Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

TATA CARA PENGAMBILAN DAN PENGELOLAAN


SPESIMEN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 :


AGENG REZKY RIDHOWATI

CLAUDIA VERENA CEMARA

GIHAB OCTARIO WAHYU

KUNTI MASRUROH

NUR HASLIA

RITA JULIANTI

D3 KEPERAWATAN SAMARINDA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah mikrobiologi
dan parasitologi yang berjudul “tata cara pengambilan dan pengelolaan spesimen. ” tepat waktu.
Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Samarinda, 24 Februari 2020

Kelompok 1
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan masalah

a. Bagaimana persiapan pengumpulan spesimen?

b.

c.

C. Tujuan

a.

b.

c.
BAB II

Tinjauan pustaka

1. Persiapan Pengumpulan Spesimen

Persiapan Pasien untuk pemeriksaan

Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan untuk mengetahui penyebab
penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah diberikan pengobatan atau menyakinkan kebenaran
penyebab penyakit yang diduga berdasarkan gejala klinisnya yang khas (gejala pathognomic). Untuk
mengetahui penyebab atau perkembangan penyakit infeksi, diusahakan isolasi dan identifikasi
mikroorganisme dari spesimen (sampel) yang diambil dari pasien. Hasil pemeriksaan ini dipakai sebagai
pedoman dan pengobatan, perawatan atau tindakan lainnya pada pasien. Kegagalan hasil pemeriksaan
penyebab penyakit dapat disebabkan oleh beberapa faktor, dan bila hasil pemeriksaan negatif tidak
berarti bahwa hasil diagnosis klinik salah tetapi dapat disebabkan oleh tehnik atau cara kerja
pengambilan yang salah maupun pengiriman bahan pemeriksaan. Mengingat hasilnya yang sangat
penting ini, maka pengambilan dan penanganan spesimen harus dilakukan dengan benar.

Bahan /sampel pemeriksaan sebaiknya harus diambil sebelum pemberian obat-obatan, bila
terlanjur mengkonsumsi antibiotik sebaiknya setelah 24 jam pemberian antibiotik. Kadang-kadang
diperlukan bantuan pasien secara aktif dalam pengambilan sampel pemeriksaan dengan memberikan
keterangan kerja yang jelas terhadap pengambilan sampel yang diperlukan/dikehendaki. Pengambilan
harus dilakukan dengan cara aseptik untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme lain, dengan
wadah (tempat yang steril).

2. Prinsip pengambilan sampel harus representatif (mewakili proses pemeriksaan yang dikehendaki dan
ada kaitannya dengan infeksi mikroorganisme penyebab penyakit), tanpa memandang asal/jenis sampel.
Sampel dalam wadah/tempat steril yang dapat ditutup baik dan tidak bocor. Hal penting untuk
mencegah pencemaran bahan pemeriksaan, sampel harus segera dikirimkan ke laboratorium
mikrobiologi untuk diproses secepatnya, dapat diisolasi dari suatu tempat pada saat akut atau selama
perjalanan penyakitnya. Kesalahan dalam pemilihan spesimen dalam pengambilan dan pengiriman dapat
memberikan hasil yang tidak sesuai, dan dapat mengacaukan pengobatan terhadap pasien.
Dalam pengambilan spesimen harus memperhatikan kenyamanan dan privasi klien, penjelasan
dan arahan yang cukup kepada pasien dan melibatkannya dalam spesimen yang diambil sesuai dengan
kebutuhan pemeriksaan tanpa mengganggu hak pasien.

Pengambilan Spesimen

3. Macam spesimen

Untuk pemeriksaan laboratorium, diperlukan bahan pemeriksaan /sampel, yang wujudnya bermacam-
macam sesuai dengan kebutuhan yang erat kaitannya dengan penyakit klien. Sampel atau spesimen
dapat berasal dari kiriman tempat lain maupun pengambilan ditempat pemeriksaan atau dilapangan.
Ditatanan pelayanan klinik perawat sering menerima tanggung untuk pengambilan dan pengumpulan
spesimen. Spesimen umtuk pemeriksaan meliputi darah, urine, feces atau rectal swab, sputum, drinase
luka, makanan maupun jaringan atau bagian tubuh dan lain-lain tergantung dari gejala klinik pasien
(Tabel 1).

Tabel 1. Jenis Spesimen dan Mikroba Patogen

No Jenis Spesimen Mikroba Patogen

1 Kultur Darah Salmonella thypi, Streptococcus, Staphylococcus

2 Urin Salmonella thypi, Staphylococcus, Eschericia coli, Trichomonad vaginalis

3 Feses (rectal swab) Salmonella, Shigella, Escherchia, vibrio

4 Pus (nanah) Neisseria gonorrhoea, Tronema palidum, Streptococcus, Staphylococcus

5 Sputum Mycobacterium tubercolosis, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus,


Corynebacterium diptheriae

6 Sel/ Jaringan Micobacterium leprae

7 Cerebral spinal fluid (CSF) streptococci, Listeria monocytogenes, E. coli, Haemophilus


influenzae, S. pneumoniae, dan Neisseria meningitidis

8 Genital Chlamydia trachomatis, N. gonorrhoeae, Mycoplasma genitalium, Ureaplasma


urealyticum Trichomonas vaginalis, Candida albicans, dan Gardnerella
Di dalam pengambilan bahan pemeriksaan atau spesimen dari pasien harus memperhatikan hal hal
sebagai berikut :

4. Waktu pengambilan

Waktu pengambilan penting,agar didapatkan hasil yang tepat dan menyakinkan. Waktu ini
disesuaikan dengan kepentingan dan tujuan pemeriksaan. Contoh : Untuk pemeriksaan pasien yang
dicurigia menderita demem tifoid/ thypus abdominalis, maka :

Untuk kepentingan gal cultur, pengambilan darah dilakukan pada minggu I proses penyakit

Utuk kepentingan pemeriksaan widal (serologis), pengambilan darah dilakukan pada minggu ke III

Untuk kepentingan kontrol (pada pasien yang sudah sembuh), diambil tinja sebagai bahan pemeriksaan.
Hal ini diperlakukan untuk menghindari terjadinya bahaya penularan kepada orang lain, karena meskipun
secara klinis sudah sembuh, tetapi biasanya masih mengandung bakteri salmonella typhi, terutama
dalam fesesnya (keadaan ini disebut carrier).

Pengambilan spesimen yang bertujuan untuk mengisolasi microfilaria Wuchereria bancrofi, pengambilan
darah dilakukan pada malam hari, sedangkan untuk isolasi Plasmodium spp. Pengambilan darah
dilakukan saat pasien sedang demam. Kadang pengambilan spesimen dilakukan secara serial (tiga hari
berturut-turut) untuk meperbesar kemungkinan mendapatkan mikrobanya.

Pengambilan bahan untuk pemeriksaan toksikologi/keracunan, harus dilakukan secepatnya agar betul-
betul diketemukan bahan penyebab keracunan tersebut,spesimen dapat berupa sisa makanan yang
dimakan pasien, muntahan pasien dan bahan mentah sisa yang dicurigai sebagai penyebab keracunan.

Pewadahan Spesimen

Tempat spesimen atau pewadahan harus memenuhi syarat bersih atau steril. Untuk mendapatkan
tempat (wadah) yang steril sebaiknya menggunakan sterilisasi fisik (autoklaf), tidak dianjurkan memakai
antiseptik atau desinfektan untuk mensterilkan wadah tersebut. Wadah dalam pengambilan spesimen
yang dipakai disesuaikan dengan kebutuhan, kadang ada satu wadah yang sekaligus dapat dipergunakan
untuk transportasi.

5. Pengiriman Spesimen
Pengantar Pemeriksaan

Tiap spesimen atau bahan pemeriksaan yang dikirim ke laboratorium harus disertai dengan surat
pengantar atau blanko permintaan pemeriksaan yang meliputi :

Nama lengkap, jenis kelamin, umur, serta alamat pasien

Tanggal pengambilan spesimen

Jenis spesimen (darah, urin, pus, dan lain-lain)

Jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya bahan : feses, jenis pemeriksaan : shigella, salmonella, cholera

Asal spesimen : hasil muntahan, rectum, (rectal swab), tenggorokan

Keterangan klinik pasien, lebih baik ditambahkan sedikit tentang riwayat penyakit sudah mendapat
pengobatan atau belum, kalau sudah maka disebutkan jenis obat yang telah dikonsumsi pasien

Nama,alamat pengirim serta tanda tangannyaUntuk spesimen yanng mengandung patogen berbahaya
maka harus diberi label HIGH RISK dan subtansi berbahaya. Serta menyimpan spesimen didalam wadah
yang benar-benar aman. Dahak yang kemungkinan mengandung Mycobacterium tuberculosis, spesimen
tinja yang mungkin mengandung V. choleare atau Salmonella typhi. Cairan dari ulkus atau pustula yang
mungkin mengandung Bacillus anthracis atau Treponema pallidum spesimen dari pasien yang diduga
dengan hepatitis, demam berdarah, pest. Oleh karena itu pengiriman harus menggunakan
tempat/wadah yang aman untuk menghindari rusaknya spesimen dan terjadi penularan penyakit
terhadap klinisi.

m2.png

Gambar 2. Metode pengemasan kultur, spesimen dan material biologi berbahaya ( Procop, et al., 2017)

Waktu Pengiriman
waktu pengiriman tidak boleh terlalu lama, untuk menghindari rusaknya spesimen yang dikirim. untuk
spesimen cair waktu pengiriman harus secepat mungkin maksimal 2 jam setelah waktu pengkoleksian.
Bila pengiriman sampel dirasa cukup lama maka dapat menggunakan media transportasi untuk
keamanan spesimen.

6. Pewadahan spesimen

Tempat spesimen atau pewadahan harus memenuhi syarat bersih atau steril. Untuk mendapatkan
tempat atau wadah yang steril sebaiknya menggunakan sterilisasi fisik ( autoklaf) tidak dianjurkan
memakai antiseptik atau desifentak
Daftar pustaka

Alponsin. (2019). Pengumpulan dan transportasi


spesimen.https://alponsin.wordpress.com/2019/06/12/pengumpulan-dan-transportasi-
spesimen/amp/#aoh=15825368154843&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s. Di akses 24 Februari 2020.

Anda mungkin juga menyukai