MIXING PROCEDURE
1. TUJUAN PRAKTIKUM
1.1. Mengenal material pembentuk lumpur dan fungsinya
1.2. Mengetahui pembuatan lumpur dengan pencampuran bahan additive
2. DASAR TEORI
3. LANGKAH KERJA
3.1 Mengukur massa bahan additive menggunakan Timbangan Digital
4. TABEL
4.1. PERALATAN
Alat untuk
menimbang
material yang
akan
Timbangan dimasukkan ke
1 1 dalam lumpur
Digital
Alat untuk
menstablikan
tegangan pada
mixer
Automatic
2 Voltage 1
Stabilizer
Alat untuk
pembuatan
lumpur. Tempat
mencampur air
dengan additive
3 Mixer 1
Alat untuk
mengukur
volume water
yang akan
digunakan
4 Gelas Ukur 1
4.2. ADDITIVES
5. ANALISA
Mixing merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk mencampurkan beberapa
jenis additive penyusun drilling fluids (mud). Prosedur mixing sangat berpengaruh
besar terhadap kualitas lumpur yang akan dipergunakan.
Dalam praktikum kali ini, kami akan membahas tentang mixing procedure
menggunakan bahan-bahan additive yang terdiri dari water, Na2CO3 , Bentonite,
PAC-LV, PAC-R, dan Barite. Ke enam bahan additive ini memiliki fungsi, tekstur,
dan warna yang berbeda-beda. Water, memiliki fungsi sebagai thiner. Na2CO3
berfungsi untuk mengurangi kadar Ca++ yang terkadung dalam water. Kandungan
maksimal Ca++ yang di perbolehkan sesuai standar adalah XXX. Jika, kandungan
Ca++ melebihi standarnya, maka akan mempengaruhi kesempurnaan dari mixing
procedure. Oleh karena itu, kandungan Ca++ harus diperhatikan. Additive lainnya
seperti bentonite, berfungsi sebagai viscosifier, PAC-R dan PAC-LV berfungsi
sebagai filtration loss controller, dan yang terakhir barite berfungsi sebagai weight
material.
Berdasarkan Standart Operation Procedure Total Oil Company, telah dipaparkan
bahwa urutan pencampuran dalam pembuatan water basemud dengan material
additive adalah sebagai berikut : Water sebanyak 350 cc, Na2CO3 dengan massa 2
gram, setelah itu Bentonite sebanyak 7 gram, PAC-LV 2 gram, PAC-R 1 gram, dan
Barite sebanyak 20 gram.
Kelima bahan additive ini, di mixing pada kecepatan rotasi yang sama yaitu sebesar
6000 rpm (medium), agar bahan additive dapat tercampur secara optimal. Karena,
apabila kecepatan putar terlalu cepat, atau terlalu lambat akan berpengaruh terhadap
sifat lumpur yang akan dihasilkan. Tidak diharapkan, hasil dari pencampuran akan
kurang merata apabila kecepatan putar terlalu lambat dan akan menimbulkan efek
agitasi ( munculnya gelembung – gelembung gas pada lumpur) yang berlebih apabila
kecepatan putar terlalu lambat.
Waktu pencampuran yang dibutuhkan oleh masing-masing additive berbeda-beda
sesuai Standart Operation Procedure yang telah ditentukan oleh masing- masing
perusahaan. Dalam hal ini, Total Oil Company menentukan SOP untuk masing-
masing additive sebagai berikut :
1. Water + Na2CO3 selama 300 second
2. Bentonite selama 600 second
3. PAC-LV selama 180 second
4. PAC-R selama 180 second
5. Barite selama 300 second
Dalam proses pembuatan lumpur, sering dijumpai munculnya gelembung gas saat
proses mixing. Gelembung - gelembung yang terperangkap dalam lumpur, tentu
akan merubah sifat lumpur, yang akan mengakibatkan menurunnya berat jenis atau
densitas lumpur yang berpengaruh terhadap pressure hydrostatic suatu sumur.
7. DAFTAR PUSTAKA
7.1.
………………………..
NIM.