Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Strategi komunikasi


2.1.1 Pengertian strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk
mencapai tujuan tersebut; strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan taktik
operasionalnya. (Effendy, 2003: 301 )
Demikianlah pula strategi komunikasi merupakan panduan dari
perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen
komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktik harus dilakukan.
Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu
bergantung situasi dan kondisi seperti halnya dengan kondisi. (Effendy,
2003: 301 )
Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi
komunikasi harus didukung oleh teori. Karena teori merupakan
pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya.
Banyak teori komunikasi yang sudah diketengahkan oleh para ahli, tetapi
untuk strategi komunikasi barangkai yang memadai baiknya untuk
dijadikan pendukung strategi komunikasi ialah apa yang dikeukakan oleh
Harold D. Lasswell, yang terkenal itu. (Effendy, 2003: 301 )
Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
kita dan sehari-hari, baik dalam membentuk hubungan sosial maupun
hubungan interpersonal. Komunikasi terjadi dalam berbagai konteks
komunikasi seperti komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal
atau komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, serta komunikasi

23
24

massa. Komunikasi juga terjadi dalam berbagai bidang komunikasi seperti


komunikasi perusahaan, komunikasi tradisional, komunikasi lingkungan,
komunikasi politik, komunikasi pendidikan, komunikasi sosial, komunikasi
organisasi, komunikasi bisnis, komunikasi pemasaran, komunikasi
pembangunan, komunikasi terapeutik dalam keperawatan, komunikasi
antar budaya, komunikasi lintas budaya, komunikasi internasional,
komunikasi kesehatan, komunikasi pemerintahan, dan komunikasi
pembelajaran
Proses komunikasi yang terjadi dalam berbagai bidang dan konteks
komunikasi sebagaimana telah disebutkan di atas tidaklah berjalan dengan
sederhana melainkan melalui proses serta tahap-tahap komunikasi yang
rumit dan kompleks. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi
yang telah dirumuskan oleh para ahli dengan berbagai latar belakang
disiplin ilmu. Disebut demikian karena dalam proses komunikasi
melibatkan berbagai macam pilihan komponen-komponen komunikasi
yang meliputi aspek-aspek pesan dan aspek perilaku, pilihan tentang
saluran komunikasi yang akan digunakan, karakteristik komunikator,
hubungan antara komunikator dan khalayak, karakteristik khalayak, serta
situasi dimana komunikasi terjadi.
Jika salah satu komponen tidak ada, maka akan berdampak pada
keseluruhan proses komunikasi. Begitu kompleksnya proses komunikasi
dan banyaknya komponen atau elemen komunikasi yang terlibat, menuntut
komunikator perlu merumuskan suatu strategi komunikasi atau
perencanaan komunikasi serta manajemen komunikasi yang baik agar
komunikasi yang efektif dapat terwujud.
Menurut Onong Uchjana Effendy (1984 : 35), intinya strategi adalah
perencanaan atau planning dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan
yang hanya dapat dicapai melalui taktik operasional. Sebuah strategi
komunikasi hendaknya mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
mengetahui bagaimana berkomunikasi dengan khalayak sasaran. Strategi
25

komunikasi mendefinisikan khalayak sasaran, berbagai tindakan yang akan


dilakukan, mengatakan bagaimana khalayak sasaran akan memperoleh
manfaat berdasarkan sudut pandangnya, dan bagaimana khalayak sasaran
yang lebih besar dapat dijangkau secara lebih efektif.
Sementara itu, menurut Mohr dan Nevin mendefinisikan sebuah
strategi komunikasi sebagai penggunaan kombinasi faset-faset komunikasi
dimana termasuk di dalamnya frekuensi komunikasi, formalitas
komunikasi, isi komunikasi, saluran komunikasi (Kulvisaechana, 2001 :
17-18).Untuk mengimplementasikan strategi komunikasi dibutuhkan taktik
atau metode yang tepat. Taktik dan strategi memiliki keterkaitan yang kuat.
Jika sebuah strategi yang telah kita susun dengan hati-hati adalah strategi
yang tepat untuk digunakan, maka taktik dapat dirubah sebelum strategi.
Namun, jika kita merasa ada hal yang salah pada tataran taktik maka kita
harus mengubah strategi.
Kata strategi berasal dari bahasa yunani klasik yaitu “stratos” yang
artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Dengan
demikian, strategi strategi dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu
muncul kata strategos yang artinya pemimpin tentara pada tingkat atas.
Jadi, strategi adalah konsep miiter yang bisa diartikan sebagai seni perang
para jendral (the art of general), atau suatu rancangan yang terbaik untuk
memerangkan peperagan. Dalam strategi ada prinsip yang harus dicamkan,
yakni “tidak ada sesuatu yang berarti dari segalanya kecuali mengetahui
apa yang akan dikerjakan oleh musuh, sebelum mengerjakannya.
(Hafied,2013: 60)
Dalam melaksanakan strategi komunikasi ada beberapa unsur yang
harus diperhatikan antara lain: (Effendy,2006:32)
26

a. Sumber (komunikator)

Secara teoritis hasil atau akibat penyampaian pesan terhadap pihak


penerima, bila sumber mempunyai:

1) Kredibilitas
Dalam menyampaikan kebijakan penyiaran, kompetensi dari
narasumber terutama saat acara formal seperti seminar atau membina
masyarakat sangat diperhatikan. Pejabat tertentu yang terkait penyiaran
maupun opinin leader dan akademisi sebagai penentu kredibilitas suatu
komunikator
2) Daya tarik
Narasumber yang kredibel juga dituntut menarik dalam mengemas
penyajian materinya sehingga pesan yang dikomunikasikan dapat dengan
mudah sampai kepada publik. Setiap strategi yang dilakukan memiliki
tujuan masing-masing. Tujuan sentral komunikasi menurut R.Wayne
pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas terdiri atas tiga tujuan utama,
yakni : (Effendy, 2006 : 32)
a) To secure understanding, komunikasi mengerti pesan yang
diterimanya.
b) To establish accepance, penerimaan pesan yang diterima
komunikan harus dibina.
c) To motivate action, memoivasi setiap kegiatan.

Untuk mendukung teori ini, tujuan komunikasi sebaiknya dinyatakan


dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami karena hal ini akan berkaitan
dan pengaruh terhadap seluruh kegiatan strategi komunikasi.

Dalam dunia bisnis, tujuan strategi pada umumnya adalah untuk


menentukan dan mengkomunikasikan gambaran tentang visi perusahaan
melalui sebuah sistem tujuan utama dan kebijakan. Strategi menggambarkan
sebuah arah yang didukung oleh berbagai sumber daya yang ada. Sementara
27

itu, menurut R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett


menyatakan bahwa strategi komunikasi memiliki 3 (tiga) tujuan, yaitu
(Effendy, 1984 : 35-36) :

1. To secure understanding – memastikan pesan diterima oleh komunikan.


2. To establish acceptance – membina penerimaan pesan.
3. To motivate action – kegiatan yang dimotivasikan.

Strategi komunikasi yang dilakukan bersifat makro dan proses strategi


komunikasi berlangsung secara vertikal piramidal.

2.1.2 Landasan Teori Strategi Komuunikasi

Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam komunikasi terdapat


beberapa komponen yang mendukung berjalannya proses komunikasi. Berbagai
literatur menyatakan bahwa terdapat sebuah paradigma atau formula yang
sering digunakan untuk mengetahui komponen-komponen komunikasi.
Paradigma atau formula itu adalah paradigma atau formula yang dikemukakan
oleh Harold D. Lasswell. Melalui paradigma atau formula yang telah
dirumuskannya, Harold D. Lasswell mencoba untuk memberikan penjelasan
kepada kita bahwa untuk mengetahui apa saja yang menjadi komponen-
komponen komunikasi maka harus menjawab beberapa pertanyaan seperti Who
Says What In What Channel To Whom With What Effect.

Jika kita menjawab pertanyaan-pertanyaan itu maka dapat kita ketahui


komponen-komponen komunikasi yaitu komunikator, pesan, media atau saluran
komunikasi, khalayak, dan efek. Penjelasan secara lebih detil tentang
paradigma atau formula Lasswell ini pun telah digambarkan ke dalam sebuah
model komunikasi yaitu model komunikasi Lasswell.Formula Lasswell ini
tidak luput dari kritik yang salah satunya datang dari Gerhard Maletzke.
Maletzke menyatakan bahwa paradigma atau formula yang dikemukakan oleh
Lasswell tidak mempertimbangkan hal yang sangat penting yakni tujuan yang
28

akan dicapai oleh komunikator. Tidak sedikit ahli yang menyatakan bahwa
tujuan komunikasi hendaknya dinyatakan secara eksplisit karena tujuan
komunikasi berkaitan erat dengan khalayak sasaran dalam strategi komunikasi.
Menurut Onong Uchjana Effendy (1984:35), intinya strategi adalah
perencanaan atau planning dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan yang
hanya dapat dicapai melalui taktik operasional. Sebuah strategi komunikasi
hendaknya mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mengetahui
bagaimana berkomunikasi dengan khalayak sasaran. Strategi komunikasi
mendefinisikan khalayak berbagai tindakan yang akan dilakukan, mengatakan
bagaimana khalayak sasaran akan mempeoleh manfaat berdasarkan sudut
pandangnys, dan bagaimana khalayak sasaran yang lebih besar dapat dijangkau
secara lebih efektif.

Sementara itu menurut Mohr dan Nelvin mendefinisikan sebuah strategi


komunikasi sebagai penggunaan kombinasi faset-faset komunikasi dimana
termasuk di dalamnya frekuensi komunikasi, formalitas komunikasi, isi
komunikasi, saluran komunikasi (kulvisaechana,2001:17-18). Untuk
mmengimplementasikan strategi komunikasi dibutuhkan taktik atau metode
yang tepat. Taktik dan strategi memiliki keterkaitan yang kuat. Jika sebuah
strategi yang telah kita susun dengan dengan hati-hati adalah strategi yang tepat
untuk digunakan, maka taktik dapat dirubah sebelum strategi. Namun, jika kita
merasa ada hal yang yang salah pada tataran taktik maka kita harus mengubah
strategi.

2.1.3 Komponen Komunikasi dan Strategi Komunikasi


Dalam strategi komunikasi perlu mempertimbangkan berbagai
komponen dalam komunikasi karena komponen-komponen itulah yang
mendukung jalannya proses komunikasi yang sangat rumit. Selain komponen-
komponen komunikasi, hal lain yang juga harus menjadi bahan pertimbangan
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi serta hambatan-
hambatan komunikas.
29

Berikut diulas tentang 4 (empat) komponen utama komunikasi yang


menjadi pusat kajian dalam strategi komunikasi

a. Komunikator

Komunikator merupakan pihak yang menjalankan proses strategi


komunikasi. Untuk menjadi komunikator yang baik dan apat dipercaya oleh
komunikate atau khalayak sasaran, maka komunikator harus memiliki daya
tarik serta kredibilitas.

1) Daya tarik

Daya tarik adalah manusiawi jika komunikate atau khalayak sasaran


yang cenderung merasa memiliki kesamaan dengan komunikator akan
mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator. Dalam hal ini, komunikate
atau khalayak sasaran melihat komunikator memiliki daya tarik tertentu
sehingga khalayak sasaran bersedia untuk merubah pikiran, sikap, pendapat,
dan perilakunya sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator. Daya tarik
juga dapat dilihat dari penampilan komunikator.

1) Kredibilitas

Selain daya tarik, kredibilitas komunikator juga menjadi alasan kuat


khalayak sasaran atau komunikate bersedia merubah pikiran, sikap, pendapat,
dan perilakunya sesuai dengan isi pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Kredibilitas komunikator adalah faktor yang membuat khalayak sasaran
percaya kepada apa yang disampaikan oleh komunikator dan mengikuti
kemauan komunikator. Komunikator yang benar-benar menguasai
permasalahan dan memiliki penguasaan bahasa yang baik cenderung
dipercaya oleh khalayak sasaran.

a. Pesan Komunikasi
30

Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada khalayak sasaran


atau komunikate dalam strategi komunikasi pastinya memiliki tujuan
tertentu. Tujuan inilah yang menentukan teknik komunikasi yang akan
dipilih dan digunakan dalam strategi komunikasi. Dalam strategi
komunikasi, perumusan pesan yang baik dengan mempertimbangkan
situasi dan kondisi khalayak sangatlah penting. Pesan yang dirumuskan
oleh komunikator hendaknya tepat mengenai khalayak sasaran. Menurut
Soeganda Priyatna (2004), terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi agar
pesan yang disampaikan dapat mengena kepada khalayak sasaran yaitu:
1. Umum : pesan disampaikan adalah pesan yang bersifat umum dan
mudah dipahami oleh khalayak sasaran Jelas – pesan yang
disampaikan harus jelas dan tidak menimbulkan salah penafsiran.
2. Bahasa jelas : bahasa yang digunakan dalam proses penyampaian
pesan hendaknya menggunakan bahasa yang jelas dan sesuai dengan
khalayak sasaran serta tidak menggunakan istilah-istilah yang tidak
dimengerti oleh khalayak sasaran.
3. Positif : pesan yang disampaikan kepada khalayak sasaran dilakukan
dengan cara-cara yang positif sehingga mendatangkan rasa simpati
dari khalayak sasaran.
4. Seimbang : pesan yang disampaikan kepada khalayak sasaran
disampaikan dengan seimbang, tidak melulu mengungkapkan sisi
positif namun juga sisi negative agar khalayak sasaran dapat
menerimanya dengan baik.
5. Sesuai : pesan yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan
keinginan khalayak sasaran
b. Media Komunikasi

Kita telah mengetahui dan memahami berbagai pengertian media


menurut para ahli, pengertian media massa menurut para ahli, serta pengertian
media sosial menurut para ahli. Kesimpulan dari semua pengertian terkait
31

media adalah bahwa media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan komunikasi. Media komunikasi kini tidak lagi terbatas pada
media massa yang memiliki beberapa karakteristik media massa masing-
masing. Kehadiran internet sebagai media komunikasi telah melahirkan
berbagai media komunikasi modern baru. Dalam strategi komunikasi, kita
perlu mempertimbangkan pemilihan media komunikasi yang tepat dan dapat
menjangkau khalayak sasaran dengan tepat dan cepat serta. Pemilihan media
komunikasi dalam strategi komunikasi disesuaikan dengan tujuan yang
hendak dicapai, pesan yang akan disampaikan, serta teknik komunikasi yang
digunakan.

c. Khalayak Sasaran

Dalam strategi komunikasi, melakukan identifikasi khalayak sasaran


adalah hal penting yang harus dilakukan oleh komunikator. Identifikasi
khalayak sasaran disesuaikan dengan tujuan komunikasi.

Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan ketika


melakukan identifikasi khalayak sasaran, yaitu :

1. Kerangka pengetahuan atau frame of reference

Pesan-pesan komunikasi yang akan disampaikan dalam strategi


komunikasi kepada komunikate atau khalayak sasaran hendaknya disesuaikan
dengan kerangka pengetahuan khalayak agar pesan dapat dengan mudah
diterima serta dipahami oleh khalayak sasaran.

2. Situasi dan kondisi


Yang dimaksud dengan situasi adalah situasi komunikasi ketika khalayak
sasaran menerima pesan-pesan komunikasi. Sedangkan yang dimaksud
dengan kondisi adalah keadaan fisik psikologis khalayak sasaran. Pesan
komunikasi yang dsampaikan kepada khalayak sasaran hendaknya
32

mempertimbangkan situasi dan kondisi khalayak sasaran agar pesan dapat


tersampaikan dengan efektif.
3. Cakupan pengalaman atau field of experience

Pesan-pesan komunikasi yang akan disampaikan dalam strategi


komunikasi kepada komunikate atau khalayak sasaran juga hendaknya
disesuaikan dengan cakupan pengalaman khalayak sasaran agar pesan dapat
dengan mudah diterima serta dipahami oleh khalayak sasaran.

4. Proses Perencanaan Strategi Komunikasi


Secara garis besar, terdapat 4 (empat) tahapan dalam proses strategi
komunikasi yaitu analisa situasi, mengembangkan tujuan serta strategi
komunikasi, mengimplementasikan strategi komunikasi, dan mengukur hasil
usaha yang telah dilakukan. Perlu dipahami bahwa strategi komunikasi yang
diterapkan dalam berbagai konteks komunikasi mungkin tidak sama namun
secara garis besar memiliki alur yang sama.analisis situasi yaitu menggunakan
penelitian untuk melakukan analisis situasi yang secara akurat dapat
mengidentifikasi berbagai permasalahan serta peluang yang dimiliki.
Mengembangkan rencana tindakan strategis yang ditujukan kepada berbagai
permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Hal ini mencakup tujuan
umum, tujuan yang dapat diukur, identifikasi khalayak sasaran dengan jelas,
target strategi, serta taktik yang efektif. menjalankan perencanaan dengan alat-
alat komunikasi dan tugas yang memberikan kontribusi untuk mencapai
tujuan. Mengukur kesuksesan strategi komunikasi dengan menggunakan alat-
alat evaluasi. Manfaat Mempelajari Teori Strategi Komunikasi

Mempelajari teori strategi komunikasi dapat memberikan manfaat kepada


kita diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Kita memahami pengertian strategi dan strategi komunikasi.


b. Kita memahami tujuan umum strategi komunikasi.
c. Kita memahami landasan teori strategi komunikasi.
33

d. Kita memahami komponen komunikasi dan kaitannya dengan strategi


komunikasi.
e. Kita memahami proses strategi komunikasi.

Demikianlah ulasan singkat tentang teori strategi komunikasi. Semoga


dapat menambah wawasan serta pengetahuan tentang teori strategi
komunikasi serta dapat menerapkannya ke dalam berbagai bidang dan konteks
komunikasi.

2.2 Penyuluh Agama

2.2.1 Pengertian Penyuluh Agama Islam dan Peranannya.


Penyuluh Agama Islam adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab,wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama
Islam dan pembangunan melalui bahasa agama. Istilah Penyuluh Agama
mulai disosialisasikan sejak tahun 1985 yaitu dengan adanya Keputusan
Menteri Agama Nomor 791 Tahun 1985 tentang Honorarium bagi Penyuluh
Agama. Istilah Penyuluh Agama dipergunakan untuk menggantikan istilah
Guru Agama Honorer (GAH) yang dipakai sebelumnya di lingkungan
kedinasan Departemen Agama.1

Sejak semula Penyuluh Agama merupakan ujung tombak Departemen


Agama dalam melaksanakan penerangan agama Islam di tengah pesatnya
dinamika perkembangan masyarakat Indonesia. Perannya sangat strategis
dalam rangka membangun mental, moral, dan nilai ketaqwaaan umat serta
turut mendorong peningkatan kualitas kehidupan umat dalam berbagai bidang
baik di bidang keagamaan maupun pembangunan. sejauh ini, Penyuluh
Agama Islam mempunyai peran penting dalam pemberdayaan masyarakat dan
pemberdayaan dirinya masing-masing sebagai insan pegawai pemerintah.

1
www.simbi .kemenag.go.id/penerangan agama islam/bimbingan-penyuluh-agama-islam /560-
pedoman penyuluhan.pengembangan –materi-penyuluh-agama-islam. (01/04/2018 )(22:00)
34

Dengan kata lain, keberhasilan dalam bimbingan dan penyuluhan kepada


masyarakat menunjukkan keberhasilan dalam manajemen diri sendiri.
Penyuluh Agama Islam sebagai leading sektor bimbingan masyarakat Islam,
memiliki tugas/kewajiban yang cukup berat, luas dan permasalahan yang
dihadapi semakin kompleks. Penyuluh Agama Islam tidak mungkin sendiri
dalam melaksanakan amanah yang cukup berat ini, ia harus mampu bertindak
selaku motivator, fasilitator, dan sekaligus katalisator dakwah Islam.
Manajemen dakwah harus dapat dikembangkan dan diaktualisasikan sesuai
dengan perkembangan masyarakat yang sedang mengalami perubahan sebagai
dampak dari globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin canggih,
yang mengakibatkan pergeseran atau krisis multidimensi. Disinilah peranan
Penyuluh Agama Islam dalam menjalankan kiprahnya di bidang bimbingan
masyarakat Islam harus memiliki tujuan agar suasana keberagamaan, dapat
merefleksikan dan mengaktualisasikan pemahaman, penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dalam konteks kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2

Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAF) merupakan bagian dari


jabatan fungsional yang terdapat di Kantor Wilayah Kementerian Agama.
Eksistensi penyuluh agama Islam menempati posisi strategis dalam
menyampaikan pesan-pesan informasi pembangunan dan keagamaan kepada
masyarakat melalui bahasa agama. Seorang penyuluh tidak hanya dituntut
memiliki kemampuan keilmuan dan keahlian dalam bertutur kata, tetapi
dituntut pula menjadi teladan bagi masyarakat.

Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 516 tahun 2003 tentang


Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Penyuluh Fungsional, yaitu dengan
melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama
dan pembangunan melalui bahasa agama kepada masyarakat. Berdasarkan

2
www.simbi .kemenag.go.id/penerangan agama islam/bimbingan-penyuluh-agama-islam /560-
pedoman penyuluhan.pengembangan –materi-penyuluh-agama-islam. (01/04/2018 )(22:00)
35

Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 79 tahun 1985 bahwa: Penyuluh


Agama mempunyai peranan sebagai pembimbing masyarakat, sebagai
panutan dan sebagai penyambung tugas pemerintah”. Penyuluh Agama Islam
mempunyai fungsi yang sangat dominan dalam melaksanakan kegiatannya,
yaitu: Fungsi Informatif dan Edukatif, ialah Penyuluh Agama Islam
memposisikan sebagai da‟i yang berkewajiban mendakwahkan Islam,
menyampaikan penerangan agama dan mendidik masyarakat dengan sebai-
baiknya sesuai ajaran agama. Fungsi Konsultatif, ialah Penyuluh Agama
Islam menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, baik secara pribadi, keluarga
maupun sebagai anggota masyarakat umum. Fungsi Advokatif, ialah
Penyuluh Agama Islam memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk
melakukan kegiatan pembelaan terhadap umat / masyarakat dari berbagai
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang merugikan aqidah,
mengganggu ibadah dan merusak akhlak. 3

2.2.2 Landasan Keberadaan Penyuluh Agama Islam

1. Landasan Filosofis
Sebagai landasan filosofis dari keberadaan Penyuluh Agama adalah: (Arifin,
2009: 32)

a. Al-Qur‟an surat Al-Imran ayat 104:

Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat


yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan
mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”

b. Al-Qur‟an surat Al-Imran ayat 110:

3
Jurnal ramin “peran dan fungsi penyuluh agama islam dalam masyarakat”. Pdf (ejournal.bandung-
kemenag.go.id diakses pada 11/12/2017 pukul 22.00 WIB) Hal. 1
36

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan


untuk manusia, menyuruh kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriuman kepada Allah“

c. Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan


hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik”

d. Hadits Rasulullah SAW


“Barang siapa yang melihat kemunkaran, maka rubahlah
dengan tangan, apabila tidak kuasa dengan tangan, maka rubahlah
dengan lisan, dan apabila tidak bisa dengan lisan maka dengan hati,
walaupun itulah selemah-lemahnya iman”.4

2. Landasan Hukum

Sebagai landasan hukum keberadaan Penyuluh Agama adalah: (ibid,2009:33)

a. Keputusan Menteri Nomor 791 Tahun 1985 tentang Honorariumj bagi


Penyuluh Agama

b. Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Kepala Badan


Kepegawaian negara Nomor 574 Tahun 1999 dan Nomor 178 Tahun 1999
tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya.
c. Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan
dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 54/KEP/MK.WASPAN/9/1999
tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya.

d. Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;

e. Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;


37

f. Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 1994 tentang jabatan fungsional


Pegawai Negeri Sipil;

g. Keputusan Presiden RI nomor 72 tahun 2004 tentang perubahan atas


Keputusan Presiden RI nomor 42 tahun 2002 tentang pedoman pelaksanaan
Anggaran dan Belanja Negara;

h. Peraturan Menteri Agama nomor 13 tahun 2012 tentang organisasi dan tata
kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama.

i. Keputusan Menpan nomor 54/Kep/MK.WASPAN/9/1999 tentang jabatan


fungsional penyuluh agama.

2.2.3 Jenjang Jabatan dan Jenjang Pangkat Penyuluh Agama.

A. Jenjang Jabatan Penyuluh Agama

1. Penyuluh Agama Terampil, terdiri atas:

a. Penyuluh Agama Pelaksana

b. Penyuluh Agama Pelaksana Lanjutan

c. Penyuluh Agama Penyelia.


2. Penyuluh Agama Ahli, terdiri atas:
3. Penyuluh Agama Pertama
4. Penyuluh Agama Muda
5. Penyuluh Agama Madya.

B. Jenjang Pangkat Penyuluh Agama, yaitu:

a. Penyuluh Agama Terampil terdiri atas:

Penyuluh Agama Pelaksana, dengan jenjang pangkat:

1) Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b


38

2) Pengatur, golongan ruang II/c

3) Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d

b. Penyuluh Agama Pelaksana Lanjutan, dengan jenjang


pangkat:

1) Penata Muda, golongan ruang III/a

2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b

c. Penyuluh Agama Penyelia, terdiri atas:

1) Penata, golongan III/c

2) Penata Tingkat I, golongan mruang III/d

d. Penyuluh agama Ahli, terdiri dari:

1) Penyuluh Agama Pertama, dengan jenjang pangkat:

2) Penata Muda, golongan ruang III/a

3) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b

4) Penyuluh Agama Muda, dengan jenjang pangkat:

5) Penata, golongan ruang III/c

6) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d

e. Penyuluh Agama Madya, dengan jenjang pangkat:

1) Pembina, golongan ruang IV/a

2) Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b


39

3) Pembina Utama Muda, golongan uang IV/c.5

C. Tugas Pokok, dan Fungsi Penyuluh Agama Islam


1. Tugas pokok Penyuluh Agama Islam
Tugas pokok Penyuluh Agama Islam adalah melakukan dan
mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan
pembangunan melalui bahasa agama.
2. Fungsi Penyuluh Agama Islam
a. Fungsi Informatif dan Edukatif

Penyuluh Agama Islam memposisikan dirinya sebagai da‟i


yang berkewajiban mendakwahkan Islam, menyampaikan
penerangan agama dan mendidik masyarakat dengan sebaik-
baiknya sesuai denga tuntutan Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi.

b. Fungsi Konsultatif

Penyuluh Agama Islam menyediakan dirinya untuk turut


memikirkan dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi
masyarakat, baik persoalan-persoalan pribadi, keluarga atau
persoalaqn mqasyarakat secara umum.

c. Fungsi Advokatif

Penyuluh Agama Islam memiliki mtanggung jawab moral dan


sosial untuk melakukan kegiatan pembelaan terhadap
umat/masyarakat binaannya terhadap berbagai ancaman, gangguan,
hambatan dan tantangan yang merugikan akidah, mengganggu
ibadah dan merusak akhlak.6

5
www.simbi .kemenag.go.id/penerangan agama islam/bimbingan-penyuluh-agama-islam /560-
pedoman penyuluhan.pengembangan –materi-penyuluh-agama-islam. (01/04/2018 )(22:00)
6
www.simbi .kemenag.go.id/penerangan agama islam/bimbingan-penyuluh-agama-islam /560-
pedoman penyuluhan.pengembangan –materi-penyuluh-agama-islam. (01/04/2018 )(22:00)
40

D. Sasaran Penyuluh Agama Islam

Sasaran Penyuluh Agama Islam adalah kelompok-kelompok


masyarakat Islam yang terdiri dari berbagai latar belakang sosial, budaya,
pendidikan, dan ciri pengembangan kontemporer yang ditemukan di
dalamnya. Termasuk didalam kelompok sasaran itu adalah masyarakat
yang belum menganut salah satu agama yang diakui di Indonesia.
Kelompok sasaran dimaksud adalah:7

1. Kelompok sasaran masyarakat umum, terdiri dari kelpompok


binaan:
a) Masyarakat pedesaan
b) Masyarakat transmigrasi
c) Masyarakat perkotaan, terdiri dari kelompok binaan:
2. Kelompok perumahan
a) Real estate
b) Asrama
c) daerah pemikiman baru
d) Masyarakat pasar
e) Masyarakat daerah rawan
f) Karyawan instansi pemerintah/swasta
g) Masyarakat industry
h) Masyarakat sekitar kawasan industry
3. Kelompok sasaran masyarakat khusus, terdiri dari:
a. Cendekiaan, terdiri dari kelompok binaan:
1) Pegawai/karyawan instansi pemerintah
2) Kelompok profesi
3) Kampus/masyarakat akademis
4) Masyarakat peneliti dan para ahli
b. Generasi muda, terdiri dari kelompok binaan:

7
DEPAG RI. Pengembangan Materi Penyuluhan Agama Islam. Jakarta. 2002, hlm. 1
41

1) Remaja Mesjid
2) Karang Taruna
3) Pramuka
c. LPM, terdiri dari kelompok binaan:
1) Majelis Taklim
2) Pondok Pesantren
3) TKA/TPA
d. Binaan khusus, terdiri dari kelompok binaan:
1) Panti Rehabilitasi/Pondok Sosial
2) Rumah Sakit
3) Masyarakat Gelandangan dan pengemis (gepeng)
4) Komplek wanita tunasusila
5) Lembaga Pemasyarakatan
e. Daerah Terpencil, terdiri dari kelompok binaan:
1) Masyarakat daerah terpencil
2) Masyarakat suku terasing.
E. Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan Agama islam pada dasarnya meliputi aagama dan


materi pembangunan, meliputi:

1. Materi Agama

Pokok-pokok materi agama meliputi ajaran pokok agama Islam, yaitu:

a. Akidah

Pokok-pokok akidah Islam secara sistematis dirumuskan dalam rukun


iman yang enam perkara, yaitu:

1) Iman kepada Allah,


2) Iman kepada Malaikat-Nya,
3) Iman kepada Kitab-kitab-Nya,
42

4) Iman kepada Rasul-rsul-Nya,


5) Iman kepada Hari Akhirat,
6) Iman kepada Qadha dan Qadhar
b. Syari‟ah.
Dalam garis besarnya syari‟ah terdiri dari aspek:

1) Ibadah

Ibadah dalam arti khusus (ibadah khasanah), ialah:

1. Thaharah

2. Shalat

3. Zakat

4. Puasa

5. Haji.

Ibadah dalam arti umum (ibadah „am-mah), ialah: tiap amal


perbuatan yang disukai dan diridhai Allah SWT yang dilakukan oleh
seorang muslim dengan niat karena Allah semata-mata.

c. Muamalah meliputi:
1) Hukum Perdata (Al-qanunu‟I khas) terdiri dari:
2) hukum niaga
3) hukum nikah
4) hukum waris
5) dan lain-lain.
6) Hukum Publik (Al-qanunul‟I „am) terdiri dari:
7) hukum jinayah (pidana)
8) hukum Negara
9) hukum perang dan damai
10) dan lain-lain.
43

d. Akhlak

Dalam garis besarnya akhlak Islam dibagi dalam dua bidang, yakni:

1) Akhlak terhadap Khalik (yang menciptakan yaitu Allah SWT),


intisarinya ialah sikap kesadaran keagamaan sebagai berikut:
2) Memuji Allah sebagai tanda bersyukur atas nikmat-Nya yang
tiada terhingga
3) Meresapkan ke dalam jiwa kecintaan dan kasih sayang llah
kepada hamba-Nya
4) Mengakui kekuasaan-Nya yang mutlak dan tunggal yang
menentukan posisi manusia di dunia dan di akhirat
5) Mengabdi hanya kepada Allah
6) Memohon pertolongan hanya kepada Allah;
7) Memohon hidayah supaya ditunjukkan ke jalan yang lurus dan
dihindarkan dari jalan yang sesat.
8) Akhlak terhadap makhluk (yang diciptakan) Akhlak terhadap
manusia, yang meliputi:
1. Akhlak terhadap diri sendiri
2. Akhlak terhadap keluarga
3. Akhlak terhadap masyarakat
9) Akhlak terhadap makhluk lain bukan manusia, meliputi:
1. Akhlak terhadap tumbuh-tumbuhn (flora)
2. Akhlak terhadap hewan (fauna).

2. Materi Pembangunan
Bahan dan informasi untuk materi pembangunan adalah hal-hal yang
memiliki keterkaitan langsung dengan masalah:

a. Pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa sekarang


dan masa depan;
44

b. Pembinaan jiwa persatuan, watak dan jatidiri banga (nation) and character
building);

c. Meningkatkan peranan partisipasi masyarakat dalam pembangunan


menuju hari esok yang lebih baik.

Secara tematis, materi pembangunan dalam garis besarnya meliputi:

a. Pembinaan wawasan kebangsaan


b. Kesadaran hokum
c. Kerukunan antar umat beragama
d. Reformasi kehidupan nasional
e. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan negara.8
2.3 Toleransi beragama

Toleransi mengandung arti membolehkan terbentuknya sistem yang menjamin


terjaminnya pribadi, harta benda dan unsur-unsur minoritas yang terdapat pada
masyarakat dengan menghormati agama, moralitas dan lembaga-lembaga mereka
serta menghargai pendapat orang lain serta perbedaan-perbedaan yang ada di
lingkungannya tanpa harus berselisih dengan sesamanya karena hanya berbeda
keyakinan atau agama. (hafidz, 2014:39)

a. Definisi Toleransi Dalam Beragama


Toleransi beragama memiliki arti sikap lapang dada seseorang untuk
menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah
mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini
tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun
dari keluarganya sekalipun.
Adapun kaitannya dengan agama, pengertian toleransi beragama
adalah toleransi yang mencakup masalah - masalah keyakinan pada diri

8
www.simbi .kemenag.go.id/penerangan agama islam/bimbingan-penyuluh-agama-islam /560-
pedoman penyuluhan.pengembangan –materi-penyuluh-agama-islam. (01/04/2018 )(22:00)
45

manusia yang berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan dengan ke-
Tuhanan yang diyakininya. Toleransi dalam pergaulan hidup antara umat
beragama, yang didasarkan kepada; setiap agama menjadi tanggung jawab
pemeluk agama itu sendiri dan mempunyai bentuk ibadat (ritual) dengan
system dan cara tersendiri yang ditaklifkan (dibebankan) serta menjadi
tanggung jawab orang yang pemeluknya atas dasar itu, maka toleransi dalam
pergaulan hidup antar umat beragama bukanlah toleransi dalam masalah-
masalah keagamaan, melainkan perwujudan sikap keberagamaan pemeluk
suatu agama dalam pergaulan hidup antara orang yang seagama, dalam
masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. (hafidz, 2014:39)
b. Sikap Toleransi Dalam Beragama
Dalam memantapkan Toleransi beragama perlu dilakukan suatu upaya-
upaya yang mendorong terjadinya toleransi beragama secara mantap antara
lain adalah sebagai berikut: (hafidz, 2014:39)
1. Memperkuat dasar-dasar toleransi antar umat beragama, dengan
pemerintah.
2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk
upaya mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk
hidup rukun dan bertoleransi dalam bingkai teologi dan implementasi
dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.
3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam
rangka memantapkan pendalaman dan penghayatan agama.
4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai
kemanusiaan dari seluruh keyakinan plural umat manusia yang
fungsinya dijadikan sebagai pedoman bersama dalam melaksanakan
prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya
dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan dan tolernasi.
5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi
kemanusiaan yang mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar
46

tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan nilai-nilai sosial


kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama
dengan cara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk
agama lain, sehingga akan tercipta suasana yang damai
7. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan
bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik
yang dapat memperindah fenomena kehidupan beragama.

Allah menciptakan manusia dengan beragam. Dari jenis kelamin,


warna kulit, rambut, wajah, pemikiran, sikap, sifat dan sebagainya.
Kesemuanya itu bukti nyata bahwa keberagaman itu memang benar adanya.
Dalam sejarah bangsa kita, kita mengenal istilah bhineka tunggal ika, yang
berarti bahwa Negara kita Indonesia tidak berasal dari satu jenis. Melainkan
berbagai macam agama, suku, budaya, bahasa dan adat istiadat. Namun hal
tersebut bukan lah penghalang bangsa menuju persatuan dan kesatuan. Hal
tersebut sesuai dengan ajaran agama islam bahwasanya manusia diciptakan
Allah SWT dengan bersuku-suku dan berbangsa–bangsa sehingga memiliki
kebiasaan yang berbeda-beda. Untuk itu manusia harus saling menghargai
agar terwujud kehidpan yang rukun, aman dan sejahera. Sebagaimana firman
Allah dalam QS. Al-hujurat (13) Artinya:

“hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seoaang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taaqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.

Telah banyak perbincangan, obrolan, dan tulisan, yang disampaikan


untuk sebuah Perdamaian dalam perbedaan beragama dan berkeyakinan.
Mengapa demikian? Karena konflik yang paling seksi dari dulu sampai
47

sekarang adalah hal-hal yang berkaitan dengan agama. Entah mungkin murni
disebabkan karena agama, melainkan hanya sebatas dijadikan alat untuk
tujuan tertentu. Idealnya setiap agama tidak mengajarkan pemeluknya untuk
berbuat kekerasan, apalagi merusak kemanusiaan. Dengan begitu, islam
mengajarkan pemeluknya bersikap adil dan menghormati pemeluk agama lain
yang baik dan tidak memerangi sesame manusia. Sebagaimana firman allah
SWT dalam surat al mumthanah ayat 8-9:

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil dan
terhadap orang orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula
kamu dan negrimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.(8) sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai
kawanmu orang-orang yang mmgusirmu. Dan barang siapa menjadikan
mereka sebagai kawan maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (9)”
(abbas, 2014:55-56)

Anda mungkin juga menyukai