Anda di halaman 1dari 35

PUSKESMAS

Oleh :

Anak Agung Ayu Desni pratiwi


(193223053)

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan, karena atas berkat
limpahan rahmat, karunia-Nya dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
“ puskesmas”. Selain bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan komunitas. Makalah ini juga disusun dengan maksud agar teman-
teman mahasiswa dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentang puskesmas.
Pembahasan makalah ini dilakukan secara lugas dan sederhana sehingga akan
mudah dipahami, dalam pembuatannya kami mendapatkan informasi dari berbagai
literature, yang berhubungan dan sesuai dengan apa yang sudah disarankan demi
untuk memperoleh hasil yang optimal walaupun masih banyak ada kekurangan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya teman-teman
mahasiswa, Terimakasih.

Denpasar , 27 Oktober 2019

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A.Latarbelakang ............................................................................................ 1
B.Tujuan ................................................................................................ 2
C.Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
D. manfaat ...................................................................................................... 3
E. Metode ...................................................................................................... 3
F. Sitematika penulisan ................................................................................. 3
BAB II ISI ...................................................................................................... 5
A.Pengertian puskesmas........................................................................................... 4
B. program dasar puskesmas ........................................................................... 12
C. kasus terbanyak di puskesmas ............................................................... 15
D. system alur rujukan puskesmas ....................................................... 16
E. cara penanganan keluarga miskin ................................................................... 17
F.sistem pencatatan puskesmas........................................................................ 18
G.public health nursing ................................................................................ 25
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 30
A.Simpulan ............................................................................................. 30
B.Saran .................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu
wilayah yang tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
bersama setiap anggotanya dalam koridor kebersamaan. Dalam angan
setiap anggota masyarakat, negara yang dibentuk oleh mereka ini akan
melaksanakan fungsinya menyediakan kebutuhan hidup anggota berkaitan
dengan konstelasi hidup berdampingan dengan orang lain di sekelilingnya.
Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama itu sering kita artikan
sebagai “kebutuhan publik”. Salah satu contoh kebutuhan publik yang
mendasar adalah kesehatan.
Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat
kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang
bersifat mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan
layanan yang bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud
nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya
Puskesmas. Tujuan utama dari adanya Puskesmas adalah menyediakan
layanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yanng relatif
terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas ekonomi
menengah ke bawah.
Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai “Pelayanan
Puskesmas” karena Puskesmas sebagai bentuk nyata peran birokrasi dalam
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, khususnya dalam
bidang kesehatan sdan karena Puskesmas merupakan ujung tombak
pelayanan kesehatan masyarakat.

B. Tujuan

1
1. Mengetahui pengertian Puskesmas
2. Mengetahui program dasar puskesmas (basic six)
3. Mengetahui kasus terbanyak di puskesmas
4. Mengetahui system alur rujukan puskesmas
5. Mengetahui cara penanganan keluarga miskin
6. Mengetahui system pencatatan di puskesmas
7. Mengetahui public health nursing (PHN)

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Puskesmas?
2. Sebutkan program dasar puskesmas (basic six)?
3. Apa kasus terbanyak di puskesmas?
4. Apabagaimana system alur rujukan puskesmas?
5. Bagamana cara penanganan keluarga miskin?
6. Bagaimana system pencatatan di puskemas?
7. Apa itu PHN?
D. Manfaat
Dari pembahasan materi yang tersedia dalam makalah ini, diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada pembaca untuk mengetahui tentang
definisi, fungsi, peran, tujuan, struktur, tata kerja Puskesmas, serta mengetahui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas. Selain
itu pembaca dapat mengetahui masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan
kesehatan di lingkup Puskesmas dan mencari serta mengetahui apa itu PHN.
E. Metode
1. Studi Pustaka
2. Internet

F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Metode
F. Sistematika Penulisan
BAB II ISI
A. pengertian Puskesmas
B. program dasar puskesmas (BASIC SIX)
C. Kasus terbanyak di puskesmas.

2
D. System alur rujukan puskesmas.
E. Cara penanganan keluarga miskin.
F. System pencatatan puskesmas.
G. Public health nursing (PHN)

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Puskesmas adalah Suatu unit organisasi yang bergerak dalam
bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah
ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun
tidak mencakup aspek pembiayaan. (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008)

3
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja
Menurut Dr. Azrul Azwar, MPH (1980) pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang
langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat
dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan
pokok.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1981) pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan yang
langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terintegrasi kepada masyarkat diwilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1987)
1. Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan
yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan
masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan
dan terdekat dengan masyrakat dalam bentuk kegiatan pokok yang
menyeluruh dan terpadu diwilayah kerjanya.
2. Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang secara
porfesional melakukan upaya pelayanan kesehatan pokok yang
menggunakan peran serta masyarakat secara aktif untuk dapat
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyrakat di wilayah kerjanya.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1991) puskesmas adalah suatu
kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok.

4
Puskesmas menurut pedoman kerja puskesmas tahun 1991/1992
didefinisikan sebagai suatu kesatuan organisasi kesehatan yang langsung
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi
kepada masyarakat diwilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Visi dan Misi Puskesmas


1. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat .
Indikator Kecamatan Sehat:
a. lingkungan sehat
b. perilaku sehat
c. cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. derajat kesehatan penduduk kecamatan
2. Misi Puskesmas

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah


kerjanya

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat


di wilayah kerjanya

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan


keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan


masyarakat beserta lingkungannya

Peran Puskesmas
peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan
rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.

