Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

LIMBAH CAIR

Disusun oleh kelompok 7 :

1. Nabila Alfath Eka Putri

2. Rimadian

3. Shelly Rizkyah

4. Suci Triyas

5. Shabrina A

TINGKAT 1 PRODI D-IIIB


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimulai dengan makin maraknya industri besar yang berdiri serta kehidupan masyara
kat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Mulailah timbuh tumpukan limbah
atau pun sampah yang tidak di buang sebagaimana mestinya. Hal ini berakibat pada kehid
upan manusia di bumi yang menjadi tidak sehat sehingga menurunkan kualitas kehidupan
terutama pada lingkungan sekitar. Sekarang ini jumlah limbah semakin meningkat karena
hampir seluruh kegiatan manusia menghasilkan benda ini, contohnya seperti kegiatan ind
ustri, rumah tangga, transportasi dan lain sebagainya. Melihat kondisi seperti tersebut, pe
ngelolaan limbah sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai dampak negatifnya.
Limbah mempunyai karakteristik, ciri – ciri dan jenis – jenis.

Karakteristik limbah:
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:
1. Volume limbah
2. Kandungan bahan pencemar
3. Frekuensi pembuangan limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada
dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. pengolahan menurut karakteristik limbah
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan limbah cair?

2. Apa saja dampak yang di sebabkan adanya limbah cair?

3. Bagaimana cara pengolahan dan metode pengolahan limbah cair?

4. Apa saja parameter limbar cair?

1.3 Tujuan

1. Memahami limbah cair

2. Mengetahui dampak yang disebabkan adanya limbah cair

3. Mengetahui cara pengolahan dan metode limbah cair.

4. Mengetahui parameter limbah cair.


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian limbah cair

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari
berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini
terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat
bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair
yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sedangkan
menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste water) adalah kotoran dari masyarakat, rumah
tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan lainnya.

Begitupun dengan Metcalf & Eddy (2003), mendefinisikan limbah berdasarkan titik
sumbernya sebagai kombinasi cairan hasil buangan rumah tangga (permukiman),instansi
perusahaaan, pertokoan, dan industri dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan. Limbah
cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi, baik
berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan sebagainya.Komponen utama
limbah cair adalah air (99%) sedangakan komponen lainnya bahan padat yang bergantung
asal buangan tersebut.(Rustama et. al, 1998).

2.2 Parameter Limbah Cair

1. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)

Banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk


pernapasan, proses metabolisme, atau untuk pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Oksigen terlarut ini
digunakan sebagai derajat pengotoran limbah yang ada. Semakin besar oksigen
terlarut, maka derajat pengotoran semakin kecil. Banyaknya oksigen terlarut diukur
dalam satuan mg/l.

2. TSS (Total Suspended Solid)

Total padatan tersuspensi, jumlah berat kering lumpur dalam ppm yang ada
dalam limbah cair setelah mengalami penyaringan dengan membran ukuran 0,45
mikron. Padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak larut dan tidak mengendap
langsung. Kandungan TSS memiliki hubungan yang erat dengan kecerahan perairan.
Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan menghalangi penetrasi cahaya yang
masuk ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan akan menujukan
hubungan yang berbanding terbalik. Keberadaan padatan tersuspensi masih bisa
berdampak positif apabila tidak melebihi toleransi sebaran suspensi baku mutu
kualitas perairan yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, yaitu 70 mg/l.

3. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang dipergunakan untuk


menguraikan bahan organik oleh mikroorganisme (secara biokimiawi). BOD
ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme
selama kurun waktu dan pada temperatur tertentu (biasanya lima hari pada suhu 20
derajat celcius). Nilai BOD diperoleh dari selisih oksigen terlarut awal dengan
oksigen terlarut akhir. BOD merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair. Kadar
maksimum BOD yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang
kehidupan organisme akuatik adalah 3,0-6,0 mg/l berdasarkan
UNESCO/WHO/UNEP 1992. Sedangkan berdasarkan Kep.51/MENKLH/10/1995
nilai BOD untuk baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri golongan I adalah 50
mg/l, dan golongan II adalah 150 mg/l.

4. COD (Chemical Oxygen Demand)

Banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang dipergunakan untuk


menguraikan bahan organik secara kimiawi (menggunakan oksidator yang kuat
seperti asam dikhromat dan asam sulfat atau potasium permanganat dan asam sulfat
dengan katalis garam perak dan garam merkuri). Indikator ini biasanya digunakan
pada limbah industri.
Jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun
yang sukar didegradasi. Bahan buangan organik tersebut akan dioksidasi oleh kalium
bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen menjadi gas CO2 dan gas H2O
serta sejumlah ion chrom. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya
kurang dari 20 mg/l. Sedangkan pada perairan yang tercemar dapat lebih dari 200
mg/l dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/l (UNESCO/WHO/UNEP
1992).

5. pH

Nilai pH limbah cair adalah ukuran keasaman atau kebasaan limbah. Air yang
tidak tercemar memiliki pH 6,5-7,5. Sifat air bergantung pada besar kecilnya pH. Air
yang memiliki pH lebih kecil dari normal akan bersifat asam, sedangkan sebaliknya
air yang memiliki pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air yang memiliki
pH lebih kecil atau lebih besar dari kisaran pH normal tidak baik untuk kehidupan
mikroorganisme.

Nilai pH Pengaruh Umum

6,0-6,5 1. keanekaragaman plankton dan


bentos sedikit menurun.
2. Kelimpahan total, biomassa, dan
produktivitas tidak mengalami
perubahan.
5,5-6,0 1. Penurunan nilai keanekaragaman
plankton dan bentos semakin
tampak.
2. Kelimpahan total, biomassa, dan
produktivitas belum mengalami
perubahan yang berarti.
3. Algae hijau berfilamen mulai
tampak pada zona litoral.
5,0-5,5 1. Penurunan nilai keanekaragaman
plankton, perifilton dan bentos
semakin besar.
2. Terjadi penurunan kelimpahan
total dan biomassa zooplankton
dan bentos.
3. Algae hijau berfilamen semain
banyak.
4. Proses nitrifikasi terhambat.
4,5-5,0 1. Penurunan nilai keanekaragaman
plankton, perifilton dan bentos
semakin besar.
2. Penurunan kelimpahan total dan
biomassa zooplankton dan
bentos.
3. Algae hijau berfilamen semain
banyak.
4. Proses nitrifikasi terhambat.

6. Lumpur (Sludge)

Jumlah endapan yang tersisa setelah mengalami penguapan pada suhu 103-105 derajat
Celcius dari suatu limbah.

7. Lumpur aktif (Activated Sludge)

Endapan lmpur yang berasal dari limbah cair yang telah mengalami aerasi secara
teratur. Lumpur ini berguna untuk mempercepat proses stabilisasi dari limbah cair.
Lumpur ini banyak mengandung bakteri pengurai sehingga sangat baik digunakan
untuk menguraikan zat organik pada limbah cair yang masih baru.

2.3 Dampak terhadap lingkungan

Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan organik maupun
anorganik, yaitu :

a. Garam anorganik, seperti magnesium sulfat dan magnesium khlorida yang berasal
dari kegiatan pertambangan atau pabrik pupuk.

b. Asam anorganik, seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolah bijih logam
dan bahan bakar fosil yang mengandung kotoran berupa ikatan belerang.

c. Senyawa organik, seperti pelarut dan zat warna yang berasal dari industri penyamakan
kulit dan industri cat.
d. Logam berat, seperti cadmium, air raksa (merkuri dan krom yang berasal dari industri
pertambangan, cat, zat warna, baterai dan penyepuhan logam.

Zat-zat tersebut jika masuk ke perairan akan menimbulkan pencemaran yang dapat
membahayakan makhluk hidup, termasuk manusia.

Limbah cair berasal dari air limbah rumah tangga (domestic wastes water), Air buangan
industry (industial wastes water), Dari perusahaan (comersial waste), Dari perusahaan
(comersial waste)

Air limbah domestik terdiri atas :

a. Tinja ( faeces ),yang mengandung mikroba pathogen

b. Air seni (urine), pada umumnya mengandung nitrogen dan Posfor campuran air seni
dan tinja disebut Excreta.

c. Grey water atau air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi

Air cucian dari setiap rumah tangga berkumpul dan menyatu pada parit-parit kota
mengalir menuju parit yang lebih besar kemudian ke sungai bercampur dengan segala macam
limbah mulai dari detergen, busa sampho, kaporit dan karbol serta cucian bekas kotoran
lainnya. Kaporit dan larutan karbol serta detergen merupakan racun bagi bakteri pembusuk
dalam air sungai. Apabila konsentrasinya semakin tinggi maka bahan-bahan organik sukar
membusuk sehingga menambah endapan dalam dasar parit dan parit akhirnya cepat
tersumbat.

A. Gangguan terhadap kesehatan

Air limbah sangat berbahaya bagi manusia karena terdapat banyak bakteri pathogen dan
dapat menjadi media penular penyakit. Selain itu air limbah juga dapat mengandung bahan
beracun, penyebab iritasi, bau.

B. Gangguan terhadap kehidupan biotik


Banyak zat yang terkandung di dalam air limbah menyebabkan kadar oksigen terlarut
dalam air menurun sehingga kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan
terganggu. Temperatur limbah yang tinggi juga dapat menyebabkan kematian organisme air.
Kematian bakteri akan menyebabkan penjernihan air limbah menjadi terhambat dan sukar
diuraikan.

C. Gangguan terhadap keindahan

Limbah yang mengandung ampas, lemak, dan minyak akan menimbulkan bau, wilayah
sekitar akan licin oleh minyak, tumpukan ampas yang mengganggu, dan gangguan
pemandangan.

D. Gangguan terhadap benda

Air limbah yang mengandung gas CO2 akan mempercepat proses terbentuknya karat
pada benda yang terbuat dari besi dan bangunan. Kadar pH limbah yang terlalu rendah atau
tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada benda yang dilaluinya. Lemak pada air limbah
akan menyebabkan terjadinya penyumbatan dan membocorkan saluran air limbah. Hal
tersebut dapat menyebabkan kerusakan material karena biaya perawatan yang semakin besar

2.4 Metode pemeriksaan dan pengolahan limbah cair

Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat
beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan
membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah
satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor
finansial.

1. Pengolahan Primer (Primary Treatment)

Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara
fisika.

A. Penyaringan (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring
menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat
berukuran besar dari air limbah.

B. Pengolahan Awal (Pretreatment)

Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau
bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang
berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara
kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir
jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.

C. Pengendapan

Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki
atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan
yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di
tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang
tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel
tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke
saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga
metode pengapungan (Floation)

D. Pengapungan (Floation)

Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak


atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron).
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke
permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.

Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan
melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses
pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun,
bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan
melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan
anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan
selanjutnya.

2. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis,


yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan
organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.

Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu
metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated
sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons).

A. Metode Trickling Filter

Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan
organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa
serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian
disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut.
Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan
didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media,
limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki
pengendapan.

Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan


untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah.
Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut,
sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan

B. Metode Activated Sludge

Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke
sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan
bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa
jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen).
Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah.
Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses
pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke
tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini
dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.

C. Metode Treatment ponds/ LagoonsMetode

Treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang


murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair
ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam
akan berfotosintesis menghasilkan oksigen.

Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses


penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam
juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses
pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air
limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.

3. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)

Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder


masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan
atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini
disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah.
Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan
primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan
garam- garaman.

Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced


treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika.
Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan
pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan
dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan
limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses
pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.

4. Desinfeksi (Desinfection)

Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau


mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme
desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau
dengan perlakuan fisik.

Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat


beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

 Daya racun zat

 Waktu kontak yang diperlukan

 Efektivitas zat

 Kadar dosis yang digunakan

 Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan

 Tahan terhadap air

 Biayanya murah

Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi),
penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз).Proses desinfeksi pada limbah
cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan
primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.

5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier,
akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat
dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil
pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob
(anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut
atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar
(incinerated).
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

 Pengertian limbah cair

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang
berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Sedangkan menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste water) adalah
kotoran dari masyarakat, rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah,
air permukaan, serta buangan lainnya.

Begitupun dengan Metcalf & Eddy (2003), mendefinisikan limbah


berdasarkan titik sumbernya sebagai kombinasi cairan hasil buangan rumah tangga
(permukiman),instansi perusahaaan, pertokoan, dan industri dengan air tanah, air
permukaan, dan air hujan. Limbah cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses
yang sudah tidak dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga,
peternakan, pertanian, dan sebagainya.Komponen utama limbah cair adalah air (99%)
sedangakan komponen lainnya bahan padat yang bergantung asal buangan tersebut.
(Rustama et. al, 1998).

 Parameter Limbah Cair

1. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)

2. TSS (Total Suspended Solid)

3. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

4. COD (Chemical Oxygen Demand)

5. pH

6. Lumpur (Sludge)

7. Lumpur aktif (Activated Sludge)

 Dampak Limbah Cair

Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan organik maupun
anorganik. Limbah cair berasal dari rumah tangga (domestik) maupun Industri. Air
limbah domestic. Apabila konsentrasinya semakin tinggi maka bahan-bahan organik
sukar membusuk sehingga menambah endapan dalam dasar parit dan parit akhirnya
cepat tersumbat.

A. Gangguan terhadap kesehatan

B. Gangguan terhadap kehidupan biotik

C. Gangguan terhadap keindahan

D. Gangguan terhadap benda

 Proses pengolahan limbah cair

Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan
pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan
senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam.

1. Pengolahan Primer (Primary Treatment)

a. Penyaringan (Screening)

b. Pengolahan Awal (Pretreatment)

c. Pengendapan

d. Pengapungan (Floation)

2. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

a. Metode Trickling Filter

b. Metode Activated Sludge

c. Metode Treatment ponds/ LagoonsMetode

3. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)

4. Desinfeksi (Desinfection)

5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)


Daftar Pustaka

 Bergerak Bersama Dengan Strategi Sanitasi Kota. Diterbitkan oleh Tim Teknis
Pembangunan Sanitasi: BAPPENAS, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen
Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian, Departemen
Keuangan, dan Kementrian Negara Lingkungan Hidup.

 Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

 Sugiharto (1987), Dasar- dasar Pengelolaan Air Limbah, Cetakan Pertama. Jakarta:
Universitas Indonesia

 Karamah, Eva Fathul, dan Andrie Oktafauzan Lubis. 2007. Pralakuan Koagulasi
Dalam Proses Pengolahan Air Dengan Membran: Pengaruh Waktu Pengadukan Pelan
Koagulan Alumunium Sulfat Terhadap Kinerja Membran. Program Studi Teknik
Kimia Departemen Teknik Gas&Petrokimia. Universitas Indonesia. Depok.

 https://www.astalog.com/8682/pengertian-limbah-cair.htm

 http://vicstoryes.blogspot.com/2013/10/parameter-limbah-cair.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai