Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS INDONESIA

KINETIKA DAN TRANSFORMASI FASA

TUGAS 2

Sri ramadhani

1906432660

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL
DEPOK
JANUARI 2020
1. Perbedaan model tranformasi martensit antara Bain, Kurdjumov-Scahs dan Greiner-
Troiano

Martensit adalah fasa yang terbentuk pada sebuah baja melalui proses perlakuan panas
(hingga mencapai austenite stabil pada suhu kritis) lalu didinginkan dengan cepat (quenching)
menggunakan media pendingin yang memiliki densitas tinggi. Laju pendinginan yang
berlangsung sangat cepat mengakibatkan atom tidak memiliki waktu untuk berdifusi keluar dari
struktur kristal dalam jumlah cukup besar untuk membentuk sementit (Fe3C). Deformasi geser
yang dihasilkan menghasilkan banyaknya dislokasi sehingga martensite memiliki sifat yang
keras dan getas, baja yang berada pada fasa ini cepat mengalami perpatahan. Reaksi martensit
dimulai pada saat pendinginan ketika austenit mencapai suhu mulai martensit (Ms) dan austenit
induk menjadi mekanis tidak stabil. Sebagai sampel didinginkan,persentase yang semakin besar
dari austenit bertransformasi menjadi martensit sampai bawah suhu transformasi (Mf) tercapai
pada saat transformasi selesai.

Teori ini pertama kali ditemukan oleh Bain pada tahun 1934. Menurut Bain, perubahan
struktur dari FCC ke BCT merupakan transformasi struktur kristal austenit dengan seminimum
mungkin pergerakan atom, bentuknya terdiri dari kisi-kisi dengan atom yang terletak di setiap
titik kisi (gambar.1). Salah satu perbedaan antara dua fase adalah bahwa martensit memiliki
struktur tetragonal (BCT) kristal tubuh-berpusat, sedangkan austenit memiliki kubik (FCC)
struktur berpusat muka. Transisi antara dua struktur ini memerlukan sedikit energi aktivasi
termal karena merupakan transformasi difusi, yang menghasilkan penataan ulang posisi atom
secara cepat (gambar.2)

Gambar. 1 Gambar.2
Dua stuktur kristal austenite (FCC) dan struktur tetragonal (BCT) yang berdekatan
berpusat pada daerah austenit (titik yang berwarna merah) sedangkan titik-titik lainnya yang
berpusat pada struktur kristal hanyalah representasi austenit lainnya. Hubungan antara struktur
FCC dan BCC ini dikenal sebagai Bain Correspondence (gambar.3), hal ini diawali dengan dua
unit sel FCC yang mengkerut 20% pada sumbu Z dan memanjang 12% pada sumbu x dan y.
Perubahan dari sudut 30° menjadi 35° ini, alhasil menyebabkan perubahan orientasi, yaitu :

(111)γ (011)α’
(101)γ (111)α’
(110)γ (100)α’
(112)γ (011)α’

Gambar.3

Dengan pengamatan orientasi hubungannya tidak konsisten, sehingga teori dari Bain
tidak relevan digunakan untuk jenis baja, baik itu baja karbon rendah maupun baja karbon tinggi.
Hal ini karena ada sumbu yang seharusnya terdistorsi namun tidak terdistorsi. Selain itu, terdapat
ketidakakuratan lebih dari 10̊ pada orientasi hubungan antara fasa γ dan fasa α. Menurut bain
austensit dapat dianggap sebagi struktur tetragonal pemusatan-ruang dengan rasio aksial √2 ,
transformasi hanya mencakup kompresi sumbu c sel satuan austenite dan ekpansi sumbu α.
Atom karbon yang menempati lokasi interstisi mencegah rasio aksial menjadi satu, dan
bergantung pada komposisi, rasio c/α berada antara 1,08 dan 1,9 sehingga mekanisme seperti ini
hanya dapat menimbulkan tiga orientasi martensite sedangkan prakteknya terbentuk 24 buah.

Dengan adanya kekurangan pada model bain maka Kurdjumov-Scahs menjelaskan


bahwa transformasi terjadi tidak hanya dengan satu proses geser tetapi dengan dua geseran
secara berurutan yaitu pertama pada elemen (1 1 1)γ[1 1 2]γ, kemudian terjadi geseran minor
pada elemen (1 1 2)α [ 1 1 1]α, elemen tersebut masing-masing merupakan elemen kembaran
kisi fcc dan bcc. Mekanisme ini memperkirakan hubungan orientasi yang benar, tetapui bukan
karakteristik habib atau efek timbul yang bener.