5
Fungsi Puskesmas
1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali
dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program

Struktur Organisasi

1. Kepala Puskesmas
2. Unit Tata Usaha:

3. Data dan Informasi,

4. Perencanaan dan Penilaian,

5. Keuangan, Umum dan Kepegawaian

6. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:

7. UKM / UKBM

8. UKP

6
9. Jaringan pelayanan Puskesmas:

10. Unit Puskesmas Pembantu

11. Unit Puskesmas Keliling

12. Unit Bidan di Desa/Komunitas

Tata Kerja

1. Kantor Camat → koordinasi


2. Dinkes → UPT → bertanggung jawab ke Dinkes

3. Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama → sebagi mitra

4. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat → sebagai pembina

5. Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan →kerjasama

6. Lintas sektor → koordinasi

7. Masyarakat → perlu dukungan/partisipasi →BPP (Badan Penyantun


Puskesmas)

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas

Visi dan misi Puskesmas di Indonesia merujuk pada program


Indonesia Sehat. Hal ini dapat kita lihat pula dalam SPM (Standar Pelayanan
Minimal). Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar dengan batas-
batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib
daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang
mencakup : jenis pelayanan, indikator, dan nilai (benchmark). Pelaksanaan
Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM) diatur dalam Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas : UW-SPM yang wajib
diselenggarakan oleh seluruh kabupaten-kota di seluruh Indonesia dan UW-

7
SPM spesifik yang hanya diselenggarakan oleh kabupaten-kota tertentu sesuai
keadaan setempat. UW-SPM wajib meliputi penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dasar, penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat,
penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular, penyelenggaraan promosi
kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM spesifik meliputi pelayanan kesehatan
kerja, pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standard Pelayanan Minimal.

RANCANGAN KEWENANGAN WAJIB DAN STANDARD PELAYANAN MINIMAL


Kewenangan Wajib Jenis Pelayanan
1. Penyelenggaraan  Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
Pelayanan Kesehatan lahir
 Pelayanan kesehatan bayi dan anak pra
Dasar
sekolah
 Pelayanan kesehatan anak usia sekolah
dan remaja
 Pelayanan kesehatan usia subur
 Pelayanan kesehatan usia lanjut
 Pelayanan imunisasi
 Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
 Pelayanan pengobatan / perawatan

2. Penyelenggaraan  Pelayanan kesehatan dengan 4


pelayanan kesehatan kompetensi dasar (kebidanan, bedah,
rujukan dan penunjang penyakit dalam, anak)
 Pelayanan kesehatan darurat
 Pelayanan laboratorium kesehatan
yang mendukung upaya kesehatan
perorangan dan kesehatan masyarakat
 Penyediaan pembiayaan dan jaminan
kesehatan

8
3. Penyelenggaraan  Penyelenggaraan penyelidikan
pemberantasan penyakit epidemiologi dan penanggulangan
menular Kejadian Luar Biasa (KLB)
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit polio
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit TB paru
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit malaria
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit kusta
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit ISPA
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit HIV-AIDS
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit DBD
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit diare
 Pencegahan dan pemberantasan
penyakit fliariasis
4. Penyelenggaraan  Pemantauan pertumbuhan balita
 Pemberian suplemen gizi
perbaikan gizi
 Pelayanan gizi
masyarakat  Penyuluhan gizi seimbang
 Penyelenggaraan kewaspadaan gizi

5. Penyelenggaraan  Penyuluhan prilaku sehat


 Penyuluhan pemberdayaan masyarakat
promosi kesehatan
dalam upaya kesehatan
6. Penyelenggaraan  Pemeliharaan kualitas lingkungan
kesehatan lingkungan fisik, kimia, biologi
 Pengendalian vektor
dan sanitasi dasar
 Pelayanan hygiene sanitasi di tempat
umum
7. Pencegahan dan  Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan
penanggulangan dan Penanggulangan Penyalahgunaan

9
penyalahgunaan NAPZA) yang berbasis masyarakat
narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lain
8. Penyelenggaraan  Penyediaan obat dan perbekalan
pelayanan kefarmasian kesehatan untuk pelayanan kesehatan
dan pengamanan sediaan dasar
 Penyediaan dan pemerataan pelayanan
farmasi, alat kesehatan
kefarmasian di saranan pelayanan
serta makanan dan
kesehatan
minuman
 Pelayanan pengamanan farmasi alat
kesehatan

Azas Penyelenggaraan Puskesmas Menurut Kepmenkes No 128 Tahun 2004

1. Azas pertanggungjawaban wilayah


1) Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
2) Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung
3) Ditunjang dengan puskesmas pembantu, Bidan di desa, puskesmas
keliling

2. Azas pemberdayaan masyarakat


a. Puskesmas harusmemberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat
agar berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas
b. Potensi masyarakat perlu dihimpun

3. Azas keterpaduan
Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu
a. Keterpaduan lintas program

10
1) UKS : keterpaduan Promkes, Pengobatan, Kesehatan Gigi, Kespro,
Remaja, Kesehatan Jiwa
b. Keterpaduan lintassektoral
1) Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama, dunia usaha, koperasi,
PKK
2) Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama
4. Azas rujukan
a. Rujukan medis/upaya kesehatan perorangan
1) rujukan kasus
2) bahan pemeriksaan
3) ilmu pengetahuan
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
1) rujukan sarana dan logistik
2) rujukan tenaga
3) rujukan operasional

B. PROGRAM DASAR PUSKESMAS (BASIC SIX)


Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di
laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 Program Pokok pelayanan
kesehatan di Puskesmas yaitu :

1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan


untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien
dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang
diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan

2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang


diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui
kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat).

11
3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di
Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS
(Pasangan Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas
serta pelayanan bayi dan balita.

4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu


program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).

5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di


puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya
sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta
masyarakat,

6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan,


perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan
gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan
Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi
lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat.

Program Pengembangan Puskesmas

Program Pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas adalah beberapa upaya


kesehatan pengembangan yang ditetapkan Puskesmas dan Dinas Kesehatan
kabupaten/kota sesuai dengan permasalahan, kebutuhan dan kemampuan puskesmas.
Dalam struktur organisasi puskesmas program pengembangan ini biasa disebut Program
spesifik lokal.

Program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas

1. Usaha Kesehatan Sekolah, adalah pembinaan kesehatan masyarakat yang


dilakukan petugas Puskesmas di sekolah-sekolah (SD,SMP dan SMP) diwilayah
kerja Puskesmas

2. Kesehatan Olah Raga adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan ilmu
pengetahuan fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat, naik atlet

12
maupun masyarakat umum. Misalnya pembinaan dan pemeriksaan kesegaran
jasmani anak sekolah dan kelompok masyarakat yang dilakukan puskesmas di
luar gedung

3. Perawatan Kesehatan Masyarakat, adalah program pelayanan penanganan


kasus tertentu dari kunjungan puskesmas akan ditindak lanjuti atau dikunjungi
ketempat tinggalnya untuk dilakukan asuhan keperawatan induvidu dan asuhan
keperawatan keluarganya. Misalnya kasus gizi kurang penderita
ISPA/Pneumonia

4. Kesehatan Kerja, adalah program pelayanan kesehatan kerja puskesmas yang


ditujuhkan untuk masyarakat pekerja informal maupun formal diwilayah kerja
puskesmas dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit serta
kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Misalnya
pemeriksaan secara berkala di tempat kerja oleh petugas puskesmas

5. Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi dan mulut
yang dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun diluar
gedung (mengatasi kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang
merupakan salah satu penyakit yang terbanyak di jumpai di Puskesmas

6. Kesehatan Jiwa, adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan


oleh tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat, dalam
rangka mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal melalui
kegiatan pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan
jiwa dan konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Misalnya ada konseling jiwa di Puskesmas.

7. Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata terutama


pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dibidang
mata dan pencegahan kebutaan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan didukung
oleh peran serta aktif masyarakat. Misalnya upaya penanggulangan gangguan
refraksi pada anak sekolah.

13
8. Kesehatan Usia Lanjut, adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau
upaya kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat usia lanjut. Misalnya pemeriksaan kesehatan untuk
mendeteksi dini penyakit degeneratif, kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus,
Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok masyarakat usia lanjut.

9. Pembinaan Pengobatan Tradisional, Adalah program pembinaan terhadap


pelayanan pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan
tradisional. Yang dimaksud pengobatan tradisional adalah pengobatan yang
dilakukan secara turun temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat
(tusuk jarum, juru sunat) maupun keterampilan (pijat, patah tulang).

10. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah
haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kebugaran dan
pemantauan kesehatan jemaah yang kembali (pulang) dari menaikan ibadah haji.

11. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang
dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

Setiap program yang dilaksanakan di puskesmas di lengkapi dengan pelaksana program


yang terlatih dan sesuai dengan keahlianya, peralatan kesehatan (alat pelayanan dan
bahan habis pakai kesehatan), dilengkapi juga dengan pedoman pelaksanan program dan
sasaran program (populasi sasaran dan target sasaran) termasuk sistem pencatatan
(register pencatatan pelayanan) dan pelaporannya serta standar operasional prosedur
pelayanan kesehatan programnya, dan beberapa kelengkapan lainnya misalnya kendaran
roda dua dan empat. Kelengkapan program Puskesmas ini selalu mendapatkan
pengawasan, evaluasi dan bimbingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kotanya

C. KASUS TERBANYAK DI PUSKESMAS

Kasus penyakit yang sering ditangani di puskesmas terdiri berbagai


kasus penyakit salah satunya adalah Kasus Penyakit Infeksi Saluran

14
Pernapasan Akut (ISPA) menjadi kasus terbanyak yang ditangani Puskesmas.
Pola hidup yang tidak sehat yang dapat meyebabkan daya tahan tubuh
menurun, juga menjadi penyebab pasien terserang ISPA. Alumni STIKES
Indonesia itu juga membeberkan 10 penyakit terbanyak yang ditangani
Puskesmas Selain ISPA sebagai penyakit terbanyak, penyakit hipertensi juga
menjadi penyakit terbanyak kedua dengan jumlah 1.186 kasus.

Kemudian batuk menjadi penyakit terbanyak ketiga dengan jumlah


1.142 kasus. Sedangkan penyakit febris atau demam, berada diurutan penyakit
terbanyak keempat dengan jumlah 982 kasus. Setelah febris, penyakit gastritis
atau peradangan pada dinding lambung dan biasa disebut dengan maag,
berjumlah 806 kasus. gastritis ini bukanlah penyakit, namun sebuah kondisi
yang disebabkan oleh beragam faktor yang berbeda. Faktor tersebut di
antaranya seperti konsumsi alkohol berlebihan, stres, muntah-muntah yang
kronis, atau obat-obatan tertentu. Infeksi, refluks empedu, bakteri, dan anemia
pernikus juga penyebab umum dari gastritis lainnya. Pada kebanyakan kasus,
gastritis bukanlah kondisi yang serius. Namun, jika dibiarkan, hal tersebut
dapat menyebabkan hilangnya darah dalam jumlah banyak karena ulkus
dan/atau kanker lambung,

Kemudian penyakit terbanyak lainnya, adalah mylagia atau sakit otot


dengan jumlah 802 kasus, diabetes melitus sebanyak 597 kasus, kelainan
refraksi 465 kasus, alergi kontak dermatis 314 kasus dan nekrosis of pulp atau
sakit gigi sebanyak 263 kasus. Agar masyarakat tidak mudah terserang
penyakit, maka biasakanlah menjalankan pola hidup sehat dan bersih (PHBS)
dengan cara rutin cuci tangan pakai sabun, tidak merokok, makan buah dan
sayur, perbanyak mengkonsumsi air putih dan lain sebagainya.

15
D. SISTEM ALUR RUJUKAN PUSKESMAS

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelanggaraan yankes yang


memungkinkan terjadinya pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
pengelolaan suatu kasus penyakit atau pun masalah kesehatan secara timbal
balik yang dilakukan vertikal dan horizontal.

Pada sistem rujukan BPJS, pasien diharuskan untuk mendapatkan


surat rujukan pada Fasilitas kesehatan Tingkat Primer tempat pasien tersebut
terdaftar sebagai peserta BPJS. Dalam prosedur BPJS Kesehatan, ketika
peserta berobat harus dimulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (yaitu
pelayanan kesehatan dasar yang diberikan puskesmas atau klinik atau DPP).
Jika ternyata faskes 1 tidak mampu dengan alasan medik maka akan merujuk
ke Faskes II seperti Rumah Sakit setempat, begitu juga ketika faskes II tidak
mampu secara medis maka akan dirujuk ke Faskes III. Jika peserta langsung
berobat ke Faskes II (rumah sakit) maka BPJS tidak akan menanggung biaya
berobat selama di rumah sakit, karena hal ini dinyatakan menyalahi prosedur
BPJS, peserta tidak mendapatkan rujukan dari Faskes pertama. Kecuali jika
keadaannya Gawat Darurat, BPJS memberikan kebijakan khusus bagi mereka
seperti ketika mengalami kecelakaan dan mengharuskan langsung ke Rumah
Sakit terdekat atau kerumah sakit yang memiliki layanan lengkap.

Berikut alur rujukan jika pasien BPJS dengan keadaan gawat


darurat yang mendapat pelayanan kegawatdaruratan pada Faskes yang tidak
bekerja sama dengan BPJS maka setelah mendapat pelayanan pasien harus

16
melapor kepesertaan BPJS ke petugas di faskes tersebut. Jika pasien
membutuhkan perawatan lanjutan maka pasien dipindahkan ke Faskes yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

E. PENANGANAN KELUARGA MISKIN

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H dan Undang-Undang


Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu,
keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap
kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak

17
hidup sehat bagi penduduknya, termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu. Dalam hal ini pemerintah melakukan upaya pelayanan kesehatan
maksimal dengan membuat system bpjs atau JKN untuk masyarakat
kurang mampu. Jaminan kesehatan nasional (JKN) merupakan bagian dari
Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN) yang diselenggarakan dengan
menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib
berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh
beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
kesehatan. Awal mulanya SJSN muncul disebabkan adanya pengeluaran
yang tidak diduga apabila seseorang terkena penyakit, apalagi tergolong
penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin seperti hemodialisa
atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada
penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada
umumnya menjadi biaya perawatan di rumah sakit, obat-obatan, dan lain-
lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri
maupun keluarga. Sehingga muncul istilah “SADIKIN”, sakit sedikit jadi
miskin. Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan dengan
uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karena dalam
sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk menggobati
penyakit yang dideritanya. Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan
kematian. Suatu peristiwa yang tidak kita harapkan namun mungkin saja
terjadi kapan saja dimana kecelakan dapat menyebabkan merosotnya
kesehatan, ataupun kematian karenanya kita kehilangan pendapatan, baik
sementara maupun permanen. Belum lagi menyiapkan diri pada saat
jumlah penduduk lanjut usia dimasa datang semakin bertambah. Pada

