Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah serta karunia-Nya kepada kita semua sebagai makhluk ciptaan-Nya yang
paling sempurna. Dan tak lupa pula shalawat serta salam kami haturkan ke pangkuan baginda
Nabi besar Muhammad SAW, karena berkat perjuangan dan usaha beliau kita semua dapat
menikmati Islam dengan sebaik-baiknya agama.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami sebagai penulis makalah yang berjudul “Pandangan Hukum Islam Tentang Bayi
Tabung” dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Hukum Islam dari
program studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran dengan lancar dan tepat
waktu.
Dalam pembuatan makalah ini kami bertujuan untuk menguraikan dan menjelaskan
secara singkat mengenai pandangan hukum Islam tentang praktik Bayi Tabung yang dewasa
ini semakin sering dipakai sebagai alternatif lain dalam memiliki keturunan. Selain itu, kami
juga harapkan agar para pembaca betul-betul memahami dampak positif maupun negatif dalam
mengambil risiko praktik tersebut.
Akhir kata, kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak sekali
kekurangan dalam isi makalah ini. Maka dari itu kami berharap agar para pembaca dapat
berkenan untuk memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan makalah kami
kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Jumhur ulama menghukuminya haram. Karena sama hukumnya dengan zina yang
akan mencampur adukkan nashab dan sebagai akibat, hukumnya anak tersebut tidak
sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Sesuai
firman Allah dalam surat (At-Tiin: 4) yang berbunyi:
“Tidak boleh orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyirami air
spermanya kepada tanaman orang lain (vagina perempuan bukan istrinya).” HR.
Abu Daud At- Tarmidzi yang dipandang shahih oleh Ibnu Hibban.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bayi tabung merupakan proses pembuahan atau pertemuan sel telur dan sperma yang
terjadi didalam sebuah wadah atau cawan petri. Bayi tabung atau bahasa ilmiahnya
dikenal dengan in vitro fertilisasion dalam sejarahnya pertama kali dipraktikkan pada
tahun 1978.
Dalam pandangan agama Islam, jumhur ulama menghukuminya haram karena hal
tersebut dianggap sama hukumnya dengan zina.
Ada 5 hal yang membuat bayi tabung menjadi haram yaitu:
1. Sperma yang diambil dari pihak laki-laki disemaikan kepada indung telur pihak
wanita yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
2. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang
diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke
dalam rahim si wanita.
3. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami
istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia
mengandung persemaian benih mereka tersebut.
4. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
5. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami
dan istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.
3.2 SARAN
Mungkin tidak semua orang diberikan kemampuan dan kesempatan oleh Allah SWT
untuk dapat melanjutkan keturunannya dengan memiliki cara memiliki anak. Dan
mungkin benar bahwa dalam agama Islam sendiri menikah merupakan sebuah
kewajiban dikarenakan perlunya bagi seorang muslim untuk melanjutkan
keturunannya. Namun, bukan berarti cara-cara yang dikembangkan melalui teknologi
menjadi seluruhnya dibenarkan secara agama, karena banyak pula cara-cara termasuk
proses-proses medik yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Maka dari itu
kita harus lebih selektif dalam memanfaatkan teknologi, jangan sampai karena
manfaatnya bagus sampai-sampai kita lupa bahwa hal tersebut adalah haram. Ketika
kita tidak memiliki kemampuan untuk melanjutkan keturunan secara alami, sebaiknya
kita membantu saudara-saudara kita yang tidak memiliki keluarga dan tidak
berkecukupan dengan mengasuh dan menyantuni anak-anak yatim yang kurang
beruntung tersebut, karena dalam Islam sendiri dijelaskan mengenai keutamaan
perbuatan menyantuni anak-anak yatim Dari Sahl bin Sa’ad Radhiallahu ‘anhu dia
berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku dan orang yang
menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya.[HR al-Bukhari no.
4998 dan 5659]. Dalam hadist shahih ini dapat disimpulkan bahwa dalam Islam
seseorang yang menyantuni anak yatim memiliki posisi yang sangat dekat dengan
Rasulullah Saw di surga kelak.