Anda di halaman 1dari 4

TUGAS AGAMA

AMAR MA’ARUF NAHI MUNKAR

Disusun Oleh:
KELOMPOK 9
NAMA ANGGOTA NIM
DESTI TRY UTAMI 4204171153
FANY RAZITA HARAHAP 4204171170

JURUSAN – TEKNIK SIPIL


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan

POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS


Tahun Akademik. 2017/2018
AMAR MA’ARUF NAHI MUNKAR
A. Pengertian Amar Ma’aruf Nahi Munkar

Amar ma’ruf nahi munkar adalah frasa dalam bahasa arab yang maksudnya adalah
mengajak atau menganjurkan akan kebaikan dan melarang atau mencegah akan hal-hal yang
munkar atau buruk. Dipandang dari sudut syari’ah kata amar ma’ruf nahi munkar adalah
istilah yang merupakan ajaran atau doktrin pokok agama islam, malah menjadi tujuan yang
utama. Allah berfirman dalam surat Ali ‘Imron ayat 104

َِ َِ‫عونَِ لَى ْال َخيْرِ َويَأ ْ ُم ُرونَِ ْال َم ْع ُروفبِ َويَ ْن َه ْون‬
ِ‫عنِ ْال ُم ْن َكر‬ ُ ‫ن م ْن ُك ِْم أ ُ َّمةِ إيَ ْد‬
ِْ ‫َو ْلت َ ُك‬
Yang artinya: ‘Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma,ruf dan mencegah dari yang mungkar ‘(Ali
‘Imron:104)

Dari ayat yang disebutkan diatas sudah sangat jelas bahwa sebagai umat islam kita
diharuskan untuk mengajak akan kebaikan dan mecegah akan kejelekan atau kemunkaran. Di
dalam islam untuk mengajak akan perbuatan yang baik dan mencegah akan perbuatan yang
munkar tidak lepas dari aturan-aturan yang sudah disebutkan atau dijelaskan dalam Al-
qura’an atau pun hadist, jadi tidak seseorang pun yang boleh semena-mena dalam
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.

Amar ma’ruf nahi munkar diaanggap sebagai sumber politik terpenting dalam islam,
sebagaimana amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan salah satu pilar penting dan
merupakan sebuah kewajiban dan sebuah keharusan dalam agama. Maka wajib juga bagi
setiap muslim untuk mengetahui amar ma’ruf dan nahi mungkar.

B. Hukum Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Pada dasarnya, hukum amar ma’ruf nahi munkar adalah fardhu kifayah, dalam artian,
harus ada orang yang tidak berdiam diri saja kalau di tengah-tengah masyarakat ada
kewajiban yang ditinggalkan atau ada perilaku haram yang dilakukan. Kewajiban tersebut
memiliki syarat-syarat sebagai berikut artinya, jika syarat-syarat berikut ini tidak terpenuhi,
maka amar ma’ruf nahi munkar tidak lagi menjadi wajib.

1. Kita harus yakin bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain itu memang betul-
betul pekerjaan haram atau yang ditinggalkan itu adalah pekerjaan wajib. Jika kita
tidak yakin, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar menjadi gugur.
2. Ada kemungkinan amar ma’ruf nahi munkar yang kita lakukan ada pengaruhnya. Jika
sejak awal kita yakin tidak berpengaruh sedikit pun, kewajiban amar ma’ruf nahi
munkar menjadi gugur.
3. Si pelaku dosa memang dipastikan akan meneruskan perbuatannya itu. Jika kita bisa
memperkirakan (apalagi jika sampai yakin) bahwa si pelaku dosa kewajiban amar
ma’ruf nahi munkar menjadi gugur.
4. Amar ma’ruf nahi munkar tidak sampai menimpakan kerugian jiwa, harta (dalam
jumlah yang signifikan), atau kehormatan kita, keluarga, sahabat, dan seluruh kaum
muslimin. Tahapan dalam amar ma’ruf nahi munkar memiliki tiga tahapan. Jika pada
tahap pertama, maksud sudah bisa dicapai, kita dilarang langsung meloncat ke tahapan
kedua. Begitu juga jika tahapan kedua ini sudah efektif, kita dilarang meloncat ke
tahapan ketiga Adapun ketiga tahapan dalam amar ma’ruf nahi munkar adalah sebagai
berikut :
1. Dengan sikap-sikap tertentu yang menunjukkan ketidaksetujuan kita atas
perilaku pendosa dan kita yakin si pendosa memahami hal tersebut, misalnya
dengan bermuka masam saat bertemu (biasanya kita bermuka ramah) atau kita
tidak lagi berkunjung ke rumahnya (biasanya kita selalu datang berkunjung).
2. Dengan kata-kata
3. Dengan tindakan/kekuatan.

C. Pengaruh Kemungkaran dalam Kehidupan Sehari-hari


a. Mendapat laknat Allâh Subhanahu wa Ta’ala, celaan dan kehinaan
b. Kerusakan akan semakin parah.
c. Mendapat hukuman dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala .
d. Do'a tidak dikabulkan.
e. Akan dimintai pertanggung jawabannya pada hari kiamat.

D. Cara Mencegah Kemungkaran


1. Pertama, memberikan kesedaran dan pemahaman. Allah swt. Berfirman, “Dan
Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi
petunjuk kepada mereka hingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus
mereka jauhi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (at-
Taubah: 115)
2. Kedua, menyampaikan nasihat dan pengarahan. Jika penjelasan dan maklumat
tentang ketentuan-ketentuan Allah yang harus ditaati sudah disampaikan, maka
langkah berikutnya adalah menasihati dan memberikan bimbingan. Cara ini
dilakukan Rasulullah terhadap seorang pemuda yang ingin melakukan zina dan
terhadap orang Arab yang kencing di Masjid.
3. Ketiga, peringatan keras atau kecaman. Hal ini dilakukan jika ia tidak
menghentikan perbuatannya dengan sekadar kata-kata lembut dan nasihat halus.
Dan ini boleh dilakukan dengan dua syarat: memberikan kecaman hanya
manakala benar-benar dibutuhkan dan jika cara-cara halus tidak ada pengaruhnya.
Dan, tidak mengeluarkan kata-kata selain yang benar dan ditakar dengan
kebutuhan.
4. Keempat, dengan tangan atau kekuatan. Ini bagi orang yang
memiliki walayah (kekuasaan, kekuatan). Dan untuk melakukan hal ini ada dua
catatan, yakni: catatan pertama, tidak secara langsung melakukan tindakan dengan
tangan (kekuasaan) selama ia dapat menugaskan si pelaku kemungkaran untuk
melakukannya. Jadi, janganlah si pencegah kemungkaran itu menumpahkan
sendiri arak, misalnya, selama ia boleh memerintahkan peminumnya untuk
melakukannya. Catatan kedua, melakukan tindakan hanya sebatas keperluan dan
tidak boleh berlebihan. Jadi, kalau bisa dengan menarik tangannya, tidak perlu
dengan menarik janggotnya.

Anda mungkin juga menyukai