Di susun oleh:
A. VENTILATOR
1. Definisi
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan
positf atau negatif yang menghasilkan aloiran udara terkontrol pada jalan
napas pasien sehingga mampu mepertahankan ventilasi dan pemberian
oksigen dalam jangka waktu yang lama (Purnawan & Saryono, 2010).
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau
positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen
dalam waktu yang lama. (Brunner dan Suddarth, 2012)
3. Tujuan
Penggunaan ventilator bertujuan untuk:
a. Memperbaiki ventilasi paru
b. Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk
mempertahankan ventilasi yang fisiologis
c. Membantu otot nafas yang lelah/lemah
d. Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas
(Brunner and Suddarth, 2012)
2
4. Indikasi
Ventilator diberikan kepada seseorang yang memiliki (Tanjung,
2011):
a. Gangguan ventilasi
Disfungsi otot pernapasan
Penyakit neuromuscular (miestania gravis, polymelitis)
Sumbatan jalan napas
Gangguan kendali napas
Gagal napas akut disertai asidosis respiratorik
b. Gangguan oksigen
Hipoksemia yang teah dapat terapi oksigen maksimal namun
tidak ada perbaikan
c. Secara fisiologis memenuhi kriteria
RR > 35x/menit
Tidal volume <5ml/kgBB
Kapasitas vital <10ml/kg/BB
Tekanan inspirasi maksimal <25 cm H2O
PO2 <60 mmHg dengan FiO2 21%
PO2 <70 mmHg dengan FiO2 40%
PO2<100 mmHg dengan FiO2 100%
PaCO2 > 55 mmHg
Minute volume (MV) <3 liter/menit atau >20 liter per menit
Penggunaan otot tambahan pernapasan
d. Indikasi lain
Pemberian sedasi berat
Menurunkan kebutuhan oksigen baik secara sistematik atau
miokard
Menurunkan TIK dan mencegah TIK
3
5. Kontraindikasi
a. Pemakaian alat ventilasi umumnya sangat membantu pasien yang
menagalami masalah pernapasan. Tidak ditemukan kontraindikasi
dalam penggunaannya, kecuali jika telah terjadi komplikasi lain yang
menyertai perjalanan penyakitnya.
b. Pada pasien dengan fraktur basal tengkorak rentan terpasang
ventilator.
6. Klasifikasi Ventilator
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut
mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan
negatif dan ventilator tekanan positif.
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga
memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada
gagal nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular
seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik
dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang
tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan
ventilasi sering.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian
mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada
ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi.
Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru
primer.
Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus
(Pressure Cycled Ventilator), waktu bersiklus (Time Cycled
Ventilator), dan volume bersiklus (Volume Cycled Ventilator).
4
Volume Cycled Ventilator
7. Modul Operasional
a. CMV (Continous Mechanical Ventilation)
Disebut juga dengan modus control. Karena pada modus ini, pasien
menrima volume dan frekuensi pernapasan sesuai dengan yang telah
diatur. Sedangkan pasien tidak dapat bernafas sendiri.
5
b. ACV (Assist Control Ventilation)
Pada modus ini, pasien menerima volume dari mesin dan bantuan
nafas, tetapi hanya sedikit. Pasien diberikan kesempatan untuk
bernapas spontan. Total jumlah pernapasan dan volume semenit
ditentukan oleh pasien sendiri.
c. IMV (Intermitent Mandatory Ventilation)
Pasien menerima volume dan frekuensi pernapasan dari ventilator.
