Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN HIPERTENSI

A. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya ≥ 140 mmHg dan diastolik di
atas ≥ 90 mmH, pada pemeriksaan yang berulang. Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Perkit,2015)

2. KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar
dari 90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg.

Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan

tatalaksana hipertensi (disadur dari A Statement by the American Society of Hypertension and the International

Society of Hypertension2013)

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi Derajat 140 – 159 90 – 99
1
Hipertensi Derajat 160 – 179 100 – 109
2
Hipertensi Derajat ≥180 ≥110
3
Hipertensi Sistolik ≥140 <90
terisolasi

3. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti


penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa
faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah:
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah :
1) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alkohol
6) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
1) Glomerulonefritis
2) Pielonefritis
3) Nekrosis tubular akut
4) Tumor
b. Vascular
1) Aterosklerosis
2) Hiperplasia
3) Trombosis
4) Aneurisma
5) Emboli kolestrol
6) Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
1) DM
2) Hipertiroidisme
3) Hipotiroidisme
d. Saraf
1) Stroke
2) Ensepalitis
3) SGB
e. Obat – obatan
1) Kontrasepsi oral
2) Kortikosteroid

4. TANDA DANGEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri
oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa


pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

5. PATOFISIOLOGI / PATHWAY
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis


merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,
yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya


“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga
tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi )
dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan
hipertensi )
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk /
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi

7. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat


Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5
gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling
baik 5 x perminggu
3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
(1) Tehnik Biofeedback
(a) Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai
keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal.
(b) Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
(2) Tehnik relaksasi
(a) Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks
4) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat hipertensi.
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
2) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
a) Dosis obat pertama dinaikkan
b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika ,
beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
3) Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
a) Obat ke-2 diganti
b) Ditambah obat ke-3 jenis lain
4) Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
a) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
b) Re-evaluasi dan konsultasi
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan
interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas
kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemebrian pendidikan
kesehatan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama /jam.
Kriteria hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
 Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
 Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan
manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan
perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa
pengisian kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi
aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat
ditempat tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan
punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi,
aktivitas pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol
tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai
indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai
indikasi
1) Diuretik Tiazid misalnya klorotiazid (Diuril), hidroklorotiazid
( esidrix, hidrodiuril ), bendroflumentiazid (Naturetin)
2) Diuretic Loop misalnya Furosemid (Lasix), asam etakrinic
(Edecri), Bumetanic (Burmex)
3) Diuretik hemat kalium misalnay spironolakton (aldactone),
triamterene (Dyrenium), amilioride (midamor )
4) Inhibitor simpatis misalnya propanolol (inderal), metoprolol
(lopressor), Atenolol (tenormin), nadolol (Corgard),
metildopa (aldomet), reserpine (Serpasil), klonidin
(catapres)
5) Vasodilator misalnya minoksidil (loniten), hidralasin
(apresolin), bloker saluran kalsium (nivedipin, verapamil)
6) Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin (hytrin)
7) Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel (hyloree),
quanetidin (Ismelin), reserpin (Serpasil)
8) Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya
klonidin (catapres), guanabenz (wytension), metildopa
(aldomet)
9) Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin (apresolin),
minoksidil, loniten
10)Vasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya
diazoksid (hyperstat), nitroprusid (nipride, nitropess)
11) Bloker ganglion misalnya guanetidin (ismelin), trimetapan
(arfonad), ACE inhibitor (captopril, captoten)

2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan


vaskuler serebral
Tujuan :
Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama / jam

Kriteria hasil :
a. Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
b. Pasien tampak nyaman
c. TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit
penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala
seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher,
posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan
distraksi
f. Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang,
membungkuk
g. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik,
antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium)
3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan adanya tahanan pembuluh darah
Tujuan :
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama /jam

Kriteria hasil :
a. Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik
seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat
diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal.
b. Haluaran urin 30 ml/ menit
c. Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring
b. Tinggikan kepala tempat tidur
c. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur,
duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
d. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
e. Amati adanya hipotensi mendadak
f. Ukur masukan dan pengeluaran
g. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
h. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

4. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output


Tujuan :
Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
a. Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari
b. Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas
Intervensi :
a. Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap
jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
b. Instruksikan pasien tentang penghematan energi
c. Kaji respon pasien terhadap aktifitas
d. Monitor adanya diaforesis, pusing
e. Observasi TTV tiap 4 jam
f. Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk
memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan
waktu istirahat sepanjang siang atau sore

5. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala


Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama /jam
Kriteria hasil :
a. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam
per hari
b. Tampak dapat istirahat dengan cukup
c. TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
b. Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
c. Evaluasi tingkat stress
d. Monitor keluhan nyeri kepala
e. Lengkapi jadwal tidur secara teratur
f. Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat
g. Lakukan masase punggung
h. Putarkan musik yang lembut
i. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan
fisik.
Tujuan :
Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil :
a. Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
b. Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri
Intervensi :
b. Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan
diri
c. Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
d. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
e. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang
dilakukan klien / atas keberhasilannya

7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder


adanya hipertensi yang diderita klien
Tujuan:
Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama /jam
Kriteria hasil :
a. Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang
b. Ekspresi wajah rilek
c. TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku
misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian,
keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan,
kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi
sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya
d. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri
dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan
e. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup
f. Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non
verbal
g. Observasi TTV tiap 4 jam
h. Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaanya
i. Berikan support mental pada klien
j. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada
klien

8. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


tentang proses penyakit
Tujuan :
Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah
dilakukan tindakan ekperawatan selama /jam
Kriteria hasil:
a. Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
b. Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
Intervensi :
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh
dengan stress
c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu
pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa
pemeriksaan dokter
e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk
dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan
muntah.
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat
berat
h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai
program
i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang
tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang
mengandung kafein, teh serta alcohol
j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
k. Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada
keluarga klien
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C, 2015, Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku


Untuk Brunner dan Suddart, alih bahasa oleh Yasmin Asih, EGC:
Jakarta.

Carpenito L. J, 2014, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku


Kedokteran EGC: Jakarta.

dan pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Penerbit Buku


Kedokteran EGC: Jakarta. Mansjoer A, dan Triyadinti, Savitri, dkk,
2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2, penerbit Media
Aesculapilis: Jakarta.

Long, B.C. 1996. Essential of medical – surgical nursing : A nursing


process approach. Bandung: IAPK Padjajaran

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardovaskuler, 2015. Pedoman


Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskuler. Edisi
pertama

Price, S.A. & Wilson, L.M. 2005. Pathophysiology: Clinical concept of


disease processes. 4th Edition. Jakarta: EGC

Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. 2001. Medical – surgical nursing. J.


Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer C, Suzanne, dan Brenda G. Bare, 2014, Buku Ajar Keperawatan


medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, Alih Bahasa Agung
Waluyo, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2000. Medical– Surgical Nursing. 8th Edition.
Jakarta: EGC

Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta


Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah,

Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dkk, 2015, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Wilkinson, JM., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosa Keperawatan Diagnosis


NANDA, NIC intervensi, NOC Outcome (Edisi 9), Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai