Anda di halaman 1dari 14

TEKNOLOGI BAHAN

Teknologi Bahan Konstruksi mempelajari materi dan praktek mengenai bahan bangunan untuk
menghasilkan bangunan yang kuat, kokoh, serta tahan lama, seperti mempelajari agregat halus,
agregat kasar, semen, air, besi, baja, kayu, dan zat-zat lain yang dapat menunjang proses
pembangunan

BATU ALAM (batu beku, sedimen, metamorf dan robohan)

AGREGAT

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran
beton atau mortar.

BAHAN PEREKAT HIDROLIS

1. Gips hemihidrat

2. Kapur padam

3. Puzzolan (suatu jenis bahan galian yang berasal dari pelapukan mineral deposit
vulkanik.)

4. Semen Portland (perekat hidrolis yaitu bahan perekat yang dapat mengeras bila
bersenyawa dengan air dan berbentuk benda padat yang tidak larut dalam air.)

AIR

ADMIXTURE (bahan/material selain air, semen dan agregat yang ditambahkan ke dalam beton
atau mortar sebelum atau selama pengadukan. Admixture digunakan untuk memodifikasi
sifat dan karakteristik beton.)

LOGAM

KERAMIK BANGUNAN

KAYU DAN BAMBU

ANALISA STRUKTUR

Analisis struktur merupakan ilmu untuk menentukan efek dari beban pada struktur fisik dan
komponennya. Hasil analisis tersebut digunakan untuk memverifikasi kekuatan struktur yang akan
maupun telah dibangun
MEKANIKA TANAH

a. Batu, jika ukuran butiran lebih dari 40 mm.

b. Kerikil, jika ukuran butiran antara 5 mm sampai 40 mm.

c. Pasir, jika ukuran butiran antara 0,15 mm sampai 5 mm

d. Butiran yang lebih kecil dari 0,15 mm dinamakan “silt” atau tanah

MANAJEMEN KONSTRUKSI

REKAYASA JALAN RAYA

SISTEM TRANSPORTASI

PELABUHAN

REKAYASA LALU LINTAS

STRUKTUR BETON BERTULANG

Perbandingan 1:2:3 pada beton


Adukan perbandingan beton 1 : 2 : 3 Perbandingan Semen, Pasir dan Batu Split/Kerikil 1 : 2 : 3.
Jadi masing-masing jadi berapa volumenya ?

Semen = 1/6 dari 1 m3 beton = 0,167 m3


Pasir = 2/6 dari 1 m3 beton = 0,333 m3
Batu Split/Kerikil = 3/6 dari 1 m3 beton= 0,5 m3.
Takaran biasanya dibuat dari kayu yang biasa disebut Dolak. Dolak ini dibuat sesuai dengan ukuran 1
(satu) sak semen (persegi). Jadi Takarannya menjadi : Semen = 1 dolak, Pasir = 2 dolak dan Batu
Split/Kerikil = 3 dolak.

Perencanaan duct beton 3 x 5 m2 . Misalkan perencanaan dengan ketebalan 10 cm, maka volume
beton yang dibutuhkan adalah 3 x 5 x 0,1 m3 = 1,5 m3.

Semen = 1/6 x 1,5 m3 = 0,25 m3. Dimana Volume Semen : Volume 1 sak semen (mis ukuran 1 sak
semen 50 kg = 0,1 x 0,4 x 0,6 = 0,024 m3) = 0,25 : 0,024 = 10,416 sak semen.
Pasir = 2/6 x 1,5 m3 = 0,5 m3.
Batu Split/ Kerikil = 3/6 x 1,5 m3 = 0,75 m3.

Untuk adukan beton 1 : 2 : 3 kurang lebih setara dengan Beton Mutu K-175 atau dengan kata lain
mempunyai kuat tekan 175 kg / cm2, dimana cukup untuk memenuhi syarat kondisi kekuatan duct
beton.
Beton
Beton merupakan campuran antara bahan agregat halus dan kasar dengan pasta semen (kadang-
kadang juga ditambahkan admixtures), campuran tersebut apabila dituangkan ke dalam cetakan
kemudian didiamkan akan menjadi keras seperti batuan.

