Oleh :
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan, karena atas berkat
limpahan rahmat, karunia-Nya dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
“ puskesmas”. Selain bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan komunitas. Makalah ini juga disusun dengan maksud agar teman-
teman mahasiswa dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentang puskesmas.
Pembahasan makalah ini dilakukan secara lugas dan sederhana sehingga akan
mudah dipahami, dalam pembuatannya kami mendapatkan informasi dari berbagai
literature, yang berhubungan dan sesuai dengan apa yang sudah disarankan demi
untuk memperoleh hasil yang optimal walaupun masih banyak ada kekurangan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya teman-teman
mahasiswa, Terimakasih.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A.Latarbelakang ............................................................................................ 1
B.Tujuan ................................................................................................ 2
C.Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
D. manfaat ...................................................................................................... 3
E. Metode ...................................................................................................... 3
F. Sitematika penulisan ................................................................................. 3
BAB II ISI ...................................................................................................... 5
A.Pengertian puskesmas........................................................................................... 4
B. program dasar puskesmas ........................................................................... 12
C. kasus terbanyak di puskesmas ............................................................... 15
D. system alur rujukan puskesmas ....................................................... 16
E. cara penanganan keluarga miskin ................................................................... 17
F.sistem pencatatan puskesmas........................................................................ 18
G.public health nursing ................................................................................ 25
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 30
A.Simpulan ............................................................................................. 30
B.Saran .................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu
wilayah yang tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
bersama setiap anggotanya dalam koridor kebersamaan. Dalam angan
setiap anggota masyarakat, negara yang dibentuk oleh mereka ini akan
melaksanakan fungsinya menyediakan kebutuhan hidup anggota berkaitan
dengan konstelasi hidup berdampingan dengan orang lain di sekelilingnya.
Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama itu sering kita artikan
sebagai “kebutuhan publik”. Salah satu contoh kebutuhan publik yang
mendasar adalah kesehatan.
Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat
kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang
bersifat mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan
layanan yang bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud
nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya
Puskesmas. Tujuan utama dari adanya Puskesmas adalah menyediakan
layanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yanng relatif
terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas ekonomi
menengah ke bawah.
Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai “Pelayanan
Puskesmas” karena Puskesmas sebagai bentuk nyata peran birokrasi dalam
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, khususnya dalam
bidang kesehatan sdan karena Puskesmas merupakan ujung tombak
pelayanan kesehatan masyarakat.
B. Tujuan
1
1. Mengetahui pengertian Puskesmas
2. Mengetahui program dasar puskesmas (basic six)
3. Mengetahui kasus terbanyak di puskesmas
4. Mengetahui system alur rujukan puskesmas
5. Mengetahui cara penanganan keluarga miskin
6. Mengetahui system pencatatan di puskesmas
7. Mengetahui public health nursing (PHN)
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Puskesmas?
2. Sebutkan program dasar puskesmas (basic six)?
3. Apa kasus terbanyak di puskesmas?
4. Apabagaimana system alur rujukan puskesmas?
5. Bagamana cara penanganan keluarga miskin?
6. Bagaimana system pencatatan di puskemas?
7. Apa itu PHN?
D. Manfaat
Dari pembahasan materi yang tersedia dalam makalah ini, diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada pembaca untuk mengetahui tentang
definisi, fungsi, peran, tujuan, struktur, tata kerja Puskesmas, serta mengetahui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas. Selain
itu pembaca dapat mengetahui masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan
kesehatan di lingkup Puskesmas dan mencari serta mengetahui apa itu PHN.
E. Metode
1. Studi Pustaka
2. Internet
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Metode
F. Sistematika Penulisan
BAB II ISI
A. pengertian Puskesmas
B. program dasar puskesmas (BASIC SIX)
C. Kasus terbanyak di puskesmas.
2
D. System alur rujukan puskesmas.
E. Cara penanganan keluarga miskin.
F. System pencatatan puskesmas.
G. Public health nursing (PHN)
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Puskesmas adalah Suatu unit organisasi yang bergerak dalam
bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah
ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun
tidak mencakup aspek pembiayaan. (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008)
3
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja
Menurut Dr. Azrul Azwar, MPH (1980) pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang
langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat
dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan
pokok.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1981) pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan yang
langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terintegrasi kepada masyarkat diwilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1987)
1. Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan
yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan
masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan
dan terdekat dengan masyrakat dalam bentuk kegiatan pokok yang
menyeluruh dan terpadu diwilayah kerjanya.
2. Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang secara
porfesional melakukan upaya pelayanan kesehatan pokok yang
menggunakan peran serta masyarakat secara aktif untuk dapat
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyrakat di wilayah kerjanya.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1991) puskesmas adalah suatu
kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok.
4
Puskesmas menurut pedoman kerja puskesmas tahun 1991/1992
didefinisikan sebagai suatu kesatuan organisasi kesehatan yang langsung
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi
kepada masyarakat diwilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.
Peran Puskesmas
peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan
rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.
5
Fungsi Puskesmas
1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali
dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program
Struktur Organisasi
1. Kepala Puskesmas
2. Unit Tata Usaha:
7. UKM / UKBM
8. UKP
6
9. Jaringan pelayanan Puskesmas:
Tata Kerja
7
SPM spesifik yang hanya diselenggarakan oleh kabupaten-kota tertentu sesuai
keadaan setempat. UW-SPM wajib meliputi penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dasar, penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat,
penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular, penyelenggaraan promosi
kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM spesifik meliputi pelayanan kesehatan
kerja, pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standard Pelayanan Minimal.
8
3. Penyelenggaraan Penyelenggaraan penyelidikan
pemberantasan penyakit epidemiologi dan penanggulangan
menular Kejadian Luar Biasa (KLB)
Pencegahan dan pemberantasan
penyakit polio
Pencegahan dan pemberantasan
penyakit TB paru
Pencegahan dan pemberantasan
penyakit malaria
Pencegahan dan pemberantasan
penyakit kusta
Pencegahan dan pemberantasan
penyakit ISPA
Pencegahan dan pemberantasan
penyakit HIV-AIDS
Pencegahan dan pemberantasan
penyakit DBD
Pencegahan dan pemberantasan
penyakit diare
Pencegahan dan pemberantasan
penyakit fliariasis
4. Penyelenggaraan Pemantauan pertumbuhan balita
Pemberian suplemen gizi
perbaikan gizi
Pelayanan gizi
masyarakat Penyuluhan gizi seimbang
Penyelenggaraan kewaspadaan gizi
9
penyalahgunaan NAPZA) yang berbasis masyarakat
narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lain
8. Penyelenggaraan Penyediaan obat dan perbekalan
pelayanan kefarmasian kesehatan untuk pelayanan kesehatan
dan pengamanan sediaan dasar
Penyediaan dan pemerataan pelayanan
farmasi, alat kesehatan
kefarmasian di saranan pelayanan
serta makanan dan
kesehatan
minuman
Pelayanan pengamanan farmasi alat
kesehatan
3. Azas keterpaduan
Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu
a. Keterpaduan lintas program
10
1) UKS : keterpaduan Promkes, Pengobatan, Kesehatan Gigi, Kespro,
Remaja, Kesehatan Jiwa
b. Keterpaduan lintassektoral
1) Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama, dunia usaha, koperasi,
PKK
2) Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama
4. Azas rujukan
a. Rujukan medis/upaya kesehatan perorangan
1) rujukan kasus
2) bahan pemeriksaan
3) ilmu pengetahuan
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
1) rujukan sarana dan logistik
2) rujukan tenaga
3) rujukan operasional
11
3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di
Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS
(Pasangan Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas
serta pelayanan bayi dan balita.
2. Kesehatan Olah Raga adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan ilmu
pengetahuan fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat, naik atlet
12
maupun masyarakat umum. Misalnya pembinaan dan pemeriksaan kesegaran
jasmani anak sekolah dan kelompok masyarakat yang dilakukan puskesmas di
luar gedung
5. Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi dan mulut
yang dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun diluar
gedung (mengatasi kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang
merupakan salah satu penyakit yang terbanyak di jumpai di Puskesmas
13
8. Kesehatan Usia Lanjut, adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau
upaya kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat usia lanjut. Misalnya pemeriksaan kesehatan untuk
mendeteksi dini penyakit degeneratif, kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus,
Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok masyarakat usia lanjut.
10. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah
haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kebugaran dan
pemantauan kesehatan jemaah yang kembali (pulang) dari menaikan ibadah haji.
11. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang
dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
14
Pernapasan Akut (ISPA) menjadi kasus terbanyak yang ditangani Puskesmas.
Pola hidup yang tidak sehat yang dapat meyebabkan daya tahan tubuh
menurun, juga menjadi penyebab pasien terserang ISPA. Alumni STIKES
Indonesia itu juga membeberkan 10 penyakit terbanyak yang ditangani
Puskesmas Selain ISPA sebagai penyakit terbanyak, penyakit hipertensi juga
menjadi penyakit terbanyak kedua dengan jumlah 1.186 kasus.
15
D. SISTEM ALUR RUJUKAN PUSKESMAS
16
melapor kepesertaan BPJS ke petugas di faskes tersebut. Jika pasien
membutuhkan perawatan lanjutan maka pasien dipindahkan ke Faskes yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
17
hidup sehat bagi penduduknya, termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu. Dalam hal ini pemerintah melakukan upaya pelayanan kesehatan
maksimal dengan membuat system bpjs atau JKN untuk masyarakat
kurang mampu. Jaminan kesehatan nasional (JKN) merupakan bagian dari
Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN) yang diselenggarakan dengan
menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib
berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh
beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
kesehatan. Awal mulanya SJSN muncul disebabkan adanya pengeluaran
yang tidak diduga apabila seseorang terkena penyakit, apalagi tergolong
penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin seperti hemodialisa
atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada
penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada
umumnya menjadi biaya perawatan di rumah sakit, obat-obatan, dan lain-
lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri
maupun keluarga. Sehingga muncul istilah “SADIKIN”, sakit sedikit jadi
miskin. Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan dengan
uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karena dalam
sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk menggobati
penyakit yang dideritanya. Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan
kematian. Suatu peristiwa yang tidak kita harapkan namun mungkin saja
terjadi kapan saja dimana kecelakan dapat menyebabkan merosotnya
kesehatan, ataupun kematian karenanya kita kehilangan pendapatan, baik
sementara maupun permanen. Belum lagi menyiapkan diri pada saat
jumlah penduduk lanjut usia dimasa datang semakin bertambah. Pada
18
tahun 2030, diperkirakan jumlah penduduk di Indonesia adalah 270 juta
orang. 70 orang diantaranya diduga berumur lebih dari 60 tahun. Dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2030 terdapat 25% penduduk Indonesia
adalah lansia. Lansia ini sendiri rentan mengalami berbagai penyakit
degenerative yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan berbagai
dampak lainnya. Apabila tidak ada yang menjamin hal ini maka suatu saat
nanti dapat menjadi masalah yang besar. Seperti menemukan air di gurun,
ketika presiden Megawati mengesahkan UU No 40/2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 19 Oktober 2004, banyak pihak
berharap tudingan Indonesia sebagai “Negara tanpa jaminan sisial” akan
segera luntur dan menjawab permasalahan diatas. Munculnya UU SJSN
ini dipicu oleh UUD tahun 1945 dan perubahannya tahun 2002 dalam
pasal 5 ayat (1), pasal20, pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), serta
pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) mengamanatkan untuk mengembangkan
sistem jaminan sosial nasional. Hingga disahkan dan di indangkan UU
SJSN telah melalui proses yang panjang, dari tahun 2000 hingga tanggal
19 Oktober 2004. Peran promosi kesehatan menjadi penting dalam rangka
meningkatkan motivasi masyarakat tersebut untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan. Promosi dalam hal ini merupakan rangkaian
motivasi dan persuasi agar masyarakat mau menerima dan memanfaatkan
program yang diberikan. Program yang menarik belumlah cukup, ini harus
disertai dengan komunikasi yang berkesinambungan dan terarah
untukmemberikan informasi, motivasi dan edukasi kepada masyarakat.
Sosialisasi atau promosi kesehatan yang dilaksanakan selain secara
berkesinambungan juga harus memperhatikan khalayak sasaran baik dari
segi jumlah maupun karakteristiknya, jenis informasi atau pesan yang
dibutuhkan dan media apa yang tepat untuk masyarakat sebagai sasaran.
Sosialisasi BPJS yang dilaksanakan oleh para tokoh-tokoh masyarakat
ataupun Tim Kesehatan dan melibatkan masyarakat itu sendiri. Dalam
sosialisasi ini ada proses berbagai pengalaman tentang bagaimana manfaat
yang dirasakan, prosedur mendapatkan pelayanan kesehatan serta bentuk-
bentuk pelayanan kesehatanyang diperoleh.
19
F. SISTEM PENCATATAN DI PUSKESMAS
20
kesehatan di Puskesmas yang ditetapkan melalui SK MENKES/SK/II/1981. Data
SP2PT berupa Umum dan demografi, Ketenagaan, Sarana, Kegiatan pokok
Puskesmas. Menurut Yusran (2008) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas
secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem
pelaporan ini ini diharapkan mampu memberikan informasi baik bagi puskesmas
maupun untuk jenjang administrasi yang lebih tinggi, guna mendukung
manajemen kesehatan. SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data
umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang
bertujuan agar didapatnya semua data hasil kegiatan Puskesmas (termasuk
Puskesmas dengan tempat tidur, Puskesmas Pembantu, Puskesmas keliling, bidan
di Desa dan Posyandu) dan data yang berkaitan, serta dilaporkannya data tersebut
kepada jenjang administrasi diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan
teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas merupakan sumber
pengumpulan data dan informasi ditingkat puskesmas. Segala data dan informasi
baik faktor utama dan tenaga pendukung lain yang menyangkut puskesmas untuk
dikirim ke pusat serta sebagai bahan laporan untuk kebutuhan. Menurut Bukhari
Lapau (1989) data yang dikumpul oleh puskesmas dan dirangkum kelengkapan
dan kebenaranya. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
ialah laporan yang dibuat semua puskesmas pembantu, posyandu, puskesmas
keliling bidan-bidan desa dan lain-lain yang termasuk dalam wilayah kerja
puskesmas. Pencatatan dan pelaporan mencangkup: b.1: Data umum dan
demografi wilayah kerja puskesmas, b.2: Data ketenagaan puskesmas, dan b.3:
Data sarana yang dimiliki puskesmas.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal: (1)
pencatatan, pelaporan, dan pengolahan; (2) analisis; dan (3) pemanfaatan.
Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang
berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan
ke dalam format laporan SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator SP3 di
puskesmas menerima laporan-laporan dalam format buku tadi dalam 2 rangkap,
yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di Dinas
21
Kesehatan Kabupaten. Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten
meneruskan ke masing-masing pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten.
Dari Dinas Kesehatan Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis dikirim ke
koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses
untuk pemanfaatannya. Frekuensi pelaporan sebagai berikut: (1) bulanan; (2)
tribulan; (3) tahunan. Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA,
imunisasi, KB, dan penggunaan obat-obat. Laporan tribulanan meliputi kegiatan
puskesmas antara lain kunjungan puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan
puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi. Laporan tahunan terdiri dari data
dasar yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta
masyarakat dan lingkungan kedinasan, data ketenagaan puskesmas dan puskesmas
pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten dan kecamatan
memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang bernilai, yaitu data atau
informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan.
Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya
bagi dinas kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadi Puskesmas
juga merupakan fondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya
sebuah informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan
pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap program akan
menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat
laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan
perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas,
dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf
puskesmas. Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi
menjadi laporan terpadu puskesmas atau yang disbut dengan system pencatatan
dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP).
Muninjaya (2004) berpendapat bahwa “untuk pengembangan efektifitas
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, standar mutu (Input, Proses,
Lingkungan dan Output) perlu dikaji dan dirumuskan kembali, masing-masing
komponen terutama proses pencatatan dan pelaporannya perlu ditingkatkan”.
22
JENIS PENCATATAN TERPADU PUSKESMAS
Pencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam
dan di luar gedung.
Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas adalah semua data
yang diperoleh dari pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan
dalam gedung puskesmas seperti tekanan darah, laboratorium, KB dan
lain-lain. Pencatatan dan pelaporan ini menggunakan: family folder, kartu
indeks penyakit, buku register dan sensus harian.
Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat
berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas
seperti Kegiatan progam yandu, kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain.
Pencatatan dan Pelaporan ini menggunakan kartu register dan kartu murid.
Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi
laporan terpadu puskesmas atau yang disebut dengan sistem pencatatan dan
pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan
Kabupaten atau kota setiap awal bulan, kemudian ke Dinas Kesehatan kabupaten
atau kota mengolahnya dan mengirimkan umpan baliknya ke Dinas Kesehatan
Provinsi dan Departemen Kesehatan Pusat. Umpan balik tersebut harus
dikirimkan kembali secara rutin ke Puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi
keberhasilan progam. Namun sejak otonomi daerah dilaksanakan puskesmas tidak
punya kewajiban lagi mengirimkan laporan ke Departemen Kesehatan Pusat tetapi
dinkes kabupaten/kota lah yang berkewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke
Departemen Kesehatan Pusat.
23
LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll
LB4, berisi data obat-obatan
Bentuk Formulir Pelaporan
a. Formulir LB: untuk data kesakitan dan obat dengan LPLPO
b. Formulir LT: untuk data kegiatan
c. Formulir LS: untuk data sarana, kegiatan dan kematian
d. LB1: laporan data kesakitan
Kasus lama
Kasus baru
e. LB2: laporan data kematian (tidak dipakai)
laporan obat-obatan (LPLPO)
f. LB3
Gizi
KB
Imunisasi
KIA
Pengamatan Penyakit Menular, seperti: diare, malaria, DBD, TB Paru,
Kusta, Filaria, ISPA, Rabies dan lain-lain.
g. LB4
Kunjungan Puskesmas
Kehatan Olahraga
Kesehatan Sekolah
Rawat Tinggal
Dll
h. LT: laporan kegiatan Puskesmas (tribulan)
LT 1
Keadaan sarana Puskesmas
Dasar UKS
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Jiwa
Program Pendidikan dan Pelatihan
Program Pemberantasan Penyakit dan Gizi
LT 2 (kepegawaian)
Tenaga PNS di Puskesmas
Tenaga PTT di Puskesmas
Tenaga PNS di Puskesmas Pembantu
LT 3 (peralatan)
Linen
Peralatan Laboratorium
Peralatan untuk Kesehatan Gigi
Peralatan untuk Penyuluhan
Peralatan untuk Tindakan Medis dan Non Medis
i. Laporan data dasar Puskesmas
24
LSD1: data kependudukan, fasilitas pendidikan, kesehatan, lingkungan
dan peran serta)
LSD2: ketenagaan Puskesmas dan Puskesma Pembantu
LSD3: peralatan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Ada juga jenis laporan lain seperti laporan triwulan, laporan semester, dan
laporan tahunan yang mencakup data kegiatan progam yang sifatnya lebih
komprehensif disertai penjelasan secara naratif. Yang terpenting adalah bagaimana
memanfaatkan semua jenis data yang telah dibuat dalam laporan sebagai masukan
atau input untuk menyusun perencanaan puskesmas (micro planning) dan
lokakarya mini puskesmas (LKMP).
