Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tahun ribuan hektar lahan yang subur berkurang akibat penggunaan
pupuk kimia. Sungguh ironis, menggunakan racun untuk meningkatkan produksi
pangan bagi kehidupan. Tidak heran bila kesehatan dan daya tahan tubuh manusia
terus merosot.
Penggunaan pupuk organik tidak meninggalkan residu yang membahayakan
bagi kehidupan. Pengaplikasiannya mampu memperkaya sekaligus
mengembalikan ketersediaan unsur hara bagi tanah dan tumbuhan Pupuk dapat
berupa pupuk organik dan pupuk kimia.Pupuk kimia merupakan pupuk berasal
dari bahan-bahan kimia sehingga sangat berefek negatif pada lingkungan dan
menurunkan kuantitas dari tanaman, sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang
berasal dari sisa-sisa pembusukan atau pengomposan.Pupuk organik dapat berupa
kompos, pupuk hijau, ataupun kotoran ayam.Pupuk organik biasanya berupa zat
padat.Akan tetapi, pupuk organik juga dapat berupa pupuk cair.
Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan
unsur haranya lebih dari satu unsur.Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat
secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan
mampu menyediakan hara secara cepat.Salah satu pupuk organik cair adalah
MOL (Mikro Organisme Lokal).
Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak
peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water
spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Birma,
Indonesia, China Selatan, Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung selain
rasanya enak juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A,
B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi
pertumbuhan badan dan kesehatan. Ada dua bentuk kangkung. Kangkung
mempunyai daun yang licin dan berbentuk mata panah, sepanjang 5-6 inci.
Tumbuhan ini memiliki batang yang menjalar dengan daun berselang dan batang
yang menegak pada pangkal daun. Tumbuhan ini bewarna hijau pucat dan
menghasilkan bunga bewarna putih, yang menghasilkan kantung yang
mengandung empat biji benih. Terdapat juga jenis daun lebar dan daun tirus.
Dalam dunia moderen ini pertanian juga semakin maju, untuk menjawab
masalah yang semakin sempitnya lahan pertanian dikarenakan alih fungsi lahan
pertanian yang katanya lebih menguntungkan daripada digunakan untuk
pertanian, seperti pembukaan swalayan, tempat- tempat hiburan, dan lain
sebagainya. Padahal kita ketahui mayoritas masyarakat negara kita hidup dari
bertani, sehingga lahan yang digunakan untuk menghidupi mereka dan
keluarganya di alih fungsikan, maka tidak ada yang dapat mereka andalkan untuk
memenuhi kebutuhannya. Metode hidroponik merupakan metode menumbuhkan
tanaman didalam larutan nutrisi tanpa menggunakan media tanah. Ditinjau dari
segi sains, hidroponik telah membuktikan bahwa tanah tidak diperlukan untuk
menumbuhkan tanaman, kecuali unsur- unsur, mineral dan zat- zat makanan
seperti dalam tanah. Dengan mengeliminasi tanah berarti juga mengeliminasi
hama atau penyakit yang ada didalam tanah dan mengurangi pengendalian tanah
secara teliti nutrisi tanaman.
Bercermin dari masalah itu maka solusi muncul untuk membantu keadaan
pertanian kita yang semakin terpinggirkan, khususnya para petani yang telah
kehilangan sawah- sawah mereka. Solusi tersebut salah satunya berupa sistem
tanam yang tidak menggunakan media yang selama ini dianggap sebagai media
satu- satunya untuk bertanam. Media tersebut berupa media non tanah, bisa
berupa air, udara, maupun jenis lain yang selain tanah, seperti arang sekang, pasir
dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas, pembuatan POC (Pupuk Oganik Cair) ini
sengatlah penting untuk dikembangkan bagi petani lebih lanjut, oleh karena itu
praktikum kesuburan tanah ini menggunakan POC sebagai sumber nutrisi dengan
metode pertanian hidroponik.

B . Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum kesuburan tanah ini adalah untuk


mengetahui cara pembuatan POC (Pupuk Organik Cair) serta manfaat dan
dampaknya pada tanaman dengan metode hidroponik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus berasal dari bahan organik
basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-
buahan, dan sayuran. Jenis sayuran wortel, labu, sawi, selada, kulit jeruk, pisang,
durian, kol, sering dijadikan sebagai bahan baku pupuk cair. Selain mudah
terdekomposisi, bahan ini juga kaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman (Purwendro,
2008).
Sampah sayuran adalah sampah-sampah yang masih mengandung kadar
air tinggi serta mengandung bahan-bahan organik berupa karbohidrat, protein, dan
lemak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengelola limbah sayuran
yaitu dengan mencacah limbah sayuran dengan memblender lalu difermentasikan
menggunakan larutan EM4 sehingga menjadi pupuk cair (Siboro, 2013). Pupuk
organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal
dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya
lebih dari satu unsur. Bahan baku pupuk organik cair yang sangat bagus yaitu
bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi
seperti sisa-sisa buah-buahan dan sisa sayur-sayuran. Klasifikasi pupuk organik
cair menurut Hadisuwito (2007) yaitu: 1) Pupuk cair limbah organik. 2) Pupuk
kandang cair. 3) Pupuk cair limbah manusia.
Tanaman paitan berupa tumbuhan perdu dengan tinggi mencapai 5 m,
batang tegak, bulat, berkayu, dan berwarna hijau. Daun tunggal berseling dengan
panjang 26-32 cm, lebar 15-25 cm, ujung dan pangkal runcing, pertulangan
menyirip, dan berwarna hijau. Bunga majemuk muncul di ujung ranting, tangkai
bulat, kelopak berbentuk tabung, berbulu halus, putik melengkung, dan berwarna
kuning. Buahnya berbentuk kotak, bulat, buah muda berwarna hijau dan buah tua
berwarna cokelat. Biji berbentuk bulat,keras, dan berwarna cokelat. Tanaman ini
berakar tunggang dan berwarna putih kotor (Hutapea 1994).
Paitan adalah gulma tahunan yang layak dimanfaatkan sebagai sumber
hara bagi tanaman (Opala et al. 2009, Crespo et al. 2011). Kandungan hara daun
paitan kering adalah 3,50-4,00% N; 0,35-0,38% P; 3,50- 4,10% K; 0,59% Ca; dan
0,27% Mg (Hartatik 2007). Purwani (2011) melaporkan paitan memiliki
kandungan hara 2,7-3,59% N; 0,14-0,47% P; 0,25-4,10% K. Penelitian Bintoro et
al. (2008) menunjukkan paitan memiliki kandungan hara 3,59% N, 0,34% P, dan
2,29% K. Bagian tanaman paitan yang dapat digunakan sebagai pupuk hijau
adalah batang dan daunnya. Pemanfaatan paitan sebagai sumber hara, yaitu dapat
dimanfaatkan dalam bentuk pupuk hijau segar, pupuk hijau cair, atau kompos
(Muhsanati et al. 2008, Hakim et al. 2012) danmulsa (Liasu and Achakzai 2007,
Adeniyan et al. 2008).
Kangkung terdapat di seluruh kepulauan Indonesia dan dikenal kultivar-
kultivar lokal yang memiliki kualitas yang tinggi, antara lain daunnya berwarna
hijau muda cerah dan menarik. Daun lebar (kangkung air) atau sempit (kangkung
darat) dan berbatang renyah (Djuariah, 1997). Sutera merupakan varietas
kangkung introduksi dari Hawaii, yang dilepas Departemen Pertanian tahun 1980
setelah melalui pengujian oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitas).
Varietas sutera pertumbuhan tanaman tegak dengan tingggi tanaman mencapai 45
cm, bentuk batang besar, silindris, dan berlubang berwarna hijau muda, daun
berbentuk segitiga, lebar dengan bentuk tumpul dan berwarna hijau keputihan.
Panen pada saat tanaman berumur 39 hari setelah tanaman (HST) menghasilkan
daun sebanyak 23 ton/ha (Sofiari, 2009).
Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) adalah tanaman semusim atau
tahunan yang merupakan sayuran daun yang penting di kawasan Asia Tenggara
dan Asia Selatan. Sayuran kangkung mudah dibudidayakan, berumur pendek dan
harga relatif murah. Karena itu, kangkung merupakan sumber gizi yang baik bagi
masyarakat secara umum. Konsumsi kangkung mulai digemari oleh masyarakat
terbukti dengan sadarnya masyarakat peduli dengan gizi yang terkandung
disayuran kangkung. Kandungan gizi kangkung cukup tinggi terutama vitamin A,
vitamin C, zat besi, kalsium, potasium, dan fosfor (Sofiari, 2009).
Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) merupakan salah satu jenis sayuran
yang sangat populer bagi rakyat Indonesia dan digemari oleh semua lapisan
masyarakat ,karena rasanya yang gurih.Tanaman kangkung termasuk kelompok
tanaman sayuran semusim,berumur pendek dan tidak memerlukan areal yang luas
untuk membudidayakannya, sehingga memungkinkan untuk dibudidayakan pada
daerah perkotaan yang umumnya mempunyai lahan pekarangan terbatas. Selain
rasanya yang gurih,gizi yang terdapat pada sayuran kangkung cukup tinggi,seperti
vitamin A, B dan C serta berbagai mineral terutama zat besi yang berguna bagi
pertumbuhan badan dan kesehatan(Haryoto,2009).
BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan setiap hari Selasa pada bulan September


sampai bulan November 16.00 WIB sampai selesai, yang bertempatan di Rumah
Kaca dan Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas, Padang

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain ember 10 L, wadah
persemaian, pengaduk, penyaring, gunting, pisau, lakban, test tube, shaker, pipet
ukur, pipet tetes, spektrofotometer, alat tulis dan alat dokumentasi. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah botol aqua ukuran 1,5 L, rockwool, kain flanel,
benih kangkung, benih pak choi, benih selada, sampah kota, sampah buah,
tithonia, batang pisang, NPK, pupuk AB Mix, karung goni, air dan ragi.

C. Cara Kerja

1. Pembuatan Pupuk Organik Cair

Siapkan ember ukuran 10 L yang telah dilapisi karung goni ukuran besar.
Pupuk dibuat dengan menggabungkan sampah yang telah ditentukan oleh masing-
masing kelompok. Sampah tersebut lalu dicampur dengan ragi dan ditambah air
sampai berisi 10 liter. Kemudian diaduk dan didiamkan selama 1 minggu. Setelah
1 minggu pupuk siap untuk ditambahkan ke wadah tanam.

2. Persemaian Bahan Tanam

Siapkan media persemaian dan rockwool. Pada rockwool buatlah lubang


dan masukkan 3 benih kangkung/pak choi/selada ke dalam lubang rockwool.
Setelah 1 minggu pindahkan ke media tanam.

3. Persiapan Media Tanam

Siapkan botol aqua ukuran 1,5 L sebanyak 3 buah per individu. Lalu
dipotong 2 bagian (1/3 dan 2/3). Bagian yang 1/3 dibalik dan diletakkan dibagian
atas botol aqua bagian 2/3. Pada botol aqua yang dipotong 2/3 bagian isilah pupuk
organik cair yang telah dilakukan pengenceran dengan perbandingan POC dan air
adalah 1 : 5, 1 : 10 dan 1: 15. Pada botol aqua yang dipotong 1/3 bagian diberi
lubang untuk pipet dan kain flanel. Terakhir letakkan bahan tanam tersebut dan
diamati setiap minggunya.

4. Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap sekali semingggu dengan menggunakan


variabel antara lain tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang daun. Pengamatan
dilakukan sebagai data pada hasil laporan praktikum kesuburan tanah.

5. Analisis Unsur Hara

Pupuk Cair Organik (POC) dimasukkan ke botol kocok sebanyak 5 ml lalu


tambahkan 0,5 ml pereaksi P dan didiamkan selama 15 menit. Kemudian diukur
dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 889 nm.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Pengamatan Unsur Hara pada Setiap Pupuk Organik Cair

Kelompok POC P N
Tersedia
1. Sampah Kota 0,951 0,23
2. Sampah Buah 0,742 0,31
3. Titonia 0,748 0,63
4. Batang Pisang 0,366 0,26
5. Sampah Kota + Sampah Buah 2,088 0,33
6. NPK Mutiara 0,185 0,8
7. Sampah Kota + Batang Pisang 0,945 0,49
8. Sampah Kota + Sampah Buah + 2,869 0,64
Titonia
9. Sampah Kota + Sampah Buah + 2,966 0,69
Titonia + Batang Pisang

Tabel 2. Pengamatan pH POC

Kelompok Sebelum Sesudah Pengenceran


Pengenceran 1:5 1 : 10 1 : 15
1. 3,84 5,48 5,71 5,86
2. 3,65 4,75 4,96 5,00
3. 4,27 6,31 6,36 6,44
4. 4,44 5,77 5,84 5,06
5. 3,51 7,57 7,49 7,51
6. 5,35 5,56 5,49 5,46
7. 3,64 5,23 5,30 5,37
8. 3,94 5,64 5,69 5,74
9. 3,98 5,61 5,92 5,91
Tabel 3. Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Kangkung

Kontrol 1:5

Pengamatan
Tinggi Jumlah Panjang Tinggi Jumlah Panjang
Tanaman Daun Daun Tanaman Daun Daun
(cm) (helai) (cm) (cm) (helai) (cm)

1 10,6 7 4,5 13 4 4.3

2 16 8 6 17 9 7

3 21,2 8 7,5 21.5 12 9.3

4 26,5 9 9,1 24.8 15 10

Kontrol 1 : 10

Pengamatan
Tinggi Jumlah Panjang Tinggi Jumlah Panjang
Tanaman Daun Daun Tanaman Daun Daun
(cm) (helai) (cm) (cm) (helai) (cm)

1 9,2 3 3,6 10 4 3

2 12,2 7 7 17 8 6.8

3 22,7 10 9,4 25 9 7.2

4 33,2 13 11,8 33.4 10 8.8

Kontrol 1 : 15

Pengamatan
Tinggi Jumlah Panjang Tinggi Jumlah Panjang
Tanaman Daun Daun Tanaman Daun Daun
(cm) (helai) (cm) (cm) (helai) (cm)

1 12,4 6 8,2 12.5 3 4.5

2 21 8 9 23.7 8 10

3 29,6 10 9,8 26.3 9 11

4 38,2 13 10,5 33.2 10 12.3

B. Pembahasan

Berdasarkan data yang didapatkan saat praktikum dapat kita lihat bahwa
pada tabel pertama tentang kandungan unsur hara yang terdapat POC

DAFTAR PUSTAKA

Adeniyan, B.O., S.O. Ojeniyi, and M.A. Awodun. 2008. Relative effect of weed
mulch types on soil properties and yield of yam in Southwest Nigeria. J.
Soil Nature 2:1-5.
Bintoro, H.M.H., R. Saraswati, D. Manohara, E. Taufik, dan J. Purwani. 2008.
Pestisida organik pada tanaman lada. Laporan Akhir Kerjasama Kemitraan
Penelitian Pertanian antara Perguruan Tinggi dan Badan Pertanian
(KKP3T).
Hakim, N., Agustian, and Y. Mala. 2012. Application of organic fertilizer
Tithonia plus to control iron toxicity and reduce commercial fertilizer
application on new paddy field. J. Trop. Soils 17:135-142.
Haryoto,2009.Kreatifdiseputarrumahbertanamkangkungraksasadipekarangan.Pe
nerbitKanisius.36hal.
Hartatik, W. 2007. Tithonia diversifolia sumber pupuk hijau. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 29(5):3-5.
Hutapea, J.R. 1994. Inventaris tanaman obat Indonesia. Badan Peneliti dan
Pengembangan Kesehatan RI. Jakarta
Liasu, M.O. and A.K.K. Achakzai. 2007. Influence of Tithonia diversifolia leaf
mulch and fertilizer application on the growth and yield of potted tomato
plants. American- Eurasian J. Agric. & Environ. Science 2(4):335-340.
Muhsanati, A. Syarif, dan S. Rahayu. 2008. Pengaruh beberapa takaran kompos
Tithonia terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zeamays Saccharata).
Jerami 1:87-91..
Opala, P.A., C.O. Othieno, J.R. Okalebo, and P.O. Kisinyo. 2009. Effects of
combining organic materials with inorganic phosphorus source on maize
yield and financial benefits in western Kenya. Exp. Agric. 46:23- 34.
Purwani, J. 2011. Pemanfaatan Tithonia diversifolia (Hamsley) A. Gray untuk
perbaikan tanah. Balai Penelitian Tanah. 253-263
Sofiari, E. 2009.KarakterisasiKangkung varietas sutera berdasarkan panduan
pengujian individual. Buletin Plasma Nutfah, 15(2): 49-50.

Anda mungkin juga menyukai