KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
1. Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus
tuberkulosis yang sering terjadi di Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB
Paru (Indriani et al., 2005).
2. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
3. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Santa, dkk, 2009).
2. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang
berbentuk batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian
besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
bertahan-tahan dalam lemari es)
3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah
banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat
mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa
tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit
tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada
tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding
bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada
malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
4. PENATALAKSANAAN
Pengobatan tuberculosis di bagi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan
4/7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
1. Obat anti tuberculosis (OAT)
a. jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah :
rifampisin
- Dosis 10 mg/kg BB, maksimal 600mg 2-3x/minggu atau
- BB lebih 60kg : 600mg
- BB 40-60kg : 450mg
- BB <40kg : 300mg
- Dosis itermiten 600mg/kali
- Dosis 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10mg/kg BB 3 kali seminggu,
15mg/kg BB 2 kali seminggu atau 300 mg/hari untu dewasa. Intermiten
:600mg/kali
Pirazinamid
- Dosis fase intesif 25mg/kg BB,35m/kg BB 3 kali seminggu,50mg/kg BB 2
kali seminggu atau
- BB > 60kg : 1500 mgBB 40-60kg : 1000 mg
- BB < 40kg : 750 mg
Streptomisin
- Dosis 15mg/kg
- BB > 60kg : 1000mg
- BB 40 – 60 kg : 750mg
- BB<40kg : sesuai BB
Etambutol
- Dosis fase intensif 20mg/kg BB,fase lanjutan 15mg/kgBB,30mg/kgBB
- 3xseminggu,45mg/kg BB 2xseminggu atau
- BB>60kg:1500mg
- BB 40-60kg:1000mg
- BB<40kg:750mg
- Dosis intemiten 40mg/kgBB/kali
b. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination),kombinasi dosis tetap ini
terdiri dari :
- empat obat antituberkulosis dalam satu tablet,yaitu rifampisin
150mg,isoniazid 75 mg,pirazinamid 400 mg dam etambutol 275 mg dan
tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet ,yaitu rifampisin
150mg,isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg
- kombinasi dosis tetap rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis
tetap,penderita hanya minum obat 3-4 tabletsehari selama fase
intensif,sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasai dosis 2
obat antituberkulosis seperti yang selama ini
- telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan .
c. jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
kanamisin
kuinolon
- obat lain masih dalam penelitian; makrolid, amoksillin + asam klavulanat
- derivat rifampisin dan INH
- Sebagai besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh
karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat
penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat
ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat
sistomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan. Efek samping OAT
dapat dilihat pada table dibawah ini.
5. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
6. DIAGNOSA BANDING
Diagnosis banding Tuberkulosis paru (TB paru) dibuat berdasarkan gambaran klinis
yang muncul. Beberapa penyakit yang bisa didiagnosis banding dengan TB paru
adalah:
BlastomikosisTularemia
Aktinomikosis
Infeksi M avium-intracellulare, M. chelonae, M fortuitum, M gordonae, M
kansasii, M marinum, M xenopi
Karsinoma sel skuamosa
B.PENGKAJIAN
I. Wawancara
Pengumpulan data. Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang
dilakukan yaitu :
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat
tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah
kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang
lain.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong
penderita untuk mencari pengonbatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura
serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah
punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain.
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak –
desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal
dirumah yang sumpek.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan
menurun.
3) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi
maupun defekasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu
aktivitas
5) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena
penyakit menular.
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan
rasa kawatir klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah
karena kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
II. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
a) inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
b) Palpasi : Fremitus suara meningkat
c) Perkusi : Suara ketok redup.
d) Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki
basah, kasar dan yang nyaring.
2) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
3) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
4) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
5) Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan
keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
6) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
7) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium:
Manurut mansjoer, dkk (1999:hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
Pada klien dengan TBC,yaitu:
1. Pemeriksaan Laboratorium darah rutin:LED Normal/ meningkat
2. Pemeriksaan Sputum BTA
3. Tes Mntoux
IV. ANALISA DATA
DS: Data yang di keluhan klien
DO:Data yang sebenernya hasil pemeriksaan
C.DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik (nyeri epigastium)
2. Hipertemi berhubungan dengan dehidrasi
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan hiperventilasi
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret meningkat
D.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Nyeri NOC : NIC : NIC Label :
v Pain Level, Pain Pain
Definisi : v Pain control, Management Managemen
Sensori v Comfort level
yang t
tidak Kriteria Lakukan Untuk
menyenangkan Hasil : pengkajian mengetah
dan Mampu nyeri secara ui tingkat
pengalaman mengontrol komprehen nyeri
emosional nyeri (tahu sif pasien
yang muncul penyebab termasuk Untuk
secara aktual nyeri, lokasi, mengetah
atau potensial mampu karakteristi ui tingkat
kerusakan menggunak k,durasi, ketidakny
jaringan atau an tehnik frekuensi, amanan
menggambark nonfarmako kualitas dan dirasakan
an adanya logi untuk faktor oleh
kerusakan mengurangi presipitasi pasien
(asosiasi studi nyeri, Observasi Untuk
nyeri mencari reaksi mengalih
internasional): bantuan) nonverbal kan
serangan Melaporkan dari perhatian
mendadak atau bahwa ketidaknya pasien
pelan nyeri manan dari rasa
intensitasnya berkurang Gunakan nyeri
dari ringan dengan teknik Untuk
sampai berat menggunak komunikasi mengetah
yang dapat an terapeutik ui apakah
diantisipasi manajemen untuk nyeri
dengan akhir nyeri mengetahui yang
yang dapat Mampu pengalaman dirasakan
diprediksi dan mengenali nyeri pasien klien
dengan durasi nyeri Kaji kultur berpengar
kurang dari 6 (skala, yang uh
bulan. intensitas, mempengar terhadap
frekuensi uhi respon yang
Batasan dan tanda nyeri lainnya
karakteristik : nyeri) Evaluasi Untuk
laporan secara Menyatakan pengalaman menguran
verbal atau rasa nyaman nyeri masa gi factor
non verbal setelah nyeri lampau yang
fakta dari berkurang Evaluasi dapat
observasi Tanda vital bersama memperb
posisi antalgic dalam pasien dan uruk nyeri
untuk rentang tim yang
menghindari normal kesehatan dirasakan
nyeri lain tentang klien