Analisis data hasil kegiatan progam puskesmas akan diolah dengan menggunakan
statistik sederhana dan distribusi masalah dianalisis menggunakan pendekatan
epidemiologis deskriptif. Data tersebut akan disusun dalam bentuk tabel dan
grafik informasi kesehatan dan digunakan sebagai masukan untuk perencanaan
pengembangan progam puskesmas. Data yang digunakan dapat bersumber dari
pencatatan masing-masing kegiatan progam kemudian data dari pimpinan
puskesmas yang merupakan hasil supervisi lapangan.
25
G. PUBLIC HEALTH NURSING (PHN)
Ada dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu sebelum sebelum
membahas perawatan kesehatan masyarakat, yaitu Public Health Nursing
(PHN) dan Community Health Nursing (CHN), kedua istilah tersebut bila
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia mempunyai arti yang sama
Perawatan Kesehatan Masyarakat.
26
lanjut, dan lain lain. Dengan demikian dalam pembinaannya akan lebih
mudah, karena telah diketahui karakteristik dari tiap-tiap kelompok tersebut.
27
COMMUNITY HEALTH NURSING (CHN )
A. PENGERTIAN
CHN (Community Health Nursing) adalah sebuah sintesis dari
praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang diterapkan
untuk mempromosikan dan melestarikan kesehatan penduduk Tidak
terbatas pada kelompok umur tertentu diagnosis, dan terus, tidak
episodik. Promosi kesehatan, pemeliharaan, pendidikan kesehatan,
manajemen, koordinasi, dan kontinuitas perawatan kesehatan individu,
keluarga, kelompok, dalam masyarakat (ANA di Stanhope dan
Lancaster, 1999).
B. Sejarah CHN
Early Home care Nursing (Before mid-1800s)
District Nursing (Mid-1800s to 1900)
Visiting nurse William Rathbone (Inggris)
Public Health Nursing (1900 to 1970)
Robert Koch’s TB program
Community Health Nursing (1970 to the present)
28
4. Orang akan menerima dan menggunakan informasi yang
bermanfaat untuk dirinya, shg pengetahuan memiliki
makna tertentu
5. Kesehatan yang baik dan pelayanan kesehatan memberi
kesempatan masyarakat luas untuk hidup lebih baik sesuai
potensi dan pengaruh standar hidup
6. Kesehatan merupakan salah satu nilai saing klien dan
memiliki prioritas yang berbeda pada waktu yg berbeda
7. Nilai dan konsep sehat berbeda tergantung pada budaya,
agama dan latar belakang sosial klien
8. Otonomi individu dan komunitas membri prioritas yang
berbeda pada waktu yang berbeda
9. Klien à fleksibel dapat berubah sesuai stimulus internal
atau eksternal
10. Klien termotivasi untuk berkembang
11. Kesehatan merupakan penyesuaian klien yang dinamis thd
lingkungan
12. Klien dapat berpindah kearah yang berbeda sepanjang
rentang pada waktu yang berbeda
13. Fungsi utama CHNà membantu klien mencapai tingkat
sehat yang tinggi
29
F. COMMUNITY HEALTH NURSING (CHN ) DI INDONESIA
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
30
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat
ternyata masih menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak
dikeluhkan oleh masyarakat. Tidak hanya dilihat dari segi sarana dan
prasarana yang kurang memadai, tetapi juga dari segi tenaga medis yang
demikian pula adanya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dari
pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta
komitmen untuk merubah sistem pelayanan Puskesmas yang dinilai buruk
oleh masyarakat. Selain itu, Puskesmas juga harus memiliki standar
pelayanan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat untuk
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
B. Saran
1. Puskesmas harus lebih memfokuskan pada peningkatan pelayanan
kesehatan dan pengelolaan sistem kesehatan yang menyeluruh
2. Melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana Puskesmas demi
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
3. Merestrukturisasikan peran Puskesmas
4. Pemerintah harus memberikan otonomi kepada Puskesmas dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
5. Mensosialisasikan program-program Puskesmas kepada masyarakat
untuk mengubah citra Puskesmas yang sudah dinilai buruk oleh
masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
31
Tjiptoherijanto, prijono, Said Z. Abidin, Reformasi Administrasi dan
Pembangunan Nasional. 1993. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:
Jakarta
32