Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. Konsep Teori CKD


1. Defenisi
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius)
dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).

2. Etiologi
a. Infeksi, misalnya pielonefritis kronik, glomerulonephritis
b. Gangguan jaringan penyambung, misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
c. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
d. Penyakit metabolik, misalnya DM
e. Nefropati toksik, misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal
f. Nefropati obstruktif, misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra
g. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
3. Klasifikasi
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test )
dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatinin serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft
– Gault sebagai berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan
mulut, nafas bau ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning feet
syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor, miopati
(kelemahan dan hipertropi otot-otot ekstremitas).
e. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
b. Foto Polos Abdomen, Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau
obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena, Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi
penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG, Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem
pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram, Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,
parenkhim) serta sisa fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung, Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang, Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari)
kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru, Mencari uremik lung yang disebabkan karena
bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde, Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang
reversible
j. EKG, Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal, dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis
atau perlu untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
amrasio
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserid
10) Asidosis metabolik

7. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau
mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007).
Penatalaksanaan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (
Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1) Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal
seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD
dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai
peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja
dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak
menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam
dan pola makan yang tidak sehat.
2) Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih,
dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan
terjadinya CKD.
3) Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan
air naik atau turun
4) Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi
peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan
darah dan suhu.
5) Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
pasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi
dispnea, nadi meningkat dan reguler.
c. Antropometri : Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena
kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan
cairan.
d. Kepala : Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat
kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau
ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah
kotor.
e. Leher dan tenggorok : Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran
tiroid pada leher.
f. Dada : Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar.
Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar
suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung,
terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen : Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek,
perut buncit.
h. Genital : Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini,
impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremita : Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema,
pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit : Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Hypervolemia b.d kelebihan asupan cairan
2) Pola nafas tidak efektif b.d
3) Nausea b.d gangguan biokimiawi (uremia)
4) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

Keperawatan (SLKI) (SIKI)

1. Hypervolemia b.d Setelah dilakukan tindakan SIKI (I.03114)


kelebihan asupan cairan asuhan keperawatan selama
(D.0022) 1. Manajemen Hipervolemia:
3x24 jam diharapkan status Observasi :
cairan membaik dengan
1) Periksa tanda dan gejala
kriteria hasil:
hypervolemia (mis, dyspnea,
a. Kekuatan nadi meningkat edema, jvp meningkat, suara
b. Turgor kulit meningkat nafas tambahan)
c. Output urine meningkat
2) Monitor status hemodinamik
d. Dyspnea menurun
(mis, tekanan darah, MAP)
e. Edema ansarka menurun
3) Monitor intake dan output
f. Edema perifer menurun
cairan

4) Monitor tanda hemokonsentrasi


(mis, kadar natrium, BUN,
hematocrit, berat jenis urin)

5) Monitor kecepatan infus secara


ketat

Teraupetik :

1) Batasi asupan cairan dan


garam

2) Tinggikan kepala tempat tidur


30-400

Edukasi :

1) Anjurkan melapor jika


haluaran urin <0,5 ml/kg/jam
dalam 6 jam

2) Ajarkan cara mengukur dan


mencatat asupan dan haluaran
cairan

Kolaborasi :

1) Kolaborasi pemberiaan diuretic

2. Pola nafas tidak efektif Setlah dilakukan tindakan SIKI (1.01014)


b.d asuhan keperawatan selama
(D.0005) 1. Pemantauan Respirasi :
3x24 jam diharapkan pola Observasi :
nafas membaik dengan 1) Monitor frekuensi, irama,
kriteria hasil : kedalaman, dan upaya napas.
a. Dyspnea menurun 2) Monitor pola napas
b. Penggunaan oto bantu 3) Monitor kemampuan batuk
nafas menurun efektif
c. Frekuensi nafas membaik 4) Monitor adanya sumbatan
napas
5) Auskultasi bunyi napas
6) Monitor saturasi O2
7) Monitor hasil X-Ray Thorax
2. Pengaturan Posisi
3. Pemberian bantuan oksigen
4. Pemberian obat intravena

3. Nausea berhubungan Setelah dilakukan tindakan SIKI (I.03117)


dengan gangguan asuhan keperawatan selama
(D.0076) 1. Manajemen Mual :
biokimiawi (uremia) 3x24 jam diharapkan nausea Observasi :
menurun dengan kriteria
1) Identifikasi pengalaman mual
hasil:
2) Identifikasi factor penyebab
a. Nafsu makan meningkat
mual
b. Keluhan mual menurun
3) Monitor mual
c. Perasaan ingin muntah 4) Monitor asupan nutrisi dan
m
kalori
e
Teraupetik :
n
1) Kendalikan factor lingkunagn
u
penyebab mual ( mis : bau ak
r
sedap, suara, rangsangan visual
u
yang tidak mengenakan)
n
2) Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab mual (mis :
kecemasan, ketakutan,
kelelahan)

3) Berikan makanan dalam jumlah


kecil dan sering

Edukasi :

1) Anjurkan istirahat yang cukup

2) Anjurkan makan makanan


tinggi karbohidrat dan rendah
lemak

Kolaborasi :

1) Kolaborasi pemberiaan
antimetik, jika perlu

4. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan SIKI (I.05178)


ketidakseimbangan asuhan keperawatan selama
(D.0056) 1. Manajemen Energi :
antara suplai dan 3x24 jam diharapkan
Observasi :
kebutuhan O2 toleransi aktivitas meningkat
dengan kriteria hasil : 1) Identifikasi gangguana fungsi
a. Frekuensi nadi tubuh yang mengakibatkan
meningkat kelelahan
b. Saturasi oksigen 2) Monitor kelelahan fisik dan
meningkat emosional
c. Keluhan lelah menurun 3) Monitor pola dan jam tidur
d. Dyspnea saat aktivitas 4) Monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan selama
e. Frekuensi nafas membaik melakukan aktivitas

Terapeutik :

1) Sediakan lingkungan yang


nyaman dan rendah stimulus
(mis, cahaya, suara, kunjungan)
2) Lakukan rentang gerak aktif,
atau pasif
3) Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
4) Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan

Edukasi :

1) Anjurkan tirah baring


2) Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap

Kolaborasi :

1) Kolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan

2. Terapi Aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Long, B C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan Kriteria Hasil
Keperwatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai
Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai