NIM : 1914101010
ROMBEL : 43
SOAL
JAWABAN
Huruf miring adalah huruf yang tercetak miring dalam terminologi tipografi
disebut italic. Huruf italic ini biasanya digunakan untuk memberikan penekanan
pada sebuah kata. Disamping itu, huruf-huruf ini juga dipakai untuk menunjukkan
istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing.
1) Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau
nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar
pustaka.
Contoh:
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel
Moeis.
Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat
kebangsaan.
Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
2) Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Contoh:
Huruf terakhir kata abad adalah d.
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan.
3) Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing.
Contoh:
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan
asing yang berkunjung ke Aceh.
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara
Indonesia.
Tanda petik atau tanda kutip adalah tanda baca yang digunakan secara
berpasangan untuk menandai ucapan, kutipan, frasa, atau kata. Ada dua jenis
tanda petik, yaitu tunggal (‘. . .’) dan ganda (“. . .”). Dalam bahasa Indonesia, istilah
tanda petik umumnya merujuk pada tanda petik ganda atau disebut juga tanda
petik dua. Sedangkan istilah tanda petik tunggal biasanya disebut secara spesifik.
1) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Contoh:
"Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
"Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan
dibahas dalam rapat."
Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, "Setiap warga negara berhak memperoleh
pendidikan."
2) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron,
artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
Film "Ainun dan Habibie" merupakan kisah nyata yang diangkat
dari sebuah novel.
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa
Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat
Madani.
Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik
perhatian peserta seminar.
Perhatikan "Pemakaian Tanda Baca" dalam buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
3) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal
atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
"Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!
Contoh:
Contoh:
2) Tahun Terbit
Setelah nama, cantumkan tahun terbit dari buku yang teman-
teman gunakan sebagai referensi. Jangan terkecoh pada angka
tahun cetakan awal sebab bisa saja buku yang dipakai
merupakan cetakan kedua, ketiga, ataupun terakhir.
3) Judul Buku
Tuliskan judul buku secara lengkap. Jangan lupa, penulisan judul
dibuat dengan italic (miring).
4) Kota dan Nama Penerbit
Bagian terakhir dalam penulisan daftar pustaka sebuah buku
adalah mencantumkan kota penerbitan dan nama penerbit yang
mencetak buku tersebut. Dahulukan penulisan nama kota, baru
diikuti dengan nama penerbit yang dibatasi dengan tanda titik dua
(:).
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tanda batas dari tiap
urutan. Pastikan menggunakan tanda titik (.) untuk membatasi
urutan nama, tahun terbit, judul buku, hingga kota dan nama
penerbit.
Cara Penulisan:
Knight, John F. 2001. Family Medical Care Volume 4. Bandung:
Indonesia Publishing House.
b. Penulisan Daftar Pustaka dari Artikel dalam Jurnal, Koran, atau
Majalah
Tidak berbeda jauh dengan penulisan dari sumber berupa buku, tetap
mencantumkan nama penulis, tahun terbit, judul artikel, hingga kota dan
nama penerbit. Hanya saja, ada perbedaan penulisan untuk beberapa
urutan tersebut, yakni sebagai berikut.
1) Nama
Pastikan nama yang ditulis dalam daftar pustaka artikel tersebut
adalah penulis artikelnya, bukan editor dari jurnal, koran, ataupun
majalah yang menjadi sumber referensi.
2) Judul
Dahulukan penulisan judul artikel yang menjadi sumber referensi.
Penulisan tidak dengan format italic, melainkan tegak lurus
dengan pemberian tanda kutip (“) pembuka dan penutup. Setelah
itu, lanjutkan dengan penulisan sumber jurnal ataupun majalah
yang memuat artikel tersebut. Penulisan nama jurnal, majalah,
atau koran baru dicetak miring. Ikutkan di halaman berapa artikel
tersebut dimuat yang ditulis dalam tanda kurung [(…)].
Cara Penulisan:
Solikhan, Umar. 2013. “Bahasa Indonesia dalam Informasi dan
Iklan di Ruang Publik Kota Pangkalpinang” dalam Sirok Bastra:
Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume 1 (hlm. 123-129).
Pangkalpinang: Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.