Oleh :
Preseptor:
PUSKESMAS LAPAI
2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa,
Puskesmas Lapai Padang. Kegiatan Keluarga Binaan ini merupakan salah satu
Padang.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Yuniar Lestari, M.Kes
Andriani, M.Kes dan dr. Lindawati selaku preseptor dari Puskesmas Lapai serta
semua pihak yang telah memberikan arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan
Keluarga Binaan.
penulisan laporan Keluarga Binaan ini, untuk itu kritik dan saran dari pembaca kami
harapkan. Semoga laporan keluarga binan ini dapat bermanfaat bagi semua.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Daftar Tabel 3
Daftar Gambar 4
BAB 1 Pendahuluan 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Tujuan Penelitian 7
1.3 Manfaat Penulisan 7
BAB 2 Tinjauan Pustaka 8
2.1 Definisi 8
2.2 Epidemiologi 8
2.3 Klasifikasi Tuberkulosis 12
2.4 Etiologi 16
2.5 Faktor Risiko 19
2.6 Penularan 21
2.7 Patogenesis 22
2.8 Gejala TB Paru pada Anak 27
2.9 Alur Diagnostik TB pada Anak 28
2.10 Pemeriksaan Penunjang 31
2.11 Tatalaksana TB Pada Anak 37
2.12 Pencegahan TB Pada Anak 44
BAB 3 Laporan Keluarga Binaan 49
BAB 4 Analisis Masalah 58
4.1 Data Demografi Keluarga 58
4.2 Eco-Map 60
4.3 Pengkajian Masalah Kesehatan 67
4.4 Faktor-faktor yang Berperan dalam Penyelesaian Masalah 68
4.5 Rencana Pembinaan Kegiatan 68
4.6 Mapping Kegiatan 70
DAFTAR PUSTAKA 73
2
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Resiko sakit Tuberkulosis pada anak yang terinfeksi M. Tuberculosis 21
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB 1
PENDAHULUAN
sebagai penyebab kematian ke-3 setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan
akut di Indonesia.1 TB menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil
tuberculosis.2
paru. Kematian akibat penyakit ini dibeberapa negara meningkat hingga 50% dan
global dan diperkirakan 1,9 milyar manusia atau sepertiga penduduk dunia
seluruh kasus yang disebabkan karena tidak terdeteksinya kasus TB dan kegagalan
pengobatan1.
Tuberkulosis anak adalah TB yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun.
TB pada anak adalah 200 anak setiap harinya, dan 70.000 anak meninggal setiap
tahunnya.4 Pada tahun 2016 sebanyak 1000.000 anak yang menderita TB dan
semua kasus TB pada tahun 2010 adalah 9,4% kemudian menjadi 8.5% pada tahun
5
2011 dan 8,2% pada tahun 2012. Apabila dilihat data per provinsi, terjadi perbedaan
proporsi dari 1,8% sampai 15,9%, hal ini menunjukan kualitas diagnosis TB anak
yaitu 0-4 tahun dan 5-14 tahun dengan jumlah kasus pada kelompok 5-14 tahun
lebih tinggi dibandingkan kelompok umur 0-4 tahun. Kasus BTA positif pada TB
anak tahun 2010 adalah 5,4% dari semua kasus TB anak, sedangkan tahun 2011
Gejala klinis yang timbul pada anak sulit sehingga sering terjadi
pemeriksaan sputum atau bilasan lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura atau
biopsy jaringan. Namun pemeriksaan tersebut juga sulit pada anak karena
dewasa. Jumlah OAT serta dosis yang diberikan pada anak dibutuhkan
pertimbangan berat badan anak serta klinis pada anak. Penatalaksanaan yang tidak
tepat dan benar pada anak dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.4 Program
oleh pengawas menelan obat yang sudah mendapat pengarahan oleh petugas TB.7
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka refara. ini dibuat untuk lebih
6
1. Mengindentifikasi masalah kesehatan pada keluarga binaan.
keluarga binaan.
tuberkulosis.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
mikrobakterium tuberkulosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya. Penyakit
ini pada umumnya menyerang paru - paru dan sebagianlagi dapat menyerang di luar
2.2 Epidemiologi
morbiditas dan mortalitas, dan tingginya biaya kesehatan Setiap tahun diperkirakan
9 juta kasus TB baru dan 2 juta di antaranya meninggal. Dari 9 juta kasus baru TB
di seluruh dunia, 1 juta adalah anak usia <15 tahun. Dari seluruh kasus anak dengan
TB, 75% didapatkan di duapuluh dua negara dengan beban TB tinggi (high burden
countries). Dilaporkan dari berbagai negara presentase semua kasus TB pada anak
gambaran epidemiologi TB pada dewasa. Infeksi TB pada anak dan pasien TB anak
terjadi akibat kontak dengan orang dewasa sakit TB aktif. Dari beberapa negara
8
Afrika dilaporkan hasil isolasi Mycobacterium tuberculosis (MTB) 7%-8% pada
anak yang dirawat dengan pneumonia berat akut dengan dan tanpa infeksi human
kelompok anak tersebut. Dilaporkan juga dari Afrika Selatan bahwa pada anak anak
>4% dari kasus baru. Masalah lain adalah peran vaksinasi BCG dalam pencegahan
proteksi dari vaksinasi BCG untuk pencegahan penyakit TB berkisar antara 0%-
80%, secara umum diperkirakan daya proteksi BCG hanya 50%, dan vaksinasi
BCG hanya mencegah terjadinya TB berat, seperti milier dan meningitis TB. Daya
proteksi BCG terhadap meningitis TB 64%, dan miler TB 78% pada anak yang
mendapat vaksinasi9.
kasus TB, dan beban kuman pada kasus sumber. Risiko tinggi untuk sakit TB antara
lain umur kurang dari 5 tahun (balita), malnutritisi, infeksi TB baru, dan
imunosupresi terutama karena HIV. Menurut WHO sepertiga penduduk dunia telah
tertular TB, tahun 2000 lebih dari 8 juta penduduk dunia menderita TB aktif.
9
Kematian akibat TB lebih banyak daripada kematian akibat malaria dan
AIDS. Setiap tahun didapatkan 250.000 kasus TB baru di Indonesia dan kira-kira
satu diantara penyakit infeksi dan menduduki tempat ketiga sebagai penyebab
kematian pada semua umur setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit infeksi
saluran napas akut. Pasien TB di Indonesia terutama berusia antara 15-5 tahun,
Di negara berkembang,TB pada anak berusia <15 tahun adalah 15% dari
seluruh kasus TB, sedangkan di negara maju, lebih rendah yaitu 5%-7%. Laporan
anak adalah 5%-6% dari total kasus TB. Data seluruh kasus TB anak dari tujuh
rumah sakit Pusat Pendidikan Indonesia selama 5 tahun (1998-2002) dijumpai 1086
terbanyak 12-60 bulan (42,9%), sedangkan bayi <12 bulan didapatkan 16,5%.16
TB, kurang dari 1 tahun 0,47%, 1–4 tahun 0,76% dan antara 5–14 tahun 0,53%.
anak berusia <15 tahun adalah 40%-50% dari jumlah seluruh populasi (Gambar
2.1)9.
10
Gambar 2.1 Jumlah populasi berdasarkan usia di negara berkembang9
dengan metode konversi, dan merupakan salah satu parameter epidemiologi untuk
pada proses TB paru, kasus yang dilaporkan dan laju yang dilaporkan (case
kesehatan di populasi, serta perkiraan case fatality rate untuk pasien dengan BTA
positif dan TB yang lain. Nilai ARTI adalah probabilitas seseorang yang tidak
waktu satu tahun; dapat diperkirakan bila dilakukan survei tuberkullin berulang di
suatu populasi pada waktu yang berbeda. Berdasarkan survei yang dilakukan pada
tahun 2004 . rata-rata prevalensi kasus BTA positif diperkirakan 104 per 100.000
kasus BTA positif menjadi 96 per 100.000 penduduk. Hasil penelitian uji tuberculin
11
di beberapa negara berkembang telah dipakai untuk memperkirakan besarnya
ARTI. Dengan dasar survei uji tuberkulin pada anak, diperkirakan ARTI di negara
berkembang berkisar antara 0,6% sampai 2,3%. Pada tahun 2006 dilakukan
penelitian untuk mengetahui angka ARTI pada anak yang dilakukan di Sumatera
Barat. Berdasarkan pengamatan pada anak yang memiliki skar BCG dengan 16 mm
sebagai cut off point dari pemeriksaan tuberkulin didapatkan angka prevalensi
infeksi (95% CI: 6,2-9,8%) mencapai 8% sehingga didapatkan nilai ARTI 1%.
Diperkirakan untuk setiap ARTI 1%, rata-rata menunjukkan 96 kasus BTA positif
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
12
1. Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau
diperlukan untuk:
1) Tuberkulosis paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
pada
13
TB Paru:
b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
positif.
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria
kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau
14
2) TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu:
Bila seorang pasien TB ekstra paru juga mempunyai TB paru, maka untuk
Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat
1) Kasus Baru
Adalah pasien yang BELUM PERNAH diobati dengan OAT atau sudah pernah
15
Adalah pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.
6) Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok
ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA
2.4 Etiologi
tuberculosis.11
Mycobacterium tuberculosis
membentuk spora dan tahan asam.11 Sebagian besar bakteri ini menyerang paru
tetapi bisa juga menyerang jaringan ikat dan berbagai organ di tubuh yang disebut
tuberkulosis ekstraparu.12,13
tipis berukuran sekitar 0.4 x 3 µm serta mengandung banyak lemak kompleks dan
sulit didekolorisasi.14 Pada media artifisial, bakteri ini memiliki bentuk kokoid dan
16
filamentosa yang terlihat dalam berbagai morfologi dari satu spesies ke spesies
lain.15
bakteri tersebut tidak dapat dihilangkan warnanya oleh alkohol kecuali dengan
iodin. Bakteri ini disebut basil tahan asam sehingga diperlukan pewarnaan teknik
Ziehl-Neelsen. Pada apusan sputum atau potongan jaringan, kuman dapat terlihat
pembelahan sekitar 20 jam. Terlihat koloni cembung, kering dan kuning gading.8
Kuman tahan terhadap suhu rendah, sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka
waktu lama antara 4°C sampai minus 70°C. Ketika suhu menjadi dingin, kuman
akan bersifat dorman. Tetapi kuman juga sangat peka terhadap panas, sinar
17
matahari dan sinar ultraviolet. Jika terkena paparan langsung terhadap sinar
ultraviolet, sebagian besar kuman akan mati dalam waktu beberapa menit.19
karena bersifat hidrofobik di permukaan sel. Pada sputum kering yang melekat pada
debu, daya tahan bisa mencapai 8-10 hari. Pengaruh pemanasan sama halnya
mengandung lipid seperti lemak komleks, lilin dan fosfatida. Lipid pada dinding sel
batas tertentu. Penghilangan lipid dengan asam panas akan menghancurkan sifat
faktor resiko infeksi TB dan faktor risiko progresi infeksi menjadi penyakit (risiko
sakit TB).21
18
a. Anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB
positif).
b. Daerah endemis.
c. Kemiskinan.
lain ).21
Sumber infeksi pada anak yang terpenting adalah pajangan terhadap orang
dewasa yang infeksius, terutama dengan BTA positif. Berarti bayi dari ibu dengan
BTA sputum positif memiliki risiko tinggi terinfeksi TB. Semakin erat hubungan
bayi dengan ibu tersebut semakin besar pula kemungkinan bayi terpajang percik
Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih
tinggi jika pasien deawasa mempunyai BTA sputum positif, infiltrat luas atau
kavitas pada lobus atas, produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan
kuat, serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat terutama sirkulasi udara
Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang
dewasa disekitarnya. Hal ini karena kuman TB jarang ditemukan didalam secret
adalah :
b. Lokasi infeksi primer jauh dari bronkus, sehingga tidak terjadi produksi
sputum.
19
c. Tidak ada atau sedikitnya produksi sputum.
gejala batuk.
a. Usia
Anak usia ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih besar menderita sakit TB,
terinfeksi TB pada umumnya menjadi sakit TB. Pada anak usia 1-5 tahun, yang
menjadi sakit 24 %, pada remaja 15 %, pada deawasa 5-10%. Anak usia < 5 tahun
meningitis TB) dengan angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi. Resiko
tertinggi terjadinya sakit TB adalah pada 1 tahun pertama setelah infeksi, terutama
pada 6 bulan pertama. Pada bayi biasanya kurang dari 1 tahun dan biasanya timbul
gejala akut.21
b. Infeksi baru yang ditandai adanya konversi uji tuberculin (dari negatif
c. Malnutrisi.
d. Keadaan imunocompromais.
e. Diabetes melitus.
h. Kepadatan hunian.
20
k. Virulensi dari M. tuberculosis dan dosis infeksinya.
Tabel 2.1 Resiko sakit Tuberkulosis pada anak yang terinfeksi M. Tuberculosis.21
Risiko sakit
Umur saat infeksi
TB Diseminata
Primer (Tahun) Tidak sakit TB paru
(milier, meningitis)
2.6 Penularan
a. Cara Penularan
Droplet tersebut dikeluarkan melalui perantara batuk, bersin, atau saat sedang
berbicara.12 Pada waktu batuk atau bersin penderita BTA positif menghasilkan
terjadinya fase infeksi kemudian diikuti fase sakit. Ada dua faktor yang
21
mempengaruhinya, yaitu faktor endogen (berhubungan dengan tubuh) dan faktor
dipengaruhi oleh faktor endogen meliputi umur, jenis kelamin, status imunitas,
ventilasi rumah yang tidak baik, sirkulasi udara dengan konsentrasi bakteri yang
tinggi dengan tempat yang sempit dan tertutup. Selain itu, paparan seperti
penularan TB.16,23
Namun dari semua faktor tersebut, HIV merupakan salah satu faktor utama
2.7 Patogenesis25,26
(percikan dahak).
Infeksi Primer
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang
primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja
dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan
22
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat
imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat
Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya,
misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan
23
Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang
24
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah
dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang
jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan
keluar.
Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya
atas.
25
Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.
Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti
Gejala Sistemik:
1. Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau terjadi
26
2. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
3. Batuk lama ≥2 minggu, bersifat non remitting (tidak pernah reda atau
Secara umum penegakkan diagnosis TB pada anak didasarkan pada 4 hal, yaitu :
1. Konfirmasi bakteriologis TB
3. Adanya bukti infeksi TB (hasil uji tuberkulin positif atau kontak erat dengan
pasien TB)
pada anak.
27
Parameter Sistem Skoring27:
1. Kontak dengan pasien TB BTA positif diberi skor 3 bila ada bukti tertulis
hasil laboratorium BTA dari sumber penularan yang bisa diperoleh dari TB
untuk anak usia ≤6 tahun merujuk pada buku KIA Kemenkes 201,
sedangkan untuk anak usia >6 tahun merujuk pada standar WHO 2005
28
- Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi selama
1-2 tahun.
sputum:
diberikan OAT.
a. Jika tidak ada fasilitas atau tidak ada akses untuk uji tuberkulin dan foto
toraks:
1.) Jika ada riwayat kontak erat dengan pasien TB menular, anak dapat
29
2.) Jika tidak ada riwayat kontak, lakukan observasi klini selama 2-4
b. Jika tersedia fasilitas untuk uji tuberkulin dan foto toraks, hitung skor
2.) Jika skor total <6, dengan uji tuberkulin positif atau ada kontak
3.) Jika skor total <6, dan uji tuberkulin negatif atau tidak ada kontak
- Uji Tuberkulin
anak kecil bila diketahui adanya konvensi dari negatif. Pada anak dibawah
30
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin yaitu tes mono dengan
salep, patch test, test von pirquet, tes mantoux dengan menyuntikan
metode Heat and Tine. Uji Mantoux adalah injeksi intradermal 0.1 mL yang
yang distabilkan dengan Tween 80.29 Sampai sekarang cara Mantoux masih
penderita akan mulai berindurasi lebih dari 72 jam sesudah perlakuan uji,
ini adalah hasil positif. Faktor – faktor yang terkait hospes, termasuk umur
obat, infeksi virus, vaksin virus hidup, dan tuberculosis yang berat, dapat
menekan reaksi uji kulit pada anak yang terinfeksi dengan M.tuberculosis.
31
Arti klinis adalah sedang atau pernah terinfeksi dengan kuman
Mycobacterium tuberculosis.
tetapi ada tanda – tanda lain dari tubeculosis yang jelas maka harus
tuberculosis.
silang ini biasanya sementara selama beberapa bulan sampai beberapa tahun
(BCG) juga dapat menimbulkan reaksi terhadap uji kulit tuberculin. Sekitar
setengah dari bayi yang mendapat vaksin BCG tidak pernah menimbulkan
kemudian pada penderita yang pada mulanya memiliki uji kulit positif.29
- Pemeriksaan Radiologis
32
membutuhkan biaya lebih dibanding pemeriksaan sputum, tapi dalam
seperti tuberkulosis pada anak – anak dan tuberculosis millier. Pada kedua
sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif. Pada anak dengan uji
3. Penyebaran milier.
4. Penyebaran bronkogen
5. Atelektasis
33
Infiltrasi pada kedua lapang paru dan limfadenopati hilus kananx
- Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah
masih normal. Laju Endap Darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai
sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan laju endap darah mulai
2. Sputum
untuk menemukan sputum terutama penderita yang tidak batuk atau pada
34
laboratorium berteknologi yang cukup baik, yang berarti membutuhkan
dilakukan secara rutin pada anak yang dicurigai sakit TB. Dengan makin
a. Berdahak
b. Bilas lambung
c. Induksi Sputum
Induksi sputum relatif lebih aman dan efektif untuk dikerjakan pada
anak, dengan hasil yang lebih baik dari bilas lambung., terutama
35
a. Pemeriksaan mikroskopis sputum BTA atau spesimen lain (cairan tubuh
diagnosis TB.30
ditemukan tiga batang kuman BTA pada suatu sediaan. Dengan kata lain
3.Pemeriksaan biakan
b. Media cair : hasil biakan bisa diketahui lebih cepat (1-2 minggu) tetapi
lebih mahal.
4.Pemeriksaan histopatologi
36
Pemeriksaan Patologi Anatomi (PA) akan menunjukkan gambaran
sedangkan profilaksis diberikan pada anak sehat yang berkontak dengan pasien TB
sekunder).
a) Menyembuhka pasien TB
c) Mencegah TB relaps
37
Anak umumnya memiliki jumlah kuman yang lebih sedikit (pausibasiler)
sehingga rekomendasi pemberian 4 macam OAT pada fase intensif hanya diberikan
kepada anak dengan BTA positif, TB berat, dan TB tipe dewasa. Terpai TB anak
pada fase inisial (2 bulan) diikuti Rifampisisn dan INH pada 4 bulan fase lanjutan.
38
o Kombinasi Dosis Tetap (KDT) atau Fixed Dose Combination (FDC)
obat, panduan OAT disediakan dalam bentuk paket KDT/ FDC. Paket KDT untuk
anak berisi obat fase intensif yaitu Rifampisin 75mg, INH 50mg, dan Pirazinamid
150mg, serta obat fase lanjutan yaitu Rifampisin 75mg dan INH 50mg dalam satu
paket.
Keterangan:
a) Bayi < 5kg, pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam bentuk KDT dan
sebaiknya dirujuk ke RS
39
b) Apabila ada kenaikan BB maka dosis atau jumlah tablet disesuaikan dengan
BB saat itu
d) OAT KDT harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah atau digerus)
f) Obat diberikan saat perut kosong, atau paling cepat 1 jam setelah makan
>10mg/kgBB/hari
h) Apabila Oat lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat tidak
o Kortikosteroid
a) TB meningitis
c) Perikarditis TB
e) Efusi pleura TB
o Piridoksin
40
INH dapat menyebabkan defisiensi piridoksin simptomatik, terutama anak
dnegan malnutrisis berat dan naka dengan HIV yang mendapat ARV. Rekomendasi
Nutrisi
TB. Malnutrisi berat meningkatkan risiko kematian pada anak dengan TB.
Penilaian status gizi harus dilakukan secara rutin selama anak dalam pengobatan.
Penilaian dilakukan dengan mengukur BB, TB, lingkar lengan atas atau
pengamatan tanda dan gejala malnutrisi seperti edema atau muscle wasting.
Dapat diberikan suplementasi nutrisi sampai anak stabil dan TB dapat diatasi. ASI
o Pemantauan Pengobatan
Pasien TB anak harus dipastikan minum obat setiap hari secara teratur oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO). Orang tua merupakan PMO terbaik untuk anak.
Pasie TB anak dipantau setiap 2 minggu selama fase intensif dan setiap bulan pada
dan batuk berkurang), nafsu makan meningkat, dan BB bertambah. Jika respon
pengobatan tidak baik makan pengobatan TB tetap dilanjutkan lalu pasien dirujuk
41
ke saran yang lebih lengkap untuk menilai kemungkinan resistensi obat,
pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan dahak ulang pada akhir bulan ke-2, ke-
5, dan ke-6. Perbaikan radiologis akan terlihat dalam hangka waktu lama, sehingga
foto toraks hanya dilakukan pada TB milier setelah 1 bulan pengobatan dan efusi
pleura setelah 2-4 minggu. Pemeriksaan uji tuberkulin akan tetap positif. Pemberian
maupun pemeriksaan penunjang seperti foto toraks (TB milier, TB dengan kavitas,
42
Tatalaksana Pasien Berobat Tidak Teratur
a) Jika anak tidak minum obat >2 minggu di fase intensif atau >2 bulan di
fase lanjutan dan menunjukkan gejala TB, ulangi pengobatan dari awal.
b) Jika anak tidak minum obat <2 minggu di fase intensif atau <2 bulan di
sampai selesai.
43
Anak yang pernah mendapat pengobatan TB, apabila datang kembali
dengan gejala TB, perlu dievaluasi apakah menderita TB. Evaluais dengan
pemeriksaan dahak atau sistem skoring. Apabila hasil pemeriksaan dahak positif,
Efek samping obat TB lebih jarang terjadi pada anak dibandingkan dewasa.
Pemberian etambutol untuk anak dengan TB berat tidak banyak menimbuljan efek
oleh INH, Rifampisin, atau Pirazinamid. Pemeriksaan kadar enzim hati tidak perlu
rutin dilakukan saat akan memulai pengobatan. Keadaan peningkatan enzim hati
ringan tanpa gejala klinis (< 5x nilai normal) bukan indikasi penghentian OAT. Jika
timbul gejala hepatomegali atau ikterus, maka harus segera dilakukan pemeriksaan
kadar enzim hati dan jika perlu penghentian OAT. OAT diberikan kembali jika
fungsi hati kembali normal dengan dosis lebih kecil yang masih masuk dalam
A. Investigasi Kontak
kelompok yang kontak erat dengan pasien TB yang beresiko tinggi untuk
terinfeksi TB.
44
Anak menjadi sasaran utama karena :
Jika sakit TB, anak beresiko lebih tinggi untuk menderita TB berat
Ada 3 kemungkinan yang terjadi pada anak yang kontaak erat dengan pasien
Sakit TB
secara adekuat.
45
Gambar 2.6 Alur Investigasi Kontak
46
Tabel 2.7 Tatalaksana pada Kontak Anak
sejak terjadinya infeksi. Oleh sebab itu, prlu dilakukan observasi timbulnya
dikonsumsi satu kali sehari, saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau
2 jam setelah makan). Lama pemberian PP INH adalah 6 bulan, dosis obat
dari Mycobacterium bovis. Pemberian vaksin BCG diberikan pada bayi 0-2
bulan. Pembeian vaksin BCG pada bayi >2 bulan harus didahului dengan
tambahan.
47
Bayi yang terlahir dari ibu yang terdiagnosis TB BTA postif pada
hematogen. Vaksinasi tidak boleh diberikan pada bayi yang terinfeksi HIV
TB/HIV, bayi yang terlahir dari ibu dengan HIV positif namun tidak
dapat dilakukan, maka vaksinasi BCG ditunda sampai status HIV nya
diketahui.
supuratif.
48
BAB 3
LAPORAN KELUARGA BINAAN
49
- Kondisi Lingkungan Keluarga
• Pasien tinggal dengan ayah, ibu dan seorang kakak perempuan
• Pasien tinggal di daerah yang padat penduduk
50
- Ayah pasien mengalami gejala batuk berdahak yang hilang timbul sejak ± 4
bulan yang lalu, namun belum melakukan pemeriksaan bakteriologis dan
belum mendapatkan pengobatan
- Riwayat DM , Hipertensi dan penyakit jantung dalam keluarga (-)
- Status HIV (-)
Riwayat Persalinan
Lama hamil : Cukup bulan
Cara lahir : Spontan
Ditolong oleh : Bidan
Indikas i : Gravid aterm
Berat lahir : 3000 gr
Panjang lahir : 49 cm
APGAR score : langsung menangis kuat, kebiruan tidak ada
Kesan : Riwayat kelahiran normal
51
Makanan utama : 3x/hari menghabiskan 1 porsi kecil
Daging : 1x/ minggu
Ikan : 1x/minggu
Telur : 4x/minggu
Sayur : 1x/minggu
Buah : 2x/minggu
Kesan : Kualitas dan kuantitas makan cukup
Riwayat Imunisasi
Imunisasi Dasar/umur Booster/umur
BCG 1 bulan, skar (+)
DPT : 1 2 bulan
2 4 bulan
3 6 bulan
Polio : 1 2 bulan
2 3 bulan
3 4 bulan
Hepatitis B : 1 2 bulan
2 4 bulan
3 6 bulan
Hemofilus influenza B : 1 2 bulan
2 4 bulan
3 6 bulan
Campak Belum dilakukan
Kesan: riwayat imunisasi dasar belum lengkap
52
Tengkurap 4 bulan Sering mimpi -
Duduk 6 bulan Mengompol -
Merangkak 7 bulan Aktif sekali -
Berdiri 10 bulan Apatik -
Lari 1,5 tahun Membangkang -
Gigi pertama 2 bulan Ketakutan -
Bicara 2 tahun Pergaulan jelek -
Kesan : riwayat pertumbuhan terganggu dan perkembangan normal
Pemeriksaan Umum
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 37,1ºC
Pernapasan : 22x/menit
Kelenjar Getah Bening :Teraba pembesaran kelenjar getah bening pada leher
kiri
Kepala : Normocephal
53
Telinga : Tidak ada kelainan
Paru:
Paru depan
Paru belakang
Jantung :
Kanan : LSD
54
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Abdomen :
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Teraba hangat, CRT <2 dtk, edema -/-, clubbing finger -/-
DIAGNOSIS HOLISTIK
Kekhawatiran : Anak sering sakit dan berat badan anak tidak naik, sehingga
Harapan : Berat badan anak naik sesuai umur dan anak bisa sembuh
seperti semula.
1 + gizi buruk
Diagnosis banding : -
55
- Usia pasien 2 tahun merupakan usia dengan sistem imun yang masih rendah
- Anak yang tidak nafsu makan menyebabkan intake nutrisi pada anak kurang
mudah berkembang
5. Derajat fungsional :
TATALAKSANA KOMPREHENSIF
1. Promotif
- Edukasi keluarga pasien, bahwa penyakit pada pasien sulit sembuh dan bisa
56
- Edukasi keluarga agar membawa anggota keluarga lain yang memiliki gejala
lanjut.
gizi
2. Preventif
keluarga.
- Menggunakan alat pelindung seperti masker pada anggota keluarga lain yang
3. Kuratif
4. Rehabilitatif
57
Prognosis
Resep
dr. Zia
Puskesmas Lapai
SIP : 1740312434
Hari : Senin- Jumat
Jam: 08.00 – 14.00
Alamat : Jl Lapai No 0
No Telp : (0751) 00000
S 1dd tab 1
S 1dd tab 1
Pro : An. N
Umur : 2 tahun 1 bulan
Alamat : Jl. Tabing Banda Gadang No. 23 RT 02/RW 01
58
BAB 4
ANALISIS MASALAH
Kedudukan
Umur
No Nama dalam Gender Pendidikan Pekerjaan
(thn)
keluarga
Buruh Harian
1 Syamsurizal Ayah Laki-laki 36 tahun Tamat SD
Lepas
Belum Ibu Rumah
2 Dian Puspita Ibu Perempuan 25 tahun
Tamat SD Tangga
Mesya Putri Belum
3 Anak Perempuan 8 tahun Pelajar
Diano Tamat SD
Nabila Putri Belum Belum
4 Anak Perempuan 2 tahun
Rizki Sekolah Bekerja
No Indikator Ya / Tidak
1. Keluarga mengikuti program KB Tidak
2. Ibu bersalin di Faskes Ya
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap Tidak
4. Bayi mendapat ASI ekslusif Ya
5. Balita mendapat pemantauan pertumbuhan Tidak
6. Penderita TB mendapat pengobatan sesuai standar Ya
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan teratur -
8. Penderita gangguan jiwa mendapat pengobatan teratur -
59
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok Tidak
10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN Ya
11. Keluarga memiliki akses sarana air bersih Ya
12. Keluarga memiliki akses jamban sehat Tidak
Genogram
Keterangan:
= Perempuan
= Pasien
= Laki-laki
= TB
= Bercerai
= Tinggal serumah
60
4.2 Eco-Map
- Riwayat batuk berdahak sejak 4 bulan yang lalu namun belum melakukan
tahun
61
Hubungan dengan Pasien : Ibu Kandung
teratur
Riwayat kebiasaan :
bulan
Pekerjaan / Pendidikan :-
4.2.2 SCREEM
62
Social : interaksi dengan tetangga cukup baik, keluarga mengikuti
wajib
tidak tamat SD, ibu tidak tamat SD, kakak tiri pasien belum tamat SD,
63
Tabel. 4.3 Fungsi dalam keluarga
Kesimpulan pembina
Fungsi Keluarga Penilaian untuk fungsi keluarga
yang bersangkutan
Biologis: a. menilai fungsi Keluarga masih belum
Adalah sikap dan biologis keluarga mengetahui masalah
perilaku keluarga selama berjalan dengan baik biologisnya dengan baik,
ini dalam menghadapi / tidak belum memahami
risiko masalah biologis, b. mengidentifikasi penyebabnya dan
pencegahan, cara kelemahan / disfungsi bagaimana mengatasi atau
mengatasinya dan biologis dalam mencegah masalah tersebut
beradaptasi dengan keluarga sehingga keluarga juga tidak
masalah biologis c. menjelaskan dampak tahu bagaimana dampak
(masalah fisik jasmaniah) disfungsi biologis yang ditimbulkan
terhadap keluarga. kedepannya dari masalah
yang mereka hadapi saat ini.
Namun setelah diberikan
penjelasan, keluarga mau
merubah pola pikir dan
perilaku mengenai
penyakitnya.
Psikologis: a. mengidentifikasi Keluarga sudah mampu
Adalah sikap dan sikap dan perilaku membangun hubungan antar
perilaku keluarga selama keluarga dalam anggota keluarga,
ini dalam membangun membangun memelihara kepuasan
hubungan psikologis hubungan psikologis anggota keluarga, dapat
internal antar anggota internal antar anggota menyelesaikan masalah
keluarga. Termasuk keluarga dengan baik apabila terjadi
dalam hal memelihara b. mengidentifikasi cara perbedaan pendapat
kepuasan psikologis keluarga dalam hal diantaranya.
seluruh anggota keluarga memelihara kepuasan
dan manajemen keluarga psikologis seluruh
dalam mengahadapi anggota keluarga
masalah psikologis c. identifikasi dan
menilai manajemen
keluarga dalam
menghadapi masalah
psikologis.
Sosial: a. menilai sikap dan Keluarga dapat
perilaku keluarga mempersiapkan anggota
Adalah sikap dan perilaku selama ini dalam keluarga untuk dapat
keluarga selama ini mempersiapkan berbaur dengan baik di
dalammempersiapkan anggota keluarga masyarakat.
anggota keluarga untuk untuk terjun ketangah
terjun ke tengah masyarakat.
masyarakat.
Termasuk di dalamnya
64
pendidikan formal dan
informal untuk dapat
mandiri
Ekonomi dan a. menilai sikap dan Keluarga ini termasuk
pemenuhan kebutuhan: perilakukeluarga dalam ekonomi menengah
selama ini dalamusaha ke bawah.
Adalah sikap dan perilaku pemenuhan kebutuhan
keluarga selama ini dalam primer, sekunder dan
usaha pemenuhan tertier. menilai gaya
kebutuhan primer, hidup dan prioritas
sekunder dan tertier. penggunaan uang
65
Gizi Keluarga Setiap hari pasien Pasien dan keluarga
Pengaturan makanan memasak dengan menu belum menerapkan
keluarga, mulai cara yang kurang beragam konsusmsi makanan
pengadaan, kuantitas dan dan jarang yang bergizi dan
kualitas makanan serta mengkonsumsi lauk seimbang.
perilaku terhadap diet pauk. Pasien tidak rutin
yang dianjurkan bagi mengkonsumsi sayur
penyakit tertentu pada dan buah.
anggota keluarga
66
4.2.6 Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Keluarga
67
Penerangan didalam rumah Kurang
:jendela ada namun
tertutup, jumlah tidak
cukup. Listrik ada.
Ventilasi Kurang
Kelembapan rumah: lembab
Bantuan ventilasi di dalam rumah : tidak ada
A. Masalah internal
lain.
B. Masalah eksternal
68
4.4 Faktor-faktor yang Berperan dalam Penyelesaian Masalah
a Faktor pendukung
pasien
penyakit pasien
b Faktor Penghambat
1. Preventif
sampai komplikasi.
69
- Rajin kontrol ke layanan kesehatan untuk mengambil obat TB ( 3 hari
Menggunting kuku
Mencuci tangan sebelum dan sesudah buang air kecil dan besar juga
Bersihkan kamar tidur, sapu kamar, jemur kasur, ganti alas kasur
Buka jendela rumah pada pagi hari dan ditutup kembali pada sore
hari
70
Bersihkan kamar mandi dan kuras bak mandi minimal satu kali
seminggu
2. Kuratif
- TB
OAT fase intensif selama dua bulan, setelah itu dilakukan pemeriksaan
BTA Sputum pada akhir bulan ke dua. Jika hasil negatif maka dilanjutkan
- DIH
3. Rehabilitatif
71
terhadap anggota keluarga
lain.
- Mendapat persetujuan
dari keluarga untuk
menjadi keluarga binaan
72
- Melakukan pemeriksaan
vital dan pemeriksaan fisik
terhadap pasien.
- Memberikan solusi dan
intervensi kepada keluarga
binaan seperti cara batuk
yang benar, penggunaan
masker, menjaga
kebersihan dan
pencegahan penularan TB.
-Menganjurkan untuk rutin
kontrol berobat ke
puskesmas memeriksakan
diri dan mengambil obat
TB
73
DAFTAR PUSTAKA
Polri
8. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et
al :
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2008, hal 1028 – 1042.
74
10. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, cetakan pertama.
11. Price SA, Wilson LM, 2003. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
Februari 2015.
2010.
14. Kumar Vinay, Cotran RS, Robbins SL, 2007. Buku ajar patologi edisi 7.
16. Centers for Disease Control and Prevention, 2013. Reported Tuberculosis in
the United States, 2013. Atlanta, GA: U.S. Departement of Health and Human
18. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010. Buku ajar
75
20. Raviglione MC, O’Brien RJ, 2008. Tuberculosis. Dalam: Fauci AS,
Braunwald E, Kasper DL, Hauser DL, Longo DL, Jameson JL, et al. Harrison’
Companies, Inc.
22. Centers for Disease Control and Prevention, 2011. The Difference Between
23. Coker R, et al, 2006. Risk Factors for Pulmonary Tuberculosis in Russia:
24. Narasimhan P, et al, 2013. Review Article: Risk Factors for Tuberculosis.
25. Alsagaff Hood, Mukty Abdul. Bab 2 Infeksi: Tuberkulosis Paru. Dasardasar
2006. Hal. 14
76
29. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta;
PPPL).2013.
77
Lampiran
78
Sabtu (28-09-2019)
79
80
81
82
Sabtu (12-10-2019)
83
Jumat (18-10-2019)
84
85
86
MINGGU (20-10-2019)
87
88