Parameter Fisik
Parameter Fisik
Parameter Fisik
a) Particulate Matter
Debu partikulat merupakan salah satu polutan yang sering disebut sebagai partikel
yang melayang di udara ( suspended particulate matter/spm) dengan ukuran satu
mikron samapai dengan 500 mikron.Dalam kasus pecemaran udara baik dalam maupun
di ruang gedung (indor dan outdoor pollutan) debu sering dijadikan salah satu indikator
pencemaran yang digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap
lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.Partikel debu akan ada
di udara dalam waktu yang relatif lama dengan keadaan melayang-layang di udara
kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan.Selain dapat
membahayakan terhadap kesehatan juga dapat menggangu daya tembus pandang mata
dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara
menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan
dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda.(Pudjiastuti al.1998; Farmer 1997)
b) Suhu
Definisi suhu yang nyaman (thermal comfort) menurut ASHRAE adalah suatu kondis
i yang dirasakan dan menunjukkan kepuasam terhadap suhu yang ada di lingkungan.
Untuk pekerja kantor dimana pekerjaan yang berulang-
ulang selama beberapa jam,aktivitas personal,pakaian,tingkat kebugaran,dan pergerak
an udara merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap persepsi seseorang terh
adap kenyamanan suhu.Sedangkan kelembapan aktif juga turut berpengaruh terhadap
suhu dimana kelembaban yang rendah akan membuat suhu semakin dingin dan begit
u juga sebaliknya.(BiNardi 2003)
Hasil dar Northen European Studies bahwa ada hubungan antara peningkatan tempera
tur sekitar 230c,kepadatan penghuni dan ventilasi terhadap gejala-
gejala ketidak nyamanan dalam ruangan.Menurut Kepmenkes No.1405 tahun 2002,ag
ar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan ,bila suhu > 280c perlu menggunak
an alat penetralan udara seperti Air Conditioner (AC),kipas angin.Bila suhu udara lua
r <180c perlu menggunakan alat pemanasan ruang.
d) Pencahayaan
Cahaya merupakan pencaran gelombang elektromagnetik yang melayang melewati u
dara,iluminasi mrupakan jumlah atau kualitas cahaya yang jatuh kesuatu permukaan.
Apabila suatu gedung tingkat ilmunasinya tidak memenuhi syarat maka dapat menye
babkan kelelahan mata. ( Spengler et al.2000)
f) Bau
Bau merupakana salah satu permsalaha buruknya kualitas udara yang dapat dirasakan
dengan jelas.jenis bau dapat berasal dari tubuh manusia,bau asap rokok,bau masakan,
dan sebagainya.Selain itu bau zat kimia yang khas juga dapat mengindikasikan konse
ntrasi zat kimia yang tinggi seperyti bau formaldehyde,acrolein,formid acid,acetic,aci
d dan acetone.Untuk polutan lain,nilai ambang bau yang baik adalah apabila pada kon
sentrasi tertentu menimbulkan gangguan kesehatan serta mempengaruhi psikologis se
seorang.(BiNardi 2003)
g) Kebisingan
Menurut Kepmen No.48 tahun 1996,kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan d
ari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan ga
nguan kesehatan manusia dan kenyamanan limgkungan .Kebisingan dapat berasal dar
i mesin-
mesin industri ,alat perkantoran yang menimbulkan bunyi yang cukup tinggi dan lain-
lain
2. Parameter Biologi
Mikrooragbisme dapat muncul dalam waktu dan tempat yang berbeda.penyebaran lewat
udara, mikroorganisme harus mempunyai habitt untuk tumbuh dan berkembang biak (tillman,
2007). Seringkali ditemui tumbuh pada sistem ventilaasi atau karpet yang terkontaminasi.
a) Jamur
Menurut Hargreaves dan Parappukkaran (1999) menyatakan bahwa pajajan terhada
p khamir dan kapang terjadi setiap hari, namun ada 3 faktor yang mempengaruhi pop
ulasi fungi adalah teknik konstruksi yang buruk, kegagalan dalam mengidentifikasi at
au memperbaiki kerusakan air, kesalahan dalam mengoperasikan dan menjaga siste
m AC.
