Anda di halaman 1dari 25

Laporan Praktikum BO

DETERMINASI RASA PADA LIDAH

Oleh Kelompok B-3


Rizka Dwi Nur V. 021111089
Andi Ainul Mardiah 021111091
Agus Syaifudin Setiawan 021111107
Fikarini Hadi Puteri 021111114
Irina Fardhani 021111117
Zahrah Musthofani 021111119
Yosua Vincent L. 021111121
Bandaru Rahmatari 021111122
Hayumas Nurlita 021111131

DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013

1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori
a. Lidah
Rongga mulut dianggap cermin kesehatan umum seseorang. Lidah
merupakan salah satu organ di rongga mulut yang paling peka terhadap perubahan
yang terjadi di dalam tubuh. Pada dasarnya, permukaan lidah adalah daerah yang
paling banyak terpapar oleh iritasi dan keperluan dasar hidup sehari-hari seperti
makan dan minum.
Lidah sebagai indera pengecap mempunyai beberapa fungsi yaitu membantu
proses pengecapan dan perasa, mengatur letak makanan ketika dikunyah,
membantu menelan, mendorong makanan ke dalam pharynx (pada waktu
menelan), pembersihan mulut, dan memainkan peranan yang penting sebagai alat
bantu dalam berbicara.

b. Anatomi Lidah
Lidah terletak di dalam mulut. Lidah berwarna merah dan permukaannnya
tidak rata. Lidah terdiri atas dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan otot
ekstrinsik. Otot intrinsik berfungsi untuk melakukan semua gerakan lidah. Otot
ekstrinsik berfungsi mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta
membantu melakukan gerakan menekan makanan pada langit-langit dan gigi,
kemudian mendorongnya masuk ke faring.
Lidah merupakan kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang
ditutup oleh membran mukosa (selaput lendir). Selaput lendir ini tampak kasar
karena adanya tonjolan-tonjolan yang disebut papila yang merupakan akhiran-
akhiran saraf pengecap dan terletak pada seluruh permukaan lidah. Saraf-saraf
pengecap inilah yang dapat membedakan rasa makanan. Jumlah papila pada
setiap orang belum tentu sama. Biasanya perempuan memiliki papila lebih
banyak daripada laki-laki. Orang yang mempunyai banyak papila akan lebih peka
terhadap rasa.

2
Gambar 1A. Otot Internal Lidah Gambar 1B. Otot Eksternal Lidah

c. Taste Buds
Organ pengecapan bagian perifer disebut taste buds (caliculus
gustatorious) yang meliputi seluruh permukaan lidah yang mempunyai garis
tengah sekitar 1/30 milimeter dan panjang sekitar 1/16 milimeter. Ketika lahir,
kita memiliki sekitar 10.000 taste bud, akan tetapi setelah usia 50 tahun
jumlahnya mulai berkurang. Taste bud merupakan sel epitel yang telah
dimodifikasi, beberapa diantaranya disebut sebagai sel sustentakular dan
lainnya disebut sebagai sel reseptor. Sel-sel reseptor ini terus-menerus
digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel-sel epitel di sekitarnya dengan
waktu paruh sekitar sepuluh hari. Kekhasan dari sel reseptor gustatori ini
ditentukan oleh papila dimana taste buds berada bukan oleh nervus yang
menginervasi.
Taste bud memiliki beberapa tipe reseptor rasa yang memiliki silia. Setiap
tipe ini akan mendeteksi satu jenis rasa dari 5 rasa dasar yaitu, asam, asin,
manis, pahit dan umami. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh
permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu.
Ujung-ujung luar dari taste buds tersusun di sekitar taste pore yang sangat
kecil. Dari ujung-ujung setiap sel, mikrovili menonjol ke luar menuju taste pore
dan mengarah ke rongga mulut. Mikrovili ini dianggap memberikan permukaan
reseptor untuk pengecapan. Beberapa dari serabut saraf pengecap yang
dirangsang oleh sel-sel reseptor ini berinvaginasi menjadi lipatan membran sel
pengecap yang juga dibentuk oleh banyak vesikel. Vesikel ini mengandung
3
substansi neurotransmiter yang dilepaskan melalui membran sel untuk
merangsang ujung-ujung serabut saraf dalam rensponnya terhadap rangsang
pengecapan. Taste buds juga terletak pada palatum dan beberapa diantaranya
pada pilar tonsilar, epiglotis, dan bahkan di esofagus bagian proksimal. Orang
dewasa mempunyai 3000 sampai 10.000 taste buds sedangkan anak-anak
mempunyai lebih sedikit.

Gambar 2. Taste buds pada lidah, papila, dan penampang tastebuds dan bagian-
bagiannya

d. Pembuluh Darah dan Saraf Lidah:


Arteri berasal dari arteri carotis externa. Arteri sublingualis berlanjut ke
depan untuk mensuplai darah ke glandula sublingualis musculus Mylohyoid dan
mukosa membran mulut menuju vena Jugularis interna. Di bawah lidah, mukosa
membran ini membentuk frenulum lingualis untuk mengarahkan pergerakan lidah.
Vena Lingualis merupakan vena commitantes mendampingi arteri Lingualis
menuju vena Lingualis interna. Ada vena Lingualis profundus, vena Lingualis
dorsalis, dan vena commitantes yang berasal dari percabangan nervus hypoglossi.
Saraf-saraf yang berperan pada lidah adalah nervus facial (VII), nervus
glossopharyngeal (IX), dan nervus vagus (X). Jalur syaraf pengantar ke otak
adalah dari nervus lingualis menuju chorda tympani (VII) dari 2/3 anterior lidah,
melalui nervus X dari pharynx dan epiglottis atau melalui nervus IX dari 1/3 lidah
posterior lidah.

4
e. Jalan Kerja Impuls Pengecap dari Lidah ke Otak
Tiga saraf cranial yang memainkan peranan dalam pengantaran impuls
dari lidah ke otak, yaitu nervus facial (VII) pada bagian 2/3 anterior lidah, nervus
glossopharyngeal (IX) pada bagian 1/3 posterior lidah, dan nervus vagus (X) pada
pharynx dan epiglottis. Diawali dari taste buds pada lidah, impuls menyebar
sepanjang nervus facial dan dari 1/3 posterior lidah melalui nervus
glossopharyngeal. Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus
vagus. Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk
ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan
bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula.
Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian
dihantar ke thalamus yang akan memberi persepsi pengecapan yang dirasa.

f. Fisiologi Lidah
Seluruh rasa dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu
jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu. Rasa manis lebih sensitif
dirasakan pada daerah ujung depan lidah, rasa asin paling baik diapresiasi pada
pinggir depan lidah, rasa asam paling baik diterima di sepanjang samping/tepi
lidah dan sensasi pahit dapat dideteksi dengan sangat baik pada sepertiga belakang
lidah. Keempat rasa ini dikenal dengan istilah sensasi rasa primer. Selain itu, ada
rasa kelima yang telah teridentifikasi yakni umami yang dominan ditemukan pada
L-glutamat.

1. Rasa Manis
Beberapa jenis zat kimia yang menyebabkan rasa ini meliputi: gula, glikol,
alkohol, aldehida, keton, amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam halogen,
dan garam anorganik dari timah hitam dan berilium. Hampir semua zat yang
menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik; satu-satunya zat
anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan garam-garam tertentu dari
timah hitam dan berillium.

2. Rasa Asam
Rasa asam disebabkan oleh suatu golongan asam. Konsentrasi ion hidrogen
maupun intensitas sensasi rasanya kira-kira sebanding dengan logaritma
5
konsentrasi ion hidrogen. Rasa asam disebabkan oleh asam kimia, yang
mengandung ion hidrogen bebas (H+).Contohnya asam sitrat dalam lemon.
Depolarisasi sel reseptor oleh tastan asam terjadikarena H+ menghambat saluran
K+ di membran sel reseptor. Penurunan perpindahan pasif ion K+ keluar sel
mengurangi negativitas internal sehingga terjadi depolarisasi potensial reseptor.
Rasa asam biasanya bergantung pada proporsi ion H+. Namun penelitian
menunjukkan bahwa asam organik (contohnya asam asetat) memberikansensasi
asam yang lebih kuat dibandingkan dengan asam mineral. Hal ini
mungkindisebabkan kareana asam organik memiliki kemampuan penetrasi sel
reseptor yanglebih besar daripada asam mineral.Oleh sebab itu, makin asam suatu
makanan maka sensasi rasa asamnya semakin kuat.

3. Rasa Asin
Rasa asin ditimbulkan oleh garam terionisasi terutama konsentrasi ion sodium.
Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya karena
beberapa jenis garam juga mengeluarkan rasa lain di samping rasa asin. Rasa asin
dihasilkan oleh substansi yang bersifat anorganik dan dapat terionisasi,contohnya
NaCl (garam dapur). Masuknya ion Na+ langsung melalui saluran Na+ khusus di
membran sel reseptor, suatu perpindahan yang menurunkan negativitasinternal
sel, menyebabkan depolarisasi resetor sebagai respon terhadap garam.

4. Rasa Pahit
Rasa pahit seperti rasa manis, tidak disebabkan satu jenis agen kimia, tetapi zat-
zat yang memberikan rasa pahit semata-mata hampir merupakan zat organik.
Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit adalah: (1) Zat organik
rantai panjang yang berisi nitrogen, dan (2) alkaloid. Alkaloid terdiri dari banyak
obat yang digunakan dalam kedokteran seperti kuinin, kafein, striknin, dan
nikotin. Hampir seluruh senyawa yang menghasilkan sensasi asam merupakan
senyawaorganik, dan sebagian besar merupakan alkaloid (contohnya kafein,
nikotin, morfin),serta bahan beracun, semua terasa pahit. Mungkin sebagai
mekanisme protektif untuk mencegah ingesti senyawa-senyawa yang berpotensi
berbahaya ini. Sel-sel kecap yang mendeteksi rasa pahit memiliki 50-100 reseptor
yang masing-masing berespon terhadap rasa pahit yang berbeda. Itu sebabnya
6
bermacam-macam bahan kimia terasa pahit meskipun strukturnya berbeda.
Kemampuan ini memperluas kemampuanr eseptor kecap untuk mendeteksi
beragam bahan kimia yang berpotensi membahayakan. Protein G pertama dalam
pengecapan (gustducin) ditemukan di salah satu jalur pahit. Protein G inilah yang
memicu jalur pembawa pesan kedua di sel pengecap.

5. Rasa Umami
Umami berasal dari bahasa Jepang yang artinya enak. Rasa umami mempunyai
ciri khas yang jelas berbeda dari keempat rasa lainnya, termasuk sinergisme
peningkat rasa antara dua senyawa umami, L-glutamat dan 5'-ribonulceotides,
serta rasa yang bertahan lama setelahnya. Umami adalah rasa yang dominan
ditemukan pada makanan yang mengandung L-glutamat (terdapat pada ekstrak
daging dan keju).

g. Proses Pengecapan :
Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah.
Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan
kontak dan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap kemudian timbul
impuls yang akan menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus glossopharyngeal
(IX). Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus (X).
Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke
nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu
dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls
diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar
ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk ke
dalam mulut kita.9 Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik,
artinya rasa oleh masing-masing ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada
saat yang berlainan dengan setiap epitel neuron ujung serabut syaraf pengecapan.
Jadi setiap taste buds dapat bereaksi untuk semua rasa walau dengan intensitas
berbeda.

7
Gambar 4. Proses Rangsang Pengecap dari Taste Buds sampai dipersepsikan di
Thalamus

f. Jenis-jenis papilla
Terdapat empat jenis papilla pada lidah manusia,yaitu:
Papila fungiform,
terletak di 2/3 anterior lidah dan pada umumnya terdiri dari satu hingga beberapa
taste buds di setiap papila yang diinervasi oleh nervus facial (VII). Papila ini
terlihat seperti bintik-bintik berwarna merah karena kaya akan pembuluh darah.
Jumlah papila fungiform di setiap lidah manusia adalah sekitar 200 papila. Papila
ini lebih sensitif terhadap rasa manis dan asin. Papila di lidah bagian depan
memiliki lebih banyak taste buds (1-18) dibanding dengan papila di lidah bagian
tengah (1-9). Diperkirakan ada sekitar 1120 taste buds di papila fungiform pada
setiap lidah. Sebuah penelitian di China mengungkapkan bahwa adanya hubungan
antara kepadatan papila fungiform dengan pemeriksaan rasa manis menggunakan
larutan sukrosa pada pria dewasa muda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
anatomi papila sangat erat hubungannya dengan ambang sensitivitas rasa
khususnya pada papila fungiformis.10

Papila circumvalata,
terletak pada pangkal dorsum lidah di depan sulcus terminalis linguae yang
tersusun seperti huruf V. Papila ini sensitif terhadap rasa asam dan pahit di 1/3
posterior lidah yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX). Jumlahnya
berkisar 3-13 papila di setiap lidah dengan jumlah taste buds 252 di setiap papila
sehingga total 2200 taste buds yang terdapat di papila circumvalata pada setiap

8
lidah. Dalam jumlah besar taste buds ini terletak mengelilingi papila circumvalata
yang membentuk garis seperti huruf V ke arah posterior lidah. 10

Papila foliate,
terletak pada lipatan dan celah bagian lateral lidah. Sensitivitas papila ini lebih
dominan terhadap rasa asam yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX).
Rata-rata terdapat 5-6 papila foliata di setiap sisi lidah yang terdiri dari 117 taste
buds per papila sehingga total terdapat 1280 taste buds di papila foliata pada
setiap lidah. 10

Papila filiform,
papila terkecil dengan penampang 0,1 - 0,25 mm dan tidak memiliki taste buds.
Papila ini lebih dominan untuk menerima rangsang sentuh. 10

Gambar 5. Letak Papilla pada Lidah

h. Faktor yang Mempengaruhi Sensitivitas Indera Pengecap


Faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas indera pengecap
diantaranya:

9
1.Usia
Usia mempengaruhi sensitivitas reseptor perasa. Penurunan sensitivitas indera
pengecap merupakan masalah fisiologis yang terjadi pada manula. Hal ini
disebabkan karena terjadinya kemunduran dalam hal fisik maupun biologis
dimana pada proses menua terjadi penurunan jumlah papila sirkumvalata seiring
bertambahnya usia dan penurunan fungsi transmisi pada taste buds.1

2.Suhu
Makanan Suhu makanan yang kurang dari 20o C maupun yang lebih dari 30oC
dapat mempengaruhi sensitivitas taste buds pada indera pengecap. Suhu yang
terlalu panas akan merusak sel-sel pada taste buds, namun keadaan ini akan
cenderung berlangsung cepat karena sel yang rusak akan segera diperbaiki. Suhu
yang terlalu dingin juga dapat membius lidah sehingga sensitivitas lidah akan
berkurang.

3.Penyakit
Berbagai jenis penyakit, terutama penyakit kronis memerlukan perawatan dan
terapi yang terkadang memakan waktu lama. Efek samping obat tersebut dapat
mempengaruhi penurunan sensitivitas indera pengecap, seperti amphetamin dapat
menurunkan sensitivitas terhadap rasa manis, anestesia seperti lidocaine dapat
menyebabkan berkurangnya sensitivitas rasa asin dan manis, begitu juga
penggunaan insulin (untuk penderita diabetes) yang berkepanjangan. \

Xerostomia merupakan salah satu efek samping yang dapat terjadi oleh karena
obat-obatan tertentu, penyakit kencing manis, penyakit ginjal maupun pada pasien
yang menerima radiasi kepala dan leher. Xerostomia merupakan keadaan dimana
mulut kering akibat produksi kelenjar saliva yang berkurang yang dapat
diakibatkan oleh gangguan / penyakit pada pusat saliva atau pada syaraf pembawa
rangsang saliva. Suatu zat hanya dapat dinikmati rasanya jika larut dalam saliva.
Dengan berkurangnya produksi saliva, maka sel-sel pengecap akan mengalami
kesulitan dalam menerima rangsang rasa.

10
4. Hal-hal lain yang dapat menghalangi identifikasi rasa pada taste buds
Kebiasaan mengkonsumsi rokok dapat menurunkan sensitivitas indera pengecap.
Hal ini dapat dikarenakan saat rokok dihisap, nikotin yang terkondensasi masuk
ke dalam rongga mulut dan menutupi taste buds sehingga kemungkinan
menghalangi interaksi zat-zat makanan ke dalam reseptor pengecap. Kebiasaan
menyirih merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sensitivitas
indera pengecap. Hal ini dikarekan partikel-partikel yang terkandung pada sirih
yang terdeposit pada waktu yang lama sehingga mengakibatkan pigmentasi dan
penumpukan partikel pada lidah yang dapat menghalangi interpretasi rasa.

Oral higiene merupakan faktor yang juga mempengaruhi sensitivitas indera


pengecap. Oral higiene yang buruk dapat mengakibatkan penumpukan plak sisa
makanan yang terdeposit pada lidah sehingga menghalangi interpretasi rasa. Di
samping itu, oral higiene yang buruk merupakan tempat berkembangnya bakteri
dan flora yang merugikan di rongga mulut.

i. Siklus Menstruasi
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang
paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi
(perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut
dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan
dari sikluas menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah
waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan
wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa,
sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali
terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak
teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan
kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Siklus Menstruasi Normal


Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium
(indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2
bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi
11
masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi. Perubahan di dalam rahim
merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu
perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim, terletak di
bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah
lapisan yang berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut
desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut
sebagai desidua basalis.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:


1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus
untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikelfolikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan
folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen.
Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang
kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh
releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH
dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi
hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari
folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan
dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai
terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi
korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones,
suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka
korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan
12
progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan
pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi.

Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut
dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium
berada dalam kadar paling rendah
Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari
desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase
ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi
pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur
yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap
untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata
fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya
mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan
jangka waktu rata-rata 14 hari.

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus
menstruasi
normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH)
berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal
siklus sebelumnya

13
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir
dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal
ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran
FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari
peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon
LH meningkat drastis (respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima)
hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari
hormon LH, keluarlah hormon progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi
adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke
luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi
sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi
dari korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa
sudah terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus
luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya

1.2 Masalah
1. Apakah taste bud terletak pada satu daerah?
2. Bagaimana respon rasa pengecap pada orang sehat?
3. Bagaimana respon rasa pengecap pada orang yang sedang menstruasi?
4. Bagaimana respon rasa pengecap pada orang yang sedang pre-menstruasi?
5. Bagaimana respon rasa pengecap pada orang yang sedang post-menstruasi?
6. Bagaimana respon rasa pengecap pada orang yang sedang sakit?
7. Hal-hal apa yang mempengaruhi fungsi taste bud?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui letak taste bud dalam rongga mulut.
2. Mengetahui respon rasa pengecap pada orang sehat
14
3. Mengetahui respon rasa pengecap pada orang yang sedang menstruasi
4. Mengetahui respon rasa pengecap pada orang yang sedang pre-menstruasi
5. Mengetahui respon rasa pengecap pada orang yang sedang post-menstruasi
6. Mengetahui respon rasa pengecap pada orang yang sedang sakit
7. Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi fungsi taste bud.

II. METODE KERJA


2.1 Alat dan Bahan
Alat:
1. Gelas
2. Pipet
3. Cotton buds
4. Kertas tissue
Bahan
1. Asin : NaCl : 0,5%, 1,5%, 2,5%, 3,5%, 4,5%
2. Asam : Asam sitrat : 0,5%, 0,75%, 1%, 1,25%, 1,5%
3. Manis : Sukrosa : 2%, 3%, 4%, 5%, 6%
4. Pahit : Quinine : 0,025%, 0,05%, 0,075%, 0,1%, 0,125%

1.2 Cara Kerja


Dalam setiap kelompok dipilih 5 orang mahasiswa coba yang memenuhi
kriteria berikut :
1. mahasiswa yang sehat
2. mahasiswa yang sedang sakit
3. mahasiswa yang sedang dalam masa pre menstruasi
4. mahasiswa yang sedang menstruasi
5. mahasiswa yang sedang dalam masa post menstruasi

Pada setiap mahasiswa coba diberi perlakuan berbagai rasa sebagai berikut:
A. Asam
1. Mahasiswa coba berkumur sebanyak 3 kali dengan air
2. Lidah dijulurkan
3. Keringkan lidah dengan tisu hingga kering

15
4. Tetesi dengan larutan asam sitrat pada daerah pinggir dorsum lidah,
pinggir dorsum medial lidah, anterior lidah, posterior lidah, dan
palatum mulai dari konsentrasi terendah hingga dirasakan rasa asam.
Selama percobaan, mulut tetap terbuka sehingga lidah tetap kering.
Bila telah merasakan rasa asam, maka mahasiswa coba memberi tanda
dengan menunjukkan jari.

B. Asin
1. Mahasiswa coba berkumur sebanyak 3 kali dengan air
2. Lidah dijulurkan
3. Keringkan lidah dengan tisu hingga kering
4. Tetesi dengan larutan NaCl pada daerah pinggir dorsum lidah, pinggir
dorsum medial lidah, anterior lidah, posterior lidah, dan palatum mulai
dari konsentrasi terendah hingga dirasakan rasa asam. Selama
percobaan, mulut tetap terbuka sehingga lidah tetap kering. Bila telah
merasakan rasa asin, maka mahasiswa coba memberi tanda dengan
menunjukkan jari.

C. Manis
1. Mahasiswa coba berkumur sebanyak 3 kali dengan air
2. Lidah dijulurkan
3. Keringkan lidah dengan tisu hingga kering
4. Tetesi dengan larutan sukrosa pada daerah pinggir dorsum lidah,
pinggir dorsum medial lidah, anterior lidah, posterior lidah, dan
palatum mulai dari konsentrasi terendah hingga dirasakan rasa asam.
Selama percobaan, mulut tetap terbuka sehingga lidah tetap kering.
Bila telah merasakan rasa manis, maka mahasiswa coba memberi tanda
dengan menunjukkan jari.

D. Pahit
1. Mahasiswa coba berkumur sebanyak 3 kali dengan air
2. Lidah dijulurkan
3. Keringkan lidah dengan tisu hingga kering
16
4. Tetesi dengan quinine pada daerah pinggir dorsum lidah, pinggir
dorsum medial lidah, anterior lidah, posterior lidah, dan palatum mulai
dari konsentrasi terendah hingga dirasakan rasa asam. Selama
percobaan, mulut tetap terbuka sehingga lidah tetap kering. Bila telah
merasakan rasa pahit, maka mahasiswa coba memberi tanda dengan
menunjukkan jari.

17
III. HASIL PRAKTIKUM

ORANG LOKASI DI PINGGIR PINGGIR ANTERIOR POSTERIOR PALATUM KETERAN


COBA BAHAN DORSUM DORSUM LIDAH LIDAH GAN
LIDAH MEDIAL
PERANGSANG
RASA PENGECAP
YOSUA ASIN 2,5% PRIA
(NaCl) 0,017M SEHAT
ASAM
(ASAM SITRAT)
MANIS 4% 3% 2% 5%
(SUKROSA) 0,017M 0,013M 0,01M 0,023M
PAHIT 0,075% 0,1%
0,000013M 0,000017M
AGUS ASIN PRIA
(NaCl) SAKIT
ASAM
(ASAM SITRAT)
MANIS 3% 5%
(SUKROSA) 0,013 0,023M
PAHIT 0,1% 0,075%
0,000017M 0,000013
NANA ASIN 4,5% 4,5% 2,5% 4,5% 3,5% WANITA
(NaCl) 0,029M 0,029M 0,017M 0,029M 0,023M 3 HARI
ASAM 0,5% 0,5% 0,5% 1,25% 1,5% SEBELUM
(ASAM SITRAT) 0,009M 0,009M 0,009M 0,0020M 0,0026M HAID
MANIS 2% 2% 2% 2% 2%
(SUKROSA) 0,01M 0,01M 0,01M 0,01M 0,01M
PAHIT 0,125% 0,5% 0,075% 0,075% 0,5%
0,000022M 0,000010M 0,000013M 0,000013M 0,000010M
NINE ASIN 1,5% 1,5% 2,5% 3,5% WANITA
(NaCl) 0,013M 0,013M 0,017M 0,023M KETIKA

18
ASAM 1,5% 1,5% 0,5% HAID
(ASAM SITRAT) 0,0026M 0,0026M 0,009M
MANIS 2% 2% 2% 2%
(SUKROSA) 0,01M 0.01M 0,01M 0,01M
PAHIT 0,025% 0,5% 0,1%
0,000008M 0,000010M 0,000017M
AFIN ASIN 3,5% 3,5% WANITA
(NaCl) 0,023M 0,023% 7 HARI
ASAM SETELAH
(ASAM SITRAT) HAID
MANIS 3% 4%
(SUKROSA) 0,013M 0,017M
PAHIT 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%
0,000010M 0,000010M 0,000010M 0,000010M
RURI ASIN 4,5% 4,5% WANITA
(NaCl) 0,029M 0,029M 12 HARI
ASAM SEBELUM
(ASAM SITRAT) HAID
MANIS 5% 2%
(SUKROSA) 0,023M 0,01M
PAHIT 0,075%
0,000013M

19
IV. PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Hasil
Pada praktikum ini dilakukan percobaan terhadap 6 mahasiswa dengan kondisi
yang berbeda-beda. Pada orang coba pertama yaitu laki-laki sehat didapatkan bisa
merasakan rasa asin pada pinggir dorsum lidah saja dengan konsentrasi asin 2,5 %.
Rasa asam tidak terasa pada semua bagian dengan berbagai konsentrasi. Rasa manis
terasa pada bagian pinggir dorsum pada konsentrasi 4%, pinggir dorsum medial
dengan konsentrasi 3%, anterior lidah, konsentrasi 2% dan posterior lidah pada
konsentrasi 5%, sedangkan pada palatum tidak merasakan. Untuk rasa pahit pada
bagian pinggir dorsum dan pinggir dorsum medial tidak merasakan rasa pahit. Pada
anterior lidah rasa pahit dapat dirasakan pada konsentrasi 0,075%, pada posterior
lidah 0,1%, dan pada palatum tidak terasa pahit. Berdasarkan hasil percobaan tersebut
dapat dijelaskan bahwa seluruh rasa dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah,
tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu. Rasa asin paling baik
diapresiasi pada pinggir depan lidah, rasa asam paling baik diterima di sepanjang
samping/tepi lidah, rasa manis lebih sensitif dirasakan pada daerah ujung depan
lidah,dan sensasi pahit dapat dideteksi dengan sangat baik pada sepertiga belakang
lidah. Dari hasil percobaan hampir setiap rasa yang peka sesuai dengan teori yang
ada. Namun, pada rasa pahit didapatkan hasil yang paling peka adalah pada daerah
anterior lidah. Hal tersebut dapat terjadi karena mungkin ada faktor kesalahan dari
operator dalam meletakkan perasa pahit atau mungkin juga karena adanya saliva yang
tercampur pada saat mahasiswa coba merasakan rasa pahit sehingga rasa pahit
tersebar ke seluruh mukosa mulut. Sedangkan pada rasa asam, mahasiswa coba tidak
dapat merasakan pada semua konsentrasi mungkin terjadi karena kesalahan operator,
atau mungkin mahasiswa coba yang memiliki ambang batas rasa asam yang terlalu
tinggi sehingga tidak bisa merasakan pada semua konsentrasi.
Pada orang coba kedua yaitu laki-laki dengan sakit influenza didapatkan hasil
tidak bisa merasakan rasa asin dan asam pada berbagai konsentrasi di berbagai lokasi
di lidah. Rasa manis tidak terasa pada bagian pinggir dorsum, pinggir dorsum medial
dan palatum. Sedangkan pada bagian anterior lidah rasa manis tersa pada konsentrasi
3% dan posterior lidah pada konsentrasi 5%. Untuk rasa pahit pada bagian pinggir
dorsum, anterior lidah dan palatum tidak dapat merasakan rasa pahit. Pada pinggir
dorsum medial lidah rasa pahit dapat dirasakan pada konsentrasi 0,1% dan pada
posterior lidah 0,075%. Berdasarkan hasil percobaan tersebut dapat dijelaskan bahwa
20
pada orang yang terkena flu, kepekaan terhadap rasa akan berkurang. Hal tersebut
dapat terjadi karena, proses pengecapan rasa tidak hanya dilakukan oleh lidah tapi
juga dibantu oleh hidung. Bau yang kuat dari suatu makanan dapat mempengaruhi
kuncup pengecap. Secara skema dapat ditulis bahwa makanan dan minuman
merangsang ujung-ujung syaraf pengecap yg terdapat di papilla (rangsang diteruskan
ke otak, otak memproses dan merasakan berbagai rasa pada makanan). Sedangkan
pada orang yang terkena flu pada rongga hidung penuh dengan lendir yang akan
menghambat kerja reseptor penciuman pada hidung. Reseptor yang bermasalah akan
juga akan mempengaruhi kerja dari indra perasa sehingga kurang peka terhadap
rangsangan rasa.
Pada orang coba ketiga yaitu wanita tiga hari sebelum menstruasi didapatkan
hasil bahwa rasa asin dapat dirasakan pada konsentrasi 4,5% pada bagian bagian
pinggir dorsum, pinggir dorsum medial dan posterior lidah. Pada anterior lidah rasa
asin dapat dirasakan pada konsentrasi 2,5% dan pada palatum pada konsentrasi 3,5%.
Rasa asam dapat dirasakan pada konsentrasi 0,5% pada bagian bagian pinggir
dorsum, pinggir dorsum medial, dan anterior lidah. Pada posterior lidah rasa asam
dapat drasakan pada konsentrasi 1.25% dan pada palatum pada konsentrasi 1,5%.
Rasa manis dapat dirasakan pada konsentrasi 2% pada semua bagian lidah. Rasa pahit
dapat dirasakan pada konsentrasi 0,125% pada bagian pinggir dorsum, konsentrasi
0,5% pada bagian pinggir dorsum medial dan palatum, serta konsentrasi 0,075% pada
bagian anterior dan posterior lidah. Pada hasil percobaan terlihat bahwa mahasiswa
coba terlihat memiliki kepekaan yang lebih pada semua rasa dibandingkan dengan
hasil percobaan dari mahasiswa lain. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pada saat akan mengalami menstruasi, terdapat peningkatan
hormon estrogen. Peningkatan hormon estrogen tersebut merangsang setiap reseptor
untuk lebih peka, termasuk reseptor di dalam lidah. Pada saat 3 hari sebelum
menstruasi, reseptor pada lidah menjadi lebih peka dan menerima rangsangan rasa
dengan tepat.
Pada orang coba keempat yaitu wanita yang sedang menstruasi didapatkan
hasil hanya bisa merasakan rasa manis dengan konsentrasi 4% pada bagian pinggir
dorsum, pinggir dorsum medial, anterior lidah, dan posterior lidah. Sedangkan untuk
rasa asin, asam, dan pahit, orang coba tidak dapat merasakan rasa pada semua lokasi
pada lidah. Berdasarkan hasil percobaan tersebut dapat dijelaskan bahwa wanita coba
hari pertama menstruasi kurang peka terhadap rasa-rasa yang diberikan. Hal tersebut
21
dipengaruhi oleh hormon estrogen. Pada kasus ini wanita yang dilakukan uji sedang
mengalami menstruasi pada hari ketiga. Diketahui bahwa hari ketiga saat menstruasi
terjadi penurunan hormon estrogen secara drastis. Hal inilah yang mengakibatkan
kurang pekanya reseptor-reseptor pada lidah. Sehingga wanita tersebut kurang peka
terhadap rasa-rasa.
Pada orang coba kelima yaitu wanita 7 hari setelah haid didapatkan hasil
bahwa rasa asin dapat dirasakan pada konsentrasi 1,5% pada bagian bagian pinggir
dorsum, pinggir dorsum medial, 2,5% pada anterior lidah, dan 3,5% pada posterior
lidah. Rasa asam dapat dirasakan pada konsentrasi 1,5 % pada bagian bagian pinggir
dorsum dan anterior lidah, 0,5% pada posterior lidah. Rasa manis dapat dirasakan
pada konsentrasi 2% pada bagian bagian pinggir dorsum, pinggir dorsum medial,
anterior lidah, dan posterior lidah. Sedangkan rasa pahit terasa pada dengan konsntrasi
0,025% pada pinggir dorsum, 0,5% pada pinggir dorsum medial, 0,1% pada posterior
lidah dan 0,5% pada palatum. Pada hasil percobaan didapatkan bahwa wanita tersebut
lebih peka jika dibandingkan dengan wanita yang sedang menstruasi karena ada
kenaikan pada hormon estrogen wanita tersebut. Kenaikan pada hormon estrogen
menyebabkan lidah lebih peka terhadap rasa-rasa.
Pada orang coba keenam yatiu wanita 12 hari sebelum menstruasi didapatkan
hasil bahwa rasa asin dapat dirasakan pada konsentrasi 4,5% pada bagian bagian
pinggir dorsum dan anterior lidah. Rasa asam tidak dapat dirasakan orang coba. Rasa
manis dapat dirasakan pada konsentrasi 5% pada bagian bagian pinggir dorsum dan
2% pada anterior lidah. Sedangkan rasa pahit dirasakan dengan konsenrasi 0,075%
pada pnggir dorsum lidah. Berdasarkan hasil percobaan tersebut dapat dijelaskan
bahwa wanita hari ke-12 sebelum menstruasi kurang peka terhadap rasa. Hal ini
dikarenakan hormon estrogen pada wanita pada 12 hari sebelum menstruasi cukup
rendah, sehingga mengakibatkan kepekaan terhadar rasa juga cukup randah. Jika
dibandingkan dengan wanita coba yang lainnya pada wanita 12 hari sebelum
menstruasi kepekaan rasanya paling rendah. Hal ini sesuai dengan teori yang ada.

4.2 Pembahasan Pertanyaan


1. Apakah tiap lokasi hanya merasakan 1 macam rasa saja?
Tidak. Karena taste bud tersebar secara merata dalam rongga mulut dan setiap taste bud
memiliki sensitivitas yang berbeda-beda terhadap setiap sensasi rasa. Apabila diberikan
pada konsentrasi rendah biasanya taste bud hanya dapat merasakan satu rasa saja, tetapi

22
pada konsentrasi tinggi taste bud dapat merasakan lebih dari satu rasa bahkan sampai 4
rasa.

2. Sensasi rasa apa yang berubah bila orang coba sedang flu?
Menurut hasil percobaan dan teori, sensasi rasa asin, manis, dan asam akan berubah
menjadi tidak peka bahkan sampai hilang pada orang sakit dan sensasi terhadap rasa pahit
menjadi lebih peka. Seringkali makanan dan minuman yang dikonsumsi akan terasa
hambar.

3. Sensasi rasa apa yang berubah bila orang coba dalam keadaan sebelum
menstruasi hari ke-3?
Pada keadaan wanita sebelum menstruasi hari ke-3 perubahan yang terjadi adalah sensasi
rasa asin menjadi tidak peka karena pada fase premenstruasi wanita cenderung mengalami
stress dan ketidakstabilan emosi yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Hal ini
berakibat reseptor rasa asin mengalami gangguan. Tekanan darah yang tinggi
menyebabkan gangguan dalam penghantaran impuls rasa asin ke otak sehingga
kemampuan merasakan rasa asin berkurang pada wanita yang sedang dalam masa
premenstruasi. Selain itu dengan peningkatan hormon progesteron membuat sensasi rasa
pahit dapat lebih dirasakan dan penurunan hormon esterogen membuat sensasi rasa manis
lebih sulit untuk dirasakan.

4. Sensasi rasa apa yang berubah bila orang coba sedang menstruasi?
Pada wanita dalam masa menstruasi kadar hormon esterogen menurun sehingga membuat
sensasi rasa manis lebih sulit untuk dirasakan, selain itu terjadi penurunan hormon
progesteron yang menyebabkan sensasi rasa pahit kurang dirasakan.

5. Sensasi rasa apa yang berubah bila orang coba dalam keadaan setelah menstruasi
hari ke-3?

Pada kondisi wanita setelah menstruasi hari ke-3 yaitu pada fase post menstruasi, kadar
hormon estrogen meningkat dan hormon progesteron menurun. Hal ini menyebabkan
seorang perempuan yang ada pada fase ini akan cenderung lebih mudah merasakan manis
dan lebih sulit merasakan pahit. Selain itu pada fase post menstruasi kadar ion Na di dalam
tubuh tidak setinggi pada saat premenstruasi sehingga sensasi rasa asin menjadi lebih
mudah dirasakan.

23
6. Apakah terjadi perubahan respon pengecap pada pemakai full denture rahang
atas? Jelaskan!
Pada pemakai full denture rahang atas dapat menyebabkan terjadinya perubahan respon
pengecap karena pada palatum juga terdapat taste bud. Reseptor pada taste bud hanya
dapat menangkap impuls yang berasal dari larutan atau zat padat yang telah larut dalam
saliva. Pemakai full denture rahang atas membuat hanya sedikit taste bud di daerah
palatum yang dapat berikatan dengan larutan atau zat padat yang terlarut dalam saliva
karena aliran terhambatnya aliran saliva. Hal ini membuat pada pemakai full denture
mengalami penurunan terhadap sensasi rasa yang dapat dirasakan tetapi tidak sampai
hilang.

7. Mengapa pada orang tua terjadi penurunan rasa?


Karena pada orang tua terjadi penurunan jumlah taste bud. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya atrofi fisiologis pada manusia berusia lanjut sehingga terjadi penurunan
fungsi dari taste bud yang berakibat turunnya sensasi rasa yang dapat dirasakan.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton A C. Buku ajar fisiologi kedokteran (Indera Kimia-pengecapan dan


penciuman). Alih Bahasa. Irawati Setiawan. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran, 2001:841-6.

2. Sufitni. Anatomi (Lidah sebagai indera pengecap). Departemen Anatomi


Fakultas Kedokteran USU, 2008:87-8.

3. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis (Indera pengecap dan


pencium). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008:310-3

4. Guyton AC, Hall JE. Text book of medical physiology (Taste and smell). 11th
Ed. Mississippi: Elsevier Book Aid International, 2009:663-7.

5. Leopold D. Disorders of taste aznd smell. Medscape Refference, article


overview, 2012.

6. Jacewicz M. 2008. Smell and taste disorders (Merck Manual Hand Books).
Tersedia di: http://www.merckmanuals.com/ diakses pada tanggal: 12 April
2013

7. Jacob T. 2009. A tutorial on the sense of taste (Cardiff University, UK).


Tersedia di: http://www.cf.ac.uk/ Diakses pada tanggal: 12 April 2012

8. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran (Pengecapan). Alih Bahasa.


Djauhari Widjajakusumah. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran,
2002:183-6.

9. Khurana Indu. Textbook of human physiology for dental students (Sense of


taste). New Delhi: Reed Elsevier India Pvt. Ltd., 2007:767-70

10. Zhang Gen-H, Zhang Hai-Y, et al., The Relationship between fungiform
papillae density and detection threshold for sucrose in the young males.
Journal of Oxford University Press 2008;10(1):93-9.

11. Louise S. Oral mucosal lessions associated with use of quid. Journal de
l’Association dentaire canadienne 2004;70(4):244-8.

25

Anda mungkin juga menyukai