Anda di halaman 1dari 19

ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

DOSEN :

RIFAT Y.Y.MAROMON,ST.,M.Si

MAHASISWA :

LIDYA FATIMA MORUC

1706090025

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa karena curahan rahmat
serta karunianya lah saya akhirnya sampai pada tahap menyelesaikan makalah dengan judul ”
Prinsi arsitektur berkelanjutan ”.

Saya sangat berharap sekali makalah ini bisa berguna pada tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan sekaligus wawasan terkait arsitektur berkelanjutan.

Saya juga sadar bahwa pada makalah ini tetap ditemukan banyak kekurangan serta jauh
dari kesempurnaan. Dengan demikian, saya benar benar menantinya adanya kritik dan saran
untuk perbaikan makalah yang hendak saya tulis di masa yang selanjutnya, menyadari tidak ada
suatu hal yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.

Saya berharap makalah sederhana ini bisa dimengerti oleh setiap pihak terutama untuk
para pembaca. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada perkataan yang tidak berkenan
di hati.

Kupang, Februari 2020

Penyusun.
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ..................................................................................................................I

KATA PENGANTAR ................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................2


1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................2
1.3 TUJUAN .............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................3

2.1 APA PENGERTIAN DAN MAKSUD DARI ARSITEKTUR


BERKELANJUTAN .........................................................................................3
2.2 SAJA PRINSIP DASAR PENGOLAHAN LINGKUNGAN HIDUP ........... 7
2.3 HAKIKAT DAN CIRI-CIRI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DAN CONTOH BANGUNAN .........................................................................9

BAB III PENUTUP ....................................................................................................................14

3.1 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai dengan melaksanakan pembangunan di
segala bidang. Pembangunan merupakan proses pengolahan sumber daya alam dan
pendayagunaan sumber daya manusia dengan memanfaatkan tekhnologi. Dalam pola
pembangunan tersebut, perlu memperhatikan fungsi sumber daya alam dan sumber daya
manusia, agar dapat terus-menerus menunjang kegiatan atau proses pembangunan yang
berkelanjutan. Pengertian pembangunan berkelanjutan itu sendiri adalah perubahan positif
sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial dimana masyarakat
bergantung padanya.
Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses
pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh
masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya.
Proses pembangunan terutama bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat baik secara
spiritual maupun material. Definisi ini menunjukan bahwa adanya suatu pembangunan
karena suatu kebutuhan, dan masalah. Adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut adalah suatu harapan. Sedangkan jika harapan tersebut tidak tercapai berarti, hal itu
adalah masalah.
Dengan demikian pembangunan mempunyai hubungan yang erat dengan masalah.
Karena titik tolak pembangunan dimulai dari tindakan mengurangi masalah tersebut dengan
tujuan memenuhi kebutuhan dan meningkatkan untuk mencapai suatu tingkatan yang layak.
Pembangunan yang tidak bertitik tolak dari masalah berarti ada indikasi kesalahan konsep
dan model pembangunan tersebut berorientasi pada penyelesaian masalah sebagai penyebab
akar masalah bukan akar masalahnya. Hal ini
menyebabkan peningkatan laju pembangunan lama untuk mencapai suatu pertumbuhan
pembangunan yang merakyat. Model pembangunan yang merakyat berarti berangkat dari
masyarakat.
Pembangunan dalam konteks Negara selalu ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik yang merata. Pembangunan bukan
hanya berarti penekanan pada akselerasi dan peningkatan pendapatan perkapita sebagai
indeks dari pembangunan saja, akan tetapi pembangunan merupakan suatu proses multi
dimensi yang meliputi pola reorganisasi dan pembaharuan seluruh sistem dan aktifitas
ekonomi dan sosial dalam mensejahterakan kehidupan warga masyarakat.

2.1 RUMUSAN MASALAH


3 Apa pengertian dan maksud dari arsitektur berkelanjutan ?
4 Apa saja prinsip dasar pengolahan lingkungan hidup ?
5 Apa saja hakikat dan Ciri-Ciri Pembangunan Berkelanjutan dan contoh bangunan ?
2.2 TUJUAN PENULISAN
Berikut ini adalah tujuan dari penulisan makalah ini
1. Untuk mengetahui apa pengertian dan maksud dari arsitektur berkelanjutan
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip dasar pengolahan lingkungan hidup
3. Untuk mengetahui apa saja hakikat dan Ciri-Ciri Pembangunan Berkelanjutan dan
contoh bangunan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan maksud dari arsitektur berkelanjutan

“Pembangunan Berkelanjutan” atau “suistainable development” sebenarnya bukanlah


suatu hal yang baru baik lihat secara global maupun nasional. Namun dalam
pelaksanaannya masih belum dipahami dengan baik dan oleh karenanya masih
menunjukkan banyak kerancuan pada tingkat kebijakan dan pengaturan dan mempunyai
banyak gejala pada tatanan implementasi atau pelaksana.

Sebagai sebuah konsep, pembangunan yang berkelanjutan yang mengandung pengertian


sebagai pembangunan yang memperhatikan dan mempertimbangkan dimensi lingkungan
hidup dalam pelaksanaannya sudah menjadi topik pembicaraan dalam konferensi
Stockholm (UN Conference on the Human Environment) tahun 1972 yang menganjurkan
agar pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan faktor lingkungan (Soerjani, 1977:
66), menurut Sundari Rangkuti Konferensi Stocholm membahas masalah lingkungan serta
jalan keluarnya, agar pembangunan dapat terlaksana dengan memperhitungkan daya dukung
lingkungan (eco-development) (Rangkuti,2000:27)
SOCIAL ECONOMIC ECOLOGICAL

- Equity - suistainable- growth


Ecosystem integrity
- Social mobility - capital efficiency
- Natural Resources
- Empowerment - Biodiversity
- Partisipation - Carrying capacity

Gambar. 1. Tiga Pilar Keberlanjutan

Konsep pembangunan berkelanjutan tidak dapat dipisahkan dari Economi, Ekologi, dan
Sosial. Ketiga pilar ini sangat mempengaruhi satu sama lainnya dalam sebuah sistem dan
tidak berdiri sendiri.

Dunia Arsitektur erat sekali hubungannya dengan dibidang konstruksi. Pada saat ini pola
perancangan Arsitektur yang mengaku modern ternyata banyak menimbulkan dampak
lingkungan dan merusak biodiversity. Dalam kegiatan konstruksi banyak sekali prosesnya
yang menggunakan material-material dari alam. Bidang konstruksi adalah menyumbang
kerusakan alam terbesar di muka bumi. Bumi kehilangan hutan sebesar 50% dan 25% adalah
kayu, hampir 17% air digunakan bidang konstruksi. Penghasil gas CO2 meningkat 27%
selama 100 tahun terakhir. Membutuhkan energi 40% setiap tahun untuk konstruksi serta
hilangnya Sumber Daya Alam berupa mineral dan non-mineral sebanyak 50%.

Dari data-data di atas jelas sekali bidang konstruksi dalam hal ini Arsitektur adalah
penyebab utama kerusakan alam. Di samping itu dampak negatif dari pembangunan
konstruksi sangat beragam, antara lain adalah dieksploitasinya sumber daya alam secara
berlebihan. Simak saja, pertambangan sumber daya alam yang dikeruk habis-habisan,
penggundulan hutan tanpa penanaman kembali, dimana hal-hal semacam ini dapat
menurunkan kualitas sumber daya alam lain di bumi.

Tidak hanya itu, teknologi dan hasil teknologi yang digunakan manusia seperti
kendaraan, alat-alat produksi dalam sistem produksi barang dan jasa (misalnya pabrik),
peralatan rumah tangga dan sebagainya dapat menimbulkan dampak negatif akibat emisi
gasbuangan, limbah yang mencemari lingkungan.

Tampaknya, sangat tidak mudah untuk menghilangkan sama sekali dampak dari
pembangunan dan konstruksi terhadap lingkungan. Tentunya tidak mungkin untuk melarang
orang membangun, karena sudah menjadi kebutuhan manusia, sehingga yang dapat
dilakukan adalah pengelolaan sumber daya alam dengan memasukkan konsep arsitektur
berkelanjutan dalam rangka meminimalkan dampak negatif konstruksi terhadap lingkungan
dan menjaga ekosistem lingkungan.

Arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) adalah sebuah konsep terapan dalam


bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan
sumberdaya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber
daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian,
industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya
alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan
semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai
eksploitasi terhadap alam tersebut.

