Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEIMANAN

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah

Materi PAI Semester IV-A

Dosen Pembimbing :

Maisaroh Ritonga, M.A

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

Danny Agustian ( 1811011213 )

M. Fauzan Syahnur ( 1811011271 )

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH LABUHANBATU

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, dan tak lupa pula kami mengirim salam dan salawat
kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawakan kami suatu
ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Keimanan” ini dengan lancar.

Adapun makalah ini ditulis dari hasil penyusunan yang diperoleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan Materi PAI serta infomasi dari media
internet yang berhubungan dengan tema.

Penulis berharap, makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca, dapat
menambah wawasan mengenai perkembangan dari Pendidikan Agama Islam
dalam kehidupan modern. Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman ................................................................................... 3


B. Keyakinan Terhadap Rukun Iman ....................................................... 4
C. Tanda – Tanda Orang Beriman ............................................................ 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia


lain atau dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi
sosial manusia harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi
tersebut tidak mengalami hambatan atau masalah dengan manusia lain. Proses
pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah keimanan seseorang.
Keimanan seseorang berbanding lurus dengan akhlak seseorang atau dengan kata
lain semakin baik keimanan dan ketakwaan seseorang maka semakin baik pula
akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan adalah modal utama
untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan sebenarnya potensi yang ada pada
manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya saja sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh lingkungan
sekitarnya maka potensi tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi itu
akan hilang secara perlahan.

Saat ini keimanan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh masyarakat
umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya dari
keimanan dan bahkan sudah banyak generasi yang tidak tahu apa saja rukun iman
dalam Islam, hal ini dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang hal
itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna
yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu
saja. Oleh karena itu dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah
yang melatar belakangi penulis untuk membahas dan mendiskusikan tentang
keimanan penulis susun menjadi sebuah makalah kelompok.

Lebih lanjut disebutkan bahwa kelompok mata pelajaran agama dan


akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.

1
Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti atau moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mencetak dan
mewujudkan manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia
merupakan tanggung jawab utama mata pelajaran pendidikan agama. Dalam
konteks inilah dapat dipahami dan diterima kritik, bahwa terjadinya kemerosotan
akhlak dan semakin dangkalnya keimanan di kalangan umat beragama di
Indonesia merupakan indikasi kegagalan pelaksanaan pendidikan agama.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Iman?


2. Bagaimana Keyakinan Rukun Iman?
3. Apa Saja Tanda – Tanda Orang Beriman?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Iman


2. Untuk Mengetahui Bagaimana Keyakinan Terhadap Rukun Iman
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Tanda – Tanda Orang Beriman

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman

Kata irnan berasal dari bahasa Arab: amina-yukrninu-imanan, yang secara


etimologi berarti yakin atau percaya. Iman kepada Allah memberi konsekuensi
percaya dan cinta kepada ajaran Allah, yaitu Al-Qur'an dan sunnah Rasul. Apa
yang dikehendaki Allah menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga dapat
menimbulkan tekad untuk mengorbankan apa saja untuk mewujudkan harapan
dan kehendak yang dituntut Allah kepadanya.1

Dalam definisinya dinyatakan bahwa iman adalah hati membenarkan, lisan


mengucapkan dan anggota badan mengerjakan dalam kehidupan sehari-hari, dan
penjabaran Iman dalam Islam termaktub dalam rukun iman, sedang aplikasinya
ada di dalam rukun Islam.

Iman itu mengikat setiap muslim, ia terikat dengan segala aturan hukum
(ajaran) yang ada dalam Islam, sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah.
Oleh karenanya orang Islam itu harus iman, sehingga ia meyaluni ajaran Islam
dan secara totalitas mengamalkannya dalam seluruh kehidupannnya.

Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu


melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai dengan keyakinan karena itu iman bukan hanya dipercaya atau
diucapkan melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan
dalam perbuatannya2. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas bahkan
mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal
saleh.

1
Muhibbin, Zainul dkk, Pendidikan Agama Islam Membangun Karakter Madani, (Jawa Timur, Litera
Jannata Perkasa,2002), hal. 53
2 Zakiah, Sahmiar dkk, Pendidikan Agama Islam, (Medan, CV. Putra Maharatu, 2015), hal. 15

3
Iman pada hakikatnya bukan persoalan akal tetapi lebih menlekat kepada
hati dalam mempercai hal – hal gaib atau metafisika. Sesungguhnya persoalan
metafisika sudah masuk wilayah agama atau iman, dan hanya Allah saja yang
mengetahuinya. Dan Allah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib ini dalam
batas-batas yang dipandang perlu telah menerangkan perkara yang gaib tersebut
melalui wahyu atau agamaNya. Dengan demikian agama adalah sumber informasi
tentang metafisika, dan karena itu pula hanya dengan agama manusia dapat
mengetahui persoalan metafisika. Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang
berkaitan dengan alam arwah, alam barzah, alam akhirat, surga dan neraka, Tuhan
dan sifat sifatNya, dan soal-soal gaib lainnya.3

B. Keyakinan Terhadap Rukun Iman

Diantara rangkaian keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah mengimani 6


rukun iman4, yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-
kitab, Nya iman kepada rasul-rasul Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada
takdir.

1. Iman Kepada Allah

iman kepada Allah mencakup ikrar menetapkan dan meyakini


tauhid rububiyah tauhid uluhiyah dan tauhid asma wa sifat.

Iman kepada Allah adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah


adalah Rabb dan Raja segala sesuatu, Dialah yang mencipta, yang
memberi rizki, yang menghidupkan, dan yang mematikan, hanya Dia yang
berhak disembah. kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala
jenis ibadah tidak boleh diberikan kepada selain-Nya, Dia memiliki sifat-
sifat kesempurnaan, keagungan, dan kemuliaan, serta Dia bersih dari
segala cacat dan kekurangan.

3Muhtadin, Pendidikan Agama Islam, ( Bogor, PT. Mandala Nasional, 2016), hal. 23
4 Barjas, Abdussalam bin, Al-Mu’tadush Shahih al-Wajibu, ( Depok, Pustaka Khazanah Fawa’id, 2018),
hal 41

4
Mempercayai bahwa Allah itu adalah zat (essensi) dan ada
(eksistensi) pada Allah Maha Esa, Ada pada Allah itu bersifat mutlak,
berbeda dengan eksistensi manusia bersifat nisbi. Aliran Sunni
menambahkan beberapa Sifat-Ilah yang merupakan suatu kemestian, yaitu
Azali (al-Qidam), kekal tanpa batas (al-Baqa), berbeda dengan setiap
kebaharuan (Mukhâlafat lil Hawâdits), keberadaannya itu pada zat-Nya
sendiri (Qiyâmuhu bi Nafsihi), maha esa (al-Wahdâniyat), berkemampuan
tanpa batas (al-Qudrat), berkemauan tanpa hambatan (al-Irâdat), tahu atas
setiap sesuatu (al-u), hidup (al-Hayt), mendengar (al-Samak), menyaksikan
(al-Bashar), berbicara menurut zat-Nya (al-Kalam).

2. Iman Kepada Malaikat

Iman kepada malaikat adalah dengan cara membenarkan kebenaran


mereka membenarkan nama-nama dan tugas tugas mereka yang telah
disebutkan kepada kita dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah


memiliki malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka,
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah
yang dimuliakan. Adapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka
laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa berhenti. Mereka
melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan
oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir dari
nash-nash Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Jadi, setiap gerakan di langit
dan di bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana, sebagai
pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani
secara tafshil (terperinci), para malaikat yang namanya disebutkan oleh
Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani mereka
secara ijmal (global).

5
3. Iman Dengan Kitab-Kitab Yang Telah Allah Turunkan
Adapun beriman dengan kitab-kitab yang Allah turunkan bisa
terealisasi dengan cara meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan
kepada setiap Rasul sebuah kitab

Sebagaimana firman Allah SWT

“Sungguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan bukti-bukti yang


nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca keadilan agar
manusia dapat berlaku adil” (QS.Al-Hadid 57: 25).

4. Beriman Dengan Para Rasul

Beriman dengan para Rasul dapat terealisasi dengan cara meyakini secara
pasti tidak ada sedikitpun keraguan bahwa Allah telah mengutus seorang rasul
untuk setiap umat yang akan mengajak mereka untuk beribadah hanya kepada
Allah dan tidak ada sekutu baginya serta mengajak manusia untuk
mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allah.

Meyakini bahwa para Rasul adalah orang-orang yang jujur dan harus
dibenarkan perkataannya. Mereka adalah orang-orang yang berbakti dan
memberi petunjuk kepada jalan yang benar, mereka juga orang-orang yang
mulia, taat serta bertakwa dapat dipercaya, serta orang-orang yang memberi
petunjuk dan diikuti mereka telah menyampaikan risalah Allah semuanya
tanpa ada sedikit pun yang mereka sembunyikan.

6
5. Beriman Kepada Hari Akhir

Beriman kepada hari akhir yaitu hari kiamat, maksudnya beriman


kepada perkara perkara yang terkait dengannya dan kejadian-kejadian
yang mengerikan. Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini hal yang
demikian.

Sebagaimana Allah SWT berfirman :

“Dan mereka yakin akan adanya akhirat.” (QS.al-Baqarah {2}: 4).

Allah SWT juga berfirman :

“Allah tidak ada Tuhan selain dia dia pasti akan mengumpulkan kamu
pada hari kiamat yang telah tidak diragukan terjadinya siapakah yang lebih
besar perkataannya daripada Allah?”

6. Beriman Dengan Qadha dan Qadar

Beriman dengan qadha dan qadar atau takdir yang baik dan buruk
adalah meyakini dengan pasti tanpa ada keraguan sedikitpun bahwa Allah
SWT telah menetapkan takdir setiap makhluk. Apa saja yang Allah
kehendaki, pasti terjadi. Dan apa yang tidak Allah kehendaki, tidak akan
terjadi.

7
Allah SWT berfirman

“Sungguh kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-


Qamar {54}: 49).

Dan Allah juga berfirman

“Dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” (QS al-
Ahzab {33}: 38).

C. Tanda-Tanda Orang Beriman

Di dalam Al-Qur'an al-karim telah banyak dijelaskan tandatanda orang yang


beriman5, di antaranya adalah :

1. Bergetar hatinya ketika disebut nama Allah. Hati bergetar karena rasa
dekat dengan-Nya, atau karena takut akan siksa- Nya atau bahkan karena
sangat bahagia. (QS Al-Anfal: 2)
2. Bertambah keimanannya ketika dibacakan ayat-ayat Allah. Baik ayat
Qur'aniyah (teks Al-Qur'an) maupun ayat Kauniyah (alam semesta),
kemudian bergejolak hatinya untuk segera mengimplementasikannya atau
melaksanakannya. (QS Al- Anfal: 2)
3. Senantiasa bertawakal kepada Allah. Artinya secara lahiriyah meraka
bersungguh-sungguh atau berusaha keras dan secara batiniyah dengan
banyak berdoa memohon dengan penuh harap kepada Allah, kemudian-
berhasil dan tidaknya berserah diri kepada Allah. Jika berhasil ia

5 Muhibbin, Zainul dkk, Pendidikan Agama Islam Membangun Karakter Madani, (Jawa Timur, Litera
Jannata Perkasa,2002), hal. 57

8
bersyukur dan tidak menyombongkan diri, dan jika gaga1 ia bersabar. (QS
Al- Anfal: 2 dan At-Taubah: 52)
4. Mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizkinya. Mereka rajin
dalarn menunaikan shalat, baik wajib maupun sunnah serta menafkahkan
sebagian rizkinya untuk kepentingan dan kemaslahatan umat di jalan yang
diridhai Allah SWT. (QS Al-Anfal: 3)
5. Memelihara amanah dan menepati janji. Seorang mukmin tidak akan
mudah berkhianat atas amanah yang telah dipikulnya akan tetapi akan
senantiasa memegang arnanah dan menepati janjinya. (QS Al-
Mukminun:6)
6. Berjihad di jalan Allah dan gemar menolong. Bersungguhsungguh dalam
menegakkan ajaran Allah baik dengan harta benda maupun jiwa yang
dimilikinya. (QS Al-Anfal: 74)

Akidah Islam sebagai keyakinan akan membentuk perilaku bahkan akan


mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abul A'la Al-Maududi menyebutkan
bahwa tanda orang yang beriman adalah sebagai beirkut:

1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik


2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri
3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat
4. Senantiasa jujur, adil dan amanah
5. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan
dan situasi dalam hidup
6. Mempunyai pendirian teguh, sabar, tabah, dan optirnis
7. Mempunyai sifat ksatria, semangat, berani tidak gentar menghadapi resiko
bahkan tidak takut terhadap maut
8. Mempuyai sifat hidup damai dan ridla
9. Patuh, taat, disiplin menjalankan peraturan agama

9
Manfaat dan pengaruh iman dalam kehidupan seorang muslim sangat besar
sekali di antaranya adalah:

1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda


2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman menanamkan sikap selfhelp dalam kehidupan
4. Iman memberikan ketenteraman jiwa
5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik Fayatan thayibah)
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
7. Iman memberikan keberuntungan dalam kehidupan.

Demikianlah pengaruh dan manfaat iman dalam kehidupan manusia, ia bukan


hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati manusia, tetapi ia dapat
menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup
Islarni. Apabila suatu masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka
akan terbentuk masyarakat yang aman, tenteram, damai, dan sejahtera.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Iman pada hakikatnya yaitu meyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan,
dan diamalkan dengan perbuatan. Persoalan iman sangat penting dan menjadi hal
yang paling mendasar yang harus ditanamkan dalam diri seorang muslim. Karena
dengan iman yang kuat dan kokoh, maka persoalan hidup seorang muslim akan
sesuai dengan ajaran Islam.

Iman bukanlah sesuatu yang selalu dapat dicerna dengan akal, tetapi lebih
kepada hati manusia bahwa mempercayai hal – hal yang gaib sekalipum atas
semua yang menyangkut persoalan keimanan kepada Allah SWT. Jadi setiap
muslim harus mengimani sutuhnya apa yang berkaitan dengan Allah SWT yang
terdapat dalam rukun iman yang 6.

Iman bukan hanya sekedar percaya kepada Allah SWT, tetapi juga proses
pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah keimanan seseorang.
Keimanan seseorang berbanding lurus dengan akhlak seseorang atau dengan kata
lain semakin baik keimanan dan ketakwaan seseorang maka semakin baik pula
akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan adalah modal utama
untuk membentuk pribadi seseorang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muhibbin, Zainul dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam Membangun Karakter


Madani. Jawa Timur: Litera Jannata Perkasa.

Zakiah, Sahmiar dkk. 2015. Pendidikan Agama Islam. Medan: CV. Putra
Maharatu.

Muhtadin, 2016. Pendidikan Agama Islam. Bogor: PT. Mandala Nasional.

Barjas, Abdussalam bin, 2018. Al-Mu’tadush Shahih al-Wajibu. Depok: Pustaka


Khazanah Fawa’id.

Anshori, Mustofa dkk, 2006. Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Badan


Penerbit Filsafat UGM.

Sahlan, Asman, 2003. Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Yogyakarta: Naila


Pustaka.

12

Anda mungkin juga menyukai