Tim Penyusun:
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memperkenankan bahan ajar ini dapat
terselesaikan. Bahan ajar Pengelolaan Sumber Daya Manusia ini secara khusus disusun sebagai
materi ajar yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar pada mata kuliah Manajemen Sumber
Daya Manusia, dan secara umum bagi pembaca yang memiliki ketertarikan dalam bidang Psikologi
Industri dan Organisasi. Buku ini berisi mengenai konsep, teori, dan proses psikologi yang terkait
dengan perilaku individu dalam lingkup Psikologi Industri dan Organisasi.
Tiada gading yang tak retak. Begitu pula bahan ajar ini masih jauh dari sempurna sehingga masih
membutuhkan berbagai perbaikan. Meski demikian, tim penyusun berhadap bahan ajar ini dapat
membantu mahasiswa untuk memahami konsep yang tercakup dalam bidang Psikologi Industri dan
Organisasi.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 5
A. Regulatory Environment – Mengapa Memahami Konteks Legal Menjadi Hal Yang Penting? ... 9
E. Diskusi ....................................................................................................................................... 19
A. Challenges ................................................................................................................................. 29
3
D. Praktek Jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia melalui BPJS
Ketenagakerjaan ............................................................................................................................... 32
C. Kesimpulan................................................................................................................................ 42
4
PENDAHULUAN
1. Manfaat Mata Kuliah: Dengan mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa mengetahui dan
memahami konsep dan teori dalam sistem manajemen sumber daya manusia dan dinamika dari
pemahaman atas konsep tersebut serta implementasinya dalam setting industri dan organisasi.
2. Deskripsi Mata Kuliah: Mata kuliah Managemen Sumber Daya Manusia mencangkup materi
terkait dengan strategi managemen sumber daya manusia, merancang input dan output
karyawan dalam perilaku kerja dan mendesain kompensasi yang efektif dalam memotibvasi
karyawan dalam bekerja, serta peran psikologi dalam memanag sumber daya manusia.
3. Capaian Pembelajaran Program Studi: Menghasilkan lulusan yang baik sebagai sarjana psikologi
dan harapannya memberikan dasar pemahaman yang baik terkait profesi psikolog yang unggul,
mandiri, berbudaya dan beretika serta mempunyai daya saing di tingkat nasional dan
Capaian Pembelajaran MK: Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
dan menjelaskan aspek psikologis yang mempengaruhi perilaku psikologi dalam setting kerja dan
organisasi serta membuat strategi managemen bagi individu dalam sebuah organisasi. Selain itu,
mahasiswa juga mampu bertakwa terhadap Tuhan, bekerja sama dalam tim, bertanggungjawab,
4. Strategi Perkuliahan: Kuliah, independent learning, diskusi, presentasi dan kerja tim
Mejia, Gomes, R, Luis, Balkin, B, David, Cardy, L, Robert. 2012. Managing Human Resource.
6. Tugas-Tugas.
a. Materi perkuliahan sebagaimana disebutkan dalam jadwal perkuliahan, harus telah dibaca
5
b. Penugasan diberikan berupa tulisan ilmiah dan praktek lapangan sesuai dengan topik
bahasan. Pengumpulan tugas harus dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
c. Evaluasi mahasiswa dilakukan dengan mengadakan ujian tengah semester dan ujian akhir
Tugas paper kelompok. Topik disesuaikan dengan kelompok (terlampir), buatlah paper singkat
berdasarkan minimal 3) artikel yang sesuai dan saling melengkapi, tidak berupa re-write dari
artikel, tapi berupa hasil pemikiran, analisis dan sistesis dari artikel-artikel yang dibaca. Panjang
paper minimal 10 halaman, 1,5 spasi dan mengikuti aturan penulisan tulisan ilmiah. Paper
Akan diberikan tugas untuk dikerjakan saat diskusi kelompok berupa studi kasus/problem-based
learning.
Penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan oleh tim pengajar, dengan menggunakan
Nilai Tugas : 30% (penugasan kuliah, tulisan ilmiah, laporan praktek lapangan)
Nilai UTS : 35%
Nilai UAS : 35%
6
9. Tata Tertib Siswa dan Dosen
Program Studi Psikologi tidak mentolerir adanya kecurangan dalam ujian. Praktek lapangan,
UTS, dan UAS adalah instrumen untuk menguji kemampuan mahasiswa dalam mata kuliah.
ditemukan menyontek atau memberikan contekan, kertas kerja (lembar jawaban) saat tes
tersebut berlangsung akan diambil oleh pengawas dan mahasiswa dianggap telah selesai ujian
berlangsung, baik berupa kertas, coretan di kursi dan sebagainya, maka mahasiswa akan
mendapat pengurangan nilai sebanyak 50% dari nilai yang diperoleh, dan pengurangan nilai
Setiap mahasiswa wajib hadir tepat waktu saat perkuliahan dimulai, dengan toleransi
waktu keterlambatan selama 15 menit. Bagi mahasiswa yang terlambat lebih dari 15 menit,
Bagi mahasiswa yang jumlah presensinya kurang dari 75% dari jumlah kehadiran kuliah
sebelum UTS (atau tidak hadir sebanyak dua kali), maka mahasiswa bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti UTS, atau tidak hadir sebanyak empat kali, mahasiswa
bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti UAS. Larangan ini tidak berlaku apabila
7
10. Jadwal Kuliah
Materi
Meeting Present and Emerging Strategic Human Resource Challange
Understanding Equal Opportunity and the legal environment
Managing diversity
Input: Employee Recruitmentand Selection Output: Employee separation downsizing
and outplacement
Employee safety and Health
Developing Employee
Managing Compensation
Rewarding Performance
Designing and Administering Benefit
Respecting Employee Right and Managing discipline
International HRM Challenge
Tugas Mahasiswa
Presentasi Tugas
8
UNDERSTANDING EQUAL OPPORTUNITY & THE LEGAL ENVIRONMENT
A. Regulatory Environment – Mengapa Memahami Konteks Legal Menjadi Hal Yang Penting?
Isu diskriminasi selalu menjadi hal yang sulit bagi perusahaan sehingga berusaha untuk terus
mengikuti perkembangan yang ada pada konteks legal/hukum yang berlaku. Klaim diskriminasi
yang saat ini banyak diajukan adalah diskriminasi terkait dengan penampilan karyawan. Sebagai
praktisi di dunia SDM (Human Resources), pengetahuan dan pemahaman terkait dengan
standar hukum yang berlaku akan dapat menghindarkan Anda maupun perusahaan tempat
Anda bekerja dari tuntutan yang mungkin dialayangkan oleh karyawan Anda ke pengadilan
terkait dengan diskriminasi yang mereka hadapi di tempat kerja.
Perspektif Manajerial
Seorang manajer harus memahami isu legal/hukum yang mengatur praktek SDM dimana
perusahaannya berada karena berbagai keputusan yang mereka ambil akan dibatasi oleh
hukum. Mereka harus mempertimbangkan aspek hukum yang berlaku saat akan mengambil
keputusan, khususnya terkait kandidat karyawan yang akan dipekerjakan, bagaimana mengatur
kompensasi yang akan diberikan, apa benefit yang akan ditawarkan, bagaimana
mengakomodasi kebutuhan karyawan yang memiliki tanggungan, sampai dengan bagaimana
dan kapan Ia dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawannya.
Manajer SDM memberikan konsultasi dan nasehat kepada para manajer dalam perusahaan
mengenai aspek hukum dari berbagai keputusan yang akan diambil terkait dengan karyawan.
Aspek hukum bukan menjadi satu-satunya pertimbangan dalam mengambil keputusan terkait
dengan ketenagakerjaan dalam suatu perusahaan, namun tetap perlu menjadi perhatian dari
pengambil keputusan, bersama dengan faktor lain, seperti ketepatan waktu, kualitas produk,
dan efisiensi ekonomi. Dinamika dalam konteks hukum mendorong para manajer untuk mencari
nasehat dari para praktisi SDM untuk memberi nilai tambah pada keputusan manajemen
dengan pemahaman dan keahlian mereka terkait dengan undang-undang dan peraturan
ketenagakerjaan.
9
Mengapa kita sebagai praktisi SDM harus mengetahui hukum yang berlaku?
1. Untuk melakukan hal yang benar – meskipun ada ketidaksetujuan akan beberapa pasal
spesifik, hukum bersifat mandatori bagi praktek manajemen yang baik.
• Pada hukum awal EEO – menuntut kesamaan pembayaran bagi ♂♀ pada posisi yang
sama dalam satu organisasi.
• EEO terbaru menekankan bahwa kandidat & karyawan yang mampu melakukan
suatu pekerjaan tidak boleh mengalami diskriminasi akibat menderita disabilitas
10
C. Strategi yang Bertentangan terkait dengan Fair Employment
Fair Employment
• Ideal Behavior Strategy Situasi dimana keputusan ketenagakerjaan tidak dipengaruhi oleh
diskriminasi yang bersifat ilegal atau melanggar hukum. Strategi ini melarang perusahaan
utnuk mengambil keputusan ketenagakerjaan (mempekerjakan, penilaian kinerja,
penentuan kompensasi, PHK, dll) berdasar perbedaan ras, jenis kelamin, atau usia, dll
• Affirmative Action – Sebuah strategi yang ditujukan untuk mencapai fair employment
dengan mendorong perusahaan untuk mempekerjakan sekelompok orang yang mengalami
diskriminasi di masa lalu
Di Amerika, berbagai peraturan ditetapkan untuk mengatur berbagai isu ketenagakerjaan yang
menjadi ranah bagi praktisi SDM. Tema yang menjadi kesamaan dari berbagai peraturan yang
berlaku di Amerika tersebut pada intinya sederhana, yaitu keputusan perusahaan terkait
dengan ketenagakerjaan tidak boleh diambil berdasarkan karakteristik ras, jenis kelamin, usia,
maupun kecatatan/disabilitas. Beberapa contoh peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai praktek EEO di Amerika:
1. Title VII of The Civil Rights Acts of 1964
Peraturan ini mengatur praktek perusahaan dalam pengambilan keputusan
ketenagakerjaan yang tidak boleh didasarkan pada ras, warna kulit, agama, jenis kelamin,
maupun asal negara. Keputusan terkait dengan ketenagakerjaan yang termasuk dalam
perundang-undangan ini meliputi kompensasi, persyaratan, kondisi, maupun pemberian
hak istimewa pada karyawan.
11
Beberapa istilah yang harus dipahami dalam aturan ini adalah:
Protected classes – adalah beberapa kelompok yang tergolong pada kelompok sasaran
dari affirmative action, seperti African American, Asian American, Native American,
Latinos, dan wanita
Discrimination – didefinisikan sebagai perbuatan yang menunjukkan pembedaan
(making distinctions) terhadap sekelompok orang
Disparate Treatment – didefinisikan sebagai tindak diskriminasi dimana perusahaan
atau atasan (employer) memperlakukan seorang karyawan secara berbeda didasarkan
pada statusnya yang tergabung dalam kelompok protected-class
Adverse Impact – didefinisikan seabgai tindak diskriminasi dimana sebuah standar
diberlakukan secara mutlak dan merata untuk semua kelompok, namun standar ini
cenderung membawa efek yang negatif bagi mereka yang ada dalam kelompok
protected-class
Four-Fifths Rule – adalah aturan yang digunakan untuk membandingkan tingkat
karyawan yang dipekerjakan, antara mereka yang masuk dalam kelompok protected-
class dengan mereka yang merupakan bagian dari kelompok mayoritas. Praktek
ketenagakerjaan dikatakan memiliki adverse impact bila jumlah karyawan yang berasal
dari protected-class kurang dari ⅘ dari jumlah karyawan dari kelompok mayoritas
Beberapa alasan yang dapat digunakan perusahaan dalam mempertahankan diri terhadap
tuduhan praktek diskriminasi di tempat kerja:
Job relatedness – harus didasarkan pada dokumen tertulis, seperti SOP atau hasil
analisis jabatan
Bona Fide Occupational Qualification (BFOQ) – merupakan suatu karakteristik yang
harus muncul atau dimiliki oleh semua karyawan yang menduduki jabatan tertentu
Senioritas – mensyaratkan sistem harus diterapkan secara universal dan merata
kepada semua karyawan
12
Business Necessity – harus dapat dibuktikan bahwa praktek ketenagakerjaan yang
dilakukan bertujuan untuk mencapai operasional bisnis yang aman dan efisien
2. The Civil Rights Acts of 1991
Employer bears burden of proof – saat menghadapi tuntutan, perusahaan yang
wajib membuktikan bahwa apa yang dituduhkan terhadap dirinya tidak benar
Prohibits quotas – melarang adanya pemberlakuan kuota dalam praktek SDM,
khususnya dalam proses rekruitmen dan seleksi
Allows payment of punitive damages – diperbolehkan adanya pembayaran denda
sebagai bentuk hukuman
3. The Equal Pay Act of 1963
Same pay to men and women in same job – mensyaratkan bahwa karyawan laki-laki
dan perempuan mendapat kompensasi yang sama
Can pay differently based on quality or quantity of production – pembedaan dalam
pemberian kompensasi yang berbeda didasarkan pada perbedaan dalam kualitas
maupun kuantitas produksi
Seniority plans exempt – pemberian kompensasi yang didasarkan pada senioritas
termasuk dalam pengecualian
Does not prohibit use of merit pay – praktek pelaksanaan undang-undang ini tidak
melarang praktek pemberian kompensasi merit pay
4. The Age Discrimination in Employment Act of 1967
Pada intinya melindungi hak dari karyawan yang berusia lebih dari 40 tahun
5. The Americans with Disabilities Act of 1990
Bertujuan untuk melindungi para pekerja yang memiliki disabilitas, baik secara fisik
maupun mental, yang menyebabkan ketidakmampuan atau mengganggu dalam
pelaksanaan aktivitas utama dalam kesehariannya
Mengharuskan perusahaan untuk menyediakan akomodasi yang layak dan
diperlukan bagi pelaksanaan fungsi pekerjaan yang esensial
Mensyaratkan bahwa individu yang dilindungi dalam aturan ini harus terlebih
dahulu memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan
dalam jabatan yang dimaksud
6. The Vietnam Era Veterans Readjustment Act of 1974
Aturan ini melarang praktek diskriminasi terhadap para veteran tentara perang
Vietnam
13
Aturan ini juga menuntut kontraktor pemerintah mengambil kebijakan affirmative
action untuk mempekerjakan para veteran tentara perang Vietnam
E. Diskusi Kelompok
Statistik di Indonesia
14
Managing Diversity
A. What Is Diversity?
Managerial Perspective
Untuk dapat menjadi manajer yang sukses di abad 21, seseorang harus dapat bekerja secara
efektif dengan orang-orang yang berbeda dengan dirimu. Angkatan kerja menjadi semakin
beragam dalam hal etnisitas, ras, jenis kelamin, orientasi seksual, disabilitas, dan faktor budaya
lainnya. Tantangan bagi pihak manajerial adalah bagaimana mengambil keuntungan dari
keberagaman sembari mendorong terciptanya kerja sama dan kohesivitas di tengah karyawan
yang beragam. Departemen SDM dapat membantu para manajer untuk dapat memenuhi
tantangan ini melalui program pelatihan, asistensi dan saran, penyusunan prosedur seleksi
karyawan yang adil, dan lain-lain. Namun pada akhirnya, manajer lini adalah pihak yang harus
berinteraksi langsung dengan karyawan yang beragam dalam operasional perusahaan sehari-
hari. Pada bab ini kita akan membahas berbagai isu mengenai keberagaman yang akan
memengaruhi manajer dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengubah keberagaman
karyawan menjadi sumber bagi keunggulan kompetitif.
Diversity (Keberagaman) memiliki definisi yang sangat bervariasi. Namun pada intinya,
keberagaman dapat didefinisikan sebagai karakteristik manusia yang membuat orang berbeda
satu sama lain, baik karakteristik yang tidak dapat dikontrol, seperti ras, JK, usia, atribut fisik,
kasta, maupun karakteristik yang dapat dikontrol, melalui proses adopsi, pelepasan, atau
modifikasi, seperti pendapatan, status pernikahan, kepercayaan, aliansi politik, pendidikan, dan
lain-lain. Penting untuk kita perhatikan bahwa kita perlu membedakan antara sumber
keberagaman dengan keberagaman itu sendiri. Tanpa pembedaan ini, akan cenderung muncul
perilaku Stereotyping adalah kondisi dimana seseorang berasumsi bahwa rata-rata atau
kecenderungan kelompok berlaku untuk semua anggota kelompok. Poin utama yang perlu kita
perhatikan adalah meskipun karyawan memiliki keberagaman, namun hanya sejumlah kecil dari
keberagaman ini dapat dijelaskan dari keanggotaan mereka dalam kelompok tertentu.
Mengapa perusahaan harus mengelola keberagaman?
Untuk dapat bertahan dan berkembang dalam komunitas yang tingkat heterogenitasnya terus
meningkat dewasa ini, organisasi perlu mengubah keberagaman karyawannya menjadi sumber
dari keunggulan kompetitif dari perusahaan
15
Affirmative Action vs. Managing Diversity
Banyak pihak menganggap pengelolaan keberagaman (management of diversity) sebagai label
baru bagi tindakan afirmasi. Pada kenyataannya kedua konsep ini sangatlah berbeda. Tindakan
afirmasi muncul dari tekanan pemerintah pada pelaku bisnis untuk memberikan kesempatan
yang lebih besar kepada wanita dan kelompok minoritas. Pengelolaan keberagaman, di lain
pihak, menganggap perusahaan tradisional, dimana di Amerika, para laki-laki kulit putih
merupakan kelompok mayoritas, sebagai bagian dari masa lalu. Pada saat ini, telah muncul
kesadaran bahwa faktor utama bagi kinerja perusahaan berkaitan dengan bagaimana karyawan
non-tradisional, seperti wanita dan kelompok minoritas, dapat sepenuhnya berintegrasi dan
bekerja secara efektif bersama dengan rekan kerja laki-laki kulit putih mereka. Atas dasar ini,
banyak organisasi, seperti Society of HRM, Microsoft, Texas Instruments, menyebut
keberagaman sebagai kemampuan untuk menggunakan talenta dari orang-orang dengan
berbagai latar belakang, pengalaman, dan persepektif secara efektif. Istilah lain yang saat ini
digunakan untuk menjelaskan pengelolaan keberagaman adalah inklusivitas, yaitu usaha untuk
membuat semua karyawan merasa bahwa mereka adalah bagian integral dari organisasi yang
sama dan bahwa mereka memiliki keinginan bersama untuk mendorong perusahaan menjadi
sukses, tanpa memandang ras, jenis kelamin, usia mereka.
Sejumlah besar penelitian telah dilakukan terkait dengan isu keberagaman. Sejak tahun 2007,
mayoritas jurnal yang mengangkat topik HR telah mendedikasikan edisi khusus yang membahas
tentang keberagaman. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan pertama yang
dapat diambil adalah bahwa mengelola keberagaman karyawan tidak akan menjadi mode yang
akan berlalu begitu saja atau sebatas melakukan hal yang benar secara politis. Perusahaan yang
ada harus berhadapan dengan keberagaman dari hari ke hari, akibat dari perubahan demografis
yang ada. Tren yang nampak adalah bahwa isu keberagaman cenderung berkembang menjadi
isu yang semakin penting untuk dihadapi. Kesimpulan kedua adalah bahwa keberagaman dapat
memiliki efekpositif, negatif, ataupun netral terhadap kinerja perusahaan, tergantung pada
bagaimana perusahaan mengelola keberagaman yang ada di dalamnya. Keberagaman karyawan
dapat meningkatkan kinerja perusahaan melalui stmulasi terhadap peningkatan kreativitas,
pemecahan masalah yang lebih baik dengan mengatasi kecenderungan groupthink, fleksibilitas
yang lebih baik pada sistem yang diterapkan perusahaan, dan informasi yang lebih luas. Bahkan
disampaikan bahwa perusahaan-perusahaan yang paling inovatif secara sengaja membangun
kelompok kerja yang heterogen untuk menciptakan lapangan ide, dengan menyadari bahwa
16
multiplisitas sudut pandang terhadap masalah perlu dibentuk untuk dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada.
17
Dari penjelasan di atas, prinsip utama yang perlu dipegang dalam pelaksanaan pengelolaan
keberagaman karyawan adalah perusahaan perlu memperlakukan karyawan sebagai individual
yang unik, dan bukan sebagai bagian atau anggota dari suatu kelompok tertentu.
C. Diversity in Organizations
Terdapat sejumlah kelompok dalam angkatan kerja yang kurang terwakili dan mungkin merasa
tidak menjadi bagian dari arus utama dari organisasi di Amerika, seperti kelompok Afrika-
Amerika yang menghadapi diskriminasi rasisme dan dalam hal persiapan pendidikan; kelompok
Asia-Amerika yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai namun tidak tampil
pada posisi puncak organisasi karena berkembang stereotype bahwa mereka terlalu hati-hati
dan pendiam (kurang agresif), kelompok ini juga tidak dianggap sebagai kelompok yang masuk
dalam tindakan afirmasi; orang-orang dengan disabilitas menghadapi kurangnya penerimaan
diri, sering dipandang kurang kapabel, kurang tangguh, dan mahal atau memunculkan banyak
biaya tambahan bagi perusahaan terkait dengan pengadaan akomodasi yang layak; mereka yang
lahir di luar Amerika, yaitu para imigran atau pendatang, baik yang sifatnya legal maupun ilegal;
kaum homoseksual yang memunculkan kecenderungan adanya gerakan anti-diskriminasi yang
bersifat sukarela; Latinos (Hispanik Amerika) yang menghadapi hambatan budaya dan bahasa
sehingga sering menghadapi diskriminasi ras; Karyawan berusia lanjut yang secara hukum
menghadapi adverse impact, dan menghadapi asumsi bahwa mereka kurang motivasi,
cednerung resisten dan sulit mempelajari hal-hal baru, serta “mahal” karena umumnya memiliki
tingkat pengalaman kerja yang tinggi; para penganut kepercayaan minoritas, yaitu para
penganut kepercayaan non-Kristen; serta tenaga kerja wanita yang pada tahun 2015
diproyeksikan akan menyamai jumlah tenaga kerja laki-laki di Amerika.
18
E. Diskusi
Di saat perusahaan lain memberi cuti hamil selama 3 bulan, DanoneIndonesia mengambil langkah populis.
Perusahaan raksasa yang berpusat di Perancis itu memberikan cuti hamil bagi karyawannya selama enam bulan
penuh.
Hal itu diketahui saat sesi media gathering PT Danone Indonesia di Surabaya beberapa waktu lalu. ”Selama
enam bulan itu karyawan akan mendapat empat bulan gaji full, dan dua bulannya lagi baru dipotong sedikit,” kata
Communication Director PT Danone Indonesia Arif Mujahiddin.
Arif mengatakan, itu tidak lepas dari kebijakan perusahaan yang ingin setiap ibu melahirkan memiliki kedekatan
emosional dengan anak. ”Karena kami mendukung pemberian ASI eksklusif. Diharapkan dengan lebih lama di
rumah, karyawan perempuan yang menjadi ibu itu bisa fokus terlebih dahulu dengan tugasnya sebagai orang tua
baru,” jelas dia.
Tak hanya itu saja, perusahaan yang membawahi Aqua, Sarihusada, Nutricia, dan Nutricia Advanced Medical
Nutrition itu juga memberikan cuti bagi karyawan pria yang istrinya melahirkan. Total selama 10 hari.
Danone juga memberikan kebijakan bagi karyawan yang punya anak, bisa membawa anaknya ke kantor pada
saat-saat tertentu. ”Kami menyediakan layanan daycare bagi anak-anak karyawan yang dengan terpaksa harus
ikut ke kantor. Misalnya saat ART (Asisten rumah tangga) pulang kampung atau hal lain. Sehingga karyawan
bisa tenang bekerja karena si buah hati ada di dekat dia,” imbuh pria humoris itu.
Dalam kegiatan itu turut diinformasikan berbagai proyek sosial yang dilakukan perusahaan bermisi membawa
kesehatan melalui produknya ke sebanyak mungkin orang. Di antaranya membuat warung anak sehat yang
berada di 124 titik di Indonesia, merevitalisasi PAUD, hingga meningkatkan akses air bersih. (JPNN/pda)
Unilever Tetap Beri Gaji Penuh Bagi Karyawannya yang Cuti Hamil
http://ekonomi.kompas.com/read/2017/07/07/160444226/unilever.tetap.beri.gaji.penuh.bagi.karyawannya.yang.cuti.hamil
JAKARTA, KOMPAS.com - Selain memperpanjang masa cuti bagi karyawan yang hamil, PT Unilever Indonesia Tbk juga
tetap memberi gaji penuh kepada para karyawannya yang mengambil cuti hamil.
Umumnya, perusahaan memberikan cuti hamil pada karyawan wanita selama 12 minggu atau lebih kurang tiga bulan
dengan penerimaan gaji yang tidak penuh sesuai aturan masing-masing.
"Di Unilever, karyawan yang mengambil cuti melahirkan akan menerima gaji penuh," kata Willy Saelan, HR Director PT
Unilever Indonesia Tbk, kepada Kompas.com, Jumat (7/7/2017).
Unilever memandang, keluarga yang bahagia berperan penting untuk tumbuh kembang anak dan kesuksesan karyawan
dalam menjalani pekerjaan sehari-hari di kantor.
Dengan demikian, salah satu langkah yang diambil Unilever adalah dengan memperpanjang masa cuti bagi karyawan
perempuan yang hamil.
Awalnya, karyawan yang hamil diberi jatah cuti selama tiga bulan. Namun sejak 1 Juli 2017, karyawan Unilever yang hamil
mendapat cuti selama empat bulan dengan gaji penuh.
Rinciannya, 1,5 bulan sebelum dan 2,5 bulan setelah melahirkan.
"Kami paham bahwa masa-masa awal kelahiran anak adalah momen yang penting bagi setiap orang. Melalui kebijakan ini,
kami ingin memberikan waktu berkualitas yang lebih lama kepada sang ibu untuk fokus membangun pemenuhan emosi
secara optimal dan mengasuh sang bayi terutama pasca melahirkan," kata Willy.
Selain itu, Unilever juga memperpanjang masa cuti bagi karyawan laki-laki yang istrinya akan melahirkan.
Cuti mereka diperpanjang dari 3 menjadi 5 hari (1 hari untuk mengantar istri saat melahirkan dan 4 hari setelah istri
melahirkan). Cuti ini juga berlaku mulai 1 Juli 2017.
"Sang ibu akan merasa tenang dengan adanya keberadaan dan dukungan sang ayah dalam menjalankan tanggung jawab
terhadap pengasuhan anak. Hal ini setidaknya mampu mengurangi potensi depresi pasca ibu melahirkan," kata Willy.
19
Employee Recruitment-Selection and Separation-Outplacement
A. Recruiting and Selecting Employees
Pada bagian ini, kita akan membahas mengenai bagaimana praktisi SDM mencocokkan antara
kebutuhan tenaga kerja dengan penawaran atau ketersediaan di pasar tenaga kerja, serta
berbagai pendekatan yang dapat dilakukan dalam melakukan penyesuaian tersebut. Proses ini
akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai bagaimana praktisi SDM dalam
mengukur keuntungan dan kelebihan dalam melakukan rekrutmen internal maupun eksternal.
Kita juga akan mendiskusikan bagaimana cara membedakan berbagai praktek seleksi karyawan
yang dilakukan para praktisi SDM dan menentukan mana yang akan digunakan berdasar
pertimbangan praktek yang paling dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Salah satu
komponen kunci dalam bagian ini adalah membantu mahasiswa dalam belajar mengambil
keputusan terkait dengan tenaga kerja yang dapat mendorong perusahaan untuk dapat
mempekerjakan maupun mempromosikan orang yang paling tepat.
Kebutuhan dan ketersediaan tenaga kerja selalu berfluktuasi dalam konteks industri dan
ekonomi. Saat terjadi kekurangan tenaga kerja, dimana kebutuhan melebihi ketersediaan,
perusahaan akan kekurangan karyawan yang memenuhi kualifikasi. Beberapa hal yang biasa
dilakukan dalam kondisi ini adalah melatih karyawan yang ada, memastikan kepantasan
20
karyawan yang ada untuk mengambil alih posisi yang lowong melalui proses regenerasi
(succession planning), mempromosikan karyawan internal, melakukan perekrutan karyawan
baru dari luar perusahaan, melakukan subkontrak atas sebagian pekerjaan kepada
perusahaan lain, mempekerjakan para pekerja paruh waktu atau sementara, maupun
menerapkan kerja lembur terhadap karyawan yang ada untuk memenuhi kebutuhan akan
tenaga kerja.
Perusahaan dikatakan memiliki kelebihan ketersediaan tenaga kerja saat tenaga kerja yang
tersedia melebihi kebutuhan yang ada. Saat hal ini terjadi, pada umumnya perusahaan akan
melakukan beberapa cara untuk memenuhi gap yang ada, seperti pemotongan gaji,
mengurangi jumlah jam kerja karyawan, berbagai pekerjaan, menghilangkan beberapa posisi
yang ada melalui beberapa taktik, yaitu pensiun dini, pemotongan gaji, maupun PHK secara
langsung.
Bila kelebihan tenaga kerja masih rendah, perusahaan akan cenderung memilih jalan
mengurangi jam kerja karyawan dibanding melakukan pemecatan karyawan atau PHK. Hal
ini didorong oleh adanya aturan perundang-undangan yang mengharuskan perusahaan
untuk membayar sejumlah biaya sebagai kompensasi dilakukannya PHK terhadap karyawan.
Lebih jauh lagi, pengurangan jumlah jam kerja akan menghindarkan perusahaan dari
keharusan untuk menanggung biaya rekrutmen dan pelatihan saat tuntuntan kebutuhan
karyawan meningkat di kemudian hari.
21
Komponen-komponen yang terdapat pada proses yang dilakukan perusahaan dalam
mempekerjakan karyawan adalah: Rekrutmen sebagai proses menghasilkan kumpulan calon
kandidat yang memnuhi kualifikasi yang dituntut untuk menduduki jabatan tertentu, Seleksi
sebagai proses membuat keputusan untuk mempekerjakan atau menghentikan proses atas
setiap kandidat, serta Sosialisasi yang merupakan proses orientasi karyawan baru terhadap
perusahaan maupun unit dimana Ia ditempatkan saat Ia telah diterima bekerja dalam
perusahaan.
a. Recruitment
Proses rekrutmen pada dasarnya adalah aktivitas menjual, dimana kita berusaha untuk
meyakinkan calon kandidat untuk datang dan bekerja pada perusahaan kita. Terdapat
beberapa sumber untuk proses rekrutmen, yaitu:
Applicant centered recruiting merupakan salah satu metode yang melihat proses
dari perspektif pemohon untuk meningkatkan kemampuan Anda untuk
mendapatkan orang yang tepat dalam posisi
Karyawan yang ada juga merupakan sumber rekrutmen yang baik dan banyak
perusahaan memiliki kebijakan untuk menginformasikan karyawan saat ini tentang
lowongan pekerjaan sebelum mencoba merekrut di tempat lain
Internal job posting akan memberi karyawan yang ada suatu kesempatan untuk
pindah ke pekerjaan perusahaan yang lebih diminati dan menjaga komitmen
mereka terhadap perusahaan. Namun, promosi internal secara otomatis
menciptakan lowongan pekerjaan lain yang harus diisi
Referrals atau rekomendasi dari karyawan yang ada juga bisa menjadi sumber
karyawan baru yang baik. Telah ditemukan bahwa karyawan yang dipekerjakan
melalui rujukan dari karyawan saat ini cenderung tinggal dengan organisasi lebih
lama dan menunjukkan loyalitas dan kepuasan kerja yang lebih besar daripada
karyawan yang direkrut dengan cara lain. Beberapa organisasi menawarkan insentif
kepada karyawan mereka untuk mendapatkan rujukan yang berhasil.
22
lebih baik. Akhirnya pelanggan bisa menjadi sumber karyawan yang nyaman dan hemat
biaya karena mereka sudah terbiasa dengan produk atau layanan organisasi.
Saat kita melakukan evaluasi terhada sumber rekrutmen, sangatlah penting untuk
melihat biaya sumber yang berbeda dan efektivitas perekrutan melalui sumber-sumber
ini. Bila melihat sumber rekrutmen internal vs. eksternal ada pro dan kontra masing-
masing.
Internal vs. Eksternal: Terkadang masuk akal ekonomi untuk mencari spesialis eksternal
daripada menanggung biaya untuk melatih pekerja saat ini dalam proses atau teknologi
baru, namun karyawan saat ini dapat melihat pekerja yang direkrut secara eksternal
sebagai "pemula" & mengabaikan gagasan dan perspektif mereka. Membawa seseorang
dapat menyebabkan kesulitan jika pekerja saat ini membenci perekrutan untuk mengisi
pekerjaan yang menurut mereka seharusnya masuk ke pekerja internal yang
berkualifikasi. Rekrutmen internal akan memberikan keuntungan dimana karyawan
sudah terbiasa dengan kebijakan, prosedur, dan kebiasaan organisasi tersebut, namun
pekerja yang dipromosikan ke pekerjaan tingkat tinggi dapat dilemahkan dalam
kewenangannya (misalnya, mantan rekan kerja mengharapkan perlakuan khusus).
b. Selection Tools
• Tes kemampuan atau Ability Tests yang akan mengungkap kemampuan kandidat
dalam hal kognitif, fisik, maupun melakukan sampel pekerjaan yang akan menjadi
tanggung jawab dalam jabatan yang dilamar
23
• Tes bebas dari penggunaan narkoba atau Drug tests
• Assessment center
24
3. Possible Benefits of Employee Separations
Bagi organisasi ada beberapa manfaat pemisahan karyawan. Salah satu keuntungannya
adalah berkurangnya biaya tenaga kerja, biaya ini turun drastis saat angkatan kerja
menyusut. Ini termasuk biaya seperti gaji dan tunjangan. Manfaat lain adalah Anda dapat
mengganti pemain berkinerja buruk yang tidak menanggapi pembinaan atau umpan balik.
Inovasi yang meningkat sering terjadi pada masa-masa sulit dan perpisahan dapat
menciptakan peluang kemajuan bagi individu berkinerja tinggi. Akhirnya, ada kesempatan
untuk keragaman yang lebih besar karena perpisahan menciptakan kesempatan untuk
mempekerjakan karyawan baru dengan latar belakang yang beragam.
Ada dua jenis pemisahan utama, secara sukarela (voluntary) dan secara terpaksa
(involuntary). Perpisahan secara sukarela terjadi ketika karyawan mengakhiri hubungan
kerja. Ini bisa dihindari atau tidak dapat dihindari (keadaan hidup, di luar kendali majikan).
Perpisahan secara sukarela biasanya terjadi ketika karyawan tersebut berhenti atau pensiun.
Perpisahan secara sukarela meningkat karena pekerjaan melompat menjadi lebih umum dan
dapat diterima. Pemisahan secara terpaksa adalah saat majikan mengakhiri hubungan kerja.
Hal ini dapat disebabkan oleh kebutuhan ekonomi atau kecocokan yang buruk antara
25
karyawan dan organisasi. Ketika seorang karyawan dipulangkan, sangat penting untuk
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. PHK adalah pengurangan tenaga kerja untuk
mengurangi biaya dan dapat berdampak kuat pada organisasi. Semakin banyak PHK yang
terjadi di sektor usaha kecil mengingat kemerosotan ekonomi baru-baru ini. Perampingan
mengurangi ukuran & ruang lingkup bisnis atau perubahan sistematis dalam cara terstruktur
organisasi. Rightsizing adalah ketika ada reorganisasi perusahaan untuk meningkatkan
efisiensi.
Seringkali kebijakan pensiun dini digunakan untuk mendorong pemisahan bila diperlukan
pengurangan kekuatan. Ada beberapa fitur kunci dari kebijakan pensiun dini yang harus
selalu diingat saat mengelola alat ini. Yang pertama adalah paket insentif keuangan. Paket ini
bisa membuatnya menarik bagi karyawan senior untuk pensiun lebih awal dari yang mereka
rencanakan. Fitur kedua adalah jendela yang terbuka. Ini membatasi kelayakan untuk jangka
waktu yang cukup singkat dan saat jendela ditutup, insentif tidak lagi tersedia. Strategi ini
secara substansial dapat mengurangi ukuran angkatan kerja namun harus dikelola dengan
hati-hati. Kapan pensiun dini menjadi pilihan yang lebih baik daripada PHK secara langsung?