Berdasarkan tantangan tersebut di atas maka Pembangunan dan Perencanaan berbasis


Arsitektur berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia perlu dilakukan
secara terpadu dalam rencana tindak peningkatan, perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup melalui strategi peningkatan kualitas lingkungan hidup dan sumberdaya
pendukungnya.

“sustainable development is development that meets the needs of the present


without compromising the ability of future generations to meet their own needs.”
(Brundtland Commission,United Nations, 1987
Paradigma dan prinsip keberlanjutan saat ini telah menjadi sebuah kewajiban dalam
perencanaan pembangunan, sehingga pengelolaan lingkungan hidup juga harus
mempertahankan keberlanjutan ekologi, keberlanjutan ekonomi dan keberlanjutan sosial.
Keberlanjutan sendiri artinya adalah kemampuan untuk bertahan. Secara ekologi
keberlanjutan menjelaskan bagaimana system biologis tetap beragam dan produktif dari
waktu ke waktu. Dalam perspektif sosial keberlanjutan adalah potensi masyarakat untuk
memelihara kesejahteraan jangka panjang. Kesejahteraan yang dimaksud memiliki
perspektif, lingkungan, ekonomi dan sosial. (Gambar. 1)

Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable


development. Istilah pembangunan berkelanjutan diperkenalkan dalam World Conservation
Strategy (Strategi onservasi Dunia) yang diterbitkan oleh United Nations Environment
Programme (UNEP), International Union for Conservation of Nature and Natural Resources
(IUCN), dan World Wide und for Nature (WWF) pada 1980. Pada 1982, UNEP
menyelenggarakan sidang istimewa emperingati 10 tahun gerakan lingkungan dunia (1972-
1982) di Nairobi, Kenya, sebagai reaksi etidakpuasan atas penanganan lingkungan selama
ini. Dalam sidang istimewa tersebut isepakati pembentukan Komisi Dunia untuk
Lingkungan dan Pembangunan (World Commission Environment and Development -
WCED). PBB memilih PM Norwegia Nyonya Harlem Brundtland dan mantan Menlu
Sudan Mansyur Khaled, masing-masing menjadi Ketua dan Wakil Ketua WCED. Menurut
Brundtland Report dari PBB (1987), pembangunan berkelanjutan adalah proses
pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Salah satu
faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana
memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan
ekonomi dan keadilan sosial.

Konsep Pembangunan Berkelanjutan ini kemudian dipopulerkan melalui laporan


WCED berjudul “Our Common Future” (Hari Depan Kita Bersama) yang diterbitkan pada
1987. Laporan ini mendefi nisikan Pembangunan Berkelanjutan sebagai pembangunan yang
memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Di dalam konsep tersebut terkandung dua
gagasan penting.

Sumber: Saresa dalam Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 21 (Buku 1), hlm
376

Gambar 2. Tahapan Rencana Pembangunan Berkelanjutan

2.1.1 Permasalahan

Latar belakang masalah dalam pengelolaan sumber daya alam adalah:

1. Meningkatnya pertumbuhan penduduk


Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama rusaknya sumber daya alam dan
ekosistem lingkungan. Populasi penduduk dunia ditahun 2000 sebanyak 6 miliar
jiwa dan akan terus bertambah yang diperkirakan menjadi 9 miliar ditahun 2025.
Penduduk akan mencari sumber-sumber energi baru untuk bertahan hidup (tempat
tinggal). Karena semakin sempitnya lahan untuk mencari sumber energi maka
terjadilah persaingan untuk mencari sumber energi tersebut tanpa perhitungan yang
matang.
a. Konsumsi yang berlebih
Gaya hidup boros dan konsumsi berlebihan dalam menggunakan apapun
dapat memicu rusaknya sumber daya alam. Penggunaan material-material yang
dapat terbarukan dan tidak dapat terbarukan yang tidak tepat pada bangunan dan
hanya mengejar fasade bangunan yang indah saja tanpa memikirkan fungsi dari
kebutuhan pengguna sehingga energi yang digunakan untuk operasional bangunan
tersebut terbuang percuma. Sebagai contoh menggunakan lampu untuk penerangan
pada siang hari dapat ditiadakan dengan menggunakan cahaya matahari. Bayangkan
berapa energi yang bisa dihemat dari 1 titik lampu dan ada sekitar 500 titik di
bangunan 4 lantai.

b. Terpuruknya Etika dan Moral


Merosotnya pandangan manusia terhadap lingkungan dalam
mengeksploitasi sumber daya alam juga berdampak buruk bagi ekosistem alam.
Manusia menghancurkan kearifan local atas nama pembangunan. Disini etika dan
moral sama sekali tidak digunakan. Manusia menganggap alam ibarat mesin, bila
salah satu elemen rusak maka hanya yang rusak saja yang diperbaiki tanpa
memikirkan keterkaitan hubungan antara satu dengan yang lain.

c. Polusi
Dengan adanya euphoria pembangunan, manusia seringkali lupa akan
dampak yang ditimbulkan dari pembangunan tersebut. Salah satunya adalah
dampak polusi yang menyebabkan tergangangu siklus perkembangan ekosistem
lingkungan. Bidang konstruksi menghasilkan banyak sekali polusi dari proses
pembangunannya. Dari polusi debu yang dihasilkan oleh kendaraan proyek,
penggunaan zat beracun dalam proses penyedotan air dan banyak lagi.

d. Perubahan Iklim / Climate Change


Pemanasan Global (Global Warming) merupakan salah satu perubahan
iklim yang dapat dirasakan saat ini. Dengan meningkatnya suhu bumi menyebabkan
temperature suhu naik. Salah satu penyebabnya adalah efek gas rumah kaca yang
dihasilkan oleh penggunaan pendingin ruangan yang menghasilkan CFC yang
terdapt pada bangunan-bangunan tinggi di dunia.
2.3 Prinsip dasar pengolahan lingkungan hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan adalah pemanfaatan dan konservasi untuk kesejahteraan


masyarakat. Dalam prinsip pengelolaan lingkungan hidup harus memenuhi kriteria;

a. Economically profitable, secara ekonomi dapat menguntungkan masyarakat, pemerintah


dan pemilik modal.

b. Socially acceptable, secara sosial kemasyarakatan dapat diterima sehingga tidak ada
’benturan’ di masa yang akan datang akibat dari pengelolaan lingkungan hidup.

c. Environmentally sustainable, secara ekologi atau lingkungan dapat digunakan di masa


yang akan datang.

d. Technologically manageable, secara teknologi ramah lingkungan. Dari proses produksi


hingga keluar produk harus sesuai dengan baku mutu.

2.4 Proses rekayasa desain

Rekayasa Teknologi Ramah Lingkungan adalah penerapan multi disiplin ilmu terhadap
lingkungan hidup yang dapat mencegah terjadinya kerusakan lingkungan, serta memperkecil
atau mereduksi dampak aktivitas manusia pada lingkungan. Saat ini rekayasa lingkungan
dilakukan terhadap penerapan teknologi ramah lingkungan yang memanfaatkan ilmu teknik
lingkungan (environmental engineering) dalam melakukan rekayasa dengan fokus
utamaperlindungan terhadap lingkungan hidup dari kemungkinan terjadinya kerusakan
sebagai akibat dari dampak negatif aktivitas manusia.

Pengertian Arsitektur yang berkelanjutan (sustainability architecture), seperti dikutip


dari buku James Steele Suistainable Architecture, adalah ”Arsitektur yang memenuhi
kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi
kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain,
dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait.”
Arsitektur berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen Internasional tentang
pembangunan berkelanjutan karena arsitektur berkaitan erat dan fokus perhatiannya kepada
faktor manusia dengan menitikberatkan pada pilar utama konsep pembangunan berkelanjutan
yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya, di samping pilar
pembangunan ekonomi dan sosial.

Secara normatif, hal ini sudah terakomodasi dalam peraturan perundangan seperti
ketentuan tentang fungsi bangunan gedung, persyaratan tata bangunan yang berkaitan
dengan aspek lingkungan dan estetika pada berbagai skala dan cakupan baik ruangan,
bangunan, lingkungan, maupun persyaratan keandalan bangunan gedung yang meliputi
keselamatan, kesehatan, kenyamaman dan kemudahan. Dari sisi ini, kesadaran faktor
manusia dikedepankan dibanding faktor lain. Hal ini mengingat paradigma yang juga sudah
berubah dan mengalami perkembangan yang awalnya sebagai paradigma pertumbuhan
ekonomi, kemudian bergeser ke paradigma kesejahteraan. Di era reformasi dan
demokratisasi politik di Indonesia, mulai bergeser ke pola paradigma pembangunan yang
berpusat pada manusia (people centered development paradigm) yang lebih bernuansa
pemberdayaan komitmen internasional.

Sumber : http://www.facebook.com/notes/arcseven/arsitektur-sustainable-
berkelanjutan/10150163136335424
Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara lain
dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan
material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah.

2.5 Contoh bangunan


Green School Bali, Arsitektur Berkelanjutan di Indonesia

Sumber : Google

Identifikasi Green School Bali


Green School berada diantara kedua sisi Sungai Ayung di Sibang Kaja,
Abiansemal, Badung, Bali, didalam hutan lebat yang berisi tanaman asli dan pohon-
pohon yang tumbuh di samping kebun organik . bangunan ini didukung oleh sejumlah
sumber energi alternatif, termasuk air panas dan serbuk gergaji dari bambu untuk alat
memasak, generator bertenaga Hydro Vortex dan panel surya (Tenaga Matahari).
Bahan Baku dari Green School sendiri adalah Bambu lokal, yang diambil dari
pengembangan berkelanjutan (perkebunan) sehingga terus dikembangkan dan
menghasilkan stok yang banyak, sehingga nanti Bambu tersebut bisa digunakan untuk
menciptakan karya arsitektur yang memperhatikan lingkungan sekitar, agar planet ini
selamat dari bahaya Efek Rumah Kaca dan sebagainya.
Sejarah Green School Bali
Green School direncanakan oleh John dan Cynthia Hardy pada tahun 2006
dan dibangun oleh PT. Bambu. Sekolah ini dibuka pada bulan September 2008
dengan sekitar 100. Pendirinya yaitu pemerhati lingkungan serta desainer John Hardy
dan Cynthia, telah menetap di Bali selama lebih dari 30 tahun dan mendapatkan
konsep yang unik untuk menciptakan sesuatu yang benar-benar inspiratif dan diluar
keterbatasan struktural, konseptual, dan fisik sekolah yang tradisional. Green School
sendiri menyerap konsep budaya masyarakat Bali dengan mengutamakan bahan
bambu sebagai fasad bangunannya. John dan Cynthia Hardy ingin memotivasi
masyarakat untuk hidup sehat ‘Green Peace’. Bagian dari upaya untuk menunjukkan
kepada orang, bagaimana membangun sebuah gedung dengan bahan yang sangat
tradisional, yaitu bambu.
Dahulu John Hardy adalah seorang mahasiswa seni dari Kanada yang kreatif,
dan memulai perjalannya ke Bali pada tahun 1975. Penasaran dengan tradisi kerajinan
Bali, ia menetap di Bali dan mulai memproduksi perhiasan dengan seniman local
Bali. Cynthia adalah orang Amerika yang sudah berkeliling dunia saat sedang
mempertimbangkan kuliah hukumnya di Berkeley. Pada tahun 1982 Cynthia tiba di
Bali sebagai tujuan akhir liburannya. Namun, seiring berjalannya waktu, dia memulai
bisnis perhiasan kecil-kecilan di Bali. Saat John Hardy dan Cynthia ditakdirkan untuk
bertemu dan kemudian jadilah pasangan suami istri yang dapat dikatakan sebagai
kolaborasi yang professional dan memiliki pemikiran yang logis mengenai analisa
budaya masyarakat Bali yang menggunakan Bambu.
Salah satu kunci keberhasilan mereka adalah menciptakan Green School itu
sendiri dengan menggunakan konsep bahan utama yaitu Bambu. Penggunaan Bambu
ini juga merupakan cerminan sikap mereka yang menghormati budaya masyarakat
Bali. Visi hidup John dan Cynthia sendiri adalah berusaha untuk berbagi dengan
orang lain dan memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anak mereka, dan
Green School merupakan realisasi dari visi tersebut.
"Kami sedang membangun Sekolah Hijau untuk menciptakan sebuah
paradigma baru untuk belajar. Kami ingin anak-anak untuk menumbuhkan kepekaan
fisik yang akan memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Kami ingin anak-anak untuk mengembangkan kesadaran spiritual dan intuisi
emosional mereka”. Kalimat tersebut merupakan kutipan dari keinginan mereka
untuk menciptakan suatu karya dalam hal pendidikan, akhirnya terciptalah Green
School sebagai wujud dari visi mereka.

Norviana, Syahida, Sejarah dan Pendiri Green School, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. (www.academia.edu)

Design With Nature


Active Landscape
Active Landscape dapat dikatakan sebagai cara memberlalukan lahan agar
memberikan dukungan untuk keberlangsungan bangunan dan penghuni di dalamnya.

Self Design
Self Design suatu tindakan atau perilaku manusia yang sadar/perduli terhadap
lingkungan sekitar. Dalam merancang sebuah desain tidak hanya memperhatikan
estetika desain itu, akan tetapi juga memperhatikan dampak-dampak yang
ditimbulkan oleh rancangan desain tersebut.

Eco Tone
Eco Tone merupakan pertemuan yang baik antara dua atau lebih karakter yang berbeda.
Karakter yang dimaksudkan adalah lingkungan itu sendiri yang dapat berarti hutan,
kebun, sawah, sungai, sungai, danau dan sebagainya. Penerapan prinsip eco tone pada
bangunan dapat dilakukan dengan upaya menggunakan karakter-karakter tersebut
sebagai penunjang dalam kebutuhan hidup.
Biodiversity
Biodiversity adalah prinsip bagaimana manusia menjaga keragaman alam. Alam
menyediakan sumber daya yang dapat digunakan untuk keberlangsungan hidup
manusia. Untuk itu menjaga dan melestarikan alam sangat penting karena alam akan
memberikan timbal-baliknya terhadap manusia itu sendiri. Keragaman tersebut
meliputi tumbuhan, pepohonan, hewan dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN DAN SARAN
Perlunya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan adalah sebuah
keharusan, mengingat kondisi bumi yang semakin menurun dengan adanya degradasi
kualitas atmosfer bumi yang memberi dampak pada pemanasan global. Semakin
banyak arsitek dan konsultan arsitektur yang menggunakan prinsip desain yang
berkelanjutan, semakin banyak pula bangunan yang tanggap lingkungan dan
meminimalkan dampak lingkungan akibat pembangunan. Dorongan untuk lebih
banyak menggunakan prinsip arsitektur berkelanjutan antara lain dengan mendorong
pula pihak-pihak lain untuk berkaitan dengan pembangunan seperti developer,
pemerintah dan lain-lain. Mereka juga perlu untuk didorong lebih perhatian kepada
keberlanjutan dalam pembangunan ini dengan tidak hanya mengeksploitasi lahan
untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa kontribusi bagi
lingkungan atau memperhatikan dampak lingkungan yang dapat terjadi.
Sebagai proses perubahan, pembangunan berkelanjutan harus dapat menggunakan
sumber daya alam, investasi, pengembangan teknologi, serta mampu meningkatkan
pencapaian kebutuhan dan aspirasi manusia. Dengan demikian, arsitektur
berkelanjutan diarahkan sebagai produk sekaligus proses berarsitektur yang erat
mempengaruhi kualitas lingkungan binaan yang bersinergi dengan faktor ekonomi
dan sosial, sehingga menghasilkan karya manusia yang mampu meneladani generasi
berarsitektur di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Abioso, Wanita Subadra. 1999. Arsittektur Dalam Konteks Pembangunan Berkelanjutan,


Program Magister Teknik Arsitektur, Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi
Bandung.
Bianpoen. 2011. Kuliah Penataan Ruang, Program Pascasarjana, Kajian Ilmu Lingkungan,
Universitas Indonesia

Sugandhy, Aca 2009. Prinsip-prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan


Lingkungan, Bumi Aksara

Purwaka, Tommy Hendra. 2011. Kuliah Hukum Lingkungan, Program Pascasarjana, Kajian
Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia.

Website,

http://www.facebook.com/notes/arcseven/arsitektur-sustainable-
berkelanjutan/10150163136335424. Diunduh Tanggal 27 Maret 2011, pukul 22.34
WIB

Anda mungkin juga menyukai