Keuntungannya adalah pasien diberikan kesempatan untuk bernapas
sendiri.
d. Pressure Support
Modus ini memberikan bantuan ventilasi dengan cara memberikan
tekanan. Pada saat pasien inspirasii, mesin memberikan bantuan nafas
sesuai tekanan positif yang telah ditentukan. Modus ini sangat baik
untuk digunakan pada proses penyapihan pasien dari penggunaan
ventilator.
e. SIMV (Syncronize Intermitent Mandatory Ventilation)
Modus ini sama dengan IMV, hanya pada modus ini bantuan
pernafasan dari ventilator disesuaikan kapan terjadi pernapasan
sendiri.
f. CPAP (Continous Positive Airway Pressure)
Pemberian tekanan positif pada jalan nafas untuk membantu ventilasi
selama siklus pernafasan. Pada modus inni frekuensi pernafasan dan
volume tidal ditentukan oleh pasien sendiri.
g. PEEP (Positive End Expiratory Pressure)
Digunakan untuk mempertahankan tekanan jalan nafas pada akhir
ekspirasi sehingga meningkatkan pertukaran gas di dalam alveoli.
Pemakaian PEEP dianjurkan adalah 5-15 cm H2O (Brunner and
Suddarth, 2002)
6
8. Parameter Ventilator
b. Volume tidal
Volume tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk setiap kali
pernafasan. Normalnya adalah 8-12 cc/kgBB
c. Frekuensi pernapasan
g. Sensitivitas
7
h. Alarm
Oksigen
Alarm akan berbunyi jika FiO2 menyimpang dari settingan awal
Penyebab Penatalaksanaan
Settingan FiO2 diubah-ubah Mengubah settingan FiO2 sesuai
dan tidak sesuai dengan nilai dengan nilai yang diharapkan
yang diharapkan
Analyzer oksigen error Mengkalibrasikan analyzer
Gangguan pada sumber Mengkoreksi gangguan yang
oksigen terjadi
Pressure
o High pressure limit
High pressure limit biasanya disetting 10 cmHg diatas PIP pasien
rata-rata. Alarm akan berbunyi jika tekanan meningkat
dimanapun selama masih di sirkuit ventilator.
Penyebab Penatalaksanaan
Peningkatan hambatan aliran Luruskan selang nafas
gas ventilator. Auskultasi suara
nafas dan berikan bronkodilator
jika diperlukan
Penurunan compliance paru Turunkan flow rate/VT/gunakan
control mode
Pasien melawan ventilator Disconnect dari ventilator,
(fighting) lakukan bagging
Jika respiratory distress tidak
ada, maka masalahnya ada pada
8
ventilator.
Jika ada usaha nafas dari pasien,
gunakan SIMV
o Low O2 pressure
Alarm akan aktif jika tekanan sumber udara tidak adekuat.
Penyebab Penatalaksanaan
Kehilangan sumber udara/ Cek sambungan dengan sumber
kehilangan tekanan dalam udara. Jika karena turunnya
sumber udara tekanan ventilator tidak
berfungsi, lakukan ventilasi
secara manual
o Low PEEP/CPAP
Parameter alarm PEEP/CPAP biasanya diatur 3-5cmHg dibawah
settingan PEEP/CPAP yang digunakan.
Penyebab Penatalaksanaan
Kerusakan pada sirkuit Evaluasi dan koreksi sumber
ventilator kerusakan
Volume
o Rendahnya volume tidal ekspirasi atau minute volume
venyilation
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak tersambungnya Kebocoran bisa bersumber dari
9
ventilator sistem dengan mulut atau koreksi sirkuit.