18
tahun 2030, diperkirakan jumlah penduduk di Indonesia adalah 270 juta
orang. 70 orang diantaranya diduga berumur lebih dari 60 tahun. Dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2030 terdapat 25% penduduk Indonesia
adalah lansia. Lansia ini sendiri rentan mengalami berbagai penyakit
degenerative yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan berbagai
dampak lainnya. Apabila tidak ada yang menjamin hal ini maka suatu saat
nanti dapat menjadi masalah yang besar. Seperti menemukan air di gurun,
ketika presiden Megawati mengesahkan UU No 40/2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 19 Oktober 2004, banyak pihak
berharap tudingan Indonesia sebagai “Negara tanpa jaminan sisial” akan
segera luntur dan menjawab permasalahan diatas. Munculnya UU SJSN
ini dipicu oleh UUD tahun 1945 dan perubahannya tahun 2002 dalam
pasal 5 ayat (1), pasal20, pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), serta
pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) mengamanatkan untuk mengembangkan
sistem jaminan sosial nasional. Hingga disahkan dan di indangkan UU
SJSN telah melalui proses yang panjang, dari tahun 2000 hingga tanggal
19 Oktober 2004. Peran promosi kesehatan menjadi penting dalam rangka
meningkatkan motivasi masyarakat tersebut untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan. Promosi dalam hal ini merupakan rangkaian
motivasi dan persuasi agar masyarakat mau menerima dan memanfaatkan
program yang diberikan. Program yang menarik belumlah cukup, ini harus
disertai dengan komunikasi yang berkesinambungan dan terarah
untukmemberikan informasi, motivasi dan edukasi kepada masyarakat.
Sosialisasi atau promosi kesehatan yang dilaksanakan selain secara
berkesinambungan juga harus memperhatikan khalayak sasaran baik dari
segi jumlah maupun karakteristiknya, jenis informasi atau pesan yang
dibutuhkan dan media apa yang tepat untuk masyarakat sebagai sasaran.
Sosialisasi BPJS yang dilaksanakan oleh para tokoh-tokoh masyarakat
ataupun Tim Kesehatan dan melibatkan masyarakat itu sendiri. Dalam
sosialisasi ini ada proses berbagai pengalaman tentang bagaimana manfaat
yang dirasakan, prosedur mendapatkan pelayanan kesehatan serta bentuk-
bentuk pelayanan kesehatanyang diperoleh.

19
F. SISTEM PENCATATAN DI PUSKESMAS

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu


kegiatan. Tanpa ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun
yang dilaksanakan tidak akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan
pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi yang berharga dan bernilai
bila menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan informasi
merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data dan
informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan
organisasi tersebut.Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data
kesehatan khususnya bagi dinas kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas juga merupakan pondasi dari data kesehatan.
Sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif
dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan
kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan
perlu dicatat, dianalisis, dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah
informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan
masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan,
diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas.
Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi
laporan terpadu puskesmas atau yang disbut dengan system pencatatan dan
pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan instrumen


vital dalam sistem kesehatan. Informasi tentang kesakitan, penggunaan pelayanan
kesehatan di puskesmas, kematian, dan berbagai informasi kesehatan lainnya
berguna untuk pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan di tingkat
kabupaten atau kota maupun kecamatan.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah kegiatan
pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga, dan upaya pelayanan

20
kesehatan di Puskesmas yang ditetapkan melalui SK MENKES/SK/II/1981. Data
SP2PT berupa Umum dan demografi, Ketenagaan, Sarana, Kegiatan pokok
Puskesmas. Menurut Yusran (2008) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas
secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah kerja puskesmas. Sistem
pelaporan ini ini diharapkan mampu memberikan informasi baik bagi puskesmas
maupun untuk jenjang administrasi yang lebih tinggi, guna mendukung
manajemen kesehatan. SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data
umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang
bertujuan agar didapatnya semua data hasil kegiatan Puskesmas (termasuk
Puskesmas dengan tempat tidur, Puskesmas Pembantu, Puskesmas keliling, bidan
di Desa dan Posyandu) dan data yang berkaitan, serta dilaporkannya data tersebut
kepada jenjang administrasi diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan
teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas merupakan sumber
pengumpulan data dan informasi ditingkat puskesmas. Segala data dan informasi
baik faktor utama dan tenaga pendukung lain yang menyangkut puskesmas untuk
dikirim ke pusat serta sebagai bahan laporan untuk kebutuhan. Menurut Bukhari
Lapau (1989) data yang dikumpul oleh puskesmas dan dirangkum kelengkapan
dan kebenaranya. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
ialah laporan yang dibuat semua puskesmas pembantu, posyandu, puskesmas
keliling bidan-bidan desa dan lain-lain yang termasuk dalam wilayah kerja
puskesmas. Pencatatan dan pelaporan mencangkup: b.1: Data umum dan
demografi wilayah kerja puskesmas, b.2: Data ketenagaan puskesmas, dan b.3:
Data sarana yang dimiliki puskesmas.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal: (1)
pencatatan, pelaporan, dan pengolahan; (2) analisis; dan (3) pemanfaatan.
Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang
berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan
ke dalam format laporan SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator SP3 di
puskesmas menerima laporan-laporan dalam format buku tadi dalam 2 rangkap,
yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di Dinas

