lebih besar. Penelitian UCAPAN TERIMAKASIH
membuktikan bahwa aktivitas fisik Pada kesempatan ini penulis
yang tinggi dapat meningkatkan mengucapkan terimakasih kepada
kadar HDL dalam darah. Demikian Rektor UMS dan Ketua LPPM UMS
pula dengan hasil penelitian Anwar yang telah memfasilitasi penelitian ini.
(2004) aktivitas fisik dapat Selanjutnya kepada Direktur RSUD Dr
meningkatkan kadar HDL dalam Moewardi yang telah memberikan ijin
darah dan memperbaiki kolateral sebagai lokasi penelitian. Ucapan
koroner sehingga risiko PJK dapat terimakasih juga disampaikan kepada
dikurangi. Selain itu aktivitas fisik dokter dan ahli gizi yang telah banyak
dapat menurunkan berat badan membantu dalam proses pengambilan
sehingga lemak yang berlebihan data serta kepada penderita PJK telah
berkurang bersama-sama dengan bersedia menjadi responden
menurunnya LDL kolesterol. penelitian. Yang terakhir kepada
semua pihak terkait yang tidak dapat
KESIMPULAN DAN SARAN disebutkan satu per satu.
Berdasarkan uraian sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa : subyek

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. TB, 2004. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Bagian Ilmu Gizi Fakultas
kedokteran Universitas Sumatera Utara. Digitized by USU digital library

Bronchu, M., et al. Coronary risk profiles in men with coronary disease: effects of body composition,
fat distribution, age and fitnes. Coronary Artery Diseases. 2000. Dalam: Lipoeto I, Dr.,
MMedsci, PHD. 2006. Zat Gizi dan Makanan pada Penyakit Kordiovaskuler.Andalas:
University Press.

Chandola T. 1998. Social inequality in coronary heart disease: a comparison of occupational


claaifications. Sosial Science&Medice 1998; 47:525-33. Dalam: Lipoeto I, Dr.,
MMedsci, PHD. 2006. Zat Gizi dan Makanan pada Penyakit Kordiovaskuler. Andalas:
University Press.

Aktivitas fisik dan rasio kolesterol / HDL pada penderita..(Ayu Chandra Rahmawati dkk)................17
Kusmana D. 2007. Aktifitas Fisik Membantu Mencegah Aterosklerosis. Diakses tanggal 12
Agustus 2007. http:www.kompas.com/kompas-cetak/0306/19/iptek/ 378701.htm

Lubis. EN. 2007. Penyakit Jantung Koroner pada anak dan pencegahannya. Bagian ilmu
kesehatan anak fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP H. Adam
malik Medan. Diakses tanggal 28 September 2007. http: www.gizinet.com.

Maulana, M. 2007. Penyakit Jantung Pengertian, Penanganan, dan Pengobatan. Jogjakarta:


Penerbit Kota Hati

Matthews, KA., et al. 2001. Changes in cardiovascular risk factors during the perimenopause and
postmenopause and carotid atherosclerosis in healthy women. Dalam: Lipoeto I, Dr.,
MMedsci, PHD. 2006. Zat Gizi dan Makanan pada Penyakit Kordiovaskuler. Andalas:
University Press.Mensink RP. Dietary monounsaturated fatty acids and serum
lipoprotein levels in healty subjects. Atherosklerosis 1994; 110 Suppl: S65-S68.

Sigh, RB, et al. 1999. Body fat percent by bioelectrical impedance analysis and risk of
coronary artery disease among urban men with low rates of obesity: the Indian
paradok. Dalam: Lipoeto I, Dr., MMedsci, PHD. 2006. Zat Gizi dan Makanan pada
Penyakit Kordiovaskuler. Andalas: University Press.

Soeharto, I, 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya Dengan Lemak dan Kolestrol.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sumosardjuno. S. 2007. Aktif Bergerak Kurangi Risiko PJK.. Diakses tanggal 26 Agustus 2008.
http ;www.idi.or.id

Wamala, SP., Lynch , J., Kaplan, GA. 1999. Women’s exposure to early and later life
socioeconomic disadvantage and coronary heart disease risk: the Stockholm Female
Coronary Risk Study of Swedish women. Dalam: Lipoeto I, Dr., MMedsci, PHD. 2006.
Zat Gizi dan Makanan pada Penyakit Kordiovaskuler. Andalas: University Press.

Willet, WC. 1998. Is dietary fat amajor determinant of body fat. Dalam: Lipoeto I, Dr., MMedsci,
PHD. 2006. Zat Gizi dan Makanan pada Penyakit Kordiovaskuler. Andalas: University
Press.

Yahya, FA. Pilihan Terapi Penyakit Jantung Koroner. http://www.idi.or.id (12 Agustus 2007).

18 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 11-18

Anda mungkin juga menyukai