Managing Layoffs
Biasanya, sebuah organisasi akan melakukan PHK jika tidak dapat mengurangi biaya tenaga
kerjanya dengan cara lain. Manajer pertama-tama harus mencoba mengurangi biaya tenaga
kerja mereka dengan menggunakan alternatif pemutusan hubungan kerja, seperti pensiun
dini dan pengurangan tenaga kerja sukarela lainnya. Setelah manajer membuat keputusan
26
untuk menerapkan PHK, mereka harus memperhatikan penempatan mantan karyawan
tersebut. Pengaruh penting pada kemungkinan PHK adalah strategi SDM bisnis. Misalnya,
perusahaan dengan strategi SDM ketenagakerjaan seumur hidup cenderung tidak
memberhentikan karyawan karena mereka telah mengembangkan kebijakan alternatif
untuk melindungi keamanan kerja karyawan mereka.
6. Alternatives to Layoffs
Ada banyak metode alternatif untuk mengurangi biaya tenaga kerja yang harus dijelajahi
oleh manajemen sebelum memutuskan untuk melakukan PHK. Alternatif-alternatif ini
mencakup hal-hal seperti pensiun dini, kebijakan ketenagakerjaan (pengurangan dan
pembekuan karyawan), redesign pekerjaan (pembagian kerja), kebijakan pembayaran dan
tunjangan (pembebasan dan pemotongan gaji), pelatihan, dan pengurangan tenaga kerja
sukarela lainnya.
7. Implementing a Layoff
27
8. Outplacement
28
Employee Safety & Health
A. Challenges
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:
2. Menjelaskan pertimbangan dari peraturan K3 serta biaya & tanggung jawab yang
dibebankan pada perusahaan
5. Menggambarkan fitur dari program K3 dan memahami dasar pertimbangan dan efek dari
program yang didesain untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah bagian dari biaya/beban dalam
menjalankan bisnis yang harus ditanggung oleh perusahaan
Hukum ttg Kompensasi Karyawan tidak mengatur ttg K3 tapi menjamin (dengan
memaksa) perusahaan untuk membayar asuransi/pertanggungan bagi karyawan
di Indonesia: Jamsostek/BPJS Ketenagakerjaan
National level laws - The Occupational Safety and Health Act of 1970 (OSHA)
hukum nasional yang didesain untuk mewujudkan tempat kerja yang lebih aman
dengan memastikan lingkungan kerja yang bebas dari potensi bahaya melalui
29
standard ttt yang harus dipenuhi, adanya inspeksi, pemanggilan, dan denda, tapi
tidak mengatur kompensasi bagi korban kecelakaan kerja
Namun rate-nya bisa lebih tinggi pada beberapa industri, seperti konstruksi
Keputusan/Peraturan Pemerintah
• PP No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan
Pestisida
30
• PP No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan
• PP No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak
dan Gas Bumi
• Keppres No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja
Keputusan/Peraturan Menteri
• Kep No 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja
g. Penerangan yang cukup dan sesuai, Suhu dan kelembaban, serta penyegaran udara yang
baik
31
m. Menyesuaikan & menyempurnakan pengamanan ada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannnya bertambah tinggi
a. Memberi keterangan yang benar pada pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dengan syarat K3 & APDnya tidak sesuai
dengan yang diwajibkan
Kewajiban Pengurus
a. Menempatkan secara tertulis pada tempat yang mudah terlihat & dibaca atau sesuai
petunjuk PP dan atau ahli KK
b. daftar syarat K3 yang diwajibkan, UU ini, & semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku
d. Menyediakan secara cuma-cuma APD yang diwajibkan pada naker & orang lain yang
memasuki area kerja disertai petunjuk yang diperlukan
32
4. tingkat risiko tinggi 1,27 % dari upah sebulan
Masa kadaluarsa klaim selama selama 2 (dua) tahun dihitung dari tanggal kejadian kecelakaan.
c) Santunan Kecacatan
• Cacat Sebagian Anatomis sebesar = % sesuai tabel x 80 x upah sebulan.
• Cacat Sebagian Fungsi = % berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x 80 x upah
sebulan.
• Cacat Total Tetap = 70% x 80 x upah sebulan.
33
• Biaya Pemakaman Rp3.000.000,-.
• Santunan berkala selama 24 bulan yang dapat dibayar sekaligus= 24 x Rp200.000,-
= Rp4.800.000,-
5. Rehabilitasi berupa alat bantu (orthese) dan/atau alat ganti (prothese) bagi Peserta
yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat Kecelakaan Kerja untuk
setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi Rumah
Sakit Umum Pemerintah ditambah 40% (empat puluh persen) dari harga tersebut
serta biaya rehabilitasi medik.
6. Beasiswa pendidikan anak bagi setiap peserta yang meninggal dunia atau mengalami
cacat total tetap akibat kecelakaan kerja sebesar Rp12.000.000,- (dua belas juta
rupiah) untuk setiap peserta.
E. Komite Pengawas
1. Occupational Safety and Health Act (OSHA)
Federal Law (1970) - Didorong kejadian meninggalnya 78 pekerja tambang pada ledakan
tambang pada tahun 1969 di Amerika yang mengharuskan perusahaan untuk:
34
Kewenangan menetapkan variasi, baik Temporary maupun Permanent
Menindaklanjuti keluhan pekerja atas kondisi kerja yang tidak aman dan
atau tidak sehat
Industri dan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang tinggi (High-
hazard)
Issue Fines
Lembaga penelitian yang fokus pada topik OSH untuk membantu OSHA dalam
menetapkan standard baru dalam praktek K3
35
EMPLOYEE DEVELOPMENT
A. Appraising & Managing Performance
Identifikasi berarti menentukan bidang pekerjaan yang harus diperiksa oleh manajer saat
mengukur kinerja berdasarkan analisis pekerjaan, fokus pada kinerja yang mempengaruhi
keberhasilan organisasi daripada karakteristik kinerja-tidak relevan seperti ras, usia, atau
jenis kelamin. Pengukuran, inti dari sistem penilaian, memerlukan penilaian manajerial
tentang bagaimana kinerja karyawan "baik" atau "buruk" harus konsisten di seluruh
organisasi. Penilaian Manajemen harus mengambil pandangan berorientasi masa depan
tentang apa yang dapat dilakukan pekerja untuk mencapai potensi mereka dalam organisasi
manajer harus memberi umpan balik kepada pekerja dan melatih mereka ke tingkat
kinerja yang lebih tinggi.
36
Pengukuran Kinerja
– Pengelompokan “excellent, good, average, poor”
– Measurement Tools
• Berdasar judgement yang diminta relatif & absolut
• Berdasar fokus pada pengukuran trait, behavior, outcome
2. Penggunaan PA
3. Measurement Tools
– Kelebihan:
37
• Perilaku dipandang lebih minim ambiguitas & didasarkan pada hasil
observasi
– Kelemahan
Bukti empiris – tipe dari alat ukur yang digunakan tidak memberikan banyak pengaruh
pada rating yang dihasilkan Orang yang memberikan rating (source of the appraisal).
Penilaian tradisional – dilakukan oleh atasan (top-down appraisal) subjektivitas tinggi
Solusi:
– Umpan balik 360˚ yang meliputi Self-review, Peer review, Subordinate review, dan
Penilaian pelanggan/customer
38
4. Measurement Pitfalls and Challenges
a. Halo effect
b. Range restriction
1. leniency errors
3. severity errors
c. Personal bias
d. Liking – faktor like & dislike dari penilai thd karyawan yang dinilai
Training
specific skills
correct deficiencies in performance
Development
provide abilities the organization will need in the future
2. Managing the training process
39
b. Kebutuhan tugas – menguji pekerjaan yang akan dilakukan melalui anajab &
identifikasi KSA yang dibutuhkan
a. Location
i. Reaction of trainees
40
MENDESAIN DAN MENGADMINISTRASIKAN BENEFIT
A. Pengertian Benefit
Benefit adalah kumpulan reward yang dapat menjamin karyawan dan keluarganya
Benefit juga disebut dengan kompensasi tidak langsung
Asuransi kesehatan, asuransi jiwa, uang pensiun, liburan atau tour
Tipe benefit :pembayaran saat tidak bekerja, asuransi kesehatan, pensiun, dan asuransi
jiwa
Benefit Mix: strategi kompensasi total, mekanisme objektif perusahaan dan karakteristik
pekerjaan
Benefit Amount: berapa jumlah cost yang akan dibayarkan pada karyawan
Fleksibilitas benefit: menyesuaikan karakteristik karyawan
Benefit sebagai keamanan social bagi karyawan
Program pemerintah terkait pendapatan saat karyawan pensiun
1. Pendapatan saat berhenti/pensiun untuk penyandang cacat, dan survivors
41
5) Indonesia: Tunjangan Hari raya
Benefit hendaknya fleksibel menyesuaikan karakteristik karyawan terkait demografi
karyawan dan pekerjaan
Analisa kebutuhan dan Kinerja karyawan
Menentukan pilihan benefit yang terbaik dan menguntungkan karyawan dengan
menyesuaikan cost
Benefit bertujuan untuk meningkatkan kepuasan dan meminimalisir turnover
Mengkomunikasikan benefit: saat penerimaan karyawan baru, saat rapat besar karyawan,
buku pedoman benefit dan benefit web sites
C. Kesimpulan
Benefit adalah kumpulan reward yang diterima oleh karywan selain gaji
karyawan
E. Daftar Pustaka
Mejia, Gomes, R, Luis, Balkin, B, David, Cardy, L, Robert. 2012. Managing Human
Resource. Pearson. New York.
42
MENGHORMATI HAK KARYAWAN DAN DISIPLIN PADA KARYAWAN
A. HAK-HAK KARYAWAN
Hak karyawan yang diatur oleh undang-undang, hak yang terkait dengan
perlindungan karyawan terhadap diskriminasi: ras, jeis kelamin, agama, negara asal,
usia, handycap
Hak karyawan yang didasarkan pada kontrak perusahaan, kedua belah pihak.
Usaha mengatur hak karyawan agar dapat menjalankan bisnis atau kerja untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan
B. DISIPLIN KARYAWAN
Dua pendekatan yang dilakukan manager untuk membuat karyawan lebih disiplin
yaitu progresif disiplin dan positif disiplin
43
2. Positif disiplin yaitu disiplin yang diberlakukan bagi karyawan bermasalah dengan
cara melakukan pendekatan dengan karyawan kemudian dilakukan konseling
dalam mencari solusi kemudian konseling bertahap untuk mengatasi masalah
dan yang terakhir adalah pemutusan kerja jika karyawan tidak berubah atau
karyawan berubah jika konseling berhasil dan dapat kembali bekerja.
Adanya dua macam pelanggaran dalam organisasi yang dilakukan karyawan yaitu
Disiplin model; aturan haruslah bersifat segera dan berlaku untuk siapa saja yang
melakukan pelanggaran
Atasan tidak boleh like and dislike, diskriminasi terhadap karyawan tertentu
Training dan development: perusahaan perlu melakukan trening secara bertahap dan
melakukan pengembangan karyawan sehingga karyawan yang kinerjanya rendah dapat
dikembangkan dan dimaksimalkan agar kinerjanya meningkat.
44
Performance appraisal: adanya penilaian kinerja secara bertahap dalam beberapa
periode setiap tahunnnya sehingga dapat dilakukan screening awal dalam memberikan
evaluasi karyawan.
C. Kesimpulan
Hak karyawan diatur dalam undang-undang dan diatur oleh perusahaan agar karyawan
dapat difasilitasi hak yang dimiliki di perusahaan
Bagi karyawan yang mengalami penurunan kinerja secara ekstrim dan melakukan
pelanggaran maka perusahaan dapat menerapkan dua macam disiplin yaitu progresif
disiplin dan positif disiplin.
E. Daftara Pustaka
Mejia, Gomes, R, Luis, Balkin, B, David, Cardy, L, Robert. 2012. Managing Human Resource.
45