Anda di halaman 1dari 23

PENGENALAN MORFOLOGI DAN GEJALA SERANGAN SERANGGA

( Laporan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)

Oleh
Adinda Nur Pratiwi
1814131018
Kelompok 3

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PRRTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2019
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Serangga adalah binatang terbanyak di dunia. Serangga mempuyai nama lain insekta
dan hexapoda. Kata insekta atau insect berasal dari kata insecare. Kata tersebut
mengandung dua arti, yaitu in berarti “menjadi” dan secare berarti “memotong” atau
“membagi”. Jadi, insekta berarti binatang yang mempunyai tubuh terbagi-bagi atau
bersegmen-segmen. Sedangkan hexapoda terdiri dari dua kata hexa dan poda. Hexa
mempunyai arti “enam” dan poda mempunyai arti “kaki” sehingga hexapoda berarti
binatang berkaki enam. Golongan binatang secara berurutan akan terdiri atas
beberapa phyila, satu phyila terdiri atas beberapa klas, demikian seterusnya yang
berarti jumlahnya akan terus meningkat dalam setiap kelompok.

Kelompok spesies atau jenis terdiri atas sekitar satu juta nama. Kajian mengenai
peri kehidupan serangga disebut entomologi Serangga termasuk dalam kelas insekta
(subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya
lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan
tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota
terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25
ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap.

Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama. Sebagian bersifat sebagai
predator, parasitoid, atau musuh alami. Kebanyakan spesites serangga bermanfaat
bagi manusia. Sebanyak 1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal,
lebih dari 7.000 spesies baru di temukan hampir setiap tahun. Karena alasan ini
membuat serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada
habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemempuan memakan jenis
makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya
(Pracaya, 2004).

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut.

1. Mengenal ordo-ordo dalam kelas insecta dari Ordo Diptera, Ordo Hymenoptera,
Ordo Coleoptera, Ordo Lepidoptera, dan Ordo Odonata.

2. Mengenal tipe-tipe metamorfosis pada serangga.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah
spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies
golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang
pertanian banyak dikenal sebagai hama. Sebagian bersifat sebagai predator,
parasitoid, atau musuh alami. Hama terdapat dalam berbagai jenis, salah satunya
yaitu hama serangga. Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah
kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga
pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda dari bahasa Yunani, berarti
"berkaki enam" (Jumar, 2000).

Secara morfologi Arthropoda dicirikan dengan badan yang beruas biasanya mencapai
lebih dari 21 ruas, yang tiap ruasnya mempunyai sepasang anggota badan
(appendages) namun sepasang anggota badan ini ada yang mereduksi atau berubah
bentuk dan fungsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok. Ciri penting
lain adalah kelompok arthropoda tidak memunyai struktur tulang di dalam tubuhnya.
Arthropoda mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi tubuh bagian
luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya disebut eksosekeleton.
Bagian paling luar mempunyai struktur yang paling keras dan diperkuat oleh khitin.
Meskipun keras namun strukutur ini masih memungkinkan pergerakan di tiap ruas
(Rioardi, 2009).

Ordo Homoptera (wereng, dan kutu), anggota ordo Homoptera memiliki morfologi
yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain
terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan
anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau
membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus (Rioardi, 2009).

Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian
posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama
dengan anggota Hemiptera. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang
perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Baik nimfa maupun dewasa
umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Serangga anggota ordo Homoptera
ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti : Wereng coklat ( Nilaparvata
lugens Stal.) Kutu putih daun kelapa ( Aleurodicus destructor Mask.) Kutu loncat
lamtoro ( Heteropsylla sp.) (Jumar, 2000).

Ordo Coleoptera (bangsa kumbang), anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai


hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi
serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal
serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-
olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap
belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat
mulut bertipe penggigit-pengunyah , umumnya mandibula berkembang dengan baik
(Syukur, 2012).

Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada
moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna
(holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong
(pupa) - dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda),
namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan
pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya
adalah : Kumbang badak ( Oryctes rhinoceros L) Kumbang janur kelapa ( Brontispa
longissima Gestr) Kumbang buas (predator) Coccinella sp. (Syukur, 2012).