21
Kesehatan Kabupaten. Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten
meneruskan ke masing-masing pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten.
Dari Dinas Kesehatan Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis dikirim ke
koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses
untuk pemanfaatannya. Frekuensi pelaporan sebagai berikut: (1) bulanan; (2)
tribulan; (3) tahunan. Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA,
imunisasi, KB, dan penggunaan obat-obat. Laporan tribulanan meliputi kegiatan
puskesmas antara lain kunjungan puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan
puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi. Laporan tahunan terdiri dari data
dasar yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta
masyarakat dan lingkungan kedinasan, data ketenagaan puskesmas dan puskesmas
pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten dan kecamatan
memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang bernilai, yaitu data atau
informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan.
Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya
bagi dinas kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadi Puskesmas
juga merupakan fondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya
sebuah informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan
pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap program akan
menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat
laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan
perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas,
dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf
puskesmas. Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi
menjadi laporan terpadu puskesmas atau yang disbut dengan system pencatatan
dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP).
Muninjaya (2004) berpendapat bahwa “untuk pengembangan efektifitas
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, standar mutu (Input, Proses,
Lingkungan dan Output) perlu dikaji dan dirumuskan kembali, masing-masing
komponen terutama proses pencatatan dan pelaporannya perlu ditingkatkan”.

22
JENIS PENCATATAN TERPADU PUSKESMAS
Pencatatan kegiatan harian progam puskesmas dapat dilakukan di dalam
dan di luar gedung.
 Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di dalam gedung Puskesmas adalah semua data
yang diperoleh dari pencatatan kegiatan harian progam yang dilakukan
dalam gedung puskesmas seperti tekanan darah, laboratorium, KB dan
lain-lain. Pencatatan dan pelaporan ini menggunakan: family folder, kartu
indeks penyakit, buku register dan sensus harian.
 Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas
Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat
berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas
seperti Kegiatan progam yandu, kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain.
Pencatatan dan Pelaporan ini menggunakan kartu register dan kartu murid.
Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi
laporan terpadu puskesmas atau yang disebut dengan sistem pencatatan dan
pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP ini dikirim ke dinas kesehatan
Kabupaten atau kota setiap awal bulan, kemudian ke Dinas Kesehatan kabupaten
atau kota mengolahnya dan mengirimkan umpan baliknya ke Dinas Kesehatan
Provinsi dan Departemen Kesehatan Pusat. Umpan balik tersebut harus
dikirimkan kembali secara rutin ke Puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi
keberhasilan progam. Namun sejak otonomi daerah dilaksanakan puskesmas tidak
punya kewajiban lagi mengirimkan laporan ke Departemen Kesehatan Pusat tetapi
dinkes kabupaten/kota lah yang berkewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke
Departemen Kesehatan Pusat.

JENIS PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS


Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain:
a. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.
b. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang
ditanggulangi
c. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam.
Laporan jenis ini ada 4 jenis yaitu:
 LB1, berisi data kesakitan
 LB2, berisi data kematian

23
 LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll
 LB4, berisi data obat-obatan
Bentuk Formulir Pelaporan
a. Formulir LB: untuk data kesakitan dan obat dengan LPLPO
b. Formulir LT: untuk data kegiatan
c. Formulir LS: untuk data sarana, kegiatan dan kematian
d. LB1: laporan data kesakitan
 Kasus lama
 Kasus baru
e. LB2: laporan data kematian (tidak dipakai)
 laporan obat-obatan (LPLPO)
f. LB3
 Gizi
 KB
 Imunisasi
 KIA
 Pengamatan Penyakit Menular, seperti: diare, malaria, DBD, TB Paru,
Kusta, Filaria, ISPA, Rabies dan lain-lain.
g. LB4
 Kunjungan Puskesmas
 Kehatan Olahraga
 Kesehatan Sekolah
 Rawat Tinggal
 Dll
h. LT: laporan kegiatan Puskesmas (tribulan)
 LT 1
 Keadaan sarana Puskesmas
 Dasar UKS
 Kesehatan Lingkungan
 Kesehatan Jiwa
 Program Pendidikan dan Pelatihan
 Program Pemberantasan Penyakit dan Gizi
 LT 2 (kepegawaian)
 Tenaga PNS di Puskesmas
 Tenaga PTT di Puskesmas
 Tenaga PNS di Puskesmas Pembantu
 LT 3 (peralatan)
 Linen
 Peralatan Laboratorium
 Peralatan untuk Kesehatan Gigi
 Peralatan untuk Penyuluhan
 Peralatan untuk Tindakan Medis dan Non Medis
i. Laporan data dasar Puskesmas

24
 LSD1: data kependudukan, fasilitas pendidikan, kesehatan, lingkungan
dan peran serta)
 LSD2: ketenagaan Puskesmas dan Puskesma Pembantu
 LSD3: peralatan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Ada juga jenis laporan lain seperti laporan triwulan, laporan semester, dan
laporan tahunan yang mencakup data kegiatan progam yang sifatnya lebih
komprehensif disertai penjelasan secara naratif. Yang terpenting adalah bagaimana
memanfaatkan semua jenis data yang telah dibuat dalam laporan sebagai masukan
atau input untuk menyusun perencanaan puskesmas (micro planning) dan
lokakarya mini puskesmas (LKMP).
Analisis data hasil kegiatan progam puskesmas akan diolah dengan menggunakan
statistik sederhana dan distribusi masalah dianalisis menggunakan pendekatan
epidemiologis deskriptif. Data tersebut akan disusun dalam bentuk tabel dan
grafik informasi kesehatan dan digunakan sebagai masukan untuk perencanaan
pengembangan progam puskesmas. Data yang digunakan dapat bersumber dari
pencatatan masing-masing kegiatan progam kemudian data dari pimpinan
puskesmas yang merupakan hasil supervisi lapangan.

PROSEDUR PENGISIAN SISTEM PENCATATAN DAN


PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP)
Prosedur pengisian SP2TP, yaitu:
a. Formulir SP2TP mengacu pada formulir cetakan 2006 baik bulanan maupun
tahunan.
b. Pada formulir SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program.
c. Penanggung jawab program bertangung jawab penuh terhadap kebenaran data
yang ada.
d. Hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.
e. Di dalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang
ditunjuk atau staf pengelola program bersangkutan.
f. Data pada formulir SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti didalam
pertangungjawaban akhir minimal 2 tahun.
g. Semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas.

25
G. PUBLIC HEALTH NURSING (PHN)

PUBLIC HEALTH NURSING ( PHN ) DAN COMMUNITY HEALTH


NURSING ( CHN )

Ada dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu sebelum sebelum
membahas perawatan kesehatan masyarakat, yaitu Public Health Nursing
(PHN) dan Community Health Nursing (CHN), kedua istilah tersebut bila
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia mempunyai arti yang sama
Perawatan Kesehatan Masyarakat.

Public Helth Nursing merupakan istilah lama, seperti halnya terdapat


dalam buku karya Ruth B. Freeman yang berjudul Public Helth Nursing
Practice (1961), tetapi dalam bukunya Community Health Nursing Practice
(1981), Freman tidak lagi menggunakan istilah Public tetapi menggantinya
dengan istilah Community. Perubahan istilah tersebut disebabkan karena,
Public Health Nursing mengandung pengertian yang sangat luas, tidak
terbatas, misalnya masyarakat indonesia, masyarakat jepang dan sebagainya.
Tidak jelas batasnya, sulit untuk mengukur sasarannya dalam pembinaan
perawatan kesehatan masyarakat, sehingga terjadilah perubahan istilah
menjadi Community Halth Nursing.

Community Health Nursing, Community artinya masyarakat terbatas


yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan
norma dan nilai yang telah melembaga. Misalnya masyarakat suku terasing,
masyarakat sekolah, masyarakat pekerja, masyarakat petani, dan dalam
bidang kesehatan kita kenal dengan kelompok ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, ibu nifas, kelompok bayi, kelompok anak balita, kelompok usia

26
lanjut, dan lain lain. Dengan demikian dalam pembinaannya akan lebih
mudah, karena telah diketahui karakteristik dari tiap-tiap kelompok tersebut.

Dalam perawatan kesehatan masyarakat (Community Health


Nursing), Community (masyarakat) merupakan sasaran yang dibina atau
yang mendapatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan, Helth (Kesehatan)
adalah tujuan yang ingin dicapai, dan Nursing (keperawatan) adalah
pelayanan yang diberikan, dan inilah inti dari perawatan kesehatan
masyarakat.

PUBLIC HEALTH NURSING ( PHN )


A. PENGERTIAN
(WHO & UNICEF, 1978).Definisi keperawatan kesehatan
masyarakat dari Seksi Keperawatan Kesehatan Masyarakat dari
American Public Health Association ( 1996) adalah yang paling
berguna : “ Keperawatan kesehatan masyarakat adalah praktek
mempromosikan dan melindungi kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pengetahuan dari keperawatan , sosial , dan ilmu
kesehatan masyarakat “.
Definisi ini menyarankan target yang mendasari perawatan
adalah masyarakat; masyarakat baik secara langsung maupun
tidak merupakan klien utama. Individu, keluarga, dan kelompok
merupakan subunit masyarakat dan menerima baik perawatan
secara langsung dalam konteks sebagai anggota dari masyarakat
atau secara tidak langsung sebagai hasil dari menjadi anggota
klien masyarakat. Meskipun keperawatan keluarga harus jelas
dalam setiap setting klinis, sangat penting dalam keperawatan
kesehatan komunitas/masyarakat di mana perawat berusaha
untuk memberdayakan keluarga untuk mencapai dan
mempertahankan kesehatan melalui promosi kesehatan dan
pendidikan ( Duffy, Vehvilainen - Julkunen, Huber, & Varjoranta
1998, Spoth, Kavanagh, & Dishion, 2002).

27
COMMUNITY HEALTH NURSING (CHN )
A. PENGERTIAN
CHN (Community Health Nursing) adalah sebuah sintesis dari
praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang diterapkan
untuk mempromosikan dan melestarikan kesehatan penduduk Tidak
terbatas pada kelompok umur tertentu diagnosis, dan terus, tidak
episodik. Promosi kesehatan, pemeliharaan, pendidikan kesehatan,
manajemen, koordinasi, dan kontinuitas perawatan kesehatan individu,
keluarga, kelompok, dalam masyarakat (ANA di Stanhope dan
Lancaster, 1999).

B. Sejarah CHN
 Early Home care Nursing (Before mid-1800s)
 District Nursing (Mid-1800s to 1900)
 Visiting nurse William Rathbone (Inggris)
 Public Health Nursing (1900 to 1970)
 Robert Koch’s TB program
 Community Health Nursing (1970 to the present)

C. MODEL SISTEM CHN


 Menjelaskan perilaku individu, keluarga , kelompok &
komunitas
 Menekankan bagaimana masing-masing komponen
mempengaruhi keseluruhan kounitas sebaliknya
 Menjelaskan komunitas sebagai kumpulan sub sistem yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sub-sub sistem yang lain

D. KONSEP FALSAFAH CHN


Menurut Helvie (1991):
1. Kesehatan yang baik dan usia panjang produktif adalah hak
setiap individu tanpa membedakan suku dan jenis kelamin
2. Semua orang mempunyai kebutuhan belajar
3. Beberapa klien mungkin tidak memahami kebutuhan
belajarnya atau kebutuhan bantuan utk mencapai tingkat
sehat yang tinggi

28
4. Orang akan menerima dan menggunakan informasi yang
bermanfaat untuk dirinya, shg pengetahuan memiliki
makna tertentu
5. Kesehatan yang baik dan pelayanan kesehatan memberi
kesempatan masyarakat luas untuk hidup lebih baik sesuai
potensi dan pengaruh standar hidup
6. Kesehatan merupakan salah satu nilai saing klien dan
memiliki prioritas yang berbeda pada waktu yg berbeda
7. Nilai dan konsep sehat berbeda tergantung pada budaya,
agama dan latar belakang sosial klien
8. Otonomi individu dan komunitas membri prioritas yang
berbeda pada waktu yang berbeda
9. Klien à fleksibel dapat berubah sesuai stimulus internal
atau eksternal
10. Klien termotivasi untuk berkembang
11. Kesehatan merupakan penyesuaian klien yang dinamis thd
lingkungan
12. Klien dapat berpindah kearah yang berbeda sepanjang
rentang pada waktu yang berbeda
13. Fungsi utama CHNà membantu klien mencapai tingkat
sehat yang tinggi

E. KARAKTERISTIK COMMUNITY HEALTH NURSING


(CHN )
Enam karakteristik penting dari keperawatan kesehatan masyarakat
 Bidang spesialisasi keperawatan
 Praktek menggabungkan kesehatan masyarakat dengan
keperawatan
 Terfokus pada populasi masyarakat
 Menekankan pada kesehatan selain penyakit
 Melibatkan kolaborasi yang disiplin
 Mempromosikan tanggung jawab dan perawatan diri klien

29
F. COMMUNITY HEALTH NURSING (CHN ) DI INDONESIA

Di beberapa daerah di negeri yang luas ini, Indonesia, profesional


kesehatan adalah komoditi yang langka. Seorang profesional
kesehatan, baik itu dokter, perawat atau bidan di daerah-daerah yang
sangat terjebak dalam permintaan merawat pasien di fasilitas
kesehatan seperti Puskesmas (pusat kesehatan masyarakat).
Tantangannya adalah bahwa pada mereka sulit untuk menjangkau
daerah-daerah atau populasi, penjangkauan akan sangat bermanfaat
bagi masyarakat. Bahkan, jangkauan bisa menguntungkan setiap
masyarakat. Dalam kebanyakan kasus, dibandingkan dengan dokter
dan bidan, perawat lebih luas didistribusikan. Mereka memainkan
peran kunci bagi kesehatan masyarakat.

Memahami situasi di atas, Departemen Kesehatan memulai program


perawat kesehatan masyarakat di mana perawat pergi ke luar fasilitas kesehatan,
memberikan perawatan penjangkauan. Sementara mereka menyediakan perawatan
di rumah dan membantu anggota memantau masyarakat dalam mengambil obat-
obatan mereka, esensi pekerjaan perawat kesehatan masyarakat adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah masyarakat dari sakit atau tidak se

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

30
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat
ternyata masih menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak
dikeluhkan oleh masyarakat. Tidak hanya dilihat dari segi sarana dan
prasarana yang kurang memadai, tetapi juga dari segi tenaga medis yang
demikian pula adanya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dari
pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta
komitmen untuk merubah sistem pelayanan Puskesmas yang dinilai buruk
oleh masyarakat. Selain itu, Puskesmas juga harus memiliki standar
pelayanan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat untuk
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
B. Saran
1. Puskesmas harus lebih memfokuskan pada peningkatan pelayanan
kesehatan dan pengelolaan sistem kesehatan yang menyeluruh
2. Melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana Puskesmas demi
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
3. Merestrukturisasikan peran Puskesmas
4. Pemerintah harus memberikan otonomi kepada Puskesmas dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
5. Mensosialisasikan program-program Puskesmas kepada masyarakat
untuk mengubah citra Puskesmas yang sudah dinilai buruk oleh
masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

31
Tjiptoherijanto, prijono, Said Z. Abidin, Reformasi Administrasi dan
Pembangunan Nasional. 1993. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:
Jakarta

http://model-puskesmas-era-desentralisasi.html, diunduh tanggal 26 November


2011

http://one.indoskripsi.com, diunduh tanggal 26 November 2011

http://alfredsaleh.files.wordpress.com, diunduh tanggal 26 November 2011

entjang,indan.2000.ilmu kesehatan masyarakat.bandung;citra aditya bakti

32

Anda mungkin juga menyukai