ACGIH 1989 merekomendasikan inspeksi secara rutin bagi sumber yang berpotensi t
erhadap tumbuhnya mikroorganisme. Fungi merupakan organnisme yang dipercaya
memiliki keterkaitan erat dengan SBS pada sistem ventilasi mekanik di gedung perka
ntoran di kota Sydney. Dalam penelitian sampel udara untuk mengetahui kandungan
mikroorganisme dalam suatu gedung, dibutuhkan metode yang terstandarisasi. Reko
mendasi yang terbaik bagi gedung adalah tidak ada satupun sampel yang melebihi 1
000 CFU, tidak lebih dari 5 sampel yang jumlah mikroorganisme melebihi 100 CFU, d
an tidak ada kelompok microbial pathogen yang tercacat.
b) Bakteri
Selain, jamur bakteri juga merupakan makhluk hidup yang tidak kasat mata, dan dap
at menyebabkan berbagai gangguan kesehatan serta efek deteriorasi bagi gedung a
pabila tumbuh dan berkembang biak pada lingkungan indoor. Gangguan kesehatan y
ang muncul dapat bervariasi tergantung dari jenis dan rute pajanan. Bakteri dalam ge
dung datang dari sumber luar serta dapat memberi pengaruh bagi manusia seperti be
rnafas, batuk, bersin. Selain itu, bakteri juga didapat pada sistem coolong towers(sep
erti Legionella). Bahan bangunan dan funiture, wallapaper, dan karpet lantai. Didala
m gedung, bakteri tumbuh dalam standing water tempat water spary dan kondensasi
AC.
3. Parameter Kimia
a. Karbon Dioksida (CO2)
Karbon dioksida pada dasarnya bukan merupakan tipe yang mempengaruhi Kontamin
an udara dalam ruangan, namun CO2 tetap diukur untuk menilai sistem ventilasi gedu
ng serta mengetahui kontrol yang tepat untuk ventilasi pada ruang yang memiliki akti
vitas yang bervariasi dalam rangka investigasi kualias udala dalam ruangan. Konsentr
asi karbondioksida dalam atmosfer yang tidak tercemar sekitar 0.03% tetpai 5 % udar
a yang kita keluarkan adalah karbondioksida, sehingga bila kita berada dalam ruanga
n yang ventilasinya kurang baik, menyebabkan kenaikan CO2 dalam ruangan (Pudjia
stuti 1998).
Sumber CO2 yang terbanyak berasal dari hasil ekshalasi udara hasil pernapasan manu
sia, namun Environmental Tobacco Smoke (ETS) juga dapat menjadi sumber CO2. Ni
la ambang batas CO2 yang diperbolehkan menurut OSHA adalah 500 ppm. Pada dasa
rnya CO2 tidak menimbulkan efek kesehatan yang berbahaya apabila berada pada ko
nsentrasi di atas 550 ppm namun jika berada pada konsentrasi di atas 800 ppm, CO2
dapat mengindikasikan kurangnya udara segar dan buruknya percampuran udara pada
area pengguna gedung. Upaya pengendalian CO2 dalam ruangan adalah dengan men
yesuaikan supply udara dalam ruangan tergantung dari tingkat kegunaan ruang yang b
ervariasu, selain itu sirkulasi udara dalam ruangan dengan luar ruangan juga harus diti
ngkatkan (Binardi, 2003).
e. Fiber
Beberapa studi menunjukan bahwa pajanan fiber glass dapat meningkatkan risiko kan
ker saluran pernafasan, meskipun bukan faktor signifikan. Disamping efek kronis, efe
k akut seperti ruam wajah, gatal –
gatal, iritasi mata dan pernafasan juga dapat disebabkan oleh pajanan fiber glass. Pen
gendalian pajanan ini dapat dimulai dari pemeliharaan instalasi fiber glass, seperti pe
mbersihan bahan – bahan fiber glass agar tetap terawat dan berada dalam kondisi bag
us. Nilai ambang batas pajanan dilingkungan menurut ACGIH adalah 1 fiber/cc atau
5 mg/m3 udara.
f. Ozon (O3)
Peralatan kerja yang dapat mengeluarkan ozon antara lain; printer lazer, lampu UV,
mesin photo copy dan ioniser. Ozon merupakan gas yang sangat beracun dan mempu
nyai efek pada konsentrasi rendah. Ozondapat menyebabkan iritasi pada mata dan sal
uran pernafasan. Ozon merupakan gas yang sangat mudah bereaksi namun hanya me
mpunyai pengaruh yang kecil pada lingkungan udara dalam ruang kerja.
Hal ini yang dapat dilakukan adalah pengadaan ventilasi yang memadai dan pengecek
a sistem ventilasi secara teratur, National Ambient Air Quality Standart menetapkan b
ahwa nilai ambang batas pajanan ozon adalah 0,12 ppmdalam rata – rata 1 jam pajana
n.
g. Formaldehyde ( HCHO)
Formaldehyde digunakan secara besar-
besaran dalam berbagai proses industri, merupakan volatile organic compounds ( sen
yawa organik yang mudah menguap) yang sering terdapat pada bahan perekat, tekstil,
kertas maupun produk – produk tekstil dan kosmetik. Pada dosis atau pajanan yang
melebihi nilai 103 ppm akan menyebabkan iritasi selaput lendir, gangguan kulit kerin
g secara kronik maupun akut. Selain itu, pajanan yang melebihi nilai 1 ppm akan men
yebabkan pajanan kronis dan diduga bersifat karsiogenik.
OSHA menetapkan batas aman pajanan 8 jam untuk lingkungan kerja adalah 0,75 pp
m, sedangkan untuk pajanan singkat adalag 2 ppm, sedangkan ASHRAE dan Swdish
mengambil batas pajanan adalah 0,1 ppm. Pengendalian bagi zat ini diantaranya adala
h dengan pemilihan bahan banguna yang rendah formaldehyde, peninkatan kualitas v
entilasi pada saat penggunaan produk formaldehyde baru, dan pengendalian suhu dan
kelembaban (BiNardi, 2003).
h. Radon
Dipasaran beredar beberapa jenis bahan bangunan yang terbuat dari bahan tambang m
aupun sisa pengolahan bahan tambang maupun sisa pengolahan bahan tambang yang
berkadar radioaktif tinggi. Beberapa bahan tersebut antara lain asbes, garnit, italian tu
ff, gipsum, batu bata dari limbah pabrik alumunia, cone block, yang terbuat dari limb
ah abu batubara, acrated concrete, blast-
furnace slag dari limbah pabrik besi, mengandung konsentrasi tinggi radium 226 yang
dapat menjadi sumber migrasi radon di didalam ruangan ( Pudjiastutu et.al. 1998 ).
i. VOC lain
Gas gas VOC lain dapat timbul dari penggunaan bahan-
bahan personal care, bahan pembersih, pestisida, dan produk-
produk yang terbuat dari bahan kayu. Selain, itu mikroorganisme juga dapat mengelu
arkan VOC ( microbal volatile organik compounds) yang biasanya timbul dari bau pe
ngap dan jamur. Berbagai jenis VOC seperti benzene diketahui bersifat karsiogenik, ji
ka digunakan dalam jumlah yang sangat besar pada proses industri. VOC lainnya sep
erti karbon tetrachloride, chloroform) berdasarkan hasil laboratorium juga bersifat kar
sinogen pada hewan, tetapi belum ada bukti langsung tentang pengaruh yang sama pa
da mannusia. Masuknya VOC ke dalam tubuh dengan caa inhalasi atau terserap dala
m pembuluh darah. Pada umumnya bersifat neurotix. Pada level pajanan yang melew
ati ambang batas menyebabkan gangguan sistem saraf sentral, vertigo, gangguan pen
glihatan, tremor, fatiguc, anorexia.
Tidak ada standart tertentu untuk total VOC, karena setiap VOC memiliki standart TL
V masing-
masing. Rata – rata hasil pengukuran VOC pada kualitas udara dalam ruangan masih
di bawah nilai ambang batas. Pegendalian yang paling memungkinkan adalah menyed
iakan sistem ventilasi yang memadai, peningkatan kecepatan ventilasi agar VOC dapa
t cepat menguap, dan penyimpanan bahan – bahan kimia baik (BiNArdi 2003)
Environmental Protection Agency. Indoor Air Facts No. 4 (revised) Sick Bui
lding Syndrome (SBS). Environmental Protection Agency, United States. (on
line) http://www.epa.gov/iaq/pubs/sbs.html. 2007.
Baechler, et al. 1991, Scik Building Syndrome : Sources, Health Dffects, Miti
gation, Noyes Data Corporation, New Jersey.
Burroughs, et al. 2004, Managing Indoor Air Quality. 3th edn, Fairmont Pres
s, Inc, United States of America.
EPA.1997, : “ An Office Building Occupant’s Guide to Indoor Air Quality”,
www.epa.gov/iaq/pubs/occupgd.html. Office of Air and Radiation (OAR), in
door Environments Division (6609J) Wangshington, DC 20460.
Pujiastuti, Lily 1998, Kualitas Udara Dalam Ruang, Direktorat Jenderal Pend
idikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.