Kelas dan Mutu Beton

Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktural yang pelaksanaannya tidak
diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan
terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan.
Pemeriksaan mutu beton kelas Idinyatakan dengan Bo.1. B-0, K-100, K-125, K-150, K-175,
K-200 adalah mutubeton untuk konstruksi Non Stuktual)

Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan struktural secara umum. Pelaksanaannya
memerlukan keahlianyang cukup dan harus dilakukan di bawahpengawasan tenaga ahli.Beton
kelas II dibagi dalam mutu-mutu standart B1,K125, K175, K225. Pengawasan mutu terdiri
daripengawasan yang ketat terhadap bahan-bahandengan keharusan untuk memeriksa beton
secarakontinyu.K-225, K-250, K-275, K-300 (Konstuksi Struktural misal: lantai, jalan, kolom, dsb)

Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural dimana dipakai mutu beton
dengan kekuatan tekan lebih tinggi dari K125kg/cm2
Dalam pelaksanaannya memerlukankeahlian khusus dan memerlukan laboratorium dengan
peralatan yang lengkap. K-350, K-325, K-375, K-400, K-450, K-500 adalah beton khusus
pratekan ( misal: balok, jembatan, dsb)

Material kolom, balok, plat (fungsi)

Fungsi pembesian
Pada beton bertulang, kita memanfaatkan sifat-sifat baik beton dalam menerima tekanan serta
memakai tulangan pada daerah-daerah yang menerima gaya tarik.

Jadi tulangan pada konstruksi beton sangat diperlukan untuk menahan gaya tarik yang terjadi, maka
dari itu diperlukan luasan tulangan minimum pada penampang beton bruto. Dengan mengetahui φ
tulangan minimum yang harus terpasang, maka konstruksi relatif aman untuk dilaksanakan.

Cantilever
Kantilever adalah elemen struktural yang kaku, seperti balok atau pelat yang ditancapkan pada salah
satu ujungnya, disambungkan ke bagian penyangga (biasanya vertikal) yang menonjol, sambungan
ini juga bisa tegak lurus terhadap permukaan yang datar dan vertikal seperti dinding misalnya.

Kantilever dapat dibangun dengan menggunakan truss atau pelat slab. Ketika mengalami beban
struktural, kantilever berfungsi untuk menyalurkan beban tersebut ke penyangga oleh momen dan
tegangan geser.

Min = misal balok kantilever 3 m, jadi tingginya 3000/8 = 375mm


REKAYASA PONDASI
STRUKTUR BAJA
STRUKTUR KAYU
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

IRIGASI
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjangpertanian
yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan
irigasi tambak.

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu
kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan
air irigasi. Menurut pengelolaannya Jaringan Irigasi dibagi menjadi 3 bagian :

1. Jaringan Irigasi Utama / Primer

Meliputi bangunan bendung, saluran-saluran primer dan sekunder termasuk bangunan bangunan
utama dan pelengkap saluran pembawa dan saluran pembuang. Bangunan ini merupakan bangunan
yang mutlak diperlukan bagi eksploit, meliputi bangunan pembendung, bangunan pembagi dan
bangunan pengukur. Bangunan bendung berfungsi agar permukaan air sungai dapat naik dengan
demikian memungkinkan untuk disalurkan melalui pintu pemasukan ke saluran pembawa. Bangunan
pembagi berfungsi agar air pengairan dapat didistribusikan di sepanjang saluran pembawa (saluran
primer) ke lahan-lahan pertanaman melalui saluran sekunder dan saluran tersier.

Terdiri pula bangunan ukur yang berfungsi mengukur debit air yang masuk ke saluran. Dengan
demikian distribusi air pengairan ke lahan-lahan pertanaman melalui saluran sekunder dan saluran
tersier dapat terkontrol dengan baik, sesuai dengan pola pendistribusian air pengairan yang telah
dirancang.

2. Jaringan Irigasi Sekunder

Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder,
saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan
pelengkapnya. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran
pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.

3. Jaringan Irigasi Tersier

Merupakan jaringan air pengairan di petak tersier, mulai air luar dari bangunan ukur tersier, terdiri
dari saluran tersier dan kuarter termasuk bangunan pembagi tersier dan kuarter, serta bangunan
pelengkap lainnya yang terdapat di petak.
Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang dialokasikan dari suatu
sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai dengan
kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya. Pembagian air irigasi adalah kegiatan
membagi air di bangunan bagi dalam jaringan primer dan/atau jaringan sekunder. Pemberian air
irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu dari jaringan primer atau jaringan
sekunder ke petak tersier.

Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier untuk mengairi lahan
pertanian pada saat diperlukan. Pembuangan air irigasi, selanjutnya disebut drainase, adalah
pengaliran kelebihan air yang sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu.
Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu
dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan
kelestariannya.

Pengamanan jaringan irigasi adalah upaya menjaga kondisi dan fungsi jaringan irigasi serta
mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan terhadap jaringan dan fasilitas jaringan, baik yang
diakibatkan oleh ulah manusia, hewan, maupun proses alami. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah
kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif yang selanjutnya disebut PPSIP adalah
penyelenggaraan irigasi berbasis peran serta masyarakat petani mulai dari pemikiran awal,
pengambilan keputusan, sampai dengan pelaksanaan kegiatan pada tahapan perencanaan,
pembangunan, peningkatan, operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi.

Dari sekian banyak system jaringan pengairan system yang sering digunakan adalah: sistem, random
dan sistem parallel. - Sistem random jaringan pengairan. Sistem ini banyak digunakan karena secara
leluasa dapat disesuaikan terhadap kondisi lahan yang dihadapi, dengan hanya sedikit atau tidak
memerlukan perubahan keadaan to-pografi. ancangan penataannya yang baik akan menghasilkan
pemberian air pengairan yang efektif karena dengan perancangan dan penataannya yang baik itu
akan mampu menampung aliran air yang tersedia secara maksimum yang dengan ancar melalui
sarana-sarananya akan sampai ke petak-petak pertanaman. Saluran induk (utama) biasanya
mengikuti tempat dengan elevasi tertinggi yang berada di punggung lahan atau disepanjang garis
kontur.

Sistem paralel jaringan pengairan Dengan sistem ini, jaringan pemberi air pengairan dan jaringan
pengalir/pembuangnya dibangun secara sejajar beraturan. Karenany sistem ini umumnya diterapkan
pada lahan yang datar dan juga pada lahan yang berlereng sedang yang tidak banyak bergelombang,
maka pada lahan yang terakhir ini saluran utama (induk) harus dibuat atau digali dengan mengikuti
garis kontur (seperti pada jaringan dengan sistem random dengan elevansi ketinggian yang cukup,
dengan demikian pengairan dapat tergiring dengan tekanan/dorongan yang kup lumayan untuk
masuk ke dalam saluran-saluran sekunder dan tersier dan selanjutnya ke petakpetak penanaman.

a.1 Bendungan

Bendungan merupakan bangunan air yang dibangun secara melintang pada sungai, yang tujuannya
agar permukaan air sungai di sekitarnya dapat naik sampai ketinggian tertentu, dengan demikian air
sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke ke saluran-saluran pembagi air pengairan ke
lahan-lahan pertanian. Bendungan harus dibuat secara kuat agar tetap tahan untuk jangka waktu
panjang/lama, tinggi tepi tembok bendung didasarkan pada debit maksimum untuk jangka waktu
tertentu. Bagian-bagian bendung meliputi :

a. Badan bendung, yang pembuatannya dari pasangan-pasangan batu kali atau dengan beton,
dengan tinggi yang disesuaikan dengan kepentingan air irigasi.

b. Pintu penguras : Dibuat di ujung badan yang ada bersambung dengan saluran kantong
penguras dibuatkan pinto masuk.

c. Pintu pengambilan : Dibuat di ruang penguras yang diletakkan sekitar 1 meter atau lebih di
atas lantai .

Dalam merancang jaringan pengairan dan drainasenya, yang garis besarnya telah dikemukakan, hasil
rancangan akan ada manfaatnya dan mudah dan tepat dilaksanakan di lapangan kalau
rancangannya benar-benar atas dasar hasil survai yang teliti yang menghasilkan data-data yang
dapat diandalkan mengenai hal-hal sebagai berikut :

a. Sumber air pengairan yang memungkinkan termasuk kualitas nya

b. Topografi dan keadaan lahan yang memungkinkan dalam pembangunan saluran/jaringan,


terutama mengenai keadaan lereng terkecil dan terbesar di mana saluran-saluran (induk dan atau
pembagi) akan ditempatkan pada lahan tersebut.

c. Macam dan kegiatan petanaman yang akan diusahakan dengan terjaminnya air pengairan ke
areal pertanaman itu.

d. Demi terjaminnya air pengairan ke areal pertanaman tersebut, sistem jaringan pengairan yang
dipilih adalah yang sangat memungkinkan untuk diterapkan Panjang jangkauan aliran air pengairan
yang dapat diperkirakan sampai ke areal pertanaman dan petak-petak pertanaman, sejak dari
sumber airnya

e. Pembatas-pembatas yang terdapat pada lahan di mana jaringan air pengairan akan
ditempatkan

f. Faktor-faktor yang menunjang bagi terlaksananya pembangunan jaringan pengairan, terutama


yang terdapat di sekitar lahan yang akan ditempati sarana jaringan.

Data-data di atas merupakan informasi yang sangat penting bagi penentuan dan keberhasilan
rancangan dan pelaksanaannya. Memperkirakan kebutuhan air Hal penting yang diperhatikan adalah
bahwa dengan dibangunnya irigasi yang menghubungkan sumber air dengan petak pertanaman,
adalah agar petak-petak pertanaman memperoleh air pengairan yang cukup bagi pertumbuhan
tanaman. Agar supaya maksud di atas tercapai dengan baik atau mendekati, maka kebutuhan air di
petak-petak pertanaman tersebut perlu diperkirakan atas dasar :

a. Tingkat pemakaian:
Tingkat pemakaian adalah jumlah air keseluruhan yang ditranspirasikan tanam an dan yang
dievaporasikan oleh tanah dari areal lahan pertanaman dalam satuan waktu dibandingkan terhadap
area lahan yang bersangkutan. Tingkat pemakaian air tergantung pada pertanaman yang ada di area
lahan yang bersangkutan beserta kondisi iklim setempat.

b. Tingkat efisiensi jaringan

Tingkat efisiensi jaringan ialah ketepatgunaan jaringan pengairan yang ada dalam menyampaikan
secara teratur air pengairan ke petak-petak pertanaman.

IV. JENIS-JENIS IRIGASI

1. Irigasi Permukaan

Irigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui bangunan
bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan
secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder,
dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang
tinggi akan mendapat air lebih dulu.

2. Irigasi Lokal

Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang
tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.

3. Irigasi dengan Penyemprotan

Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang disemprot akan seperti
kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes
ke akar.

4. Irigasi Tradisional dengan Ember

Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di samping itu juga
pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.

5. Irigasi Pompa Air

Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air, kemudian dialirkan dengan berbagai
cara, misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi
sawah.

6. Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi

Di Afrika yang kering dipakai sustem ini, terasisasi dipakai untuk distribusi air.
Pengalaman Penerapan Jenis Irigasi Khusus :

1. Irigasi Pasang-Surut di Sumatera, Kalimantan, dan Papua

Dengan memanfaatkan pasang-surut air di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Papua dikenal apa
yang dinamakan Irigasi Pasang-Surat (Tidal Irrigation). Teknologi yang diterapkan di sini adalah:
pemanfaatan lahan pertanian di dataran rendah dan daerah rawa-rawa, di mana air diperoleh dari
sungai pasang-surut di mana pada waktu pasang air dimanfaatkan. Di sini dalam dua minggu
diperoleh 4 sampai 5 waktu pada air pasang. Teknologi ini telah dikenal sejak Abad XIX. Pada waktu
itu, pendatang di Pulau Sumatera memanfaatkan rawa sebagai kebun kelapa. Di Indonesia terdapat
5,6 juta Ha dari 34 Ha yang ada cocok untuk dikembangkan. Hal ini bisa dihubungkan dengan
pengalaman Jepang di Wilayah Sungai Chikugo untuk wilayah Kyushu, di mana di sana dikenal
dengan sistem irigasi Ao-Shunsui yang mirip.

2. Irigasi Tanah Kering atau Irigasi Tetes

Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air irigasi yang
diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, serta
sarana irigasi yang tersedia.

Ada beberapa sistem irigasi untuk tanah kering, yaitu:

(1) irigasi tetes (drip irrigation),

(2) irigasi curah (sprinkler irrigation),

(3) irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation), dan

(4) irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation).

a. Petak primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung dari saluran
primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari
sumber air, biasanya sungai.
b. Petak Tersier
tersier menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap tersier. Bangunan
sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier. Pada petak tersier pembagian air, eksploitasi
dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab para petani yang bersangkutan, di bawah bimbingan
pemerintah. Petak tersier yang terlalu besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak
efisien.
Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing- masing seluas kurang lebih 8 – 15 ha.
Apabila keadaan topografi memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya bujur sangkar atau segi
empat untuk mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan pembagian air secara
efisien. Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder atau saluran
primer.
Perkecualian jika petak-petak tersier tidak secara langsung terletak di sepanjang jaringan saluran
irigasi utama yang dengan demikian, memerlukan saluran tersier yang membatasi petak-petak
tersier lainnya, hal ini harus dihindari. Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m,
tetapi dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2.500 m. Panjang saluran
kuarter lebih baik di bawah 500 m, tetapi prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.
c. Petak sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran
sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, seperti
misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi
daerah.
Saluran sekunder sering terletak di punggung medan mengairi kedua sisi saluran hingga saluran
pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis
tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah saja.

HIDROLIKA

 PAK BUSTAN DIDI

Energi Potensial dan Kinetik


Energi Kinetik adalah energi gerak, energi yang dimiliki benda atau objek karena
geraknya.

Ek = 1/2 . mv2

Keterangan:
Ek : Energi Kinetik
m : massa benda
v : kecepatan benda

Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh benda karena kedudukan atau
posisinya Contoh energi potensial yang mudah kamu temui adalah energi potensial
pada pegas.

Ketika kamu menekan pegas, pegas tersebut memiliki energi potensial yang
tersimpan. Itu sebabnya, ketika kamu melepaskan peganganmu terhadap pegas,
pegas tersebut dapat melakukan dorongan.

EP = m.g.h

Keterangan
EP : Energi potensial
m : massa benda
g : gravitasi bumi
h : tinggi benda
Mekanika Fluida (statis dan dinamis)

Fluida merupakan bentuk zat dimana zat tersebut dapat mengalir. Fluida
secara jenisnya dibagi menjadi dua jenis yaitu, fluida cair dan gas

Fluida Statis

Fluida Statis merupakan fluida yang berada pada fase diam atau fluida dalam keadaan
bergerak namun tidak ada perbedaan kecepatan antar partikel fluida tersebut atau bisa pula
dikatakan bahwa partikel-partikel fluida tersebut bergerak dengan kecepatan seragam
sehingga tidak mempunyai gaya geser.

Contoh dari fenomena fluida statis ini bisa dibagi menjadi statis sederhana dan tidak
sederhana. Adapun contoh fluida statis sederhana ialah air bak yang tidak dikenai gaya oleh
gaya apapun, seperti gaya angin, panas, dan gaya lainnya yang mengakibatkan air di bak
tersebut tidak bergerak. Dan contoh dari fluida statis tidak sederhana yaitu air sungai yang
mempunyai kecepatan seragam pada setiap partikel di berbagai lapisan dari permukaan
sampai ke dasar sungai.

Parameter Fluuida statis adalah massa jenis, teganga permukaan, kapilaritas


dan viskositas.

Fluida Dinamis

Fluida Dinamis merupakan fluida yang bergerak. Fluida ini dianggap memiliki kecepatan
yang konstan terhadap waktu (steady), tidak mengalami perubahan volume, tidak kental,
dan tidak pula mengalami putaran (turbulen).

Penyelesaian dalam menghitung fluida dinamis biasanya akan melibatkan perhitungan


banyak properti sebagai kecepatan, tekanan, kepadatan, serta suhu sebagai fungsi ruang
dan waktu. Fluida ini memiliki aplikasi yang luas dalam penerapan dalam kehidupan sehari-
hari. Contoh yang sangat mudah kita temukan ialah untuk menghitung gaya dan moment
pada sebuah pesawat terbang, mass flow rate dari petroleum dalam jalur pipa bensin,
bahkan digunakan untuk perkiraan cuaca.

Penerapan = dongkrak hidrolik, rem motor (hidrolik), sayap pesawat terbang

Rumus Fluida Statis dan Dinamis


1. Hukum Pascal
P=F/A
Dimana

 F = Besar Gaya (N)


 A = Luas penampang (m2)
 P = Tekanan Pascal (pascal)
2. Tekanan Hidrostatis
Ph = ρgh
Dimana

 Ph = Tekanan hidrostatis (J)


 ρ = massa jenis (kg/m3)
 g = gaya gravitasi (m/s2)
 h = kedalaman air (m)
3. Gaya Archimedes
Fa = ρgV
dimana

 Fa = Gaya ardhimedes (N)


 ρ = massa jenis (kg/m3)
 g = gaya gravitasi (m/s2)
 V = volume tercelup (m3)
4. Hukum Bernoulli
Tekanan + Ekinetik + Epotensial = konstan
P1 + 1/2ρv12 + ρgh1 = P2 + 1/2ρv22 + ρgh2
Dimana

 P = Tekanan (pascal)
 ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
 v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
 g = gaua gravtasi (m/s2)
 h = ketinggian (m)

Energi dari Hulu ke Hilir

Siklus hidrologi

Siklus hidrologi merupakan siklus atau sirkulasi air yang berasal dari Bumi
kemudian menuju ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung
secara terus menerus. Karena bentuknya memutar dan berlangsung secara
berkelanjutan inilah yang menyebabkan air seperti tidak pernah habis
Evaporasi
Air-air yang tertampung di danau, sungai, laut, bendungan atau waduk
berubah menjadi uap air dengan bantuan panas matahari. Penguapan serupa
juga terjadi pada air yang terdapat di permukaan tanah. Penguapan semacam
ini disebut dengan istilah evaporasi.
Transpirasi
Penguapan air ini bukan hanya terjadi di badan air dan tanah. Penguapan air
juga dapat berlangsung di jaringan makhluk hidup, seperti hewan dan
tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi. selain
itu, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam jaringan makhluk
hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer.
Kondensasi
kondensasi merupakan proses berubahnya uap air menjadi partikel- partikel
es. Semakin banyak partikel es yang bersatu, maka akan semakin tebal dan
juga hitam awan yang terbentuk
Sublimasi
proses naiknya uap air ke atas atmosfer bumi. Sumblimasi merupakan proses
perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air, tanpa harus
melalui proses pencairan

Adveksi
Adveksi merupakan perpidahan awan dari satu titik ke titik lainnya namun
masih dalam satu horizontal. Jadi setelah partikel- partikel es membentuk
sebuah awan yang hitam dan gelap, awan tersebut dapat berpindah dari satu
titik ke titik yang lain dalam satu horizontal.
Proses adveksi ini terjadi karena adanya angin maupun perbedaan tekanan
udara sehingga mengakibatkan awan tersebut berpindah
Run off
Run off (limpasan) ialah suatu proses pergerakan air dari tempat yang tinggi
menuju tempat rendah di permukaan bumi. Proses pergerakan air ini
berlangsung melalui saluran-saluran air contohnya danau, got, muara, sungai,
laut hingga samudra

Infiltrasi
Air yang sudah berada di bumi akibat proses presipitasi, tidak semuanya
mengalir di permukaan bumi dan mengalami run off. Sebagian kecil dari air
tersebut akan bergerak menuju ke pori- pori tanah, merembes,
dan menumpuk menjadi air tanah. Proses pergerakan air ke dalam pori- pori
tanah ini disebut sebagai proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan secara lambat
membawa air tanah untuk menuju kembali ke laut.

Anda mungkin juga menyukai