Gambar 4.Mekanisme geser kurdjumov dan Sechs (a)austenite pemusatan-sisi dengan


[1 1 1]γ dibidang horizontal, (b) martensit tetragonal pemusatan ruang(α),(c)ferit kubik (α)

Pada paduan besi-karbon dengan kadar karbon 0,5 – 1,4%, bidang {1 1 1}𝛾 kisi austentit
sejajar dengan bidang {1 1 0}𝛼 dari martensit, dengan sumbu < 1 1 0 >𝛾 austensit sejajar
dengan sumbu < 1 1 1 >𝛼 martensit dan bidang habit {2 2 5}𝛾 . Berdasarkan hubungan
Kurdjumov-Sachs di dalam kristal terdapat 24 varian yang terdiri dari 12 pasang kembaran,
kedua orientasi dari pasangan memiliki bidang habitat yang sama yaitu (1 1 1)𝛾 (1 0 1)𝛼 dengan
(1 1 0 )𝛾 (1 1 1)𝛼 . Pada rentang komposisi 1.5%-1.8% karbon bidang habit berubah menjadi ≈
{2 5 9}𝛾 dengan hubungan orientasi yang tidak dikhususkan. Tipe bidang habit yang baru
dikemukakan oleh Nishiyama untuk paduan besi-nikel (27-34% nikel) dengan hubungan
orientasi (1 1 1)𝛾 (1 0 1)𝛼 dengan (1 2 1)𝛾 (1 0 1)𝛼 .

Pada tahun 1941 Greiner - Troiano mengusulkan transformasi dua tahap yang lain terdiri
dari geseran awal pada bidang habit irasional yang menghasilkan efek timbul, bersama dengan
geseran kedua pada elemen kembaran dari kisi martensit. Dengan melakukan eksperimen
menggunakan difraksi transmission electron microscopy (TEM). Greiner dan Troino
mengasumsikan bahwa transformasi martensit seharusnya berasal dari hasil shear process bukan
shear plane, yang nantinya diasumsikan menjadi habit plane. Greninger dan Troiano
menunjukkan dengan penentuan orientasi presisi bahwa hubungan yang irasional sangat
mungkin terjadi, dan dalam paduan terner besi-nikel-karbon (karbon 0.8%, nikel 22%), (1 1 1)𝛾
kira-kira 1° dari (1 0 1)𝛼 dengan [1 2 1]𝛾 kira-kira 2° dari [1 0 1]𝛼 dan terkait dengan bidang
habit sekitar 5° dari (2 5 9).

Bain (001)γ // (001)α dan [110]γ // [100]α

Kurdjumov-Scahs (111)γ // (110)α dan [110]γ // [111]α

Greiner-Troiano (111)γ // (110)α (pada 1°) dan [12,17,5]γ // [17,17,7]α


Tabel 1. perbandingan hasil orientasi hubungan menurut model bain,
Kurdjumov-Scahs (KS) dan Grainer-Troiano (GT)

2. Penjelasan spinodal decomposition dan perbedaan antara kedua jenisnya


Spinodal decomposition adalah proses padatan dengan 2 atau lebih komponen
dapat terpisah menjadi daerah (fasa) yang berbeda dengan perbedaan sifat kimia dan
fisiknya. Spinodal dapat terjadi dimana tidak ada energi penghalang karena tidak ada
interface yang terbentu pada saat nukleasi. Dengan tidak adanya penghalang di daerah
spinodal, dekomposisi hanya ditentukan oleh difusi. Dalam kenyataannya spinodal
decomposition merupakan suatu peristiwa yang diharapkan, relatif terhadap kebutuhan
produksi pada suatu material. Proses ini menghasilkan mikrostruktur sangat halus yang
terdispersi, sehingga dapat meningkatkan sifat fisik dari material tersebut (gambar.5).
Dinamika sistem pada spinodal diatur oleh persamaan Cahn-Hilliard.

Gambar.5 Perkembangan mikrosturktur menunjukan pemisahan kasar dan pemisahan


fasa yang khas
Spinodal decomposition melibatkan perubahan fasa metastable, fasa ini dapat
terjadi akibat adanya perubahan variabe termodinamika seperti temperatur, tekanan dan
medan magnet. Proses perubahan menuju fasa equilibrium terjadi secara nukleasi, dimana
energi harus melampaui energi penghalang untuk dapat membentuk nukleus. Jika proses
quenching dalam kondisi equilibrium yang tidak stabil maka fasa equilibrium yang baru
akan terbentuk dengan mekanisme relaksasi.
Pada diagram fasa, pemisahan fasa terjadi setiap kali suatu material berpindah ke
daerah yang tidak stabil dari diagram fasa. Batas wilayah yang tidak stabil, kadang-
kadang disebut sebagai kurva binodal atau koeksistensi, ditemukan dengan melakukan
konstruksi tangen umum dari diagram energi bebas. Di dalam binodal adalah wilayah
yang disebut spinodal, yang ditemukan dengan menentukan di mana kelengkungan kurva
energi bebas negatif. Binodal dan spinodal bertemu pada titik kritis. Itu adalah ketika
suatu material dipindahkan ke wilayah spinodal diagram fase bahwa dekomposisi
spinodal dapat terjadi (Gambar.6.a). Untuk mencapai wilayah spinodal dari diagram fase,
transisi harus membawa materi melalui wilayah binodal atau titik kritis. Seringkali
pemisahan fase akan terjadi melalui nukleasi selama transisi.

Gambar 6. (a) Diagram fasa micribility gap yang menunjukan daerah spinodal region.
(b) Kurva Energi bebas gibbs
Kurva energi bebas diplot sebagai fungsi komposisi terhadap suhu, dimana daerah
𝑑2 𝐺
kelengkungan negatif < 0 terletak di dalam titik belok kurva yang disebut spinode.
𝑑𝑋²

Lokusnya sebagai fungsi temperatur menentukan kurva spinodal. Untuk komposisi dalam
spinodal, larutan homogen tidak stabil terhadap fluktuasi densitas atau komposisi yang sangat
kecil, dan tidak ada\penghalang termodinamika untuk pertumbuhan fase baru. Jadi, spinodal
mewakili batas stabilitas fisik dan kimia.
Adapun perbandingan antara Spinodal decomposition dan nukleasi dan pertumbuhan
adalah larutan homogen awalnya mengembangkan fluktuasi komposisi kimia saat didinginkan ke
daerah spinodal. Fluktuasi ini pada awalnya memiliki panjang gelombang yang kecil namun
tumbuh seiring waktu dapat diidentifikasi dari komposisi kesetimbangan. Apabila dua daerah
tersebar dengan baik dan saling koherenakan menimbulkan energi tambahan yaitu efek energi
antarmuka. Besar dari energi bergantung pada perbedaan komposisi yang melintasi antar muka
disebut energi gradien.

Spinodal Decomposition mengacu pada mekanisme transformasi fasa di dalam miscibility


gap. Hal ini ditandai dengan terjadinya difusi yang tinggi terhadap gradien konsentrasi yang
mengarah kepada pembentukan mikrostruktur yang memiliki ukuran seragam. Sebaliknya,
selama nukleasi dan pertumbuhan, terdapat antarmuka yang tajam antara kristal induk dan
produk. Sehingga terdapat endapan pada semua tahap keberadaannya yang memiliki komposisi
ekuilibrium yang dibutuhkan.

Gambar 7. Ilustrasi pertumbuhan pemisahan fasa dalam spinodal decomposition dan selama
nukleasi dan pertumbuhan, gambar panah menunjukan arah difusi.
DAFTAR PUSTAKA

ASM Handbook, 1992, Metallography and Microstructures, Volume 9, American Society For
Metal

Djaprie, S. 1999. Metalurgi Fisik Modern dan Rekatasa Material Edisi ke Enam Jakarta.
Erlangga.

E.P.Favvas and A.Ch.Mitropoulos, What is Spinodal Decomposition,. ISSN: 1791-2377. 2008,


Kavala Institute of Technology.

Klostermann,J.A. 1972. The Concept of The Habit Plane and The Phenomenological Theories of
The Martensite Transformation. Twente Technological University, Enschede (The Netherlands).

Kang Wang, Shun-Li Shang, Martensitic transition in Fe via Bain path at finite temperatures: A
comprehensive first-principles study, 2018, Volume 147, Pages 261-276

Thelning, K.E., 1984, Steel and its hear treatment, Second Edition, Butterworth

Wayman.C.M. Crystallographic theories of martensic transformations. Journal of Less Common


Metals. 1972,1, 97-105.

Anda mungkin juga menyukai