Limbah
Limbah
LIMBAH CAIR
2. Rimadian
3. Shelly Rizkyah
4. Suci Triyas
5. Shabrina A
Dimulai dengan makin maraknya industri besar yang berdiri serta kehidupan masyara
kat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Mulailah timbuh tumpukan limbah
atau pun sampah yang tidak di buang sebagaimana mestinya. Hal ini berakibat pada kehid
upan manusia di bumi yang menjadi tidak sehat sehingga menurunkan kualitas kehidupan
terutama pada lingkungan sekitar. Sekarang ini jumlah limbah semakin meningkat karena
hampir seluruh kegiatan manusia menghasilkan benda ini, contohnya seperti kegiatan ind
ustri, rumah tangga, transportasi dan lain sebagainya. Melihat kondisi seperti tersebut, pe
ngelolaan limbah sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai dampak negatifnya.
Limbah mempunyai karakteristik, ciri – ciri dan jenis – jenis.
Karakteristik limbah:
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:
1. Volume limbah
2. Kandungan bahan pencemar
3. Frekuensi pembuangan limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada
dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. pengolahan menurut karakteristik limbah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari
berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini
terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat
bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair
yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sedangkan
menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste water) adalah kotoran dari masyarakat, rumah
tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan lainnya.
Begitupun dengan Metcalf & Eddy (2003), mendefinisikan limbah berdasarkan titik
sumbernya sebagai kombinasi cairan hasil buangan rumah tangga (permukiman),instansi
perusahaaan, pertokoan, dan industri dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan. Limbah
cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi, baik
berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan sebagainya.Komponen utama
limbah cair adalah air (99%) sedangakan komponen lainnya bahan padat yang bergantung
asal buangan tersebut.(Rustama et. al, 1998).
Total padatan tersuspensi, jumlah berat kering lumpur dalam ppm yang ada
dalam limbah cair setelah mengalami penyaringan dengan membran ukuran 0,45
mikron. Padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak larut dan tidak mengendap
langsung. Kandungan TSS memiliki hubungan yang erat dengan kecerahan perairan.
Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan menghalangi penetrasi cahaya yang
masuk ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan akan menujukan
hubungan yang berbanding terbalik. Keberadaan padatan tersuspensi masih bisa
berdampak positif apabila tidak melebihi toleransi sebaran suspensi baku mutu
kualitas perairan yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, yaitu 70 mg/l.
5. pH
Nilai pH limbah cair adalah ukuran keasaman atau kebasaan limbah. Air yang
tidak tercemar memiliki pH 6,5-7,5. Sifat air bergantung pada besar kecilnya pH. Air
yang memiliki pH lebih kecil dari normal akan bersifat asam, sedangkan sebaliknya
air yang memiliki pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air yang memiliki
pH lebih kecil atau lebih besar dari kisaran pH normal tidak baik untuk kehidupan
mikroorganisme.
6. Lumpur (Sludge)
Jumlah endapan yang tersisa setelah mengalami penguapan pada suhu 103-105 derajat
Celcius dari suatu limbah.
Endapan lmpur yang berasal dari limbah cair yang telah mengalami aerasi secara
teratur. Lumpur ini berguna untuk mempercepat proses stabilisasi dari limbah cair.
Lumpur ini banyak mengandung bakteri pengurai sehingga sangat baik digunakan
untuk menguraikan zat organik pada limbah cair yang masih baru.
Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan organik maupun
anorganik, yaitu :
a. Garam anorganik, seperti magnesium sulfat dan magnesium khlorida yang berasal
dari kegiatan pertambangan atau pabrik pupuk.
b. Asam anorganik, seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolah bijih logam
dan bahan bakar fosil yang mengandung kotoran berupa ikatan belerang.
c. Senyawa organik, seperti pelarut dan zat warna yang berasal dari industri penyamakan
kulit dan industri cat.
d. Logam berat, seperti cadmium, air raksa (merkuri dan krom yang berasal dari industri
pertambangan, cat, zat warna, baterai dan penyepuhan logam.
Zat-zat tersebut jika masuk ke perairan akan menimbulkan pencemaran yang dapat
membahayakan makhluk hidup, termasuk manusia.
Limbah cair berasal dari air limbah rumah tangga (domestic wastes water), Air buangan
industry (industial wastes water), Dari perusahaan (comersial waste), Dari perusahaan
(comersial waste)
b. Air seni (urine), pada umumnya mengandung nitrogen dan Posfor campuran air seni
dan tinja disebut Excreta.
c. Grey water atau air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi
Air cucian dari setiap rumah tangga berkumpul dan menyatu pada parit-parit kota
mengalir menuju parit yang lebih besar kemudian ke sungai bercampur dengan segala macam
limbah mulai dari detergen, busa sampho, kaporit dan karbol serta cucian bekas kotoran
lainnya. Kaporit dan larutan karbol serta detergen merupakan racun bagi bakteri pembusuk
dalam air sungai. Apabila konsentrasinya semakin tinggi maka bahan-bahan organik sukar
membusuk sehingga menambah endapan dalam dasar parit dan parit akhirnya cepat
tersumbat.
Air limbah sangat berbahaya bagi manusia karena terdapat banyak bakteri pathogen dan
dapat menjadi media penular penyakit. Selain itu air limbah juga dapat mengandung bahan
beracun, penyebab iritasi, bau.
Limbah yang mengandung ampas, lemak, dan minyak akan menimbulkan bau, wilayah
sekitar akan licin oleh minyak, tumpukan ampas yang mengganggu, dan gangguan
pemandangan.
Air limbah yang mengandung gas CO2 akan mempercepat proses terbentuknya karat
pada benda yang terbuat dari besi dan bangunan. Kadar pH limbah yang terlalu rendah atau
tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada benda yang dilaluinya. Lemak pada air limbah
akan menyebabkan terjadinya penyumbatan dan membocorkan saluran air limbah. Hal
tersebut dapat menyebabkan kerusakan material karena biaya perawatan yang semakin besar
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat
beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan
membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah
satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor
finansial.
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara
fisika.
A. Penyaringan (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring
menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat
berukuran besar dari air limbah.
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau
bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang
berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara
kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir
jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
C. Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki
atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan
yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di
tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang
tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel
tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke
saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga
metode pengapungan (Floation)
D. Pengapungan (Floation)
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan
melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses
pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun,
bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan
melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan
anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan
selanjutnya.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu
metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated
sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons).
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan
organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa
serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian
disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut.
Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan
didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media,
limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki
pengendapan.
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke
sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan
bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa
jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen).
Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah.
Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses
pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke
tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini
dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.
4. Desinfeksi (Desinfection)
Efektivitas zat
Biayanya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi),
penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз).Proses desinfeksi pada limbah
cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan
primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier,
akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat
dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil
pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob
(anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut
atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar
(incinerated).
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang
berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Sedangkan menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste water) adalah
kotoran dari masyarakat, rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah,
air permukaan, serta buangan lainnya.
5. pH
6. Lumpur (Sludge)
Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan organik maupun
anorganik. Limbah cair berasal dari rumah tangga (domestik) maupun Industri. Air
limbah domestic. Apabila konsentrasinya semakin tinggi maka bahan-bahan organik
sukar membusuk sehingga menambah endapan dalam dasar parit dan parit akhirnya
cepat tersumbat.
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan
pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan
senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam.
a. Penyaringan (Screening)
c. Pengendapan
d. Pengapungan (Floation)
4. Desinfeksi (Desinfection)
Bergerak Bersama Dengan Strategi Sanitasi Kota. Diterbitkan oleh Tim Teknis
Pembangunan Sanitasi: BAPPENAS, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen
Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian, Departemen
Keuangan, dan Kementrian Negara Lingkungan Hidup.
Sugiharto (1987), Dasar- dasar Pengelolaan Air Limbah, Cetakan Pertama. Jakarta:
Universitas Indonesia
Karamah, Eva Fathul, dan Andrie Oktafauzan Lubis. 2007. Pralakuan Koagulasi
Dalam Proses Pengolahan Air Dengan Membran: Pengaruh Waktu Pengadukan Pelan
Koagulan Alumunium Sulfat Terhadap Kinerja Membran. Program Studi Teknik
Kimia Departemen Teknik Gas&Petrokimia. Universitas Indonesia. Depok.
https://www.astalog.com/8682/pengertian-limbah-cair.htm
http://vicstoryes.blogspot.com/2013/10/parameter-limbah-cair.html?m=1