Anda di halaman 1dari 3

KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA

BERBAGAI SISTEM AGROFORESTRY DI DESA SUMBERAGUNG


KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG

1. LATAR BELAKANG

Mikoriza merupakan salah satu bentuk hubungan mutualisme antara fungi tertentu
dengan sistem perakaran tanaman. Hubungan tersebut memberikan keuntungan baik
untuk fungi maupun tanaman (Supriyanto dan Mansur, 2009). Salah satu je- nis fungi
mikoriza yang ada yaitu Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Menurut Setiadi (2001)
dalam Yusni (2011), bahwa FMA merupakan salah satu jenis fungi tanah yang memiliki
tingkat penyebaran tinggi, karena kemampuannya bersim- biosis dengan hampir 90%
jenis tanaman. Fungi mikoriza pada umumnya dapat ditemukan pada spesies tanaman
tingkat tinggi yang tumbuh pada berbagai tipe habitat dan iklim. Adapun penyebarannya
bervariasi menurut iklim, lingkungan, dan tipe penggunaan lahan.
Fungi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan salah satu tipe asosiasi mikoriza
dengan akar tanaman. Fungi ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi
untuk membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman
terutama yang ditanam pada lahan-lahan marginal yang kurang subur atau bekas
tambang/industry, Akan tetapi adakalanya asosiasi mikoriza tidak selalu menguntungkan
tanaman inangnya tergantung pada faktor lingkungan seperti suhu, pH tanah, kelembapan
tanah, kandungan fosfor, nitrogen dan kalium. (Delvian, 2006).
Agroforestri merupakan salah satu kegiatan yang memadukan praktik pertanian
dengan kehutanan dalam satu lahan. Agroforestri terbagi menjadi beberapa system yakni
ada Agrisilvikultur (pertanian dan kehutanan), Silvipastura (kehutanan dan peternakan),
Agrosilvopastura (pertanian, kehutanan, dan peternakan). Adanya agroforestri mampu
mengatasi permasalahan dalam pengelolaan lahan. Bahkan menurut Sanchez (1995),
sistem agroforestri dapat medorong perluasan hutan dan meningkatkan keanekaragaman
hayati. Salah satu keanekaragaman hayati dapat meningkat dengan adanya sistem
agroforestri pada lahan pinus adalah populasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA).
Beberapa penelitian mengenai keanekaragaman FMA khususnya di Indonesia
telah banyak dilakukan khususnya pada ekosistem kelapa sawit. Berdasarkan penelitian
Amri (2014), terdapat 359 spora per 50 gram tanah pada ekosistem kelapa sawit di
perkebunan PT. Kalista Alam dengan jenis FMA yang ditemukan adalah Glomus dan
Acaulospora. Sementara hasil penelitian Nurapritta (2016), terdapat sekitar 17- 60 spora
dalam 5 gram tanah pada ekosistem kelapa sawit di daerah Bukit Duabelas Jambi.
Penelitian keaneragaman FMA pada lahan agroforestri di Desa Sumberagung, Kecamatan
Ngantang, Kabupaten Malangi belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian mengenai populasi dan keanekaragaman FMA pada lahan agroforestri kelapa
sawit di daerah Bungku Jambi. Informasi mengenai FMA pada sistem agroforestri pinus
dan kopi sejauh ini masih terbatas. Mengingat potensi FMA yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produktivitas tanaman, maka perlu dilakukan eksplorasi FMA
dilapangan untuk mengetahui keberadaan dan status FMA. Sehingga akan didapatkan
informasi mengenai keberadaan dan status FMA.

DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. (2015). EKSPLORASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI RIZOSFER
KELAPA SAWIT PADA PERKEBUNAN RAKYAT DAN PT. KALISTA
ALAM DI KAWASAN RAWA TRIPA DENGAN KULTUR
TRAPPING. ETD Unsyiah.
Delvian. 2006. Peronema Forestry Science Journal. 2: 10, 15
Sanchez, P. A. (1995). Science in agroforestry. Agroforestry systems, 30(1-2), 5-55.
Supriyanto, S. W. B. R., & Mansur, I. (2009). Pelatihan Dasar Isolasi dan Inokulasi
Mikoriza untuk Pertanian dan Kehutanan.
Yusni, A. N. (2011). Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula Di Hutan Pantai
Sonang, Tapanuli Tengah (Master's thesis).

Anda mungkin juga menyukai