Makalah Materi Pai Danny
Makalah Materi Pai Danny
KEIMANAN
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, dan tak lupa pula kami mengirim salam dan salawat
kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawakan kami suatu
ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Keimanan” ini dengan lancar.
Adapun makalah ini ditulis dari hasil penyusunan yang diperoleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan Materi PAI serta infomasi dari media
internet yang berhubungan dengan tema.
Penulis berharap, makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca, dapat
menambah wawasan mengenai perkembangan dari Pendidikan Agama Islam
dalam kehidupan modern. Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini keimanan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh masyarakat
umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya dari
keimanan dan bahkan sudah banyak generasi yang tidak tahu apa saja rukun iman
dalam Islam, hal ini dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang hal
itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna
yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu
saja. Oleh karena itu dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah
yang melatar belakangi penulis untuk membahas dan mendiskusikan tentang
keimanan penulis susun menjadi sebuah makalah kelompok.
1
Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti atau moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mencetak dan
mewujudkan manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia
merupakan tanggung jawab utama mata pelajaran pendidikan agama. Dalam
konteks inilah dapat dipahami dan diterima kritik, bahwa terjadinya kemerosotan
akhlak dan semakin dangkalnya keimanan di kalangan umat beragama di
Indonesia merupakan indikasi kegagalan pelaksanaan pendidikan agama.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Iman itu mengikat setiap muslim, ia terikat dengan segala aturan hukum
(ajaran) yang ada dalam Islam, sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah.
Oleh karenanya orang Islam itu harus iman, sehingga ia meyaluni ajaran Islam
dan secara totalitas mengamalkannya dalam seluruh kehidupannnya.
1
Muhibbin, Zainul dkk, Pendidikan Agama Islam Membangun Karakter Madani, (Jawa Timur, Litera
Jannata Perkasa,2002), hal. 53
2 Zakiah, Sahmiar dkk, Pendidikan Agama Islam, (Medan, CV. Putra Maharatu, 2015), hal. 15
3
Iman pada hakikatnya bukan persoalan akal tetapi lebih menlekat kepada
hati dalam mempercai hal – hal gaib atau metafisika. Sesungguhnya persoalan
metafisika sudah masuk wilayah agama atau iman, dan hanya Allah saja yang
mengetahuinya. Dan Allah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib ini dalam
batas-batas yang dipandang perlu telah menerangkan perkara yang gaib tersebut
melalui wahyu atau agamaNya. Dengan demikian agama adalah sumber informasi
tentang metafisika, dan karena itu pula hanya dengan agama manusia dapat
mengetahui persoalan metafisika. Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang
berkaitan dengan alam arwah, alam barzah, alam akhirat, surga dan neraka, Tuhan
dan sifat sifatNya, dan soal-soal gaib lainnya.3
3Muhtadin, Pendidikan Agama Islam, ( Bogor, PT. Mandala Nasional, 2016), hal. 23
4 Barjas, Abdussalam bin, Al-Mu’tadush Shahih al-Wajibu, ( Depok, Pustaka Khazanah Fawa’id, 2018),
hal 41
4
Mempercayai bahwa Allah itu adalah zat (essensi) dan ada
(eksistensi) pada Allah Maha Esa, Ada pada Allah itu bersifat mutlak,
berbeda dengan eksistensi manusia bersifat nisbi. Aliran Sunni
menambahkan beberapa Sifat-Ilah yang merupakan suatu kemestian, yaitu
Azali (al-Qidam), kekal tanpa batas (al-Baqa), berbeda dengan setiap
kebaharuan (Mukhâlafat lil Hawâdits), keberadaannya itu pada zat-Nya
sendiri (Qiyâmuhu bi Nafsihi), maha esa (al-Wahdâniyat), berkemampuan
tanpa batas (al-Qudrat), berkemauan tanpa hambatan (al-Irâdat), tahu atas
setiap sesuatu (al-u), hidup (al-Hayt), mendengar (al-Samak), menyaksikan
(al-Bashar), berbicara menurut zat-Nya (al-Kalam).
5
3. Iman Dengan Kitab-Kitab Yang Telah Allah Turunkan
Adapun beriman dengan kitab-kitab yang Allah turunkan bisa
terealisasi dengan cara meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan
kepada setiap Rasul sebuah kitab
Beriman dengan para Rasul dapat terealisasi dengan cara meyakini secara
pasti tidak ada sedikitpun keraguan bahwa Allah telah mengutus seorang rasul
untuk setiap umat yang akan mengajak mereka untuk beribadah hanya kepada
Allah dan tidak ada sekutu baginya serta mengajak manusia untuk
mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allah.
Meyakini bahwa para Rasul adalah orang-orang yang jujur dan harus
dibenarkan perkataannya. Mereka adalah orang-orang yang berbakti dan
memberi petunjuk kepada jalan yang benar, mereka juga orang-orang yang
mulia, taat serta bertakwa dapat dipercaya, serta orang-orang yang memberi
petunjuk dan diikuti mereka telah menyampaikan risalah Allah semuanya
tanpa ada sedikit pun yang mereka sembunyikan.
6
5. Beriman Kepada Hari Akhir
“Allah tidak ada Tuhan selain dia dia pasti akan mengumpulkan kamu
pada hari kiamat yang telah tidak diragukan terjadinya siapakah yang lebih
besar perkataannya daripada Allah?”
Beriman dengan qadha dan qadar atau takdir yang baik dan buruk
adalah meyakini dengan pasti tanpa ada keraguan sedikitpun bahwa Allah
SWT telah menetapkan takdir setiap makhluk. Apa saja yang Allah
kehendaki, pasti terjadi. Dan apa yang tidak Allah kehendaki, tidak akan
terjadi.
7
Allah SWT berfirman
“Dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” (QS al-
Ahzab {33}: 38).
1. Bergetar hatinya ketika disebut nama Allah. Hati bergetar karena rasa
dekat dengan-Nya, atau karena takut akan siksa- Nya atau bahkan karena
sangat bahagia. (QS Al-Anfal: 2)
2. Bertambah keimanannya ketika dibacakan ayat-ayat Allah. Baik ayat
Qur'aniyah (teks Al-Qur'an) maupun ayat Kauniyah (alam semesta),
kemudian bergejolak hatinya untuk segera mengimplementasikannya atau
melaksanakannya. (QS Al- Anfal: 2)
3. Senantiasa bertawakal kepada Allah. Artinya secara lahiriyah meraka
bersungguh-sungguh atau berusaha keras dan secara batiniyah dengan
banyak berdoa memohon dengan penuh harap kepada Allah, kemudian-
berhasil dan tidaknya berserah diri kepada Allah. Jika berhasil ia
5 Muhibbin, Zainul dkk, Pendidikan Agama Islam Membangun Karakter Madani, (Jawa Timur, Litera
Jannata Perkasa,2002), hal. 57
8
bersyukur dan tidak menyombongkan diri, dan jika gaga1 ia bersabar. (QS
Al- Anfal: 2 dan At-Taubah: 52)
4. Mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizkinya. Mereka rajin
dalarn menunaikan shalat, baik wajib maupun sunnah serta menafkahkan
sebagian rizkinya untuk kepentingan dan kemaslahatan umat di jalan yang
diridhai Allah SWT. (QS Al-Anfal: 3)
5. Memelihara amanah dan menepati janji. Seorang mukmin tidak akan
mudah berkhianat atas amanah yang telah dipikulnya akan tetapi akan
senantiasa memegang arnanah dan menepati janjinya. (QS Al-
Mukminun:6)
6. Berjihad di jalan Allah dan gemar menolong. Bersungguhsungguh dalam
menegakkan ajaran Allah baik dengan harta benda maupun jiwa yang
dimilikinya. (QS Al-Anfal: 74)
9
Manfaat dan pengaruh iman dalam kehidupan seorang muslim sangat besar
sekali di antaranya adalah:
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman pada hakikatnya yaitu meyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan,
dan diamalkan dengan perbuatan. Persoalan iman sangat penting dan menjadi hal
yang paling mendasar yang harus ditanamkan dalam diri seorang muslim. Karena
dengan iman yang kuat dan kokoh, maka persoalan hidup seorang muslim akan
sesuai dengan ajaran Islam.
Iman bukanlah sesuatu yang selalu dapat dicerna dengan akal, tetapi lebih
kepada hati manusia bahwa mempercayai hal – hal yang gaib sekalipum atas
semua yang menyangkut persoalan keimanan kepada Allah SWT. Jadi setiap
muslim harus mengimani sutuhnya apa yang berkaitan dengan Allah SWT yang
terdapat dalam rukun iman yang 6.
Iman bukan hanya sekedar percaya kepada Allah SWT, tetapi juga proses
pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah keimanan seseorang.
Keimanan seseorang berbanding lurus dengan akhlak seseorang atau dengan kata
lain semakin baik keimanan dan ketakwaan seseorang maka semakin baik pula
akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan adalah modal utama
untuk membentuk pribadi seseorang.
11
DAFTAR PUSTAKA
Zakiah, Sahmiar dkk. 2015. Pendidikan Agama Islam. Medan: CV. Putra
Maharatu.
12