Abstrak
Latar Belakang: Trauma adalah penyebab kematian nomor tiga. Dalam hal ini, cedera
vaskuler memainkan peran utama dalam meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai prevalensi cedera vaskular dan hasil
rekonstruksi vaskular pada rumah sakit rujukan di Iran utara.
Pasien dan Metode: Sebuah studi retrospektif observasional yang menilai 88 pasien wecara
berurutan dengan cedera vaskular yang dirawat di Rumah Sakit Poursina, Rasht di Iran utara,
dari Oktober 2007 hingga Oktober 2009. Semua informasi penelitian dikumpulkan secara
retrospektif berdasarkan data rumah sakit.
Hasil: Sebagian besar pasien yang terkena (87/88) adalah laki-laki dengan usia rata-rata 29,12
± 11,20 tahun. Mekanisme trauma pada 39,8% pasien adalah trauma tumpul dan sisanya adalah
trauma tembus. Dari 53 pasien yang terluka karena trauma tembus (60,2%), penyebab paling
umum adalah penusukan (94,3%). Penyebab trauma tumpul yang paling umum adalah
kecelakaan lalu lintas (93,1%). Mekanisme paling umum untuk cedera vaskular ekstremitas
atas adalah trauma tembus (86,0%) dan pada ekstremitas bawah adalah trauma tumpul
(60,0%). Fasciotomy dilakukan pada 16 pasien (18,2%) yang sebagian besar merupakan
trauma di bagian ekstremitas bawah. Amputasi mayor dilakukan pada 10% dari total
pasien. Cara revascularisasi yang paling umum dilakukan pada bagian extremitas atas adalah
end to end anastomosis, diikuti oleh inter-position graft. Sedangkan untuk jenis rekonstruksi
yang paling umum dilakukan pada extremitas bawah adalah bypass graft. Semua pasien yang
menjalani amputasi mayor dirawat di rumah sakit dengan penundaan lebih dari 6 jam
setelah cedera.
Kesimpulan: Cedera pembuluh darah besar terbanyak di Rumah Sakit kami terjadi pada pria
muda, paling sering karena luka tusuk. Sedangkan cedera arteri terbanyak kedua yaitu cedera
poplitea yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, dan diikuti oleh gabungan
cedera ulnaris dan radial. Rekonstruksi vaskular pada jam-jam pertama setelah trauma dapat
mencegah banyak prosedur amputasi yang tidak diperlukan.
Kata kunci: Trauma, Amputasi, Fasciotomi, Cidera Poplitea, Cedera Vaskular
1
I. Latar Belakang
Trauma adalah penyebab kematian ketiga. Dalam kasus ini, trauma pembuluh
morbiditas.12,3 Trauma vaskular perifer menyumbang 80% dari trauma vaskular yang
menyebabkan iskemia jaringan yang parah dengan risiko tinggi amputasi dan
kehilangan anggota tubuh. Trauma pembuluh darah di extremitas dapat terjadi akibat
trauma tembus (peluru, pisau), dan trauma tumpul (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian, dll.) atau trauma iatrogenik. Prevalensi dan mekanisme cedera vascular
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai prevalensi dari berbagai jenis
trauma vaskular dan hasil rekonstruksi vascular pada pasien yang dirujuk ke rumah
sakit Poursina, Iran utara. Rumah Sakit ini merupakan salah satu dari sedikit rumah
sakit rujukan untuk rekonstruksi vaskular di Iran utara yang memiliki peningkatan
dengan trauma vaskular yang dirawat di Rumah Sakit Poursina, Rasht Iran utara dari
2
Oktober 2007 hingga Oktober 2009. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah trauma
vaskular. Semua direkonstruksikan oleh satu ahli bedah vaskular. Dalam penelitian ini,
hanya cedera arteri saja yang dievaluasi. Di antara trauma ekstremitas atas, cedera
terisolasi pada arteri ulnaris atau radial yang diikat pada pelayanan kesehatan di tempat
lain tidak dimasukkan. Karakteristik demografis yang dinilai yaitu termasuk usia, jenis
kelamin, mekanisme trauma, penyebab trauma, jangkauan anatomi pada trauma dan
jarak rumah sakit. Hasilnya dilaporkan sebagai persentase untuk setiap kategori pada
uji Fisher untuk variabel kategori. Juga, uji-t digunakan untuk membandingkan
lamanya waktu rawat inap antara trauma pada extremitas atas dan trauma ekstremitas
bawah. Nilai Ρ= 0,05 atau < 0.05 menunjukkan hasil yang signifikan secara statistic.
Semua analisis statistic dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 19.0 (SPSS Inc.
usia rata-rata 29,12 ± 11,20 tahun. Kebanyakan dari pasien (50%) berusia antara 21 -
30 tahun dan hanya 1,1% dari kasus yang berada dalam kisaran usia 51 - 60 tahun
(Gambar 1). Mekanisme cedera pada 53 pasien (60,2%) adalah trauma tembus dan
sisanya 35 pasien mengalami trauma tumpul. Dari 53 kasus trauma tembus, penyebab
paling umum adalah luka tusuk (94,3%), diikuti oleh luka tembak (5,7%). Di antara
cedera vaskular yang disebabkan oleh cedera tusuk, paling banyak cedera sering terkait
3
dengan pisau (48,6%), diikuti oleh cedera kaca (40,0%). Penyebab paling umum dari
trauma tumpul adalah kecelakaan (93,1%) dan sisanya karena jatuh dari
ketinggian. Sebanyak 50 pasien (56%) memiliki trauma arteri pada ekstremitas atas
bawah. Mekanisme cedera untuk trauma vaskular pada ekstremitas atas yang paling
banyak adalah trauma tembus (82,0%) dan pada ekstremitas bawah adalah trauma
tumpul (68,4%). Trauma vaskular yang paling umum pada ekstremitas atas adalah
cedera pada arteri ulnaris dan arteri radialis, yaitu pada 32 pasien (64%), diikuti oleh
cedera pada arteri brachialis sebanyak 17 pasien (34%), sisanya cedera pada arteri
arteri yang paling sering terkena cedera, yaitu dalam 23 kasus (60,5%), diikuti oleh
arteri femoralis pada 11 kasus dan arteri tibialis dalam 4 kasus. Sebanyak 30 pasien
(34,1%) menjalani konstruksi vascular dalam waktu kurang dari 6 jam setelah cedera
dan sisanya lebih dari itu. Fasciotomy dilakukan pada 16 pasien (18,2%), sebagian
atas. Amputasi mayor dilakukan pada 10% dari total pasien (satu di atas ekstremitas
atas setelah cedera arteri subklavia yang berkepanjangan dan 8 kasus di ekstremitas
tanpa rekonstruksi vascular dilakukan pada 5 pasien. Semua pasien (9) yang menjalani
amputasi, dirujuk ke rumah sakit dalam waktu lebih dari 6 jam setelah cedera (P =
0,023). Pada ekstremitas atas, jenis rekonstruksi yang paling umum adalah end to end
4
anastomosis (54,0%), diikuti oleh inter-position grafting (38.0%). Sedangkan jenis
rekonstruksi yang paling umum pada ekstremitas bawah adalah bypass graft
(65,8%). Lamanya waktu rawat inap adalah sekitar 7,26 ± 6,62 hari (kisaran 1 hingga
34 hari). Lamanya waktu rawat inap signifikan lebih lama pada trauma ekstremitas
bawah (11 ± 8) dibandingkan dengan trauma ekstremitas atas (4,4 ± 3,2, P <0,0001).
V. Diskusi
napas dan pernapasan telah dikontrol. Saat ini, trauma vaskular meningkat.2, 4-9 Pada
penelitian ini, sebagian besar pasien adalah laki-laki dengan usia rata-rata 29 tahun
yang juga konsisten dengan penelitian lain. Tingginya kasus pada pria muda dapat
5
trauma berbeda-beda pada tiap masyarakat.5 Dalam penelitian ini, penyebab paling
umum trauma vaskular yaitu trauma tembus (60,2%), yang kebanyakan disebabkan
karena penusukan. Sedangkan trauma tumpul pada 39,8% pasien yang terkena,
umumnya disebabkan karena kecelakaan sepeda motor dengan kendaraan lain, diikuti
oleh jatuh dari ketinggian. Hal ini serupa dengan banyak penelitian di berbagai bagian
dari dunia yang mengatakan bahwa trauma tembus yang disebabkan karena luka tusuk
beberapa studi lain mengatakan bahwa luka tembak lebih sering terjadi.6, 9, 12-15 Dalam
sebuah studi oleh Franz RW, cedera paling umum disebabkan karena penusukan oleh
pecahan kaca.10 Namun, hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa penusukan yang
paling sering terjadi yaitu terkait dengan pisau (48,6%), diikuti oleh kaca (40,0%).
Dalam satu penelitian dari Pakistan, 93% cedera vaskular terjadi disebabkan oleh
senjata api.16 Terdapat juga beberapa penelitian yang melaporkan bahwa prevalensi
trauma tumpul lebih tinggi daripada trauma tembus. Salah satu penelitian dari India,
84% dari trauma vaskular disebabkan oleh mekanisme trauma tumpul, dan juga dalam
penelitian lain di Iran Dr.Salimi dan rekan-rekannya melaporkan bahwa trauma tumpul
lebih umum daripada trauma tembus (56,1% vs 43,9%).7,8 Dalam penelitian ini, trauma
vaskular yang terjadi pada ekstremitas atas lebih sering disebabkan oleh trauma tembus
dan trauma vascular di ekstremitas bawah lebih sering disebabkan oleh trauma
tumpul. Situs anatomi cedera bervariasi dalam penelitian yang berbeda. Di sebagian
besar penelitian terutama mengenai cedera karena perang dan kecelakaan lalu lintas,
6
sebagian besar trauma vaskular melukai arteri femoralis diikuti oleh arteri poplitea dan
arteri brakialis.2,4,9,11,13,17 Namun, dalam penelitian lain seperti dalam satu penelitian di
Turki, arteri brakialis adalah yang paling umum terkena trauma vascular.9 Dalam
penelitian ini, arteri ulnaris dan radialis adalah yang paling sering mengalami cedera
(36,3%), tetapi pada beberapa studi seperti studi Dr.Singh dari India dan Dr. Salimi
dari Iran, mengatakan bahwa trauma vascular arteri ulnaris dan cedera radial tidak
umum terjadi (3,1% dan o.5%,).5,8 Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan
dan bakar diri. Arteri poplitea adalah arteri kedua yang paling sering terkena trauma,
yaitu pada 23 pasien (26%), diikuti oleh trauma arteri brakialis pada 17 pasien, trauma
arteri femoralis sebanyak 11 pasien dan trauma arteri tibialis sebanyak 4 pasien.
Dalam penelitian kami, metode terapan yang paling umum untuk rekonstruksi
pembuluh darah adalah ujung ke ujung anastomosis (end to end anastomosis), diikuti
oleh interposition graft dan bypass graft. Pada ekstremitas atas, metode yang paling
umum digunakan untuk rekonstruksi vaskular adalah end to end anastomosis dan
ekstremitas bawah adalah bypass graft. Jenis rekonstruksi vascular ini biasanya dipilih
berdasarkan pada mekanisme trauma dan situs anatomi trauma. Dengan demikian,
sakit dan rekonstruksi vaskular didapatkan lebih dari 6 jam pada sebagian besar pasien
dengan rata-rata interval 10,31 ± 9,5 jam (kisaran 3 hingga 48 jam). Keterlambatan ini
7
terkait dengan fakta bahwa sebagian besar pasien diangkut dari kota yang jauh. Dalam
studi serupa menyatakan bahwa, kebanyakan kasus amputasi dilakukan pada pasien
Dalam penelitian ini, amputasi dilakukan pada 9 kasus, yang terdiri dari 5
amputasi primer dan 4 amputasi sekunder. Tingkat amputasi merupakan variabel dalam
studi yang berbeda. Dalam beberapa laporan, tingkat amputasi terendah yaitu 2,6% dan
pada beberapa mencapai 56%.18,19,20 Rekonstruksi vaskular yang tertunda dan cedera
muskuloskeletal yang parah adalah faktor prognostik terpenting dalam trauma vaskular
di ekstremitas.
Dalam survei kami, fasciotomy dilakukan pada 18,2% dari kasus yang
ikatan. Dalam beberapa penelitian, tingkat fasciotomy adalah 7% - 10% dan dalam
penelitian lain mencapai 61%.5 Perbedaan dalam tingkat fasciotomy pada penelitian
penelitian ini terjadi pada pria muda, sering disebabkan oleh penusukan dan pada
ekstremitas atas. Trauma arteri poplitea sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan
dapat mencegah banyak hal yang tidak diinginkan dan dapat mencegah prosedur
amputasi.