pasien (cth: alat terlepas dari Tanda dan gejala pada pasien:
pasien) Hipoksemia dan hiperkabnia
Terjadi kebocoran Kebocoran bisa juga karena
malposisi alat pada jalan
napas, udara dapat
ditambahkan pada cuff
Jika kebocoran tidak dapat
diperbaiki dalam waktu
singkat, maka reset kembali
parameter alarm (VT) untuk
mengkompensasi volume
yang hilang
Pasien dalam penggunaan Kaji penyebab penurunan
ventilator dengan PC mode, compliance paru atau penurunan
pasien dengan penurunan resistensi jalan nafas
compliance, penurunan Kaji tanda dan gejala kelelahan
resistensi atau kelelahan otot nafas pada pasien : RR,
pola napas irregular,
penggunaan otot-otot aksesoris
pernapasan
Meningkatkan tekanan inpirasi
untuk mendapatkan VT yang
cukup, meningkatkan jumlah
nafas bantuan, atau mengubah
mode ventilator menjadi volume
cycled mode
Mencapai tekanan batas atas Gangguan disebabkan karena
tekanan tertinggi karena tingginya tekanan inspirasi
ventilator membuang sisa VT
Sensor dalam kondisi basah, Keringkan sensor dan susun
menyebabkan tidak kembali
10
akuratnya pengukuran
volume ekspirasi
Tidak cukupnya aliran gas Awasi/kaji adanya waktu
inpirasi yang memanjang
dengan mengontrol I:E ratio.
Kemudian perbaiki dengan
meningkatkan aliran udra (flow
rate)
11
Apnea
Alarm akan diaktifkan atau berbunyi jika tidak ada ekshalasi
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak terdeteksinya usaha Kaji pernapasan pasien.
nafas spontan dari pasien Jika pasien tidak bernafas, lepas
ventilator dang anti dengan
bantuan nafas manual (bagging).
Jika nadi tidak teraba, cai
bantuan dan lakukan RJP
Lepasnya sambungan sensor Periksa sambungan sensor dan
ekshalasi hubungkan kembali dengan
ventilator
I:E ratio
Alarm I:E ratio akan berbunyi jika I:E ratio mencapai 1:3 atau
dibawah 1:1,5.
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak sesuainya volume Cek kesiapan VT, peak
tidal, peak inspiratory flow inspiratory flow rate, dan RR
rate dan respiratory rate control
control Jika VT dan RR settingnya
sudah sesuai, atur peak
inspiratory flow rate untuk
mencapai I:E ratio normal
12
Rusaknya tekanan udara dan Cek sumber tekanan udara dan
oksigen oksigen dan cek sambungan
Disfungsunya Disconnect ventilator dan
microproccesor berikan bantuan ventilasi secara
manual
13
10. Efek Ventilator
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali
ke jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga
menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena
hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi.
Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler
akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang,
akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa
terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi
yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O,
tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung) tetapi juga
resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain: Akibat cardiac output menurun; perfusi ke
organ-organ lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala
akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax darah yang kembali
dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.
14
b. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran
balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian
ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.
c. Pada sistem saraf pusat
Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah
normal akibat dari hiperventilasi.
Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal
akibat dari hipoventilasi.
Peningkatan tekanan intra kranial
Gangguan kesadaran
Gangguan tidur
15
Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan
perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh
hasil analisa gas darah (Blood Gas)
a. Tes penyapihan
Kapasitas vital 10-15 cc / kg
Volume tidal 4-5 cc / kg
Ventilasi menit 6-10 l
Frekuensi permenit < 20 permenit
b. Pengaturan ventilator
FiO2 < 50%
Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
c. Gas darah arteri
PaCO2 normal
PaO2 60-70 mmHg
PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
d. Selang endotrakeal
Posisi diatas karina pada foto Rontgen
Ukuran : diameter 8.5 mm
e. Nutrisi
Kalori perhari 2000-2500 kal
Waktu : 1 jam sebelum makan
f. Jalan nafas
Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan
(suctioning)
Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau
Steroid
Posisi : duduk, semi fowler
16
g. Obat-obatan
Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
h. Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan
i. Fisik
Stabil, istirahat terpenuhi
17
e. Gunakan T piece atau CPAP dengan FiO2 sesuai semuala
f. Melakukan monitoring keluhan subjektif, nadi, RR, irama jantung,
kerja nafas, dan saturasi O2
g. Mengawasi analisa gas darah 30 menit setelah prosedur
h. Melakukan dokumentasi yang meliputi teknik weaning, respon
pasien, dan lamanya weaning
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan
fungsi ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal
berikut :
a. Tanda-tanda vital
b. Bukti adanya hipoksia
c. Frekuensi dan pola pernafasan
d. Bunyi nafas
e. Status neurologis
f. Volume tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat
g. Kebutuhan pengisapan
h. Upaya ventilasi spontan klien
i. Status nutrisi
j. Status psikologis
Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat
ventilator tekanan positif. Tekanan intratoraks positif selama inspirasi
menekan jantung dan pembuluh darah besar dengan demikian
mengurangi arus balik vena dan curah jantung. Tekanan positif yang
berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks spontan akibat trauma
pada alveoli. Kondisi ini dapat cepat berkembang menjadi
18
pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi mengganggu arus balik
vena, curah jantung dan tekanan darah.
Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama harus
memperhatikan tanda dan gejala hipoksemia dan hipoksia
(gelisah,gugup, kelam fakir, takikardi, takipnoe, pucat yang
berkembang menjadi sianosis, berkeringat dan penurunan haluaran
urin).
Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator
pengaturannya telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator,
perawat harus memperhatikan hal-hal berikut :
o Jenis ventilator
o Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
o Pengaturan volume tidal dan frekuensi
o Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
o Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
o Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya
selang.
o Humidifikasi
o Alarm
o PEEP
Catatan:
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak
dapat diidentifikasi dan diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap
memberikan ventilasi kepada klien dengan menggunakan Bag
Resuscitation Manual.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan
ventilasi mekanik yaitu :
19
a. Pemeriksaan fungsi paru
b. Analisa gas darah arteri
c. Kapasitas vital paru
d. Kapasitas vital kuat
e. Volume tidal
f. Inspirasi negative kuat
g. Ventilasi semenit
h. Tekanan inspirasi
i. Volume ekspirasi kuat
j. Aliran-volume
k. Sinar X dada
l. Status nutrisi / elektrolit.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan otot
pernapasan.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif.
4. Rencana Keperawatan
20
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
7. Lakukan oral
hygiene
21
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
22
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
5. Penatalaksanaan
a. Meningkatkan pertukaran gas
Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk mengoptimalkan
pertukaran gas dengan mempertahankan ventilasi alveolar dan
pengiriman oksigen.
Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang
mendasari atau factor mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian
dari mesin dengan pasien. Tim perawatan kesehatan, termasuk
perawat , dokter, dan ahli terapi pernafasan , secara kontinu mengkaji
pasien terhadap pertukaran gas yang adekuat , tanda dan gejala
hipoksia, dan respon terhadap tindakan.
Pertukaran gas yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan faktor-
faktor yang sangat beragam; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan
cairan, nyeri insisi, atau penyakit primer seperti pneumonia.
Pengisapan jalan nafas bawah disertai fisioterapi dada (perkusi,
23
fibrasi) adalah strategi lain untuk membersihkan jalan nafas dari
kelebihan sekresi karena cukup bukti tentang kerusakan intima pohon
trakeobronkial.
Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat
ventilasi mekanik yaitu auskultasi paru dan interpretasi gas darah
arteri. Perawat sering menjadi orang pertama yang mengetahui
perubahan dalam temuan pengkajian fisik atau kecenderungan
signifikan dalam gas darah yang menandakan terjadinya masalah
(pneumotoraks, perubahan letak selang, emboli pulmonal).
24
ventilasi mekanik juga telah mempredisposisikan pasien pada
pneumonia nosokomial akibat aspirasi. Pasien juga diposisikan
dengan kepala dinaikkan lebih tinggi dari perut sedapat mungkin
untuk mengurangi potensial aspirasi isi lambung.
25
membantu melepaskan ketegangan dan memampukan klien untuk
menghadapi ansietas dan ketakutan akan kondisi dan ketergantungan
pada ventilator.
6. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan
antara lain :
26
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer SC, Bare BG. 2012. Brunner & Suddart’s Textbook of Medical-Surgical Nursing.
Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
27