Lapres PHPT (HAMA) Komoditas Tebu Kelompok 3
Lapres PHPT (HAMA) Komoditas Tebu Kelompok 3
Lapres PHPT (HAMA) Komoditas Tebu Kelompok 3
KELOMPOK III
KOMODITAS TEBU
I . PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui hama-hama tanaman perkebunan komoditas tebu
2. Mengetahui dinamika populasi serangga dengan cara monitoring
3. Mengetahui cara pengendalian hama sesuai prinsip PHT
II . TINJAUAN PUSTAKA
Identifikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri khas satu
kelompok organisme dalam hal ini serangga, menggunakan alat bantu yang tersedia,
identifkasi umunya dilakukan secara morfologis, meskipun pada perkembangannya,
teknik sidik DNA dan enzim sudah lazim digunakan. Hal ini yang penting pada
identifikasi serangga secara morfologis adalah pemahaman terhadap arti-arti istilah-
istilah morfologi yang umum digunakan pada kunci identifikasi morfologis (
Nugroho,2011).
Menurut Rose and Rose 2008 karakter yang digunakan untuk identifikasi
immature insect, dimulai dari:
1. Tipe metamorphosis
2. Tipe bentuk telur
3. Jumlah dan dan ukuran telur
4. Tempat bertelur
5. Bentuk nimfa
6. Perbedaan warna, ukuran, dan bentuk tiap instar
7. Jenis larva
8. Jenis pupa
Identifikasi serangga imago (dewasa) sampai tingkat ordo dilakukan dengan
melihat
1. Ukuran tubuh
2. Bentuk kepala
3. Antena
4. Bentuk abdoman
5. Tipe sayap
6. Tipe mulut
7. Tipe caput
8. Sklerit toraks
Identifikasi sub ordo memperhatikan
1. Sayap depan dengan sayap belakang
2. Habitat serangga
Parasitoid adalah serangga yang ukuran tubuhnya lebih kecil dibanding serangga
inangnya. Paarasitoid menyerang inang pada saat stadium larva, sedangkan setelah
menjadi imago, parasitoid hidup bebas dialam. Jenis parasitoid dapat dibedakan
menurut cara parasitasinya. Parasitoid yang menyerang bagian luar serangga disebut
ektoparasitod dan jika menyerang bagian dalam serangga disebut endoparasitoid.
Parasitoid yang hanya terdapat satu ekor dalam serangga inangnya disebut parasitoid
soliter dan jika ditemui lebih dari seekor pada serangga inang disebut parasitoid
gregarius. Jika lebih dari satu jenis parasitoid yang menyerang satu serangga inang
disebut multiple parasitism ganda ( Kartohardjono 2003 ).
Praktik pengelolaan hama padaman tebu dapat dilakukan dengan 1). Pengelolaan
lahan sebelum panen dan kultur teknis, 2). Pengelolaan lahan setelah panen, 3).
Penggunaan benih bebas hama dan penanaman varietas toleran, 4). Pengendalian hayati,
5). Pengendalian secara mekanis, 6). Pengendalian secara kimiawi, 7). Dan
pengendalian berdasarkan peraturan pemerintah/undang-undang (Meyer,2011).
Keragaman hayati yang tinggi merupakan indikator ekosistem yang stabil ( Inyat 2010
). Berbagai arthopoda misalnya musuh alami dan peredator, serangga penyerbuk,
serangga netral, dan mikroba pengurai dapat berperan secara optimal. Oleh karena itu
tidak dianjurkan membakar residu tanaman karena dapat menurunkan populasi predator,
antara lain semut, laba-laba, dan kumbang helm, selain berdampak negatif terhadap
tanah, terutama karbon organik tanah ( Sajjad 2012 ). Pembakaran residu tanaman
menyebabkan penurunan sekitar 15% stok karbon total dalam 0-30 cm lapisan tanah (
Sornpoon 2013 ).
Monitoring atau pemantauan hama dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu, 1).
Pemantauan luas, 2). Pemantauan di pertanaman, 3). Pemantauan dengan perangkap.
Pemantauan hama secara luas bertujuan untuk mengetahui distribusi geografis hama
dalam setiap musim, memprediksi terjadinya ledakan hama dan mengidentifikasi
migrasi hama. Pemantauan hama dipertanaman bertujuan mengambil keputusan
perlunya dilakukan pengendalian atau tidak. Pemantauan hama dengan perangkap
antara lain menggunakan perangkap lampu, perangkap lem dan feremon. Pemantauan
dimaksudkan untuk mengetahui dinamika populasi hama sepanjang musim ( Dent
2009).
III . METODOLOGI PRAKTIKUM
4.2 Pembahasan
Praktikum ini dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2019 dengan
melakukan pengamatan pada pagi hari sebanyak 4 kali selama satu bulan penuh. Lokasi
pelaksanaan pengamatan yaitu di Lahan Perkebunan Tebu persis dibelakang PT. Tjiwi
kimia, Sebani, Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan hama di lapang, ditemukan beberapa
serangga seperti semut, lalat buah, laba – laba, kumbang, dan tomcat. Dilakukan
sebanyak 3 perlakuan dalam pengamatan hama tanaman tebu ini yaitu pitfall trap,
yellow trap, dan metil eugenol trap.
Hasil pengamatan serangga pada semut pada minggu ke 1 diketahui dengan
jumlah tertinggi adalah semut yaitu sebanyak 14 ekor, pada minggu ke 2 ditemukan
peningkatan jumlah semut dari 14 ekor menjadi 20 ekor yang artinya selisih 6 ekor,
kemudian minggu ke 3 ditemukan penurunan jumlah semut menjadi 16 ekor, sedangkan
pada minggu ke 4 mengalami sedikit peningkatan yaitu menjadi 18 ekor. Semut
ditemukan pada perlakuan pitfall trap. Menurut literature milik Ruslan (2009) Metode
pitfall trap merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kerapatan atau
kemelimpahan makrofauna tanah. Pitfall trap merupakan metode yang paling baik
untuk menjebak serangga aktif di atas permukaan tanah.
Hasil pengamatan pada lalat buah pada minggu ke 1 diketahui 8 ekor, pada
minggu ke 2 mengalami peningkatan sebanyak 28 ekor, kemudian pada minggu ke 3
ditemukan perununan jumlah lalat buah menjadi 18 ekor, sedangkan pada minggu ke 4
mengalami sedikit peningkatan yakni 20 ekor. Lalat buah ditemukan pada perlakuan
yellow trap dan metil eugenol trap. Tetapi lalat buah yang paling banyak ditemukan
adalah pada perlakuan yellow trap daripada perlakuan metil eugenol dikarenakan
kurangnya bahan metil eugenol yang akan diaplikasikan pada kapas metil eugenol
sehingga aromanya tidak terlalu memikat hama lalat buah. hal ini dikarenakan
perlakuan dosis metil eugenol memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah
populasi hama, Patty (2012). Kemudian pada saat pemasangan yellow trap, bahan lem
yang digunakan untuk merekatkan hama cukup banyak dan kerekatannya tahan lama
sehingga hama lalat buah banyak yang tertarik dan lengket di yellow trap. Warna dari
perlakuan yellow trap juga sangat mencolok dan indah sehingga hama cenderung
tertarik. Hal ini sama seperti literature milik Mas’ud (2011) Sebenarnya warna kuning
menarik perhatian serangga karena warna tersebut memberikan stimulus makanan yang
disukai serangga. Serangga akan mengira bahwa warna tersebut adalah suatu daun atau
buah yang sehat.
Hasil pengamatan pada laba – laba pada minggu ke 1 sampai ke 4 relatif stabil
yaitu hanya 1 ekor tetapi pada minggu ke 3 mengalami penurunan jumlah hama menjadi
0 ekor. Laba-laba ditemukan pada perlakuan pitfall trap.
Hasil pengamatan pada kumbang pada minggu pertama ditemukan hanya ada 1
ekor kemudian minggu ke 2 sampai dengan minggu ke 4 mengalami kestabilan yaitu 4
ekor secara pengamatan. Kemudian hasil pengamatan pada tomcat hanya didapati 1
ekor saja pada minggu pertama, minggu ke 2 hingga minggu ke 4 tidak mengalami
kenaikan. Hal ini mungkin dikarenakan hama tomcat adalah bukan hama utama dari
tanaman tebu. Tomcat ditemukan pada perlakuan pitfall trap.
Berdasarkan hasil lapang yang telah diperoleh ditemukan adanya hama kutu kebul
namun jumlahnya tidak mencapai 20% sehingga masih bisa dikendalikan dengan cara
manual yakni pengkretekan daun yang terserang oleh hama kutu kebul.
IV . PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Perlakuan dalam pengamatan hama tanaman tebu ini yaitu pitfall trap, yellow
trap, dan metil eugenol trap.
2. Ditemukan beberapa serangga seperti semut, lalat buah, laba – laba, kumbang,
dan tomcat
3. Hama utama pada tanaman tebu yang ditemukan adalah Kutu kebul (Bemisia
tabaci)
4. Hama Kutu kebul dikendalikan dengan cara manual yakni pengkretekan daun.
5.2 Saran
Pengamatan hama dilakukan dengan teliti agar penagamatan yang dilakukan
mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Dent, D, 2009. Insect pest management. 2 and edition. CAB interbatioanal, pp. 28-30
Inayat,T.P., S.A Rana, H.A. Khan and K. Rehman, 2010. Diversty of insect fauna in
cropland of district Faisalabad. Pak. J. Agric Sci. 47(3): 245-250.
Kartohardjono, A., S.S. Siwi, Trisnaningsih, dan M. Amir. 2003. Pengertian Parasitoid
dengan Pengendaliaannya. Lampung
Meyer, J. 2011. Good Manegement Practices Manual for tha Cane Sugar Industry.
PGBI House, Woodmean East, Johannesburg, South Africa. P. 334-366
.
Nugroho, Susetya Putra, dan Witjaksono, 2011. Petunjuk Praktikum Entomologi Dasar.
Laboratorium Entomologi Dasar Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan.
Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ross, H.H., Ross, C.A and Ross,J.R.P. 2008. A Text Book of Entomolgy. 4thed New
York.
Sajjad, A., F. Ahmad, A.H. Makhdoom and A. Imran. 2012, Does trash burning harm
atropods biodiversty in sugaecane? Int. J. Agric, Biol, 14: 1021-1023.
Sornpoon, W., S. Bonnet and S. Garivait. 2013. Effect of open burning on coil carbon
stock in sugaecan plantation in Thailand. Int. J. Env. Ecol. Geol. Geophys.
Engin. 7(11): 507-511.