Serangga dalam perkembangannya menuju dewasa mengalami metamorfosis.


Metamorfosis adalah perubahan bentuk serangga mulai dari larva sampai dewasa.
Adapula serangga yang selama hidupnya tidak pernah mengalami metamorfosis,
misal kutu buku (Episma saccharina). Berdasarkan metamorfisnya, serangga
dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Paurometabola dan Holometabola (Rioardi,
2009).

a. Hemitabola/Paurometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak


sempurna. Dalam daur hidupnya Paurometabola serangga mengalami tahapan
perkembangan sebagai berikut:
• Telur
• Nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan
dewasanya. Difase ini serangga muda mengalami pergantian kulit.
• Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh
dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya (Jumar, 2000).

b. Holometabola
Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari
daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur – larva – pupa –
imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa.
Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan,
pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase
dewasa atau fase perkembangbiakan. yang teratur. Pada waktu istirahat sayap
belakang melipat di bawah sayap depan. Alat-alat tambahan lain pada caput antara
lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata
sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax.
Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang
disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada
tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada
ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). Ada mulutnya bertipe penggigit dan
penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang
maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan
palpus labialisnya (Jumar, 2000).
III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 17 September 2019, pukul 08.00-10.00
WIB, Lab Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan dalam praktikum ini yaitu cawan petri untuk meletakkan
serangga yang diamati, pinset, dan alat tulis untuk menggambar hasil pengamatan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kumbang badak, kupu-kupu,
rayap, tawon,
3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja pada praktikum ini akan dijelaskan pada diagram alir berikut.

1. Untuk preparat Ordo Diptera, perhatikan dengan teliti a. Sayap yang hanya
sepasang (sayap depan), sementara sayap belakangnya termodifikasi menjadi halter,
dan (b) perangkat alat mulut yang bertipe penjilat.

2. Untuk preparat Ordo Hymenoptera

3. Dicatat dan digambar hasil pengamatan morfologi serangga beserta keterangannya.

Praktikum ini dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan seperti cawan petri,
pinset, serangga, dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. Setelah alat dan
bahan disiapkan tahap selanjutnya mengamati bagian tubuh serangga mulai dari
kepala, toraks, dan abdomen. Setelah diamati kemudian mencatat dan menggambar
hasil pengamatan morfologi serangga beserta keterangannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan praktikum akan disajikan dalam tabal berikut.

Gambar 1. Hasil Pengamatan Serangga


No Gambar Keterangan

1. Nama umum : Kupu-


kupu
Nama ilmiah :
Ordo :
Tipe metamorfosis :

2. Nama umum : Lalat


buah
Nama ilmiah :
Ordo :
Tipe metamorfosis :
Nama umum :
Kumbang badak
3.
Nama ilmiah :
Ordo :
Tipe
metamorfosis :

4. Nama umum :
Tawon
Nama ilmiah :
Ordo :
Tipe
metamorfosis :

Nama umum :
Lebah
Nama ilmiah :
Ordo :
Tipe
metamorfosis :
Nama umum :
Lebah
Nama ilmiah :
Ordo :
Tipe
metamorfosis :

Nama umum :
Lebah
Nama ilmiah :
Ordo :
Tipe
metamorfosis :

4.2 Pembahasan

Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)


Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun
beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai
pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan
tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat
mulut seranga bertipe pengisap , sedang larvanya memiliki tipe penggigit .

Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui


stadia : telur – larva - kepompong - dewasa. Larva bertipe polipoda , memiliki baik
kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya
antara lain : Penggerek batang padi kuning ( Tryporiza incertulas Wlk) Kupu gajah
( Attacus atlas L) Ulat grayak pada tembakau ( Spodoptera litura).

Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk) serangga anggota ordo Diptera meliputi
serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga
dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang
mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada
kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.

Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia :


telur - larva - kepompong - dewasa. Larva tidak berkaki (apoda biasanya hidup di
sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama,
parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah :
lalat buah ( Dacus spp.) lalat predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F) lalat rumah
( Musca domestica Linn.) lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ).

Lalat buah berukuran 1-6 mm, berkepala besar, berleher sangat kecil. Warnanya
sangat bervariasi, kuning cerah, oranye, hitam, cokelat, atau kombinasinya dan
bersayap datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak coklat kekuningan. Pada
abdomennya terdapat pita-pita hitam, sedangkan pada thoraxnya terdapat bercak-
bercak kekuningan. Disebut Tephtridae-berarti bor-karena terdapat ovipositor pada
lalat betina. Bagian tubuh itu berguna memasukkan telur ke dalam buah.
Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti tanduk yang keras.

Lalat betina menusuk buah atau sayur mengunakan ovipositornya untuk meletakkan
telurnya dalam lapisan epidermis. Setelah telur menetas, larva akan menggerek
buah dan menyebabkan buah membusuk di bagian dalam. Bila diamati, pada buah
yang terserang akan tampak lubang kecil kehitaman bekas tusukan. Buah menjadi
rusak, lembek, busuk dan akhirnya rontok. Lalat buah juga meletakkan telurnya
tidak hanya di dalam buah, tetapi juga pada bunga dan batang. Batang yang
terserang menjadi benjolan seperti bisul sehingga buah yang dihasilkan kecil-kecil
dan menguning.

Ordo Coleoptera (bangsa kumbang) anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai


hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi
serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal
serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-
olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap
belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat
mulut bertipe penggigit-pengunyah , umumnya mandibula berkembang dengan baik.

Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada
moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna
(holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong
(pupa) - dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda),
namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan
pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya
adalah : Kumbang badak ( Oryctes rhinoceros L) Kumbang janur kelapa ( Brontispa
longissima Gestr) Kumbang buas (predator) Coccinella sp.

Ordo Coleoptera adalah ordo yang terbesar dari serangga dan dapat ditemui pada
berbagai habitat, dapat beradaptasi dengan baik pada habitat subcortical (di bawah
kulit kayu pepohonan) dan fungi. Jenis kumbang ini bervariasi dalam ukuran. Ada
yang panjangnya kurang dari 1mm tetapi ada yang mencapai 150 mm. Serangga ini
mengalami metamorfosis lengkap. Bentuk larva sangat bervariasi. Sebagian anggota
kumbang ini mempunyai larva yang hidup di dalam air sebagai predator namun
sebagian besar hidup di darat. Bentuk imago dan larva dapat bersifat sebagai
herbivora.

Kumbang tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae) merupakan hama yang utama


menyerang tanaman kelapa sawit di Indonesia, khususnya di areal peremajaan
kelapa sawit. O. rhinoceros menggerek pucuk kelapa sawit yang mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan dan rusaknya titik tumbuh sehingga mematikan
tanaman (Susanto dan Utomo, 2005)

Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala
terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat bulu-bulu halus,
sedang pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek pupus yang belum
terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda diareal
peremajaan (Purba. 2005).

Oryctes Rhinoceros menyerang tanaman kelapa yang masih muda maupun yang
sudah dewasa. Satu serangan kemungkinan bertambah serangan berikutnya.
Tanaman tertentu lebih sering diserang. Tanaman yang sama dapat diserang oleh
satu atau lebih kumbang sedangkan tanaman di dekatnya mungkin tidak diserang..
Kumbang dewasa terbang ke ucuk pada malam hari, dan mulai bergerak ke bagian
dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas pucuk. Biasanya ketiak pelepah
ketiga, keempat, kelima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling disukai.
Setelah kumbang menggerek kedalam batang tanaman, kumbang akan memakan
pelepah daun mudah yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun
yang masih terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan
tergunting yang baru jelas terlihat setelah daun membuka. Bentuk guntingan ini
merupakan ciri khas serangan kumbang kelapa Oryctes (Anonim, 1989)

Ordo Hymenoptera termasuk dalam kelompok Holometabola yaitu serangga yang


mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna adalah telur menjadi larva menjadi pupa dan pupa menjadi
imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa.
Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan,
pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase
dewasa atau fase perkembangbiakan (Hansamunahito, 2006).

Ordo hymenoptera seperti semut merah (Solonopsis geminata), dan wereng coklat
(Nilaparvata lugens) ini kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai
predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk.
Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar
dari pada sayap belakang (Lena, 2009).

Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli. Tipe alat
mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat
pengisapan, Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah parasit telur penggerek
tebu/padi (Trichogramma sp), tabuhan parasit ulat Artona (Apanteles artonae Rohw)
(Lena, 2009).

Ordo Odonata

Ordo orthoptera termasuk dalam kelompok hemimetabola yaitu termasuk ordo


serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur hidupnya ordo
orthoptera mengalami tahapan perkembangan yaitu telur, nimfa yaitu serangga muda
yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya. Dalam fase ini serangga
muda mengalami pergantian kulit, imago (dewasa) ialah fase yang ditandai telah
berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan
serta sayapnya. Ordo odonata memiliki tipe mulut pengunyah mempunyai dua pasang
sayap, terdapat sepasang mata majemuk yang besar, antenanya pendek ,umumnya
ordo ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan sebagian bersifat
kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan.,beberapa
contoh serangga ordo odonata yaitu capung (Isehnura cervula)

Ordo Isoptera dicirikan dengan kepala yang prognatik (prognathous head, yaitu posisi
alat mulut searah dengan arah bidang tubuh atau mengarah ke depan). Di belakang
kepala terdapat toraks, terdiri dari protoraks dapat bergerak bebas, lebih sempit dari
kepala, pada rayap pekerja jarang yang protoraksnya besar.Meso dan metatoraks
lebih lebar dari panjangnya.Pleuron nyata tapi sternit sangat kecil (Amir, 2003).

Memiliki mata majemuk dan umumnya mengalami pereduksian sebagai pola adaptasi
terhadap kebiasaan hidup di habitat yang gelap. Antena berbentuk manik-manik
(moniliform) panjang, multisegmen dari 11 sampai dengan 31 segmen. Alat mulut
bertipe menggigit-mengunyah (mandibulata) yang berkembang sesuai dengan tipe
kastanya; prajurit memiliki bentuk mandibular besar atau memiliki nasuti. Sayap
hanya dimiliki oleh kasta reproduktif yang terdiri dari dua pasang sayap tipe
membran dengan venasi yang rumit serta memiliki ukuran dan bentuk yang sama,
kecuali pada Mastotermes dengan venasi sayap yang lebih rumit.

Bagian badan yang terdapat di belakang disebut abdomen (perut) merupakan bagian
yang paling besar pada rayap pekerja dan laron.Bahkan pada rayap tanah, misalnya
Macrotermesgilvus, abdomennya dapat membesar sebesar ibu jari tangan manusia,
berisi telur sangat banyak jumlahnya. Tarsi terdiri dari tiga sampai dengan lima
segmen. Cerci pendek terbagi dalam satu sampai lima segmen. Rayap mengalami
metamorfosis paurometabola. Kebanyakan jenis rayap berwarna putih kekuningan,
tetapi ada juga yang cokelat bahkan hitam.
V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penjelasan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Ordo Orthoptera memiliki sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang
dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina.

2. Ordo Hemiptera memiliki sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan
pada bagian ujung membranus.

3. Ordo Thysanoptera memiliki sayap yang berumbai-umbai dan tipe mulut ordo ini
adalah penggigit dan pengunyah.

4. Ordo Dermaptera memiliki sayap depan yang pendek seperti kulit, sayap
belakangnya berbentuk seperti selaput dan melipat di bawah sayap depan saat
hinggap.
DAFTAR PUSTAKA

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.


Kanisius. 1995. Hama Sains Pestisida dan Kegunaannya. Yogyakarta. Natawigena.
Pracaya. 2004. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Riordi. 2009. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Tri ganda karya, Bandung.
Subyanto. 1997. Kunci Determinasi Serangga. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Syukur. 2012. Hama Pengganggu Tanaman. Penebar Swadaya.
Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai