Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa lanjut usia (lansia) merupakan masa paling akhir dari siklus

kehidupan manusia. Seseorang dikatakan lanjut usia apabila berusia 65 tahun

ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari

suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh

untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Efendi & Makhfudli, 2009).

Masalah kesehatan yang terjadi pada lansia yaitu masalah biologi, psikologis

dan spiritual, masalah biologis pada lansia meliputi perubahan fisik, masalah

psikologis pada lansia seperti menurunnya rasa untuk mengikuti aktivitas

diluar rumah, dan masalah sosiologis lansia dituntut untuk mengikuti norma-

norma yang berlaku dimasyarakat. Spiritual pada lansia yaitu berupa stres dan

kecemasan menghadapi kematian (Nursalam Dede, 2016).

Jumlah lansia diseluruh dunia saat ini diperkirakan lebih dari 629

juta jiwa (1 dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025

lanjut usia akan mencapai 1,2 miliar (Badan Pusat Statistik, 2015).

Berdasarkan hasil Badan Pusat Statistik atau yang disingkat BPS

tahun 2017, jumlah Lansia di Indonesia mencapai 22,4 juta jiwa atau 8,69%

dari jumlah penduduk. Sementara menurut Riskesdas tahun 2018, pada tahun

2018 jumlah Lansia mencapai 9,3% atau 24,7 juta jiwa (Kemenkes RI, 2018).

Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia dimasa depan, akan

membawa dampak positif dan dampak negatif. Berdampak positif apabila

lansia berada dalam keadaan sehat, aktif, dan produktif. Disisi lain, besarnya

1
jumlah penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki masalah

penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya kesehatan lansia,

penurunan penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak adanya dukungan sosial

dan hubungan yang tidak ramah terhadap penduduk lansia (Kemenkes RI,

2017).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Jambi tahun (2017)

menyebutkan bahwa tercatat jumlah lansia sebanyak 178.302 orang lansia

5,6% dari jumlah penduduk Jambi yang berjumlah tiga juta lebih. Presentase

lansia terbanyak di Provinsi Jambi ada di Kabupaten Kerinci, yaitu mencapai

20.999 atau 8,9% jiwa. Selanjutnya Kota Sungai penuh sebanyak 7,9% dan

yang terendah ada di kabupaten Muaro Jambi sebesar 4,7%.

Tabel 1.1
Jumlah Penyakit Terbanyak pada Lansia
Di Panti Sosial Tresna Werdha Jambi Tahun 2019
No Penyakit Laki-laki perempuan Jumlah
1 Rematik 10 27 39
2 Hipertensi 11 5 16
3 Stroke 6 2 8
4 Gastritis 5 2 7
5 Lumpuh 2 0 2
Jumlah 34 36 70
Sumber : Panti Sosial Tresna Werdha Jambi Tahun 2019

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah penderita lansia

sebanyak 70 orang dengan laki-laki berjumlah 34 dan perempuan berjumlah

36 orang dengan 4 penyakit yang pernah dideritanya seperti rematik,

hipertensi, stroke dan gastritis.

Lansia menderita sedikitnya satu penyakit kronis, namun banyak di

antaranya yang menderita lebih dari satu. Selain berbagai penyakit kronis,

lansia juga mengalami masalah psikososial. Berduka, dapat mempengaruhi

2
integritas pribadi lansia. Hal ini dapat di netralisir atau dihilangkan dengan

kehidupan spiritualitas yang kuat (Stanley & Beare, 2012).

Spiritualitas merupakan kualitas dasar manusia yang dialami oleh

setiap orang dari semua keyakinan dan bahkan oleh orang-orang yang tidak

berkeyakinan tanpa memandang ras, warna, asal negara, jenis kelamin, usia,

atau disabilitas. Spiritualitas mencakup hubungan dengan diri sendiri,

hubungan dengan alam harmonis, hubungan dengan orang lain, dan hubungan

dengan ketuhanan. Salah satu tugas perkembangan lansia berkaitan dengan

spiritualitas adalah beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan

fisik (Hamid, 2014)

Spiritual bagi para lansia menjadi sangat penting karena sebagai

usaha mempersiapkan para lansia dalam menghadapi saat-saat terakhir. Pada

masa ini, manusia sudah tidak produktif lagi, kondisi fisik sudah menurun,

sehingga berbagai penyakit siap menggerogoti mereka, namun demikian,

pada usia ini muncul bahwa mereka berada pada sisa-sisa umur kematian,

sehingga cenderung mendekatkan diri kepada sang pencipta, dan berusaha

memperbanyak amal ibadah, agar lebih siap menghadapi kematian (Stanley

dkk, 2006).

Spiritualitas secara signifikan membantu lansia dan pemberi layanan

untuk beradaptasi terhadap perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis.

Adaptasi yang berhasil akan menyebabkan pertumbuhan spiritual. Lansia

yang memiliki pemahaman kesejahteraan spiritual merasakan hubungan

dengan kekuatan tertinggi dan orang lain dapat menemukan arti dan tujuan

hidup, akan dapat beradaptasi lebih baik dengan penyakit kronis yang

3
dimilikinya, di mana membantu lansia mencapai potensi dan peningkatan

kualitas hidupnya (Adegbola, 2009).

Konsep spiritual sering kali disamakan dengan konsep agama,

konsep spiritual tidak terbatas pada konsep kegamaan saja, melainkan konsep

yang lebih besar seperti kondisi atau pengalaman yang dapat menyebabkan

individu-individu dengan arah dan makna, atau menyediakan perasaan

memahami, mendukung, keseluruhan dalam diri, orang lain dan alam

semesta, tuhan, atau kekuatan spiritual yang lain.. Agama merupakan sistem

keyakinan dan praktik yang terorganisir, agama menawarkan akses dan

ekspresi spiritual, juga menyediakan dukungan kepada orang yang percaya

dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dan tantangan dalam kehidupan,

berbeda dengan spiritual yang secara umum mencakup kepercayaan dalam

hubungan dengan kekuatan yang lebih besar, penciptanya, bersifat ketahanan,

atau kekuatan yang tidak terbatas (Shalinee & Shalini, 2014).

Karakteristik dimensi spiritual pada lansia terbagi atas hubungan

dengan diri sendiri meliputi pengetahuan dan sikap, hubungana dengan alam

meliputi tentang tanaman, pohon dan margasatwa, hubungan dengan orang

lain meliputi pengetahuan, berinteraksi sesama orang lain, hubungan dengan

ketuhanan meliputi sembahyang (kristen), berdoa, kelengkapan, sholat

(islam) dan bersatu dengan alam ( Hamid, 2014).

Aktivitas spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan

untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,menjalani hubungan

dengan rasa percaya kepada tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan

4
mencari arti hidup dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai,

serta kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf (Nugroho, 2011).

Salah satu bentuk aktivitas spiritual pada lansia seperti aktif

mengikuti acara-acara pengajian dan beribadah dapat meningkatkan fungsi

kognitif pada lanjut usia dan dapat meningkatan fungsi kognitif dan

mencegah kepikunan pada lansia. Selain meningkatkan daya kognitif pada

lansia beribadah juga dapat mengurangi resiko lansia dalam hal keputusasaan

(Santika, 2013).

Lansia yang tidak melakukan aktifitas spiritual seringkali mengalami

masalah psikologis yang menyebabkan, lansia tidak mau berinteraksi dengan

lansia lain, ataupun lansia sering kali merasa gelisah karena tidak melakukan

aktifitas spiritual (Maryam, 2008). Aktivitas spiritual jika tidak dilakukan

dengan baik, maka akan berdampak pada perubahan psikologis lansia lansia

sehingga meningkatkan resiko kejadian bunuh diri pada lansia (Santrock,

2013). Penanganan tersebut dapat berupa edukasi serta aktivitas spirituan

guna mendekatkan diri kepada tuhan yang maha esa (Soejono et al., 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mira (2015) tentang

“gambaran spiritual pada lansia menunjukan bahwa dari 97 responden yang

memiliki spiritual tinggi yaitu sebanyak 51 orang (52,6%) dan responden

yang memiliki spiritual rendah yaitu sebanyak 46 orang (47,4%). Sementara

itu penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Destarina (2014) di

Panti Sosial Tresna Wherda Khusnul Khotimah Pekanbaru dengan hasil

mayoritas lansia berada di panti memiliki status spiritual yang tinggi dengan

presentase 87,2%.

5
Penelitian ini juga didukung oleh Adami (2014), menemukan bahwa

semakin tinggi spritual seseorang, semakin besar kemampuannya dalam

menghadapi masalah, sementara itu penelitian ini didukung oleh penelitian

Sumiati (2009) menjelaskan bahwa menjalani lanjut usia yang bahagia dan

sehat hanya dapat dicapai apabila lansia tersebut merasa sehat secara mental,

spiritual dan sosial.

Survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 24 Juni

Tahun 2019 di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur jambi, dari 10

responden 7 diantaranya melakukan sholat lima waktu dan rutin sholat

berjamaah dan sering mengikuti pengajian dimushola, serta mendengarkan

ceramah, dan dari wawancara tersebut rata-rata lansia mengatakan selalu

berdoa kepada yang maha kuasa atas segala kenikmatan, atas segala sesuatu

yang telah diberikan dan selalu mensyukuri apapun yang telah diberikan

Allah SWT. Sementara 3 lansia lainnya mengatakan bahwa jarang mengikuti

pengajian di mushola dan sering melewatkan sholat lima waktu dengan alasan

malas untuk bergerak.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada 5 lansia

pada tanggal 4 s/d5 November Tahun 2019 didapatkan bahwa di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Luhur Jambi memiliki 1 mushola di area panti dan

terdapat 2 dari 5 lansia melakukan sholat lima waktu di mushola, 2 lansia

melakukan sholat lima waktu dikamar masing-masing dan 1 lansia tidak

sholat ketika azan berkumandang. Pengajian di PSTW budi luhur Jambi

dilaksanakan tiga hari sekali yaitu pada hari selasa dan kamis dimushola yang

dihadiri lebih dari 20 dan berdasarkan pengamatan langsung dari peneliti ada

6
juga lansia yang tidak mau berinteraksi sesama lansia dan tidak saling

menegur antara lansia satu dengan lansia yang lain dalam satu rumah lansia

tersebut. Lansia ada juga yang membersihkan rumah sendirian dan memotong

tanaman sehingga tidak dibantu oleh lansia yang tinggal satu rumah. Ada

lansia yang tidak mengenal antara lansia satu dengan lansia lainnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti

tentang ”Gambaran Aktivitas Spiritual Pada Lansia Di Panti Tresna Werdha

Budi Luhur Jambi Tahun 2019”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini “Bagaimana Gambaran Aktivitas Spiritual Pada Lansia Di

Panti Tresna Werdha Budi Luhur Jambi Tahun 2019”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran aktivitas spiritual pada lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi Tahun 2019”

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Diketahuinya karakteristik lansia berupa usia, jenis kelamin, dan

agama di Panti Sosial Tresna Wherda Budi Luhur Jambi Tahun

2019

1.3.2.2 Diketahuinya gambaran spiritual pada lansia di Panti Sosial

Tresna Wherda Budi Luhur Jambi Tahun 2019

7
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Panti Sosial Tresna Wherda Jambi

Dapat dijadikan bahan evaluasi bagi pihak panti agar dapat lebih

memperhatikan aktivitas spiritual pada lansia secara individu di Panti

Sosial Tresna Wherda Budi Luhur Jambi

1.4.2 Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan referensi agar dapat dimanfaatkan sebagai

literatur diperpustakaan dan menambah wawasan mengenai aktivitas

spiritual pada lansia

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan kajian dan literature serta referensi data kepada peneliti

yang berminat melakukan penelitian terkait aktivitas spiritual pada

lansia dengan mengangkat variabel lain dalam penelitian ini

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang

bertujuan untuk mengatahui gambaran aktivitas spiritual pada lansia di Panti

Sosial Tresna Wherda Budi Luhur Jambi Tahun 2019. Variabel yang diteliti

adalah spiritual pada lansia. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 16

s/d 29 Desember Tahun 2019 selama 13 hari pada hari senin s/d minggu di

jam 08.00 s/d 16.00 di Panti Sosial Tresna Wherda Budi Luhur Jambi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di Panti

Sosial Tresna Wherda Budi Luhur Jambi pada bulan desember sebanyak 69

orang dan sampel pada penelitian ini sebanyak 68 responden dengan teknik

8
total sampling. Metode pengumpulan data menggunakan lembar observasi

dan dianalisis secara univariat.

Anda mungkin juga menyukai