Anda di halaman 1dari 6

DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2018.v8i1.

005

p-ISSN : 2088-8201 e-ISSN : 2598-2982

KAJIAN RUANG PUBLIK DAN ISU YANG BERKEMBANG


DI DALAMNYA
Dedi Hantono1, Nike Ariantantrie2
1
Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2Arsitektur Universitas Satyagama
e-mail: 1dedihantono@ftumj.ac.id, 2niketantrie@gmail.com

ABSTRAK
Ruang adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia selama masa hidupnya.
Bahkan konsepsi ruang tersebut masih ada pada manusia yang telah meninggalkan dunia ini
walaupun konsepsi ruang itu sendiri sudah berbeda pada masing-masing penganut agama dan
kepercayaan. Dari berbagai macam bentuk dan kategori seluruh ruang maka ruang publik adalah
ruang yang paling banyak digunakan oleh semua orang baik sendiri maupun secara bersamaan.
Begitu banyaknya aktivitas dan berbagai lapisan golongan masyarakat yang menggunakan ruang
publik membawa interpretasi masing-masing yang cukup berbeda. Dari interpretasi inilah timbul
begitu banyak ragam penggunaannya baik yang sesuai dengan fungsi maupun berdasarkan
intrpretasinya masing-masing. Untuk memberi gambaran mengenai ruang publik maka dibuatlah
suatu kajian dengan menganalisa beberapa tulisan dari beberapa artikel jurnal baik dalam maupun
luar negeri. Dari kajian ini didapat temuan bahwa fokus penelitian yang didapat dari ruang publik
adalah mengenai ruang dan waktu. Kedua fokus ini pula yang menjadi wadah bagi aktivitas yang
terdapat di dalamnya.
Kata Kunci : arsitektur, arsitektur kota, ruang publik

ABSTRACT
Space is an inseparable part of human life during his lifetime. Even the conception of space still
exists in humans who have left this world even though the conception of space itself has been
different for each adherent of religion and belief. Of the various forms and categories of the entire
space, the public space is the space that is most widely used by everyone, both alone and
simultaneously. So many activities and various levels of community groups that use public space
bring their interpretations that are quite different. From this interpretation arises so many different
uses both in accordance with the function and based on their respective interpretations. To provide
an overview of public space, a study was made by analyzing several articles from several journal
articles both at home and abroad. From this study, it was found that the focus of research obtained
from public space is about space and time. These two focus also become a place for the activities
contained in them.
Keyword: architecture, urban architecture, public space

1. PENDAHULUAN defenisi tentang apa itu sebenarnya ruang


Ruang adalah bagian yang tak publik dari berbagai sudut pandang peneliti.
terpisahkan dari makhluk hidup, khususnya Tak ketinggalan beberapa isu dan peristiwa
manusia. Ruang kota adalah bagian yang tak mengenai ruang publik di beberapa kota di
terpisahkan dari kehidupan masyarakat dan dunia.
penggunanya. Banyak aktivitas yang terjadi
disana baik sifat, jenis, dan pelakunya. 2. METODE PENELITIAN
Ruang terbuka publik salah satu ruang yang Penelitian ini menggunakan metode
paling banyak digunakan. kualitatif dengan pendekatan kajian literatur.
Sejalan dengan beragamnya pelaku Pendapat atau teori dari beberapa ahli
dan aktivitas yang terjadi di dalamnya, ruang mengenai ruang publik menjadi literatur
publik memiliki juga banyak dimensi dari utama dalam kajian ini. Kemudian kajian
berbagai sudut pandang. Isu dan peristiwa diperkaya dengan mengikutsertakan
yang berlangsung juga menjadi bahan yang beberapa artikel yang berisi kasus penelitian
tidak ada habis-habisnya untuk dikaji dan yang telah dilakukan dari beberapa jurnal
dicarikan pemecahan permasalahannya. nasional maupun internasional. Teori dan
Daya tarik tersebut yang menjadikan artikel tersebut bermaksud menjelaskan
penulis untuk kembali membawa ruang gambaran umum yang ada baik secara
publik dalam kajian bentuk yang lainnya. teoritis maupun kasus.
Beberapa artikel ilmiah dari beberapa jurnal Artikel yang dipilih adalah penelitian
menjadi kajian utama untuk mendapatkan tentang ruang publik yang ada baik di

Dedi Hantono & Nike Ariantantrie, Kajian Ruang Publik


Dan Isu Yang Berkembang Di Dalamnya 43
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2018.v8i1.005

Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.8 No.1 Oktober 2018 : 43-48

Indonesia maupun di luar negeri. Kemudian mana, atau suatu place of belonging, yang
seluruh artikel yang digunakan dibagi dalam menjadi lokasi yang tepat dimana setiap
4 bagian untuk menjelaskan keberadaan elemen fisik cenderung berada. Aristoteles
ruang publik, diantaranya: defenisi, isu, merangkum hakiki dari ruang atas 5 butir
peranan, dan konflik yang terjadi di ruang karaktersitik, yaitu:
publik. 1. Tempat melingkungi objek yang ada
Kajian literatur tersebut pada kahirnya padanya.
dibuat suatu kesimpulan untuk 2. Tempat bukaan bagian dari yang
mengnegaskan teori yang dipakai atau bisa dilingkunginya.
saja terdapat temuan yang justru 3. Tempat dari sesuatu objek tidak lebih
bertentangan dengan teori yang telah besar dan tidak lebih kecil dari objek
digunakan. Jika seperti itu maka hal ini tersebut.
menjadi bahan penelitian lebih lanjut untuk 4. Tempat dapat ditinggalkan oleh objek
mencari kemungkinan atau teori baru yang serta dapat dipisahkan pula dari objek
lebih moderen. itu.
5. Tempat selalu mengikuti objek, meskipun
3. KAJIAN LITERATUR objek terus berpindah sampai berhenti
3.1. Konsep Ruang Menurut Ahli pada posisinya.
Lao Tzu dengan prinsip The Way of Secara konsepnya ruang adalah
Becoming atau yang lebih dikenal dengan dimensi dimana obyek itu berada. Bila obyek
Filosofi Tao menggambarkan bahwa tidak tersebut tidak ada atau ruang tersebut
ada yang abadi di dunia yang selalu berubah ditinggalkan maka ruang kehilangan
ini. Pada bab awal bukunya, Tao The Ching, keberadaannya.
menjelaskan tentang penyatuan Being (Yang
Ada) dan Non-Being (Yang Tak Ada)
kedalam suatu konsep terus berlangsung
dalam perkembangan peradaban manusia.
Penyatuan kedua kondisi yang berlawanan
ini masih tetap menjadi struktur penting
dalam estetika kontemporer yang berkaitan
dengan ruang. Sedangkan bagian kesebelas
dari buku ini mengandung lebih dari sekedar
dari dua elemen yang berlawanan tersebut
karena pada bagian tersebut
mengungkapkan superioritas yang ada, yaitu
“ruang di dalamnya”. Yang tidak nyata justru
menjadi hakikatnya, dan di-nyata-kan dalam Gambar 1. Konsepsi Ruang Menurut
bentuk dalam bentuk materi. Estetika Beberapa Ahli
arsitektural akhir abad kesembilan-belas (Sumber:
menyatakan bahwa eksistensi ruang menjadi http://www.putumahendra.com/ruang-
esensi arsitektur. Dan bahwa ruang yang arsitektur-nusantara-modern : akses Februari
terkandung di dalam lebih hakiki daripada 2018)
materialnya yakni massa (Ven, 1991).
Bertentangan dengan Lao Tzu yang 3.2. Ruang Publik Dan Isu
berasal dari Timur, Plato sebagai seorang Selain gedung dan bangunan, ruang
pemikir dari Barat menyatakan bahwa yang publik merupakan bagian elemen dari ruang
benar-benar ada hanyalah yang terlihat dan kota. Keberadaannya cukup memegang
teraba. Plato memahami ruang sebagai peranan penting dalam berbagai aspek
salah satu dari keempat elemen yang kehidupan warga dan lingkungannya. Secara
membentuk dunia, yaitu: tanah, udara, air, fisik ruang publik dapat didefenisikan secara
dan api. Dengan demikian, udara bisa sederhana yaitu ruang terbuka yang berada
dipandang sebagai ruang karena teraba di luar bangunan. Namun dibalik itu banyak
akibat dari perbedaan karakter dari ketiga pemaknaan dan sudut pandang yang sangat
unsur lainnya tersebut. Jadi menurutnya, beragam serta isu-isu yang dapat diangkat.
ruang adalah elemen terbatas dalam suatu Menurut Chua Beng-Huat dan Norman
dunia yang terbatas pula. Edwards (1992) ruang publik memiliki
Dua generasi setelah Plato yaitu cakupan yang cukup luas sebagaimana yang
Aristoteles mengemukakan konsep ruang dikutipnya dari Roger Scruton (1984) bahwa
sebagai teori tempat (topos) sebagai suatu di istilah “ruang publik” digunakan untuk

Dedi Hantono & Nike Ariantantrie, Kajian Ruang Publik


Dan Isu Yang Berkembang Di Dalamnya 44
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2018.v8i1.005

p-ISSN : 2088-8201 e-ISSN : 2598-2982

menggambarkan tempat (i) yang dirancang bebas di perkotaan. Beliau mengukur


secara sederhana (ii) dimana setiap orang seberapa bebas ruang publik yang ada.
memiliki hak mengaksesnya (iii) tempat Dalam tulisannya, menurut beberapa peneliti
pertemuan antara pengguna individu yang mengutamakan keamanan dan kepentingan
tidak terencana dan bukan yang bersifat pribadi dapat membatasi kebebasan dan
rutinitas, dan (iv) sikap sopan santun antar keberagaman aktivitas yang terjadi di dalam
sesama (Beng-Huat and Edwards, 1992). ruang publik. Pemberian pagar pembatas
Sedangkan pemahaman mengenai untuk alasan keamanan dapat menyulitkan
ruang publik ini menurut beberapa peneliti aksebilitas ke dalam ruang publik (Németh,
memiliki arti yang tidak jelas dan tegas. 2012).
Seperti yang disebut oleh Terzi dan Tonnelat Di Melbourne, ruang publik merupakan
(2016) bahwa ruang publik memiliki ruang tempat berlangsungnya berbagai
pemaknaan yang ambigu baik dalam Bahasa aktivitas yang berlangsung sehari-hari
Inggris maupun Perancis. Dalam kosa kata (Olesen and Lassen, 2012). Tempat anak
Habermassian menunjukkan perkembangan laki-laki Asia yang masih muda menunjukkan
konsep dari pemikiran ruang publik kebolehannya dalam menari jalanan di
menjadikan ruang publik sebagai ruang koridor menuju pusat perbelanjaan, pelukis
publik (public space) dan ranah publik (public jalanan menunjukkan bakat seninya di trotoar
sphere). Dalam pemahaman ruang publik sementara yang lainnya menghibur pejalan
maka lapangan dan jalan menjadi bentuk kaki dengan pertunjukan komedi, orang-
fisiknya, sedangkan ranah publik adalah orang tuna wisma berkeliaran mengemis
sekumpulan media massa seperti surat kepada orang yang berlalu-lalang, seorang
kabar, televisi, dan internet sebagai gadis muda bermain gitar dan bernyanyi di
komponen yang demokratis. Cedric dan pinggir jalan, bahkan menjadi tempat
Stephane berpendapat bahwa defenisi yang berlindung pada saat cuaca yang tidak
substansial ini hadir karena 2 (dua) menguntungkan. Dari hasil pengamatan
kesalahan utama, yaitu: Pertama, langsung oleh penulis, yang menjadi karakter
membiarkan pada masyarakat tanpa khusus ruang publik adalah adanya
pandang bulu untuk memanfaatkan ruang ketidakpastian dan spontanitas penggunaan.
publik sehingga menimbulkan ketidakjelasan Namun justru hal tersebut yang menjadi
batasan-batasannya. Kedua, pemandangan jalanan yang menarik
menyamaratakan pemaknaan antara ruang sepanjang hari. Menurut Mitchell (2005)
publik dan ranah publik sehingga dalam Olesen & Lassen (2012): “The city is
mengaburkan antara ruang fisik dan media the place where difference lives” (p.40). Ini
(Terzi and Tonnelat, 2016). berarti kota sebagai kapasitasnya sebagai
Sama halnya dengan Terzi dan ruang publik tetap membolehkan perbedaan
Tonnelat (2016), Gutiérrez (2011) juga aktivitas dan membiarkan peluang-peluang
sedikit menyinggung mengenai ranah publik baru yang tidak terprediksi bagi berbagai
(public spehere), yaitu tentang gagasan kota pemikiran, gagasan, aktivitas yang berbeda
yang tidak terlepas dari wilayah kotanya yang menjadikan tempat tersebut untuk
sendiri serta waktu sosial masyarakatnya. menjalankan hak kewarganegaraannya.
Hal ini dapat dilihat dalam suatu daerah Di Bath-Inggris, ruang jalan sebagai
dimana kemajemukan dan aktivitas yang bagian dari ruang publik mengalami
tumpang tindih dapat dinilai. Jaringan jalan transformasi sebagai tempat pertunjukan
dan tempat-tempat adalah suatu aktualisasi jalanan. Pertunjukan musik yang dengan
kota yang memperlihatkan sifat sosial atau tanpa menggunakan alat musik ini
masyarakatnya (Gutiérrez, 2011). Ruang menjadi aspek performatik yang kerap
publik merupakan suatu bentuk ruang diabaikan dalam kehidupan sehari-hari.
pertemuan yang baru, modern, dan Namun ada beberapa respon dari badan
berkembang. Seperti halnya pusat legislatif terhadap kehadiran pelaku musik
perbelanjaan bukan saja sekedar sebagai jalanan ini karena sebenarnya pertunjukan
fasilitas komersil melainkan muncul dengan musik jalanan ini telah diatur dalam
adanya tuntutan sosial, kebutuhan akan rasa peraturan daerah setempat sehingga
aman, kebutuhan gaya hidup perkotaan, memerlukan izin khusus dalam
strategi penjual, dan lain-lain. menyelenggarakannya misalnya dengan
Selain memahami ruang publik melakukan audisi terlebih dahulu (Simpson,
sebagai ruang yang bisa dipandang dari 2011). Sependepat dengan hal ini bahwa
berbagai macam sudut maka Németh (2012) keberadaan ruang publik kota juga menjadi
memahami ruang publik sebagai ruang daya tarik tersendiri dengan adanya atraksi

Dedi Hantono & Nike Ariantantrie, Kajian Ruang Publik


Dan Isu Yang Berkembang Di Dalamnya 45
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2018.v8i1.005

Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.8 No.1 Oktober 2018 : 43-48

wisata sehingga menegaskan kepublikan- yang sigifikan sebagai katalisator bagi


nya (Hanafiah and Asharsinyo, 2017). kegiatan sosial-rekreasi-budaya bagi warga
Simpson (2011) meneliti hubungan kotanya. Melalui interaksi sosial terjadi
antara intervensi ruang temporer yang pembelajaran antar sesama manusia dan
dilakukan oleh para pemusik jalanan dengan antar sesama komunitas yang berlangsung
peraturan pertunjukan yang ada. Dalam secara terus menerus hingga terjadi
memeriksa hubungan ini Simpson fokus kesepahaman bahwa hegeronitas harus
pada jenis tampilan pemainnya dan diterima dan dijalani bersama-sama. Hal ini
bagaimana tanggapannya terhadap adanya menjadi modal utama dalam transformasi
batasan pertunjukan mereka. Penelitian yang kota menuju nilai-nilai yang baru (Sunaryo et
menggunakan pendekatan etnografi ini al., 2010)
menyoroti kehidupan dilakukan pertunjukan Gesekan antara kepentingan pribadi
jalanan sehari-hari. Selama pengamatan, dan keamanan mengancam kebebasan
Simpson mencatat, mengambil foto, serta warga sipil dan mengurangi keragaman
video untuk merekam interaksi yang terjadi aktivitas yang terjadi dalam ruang publik.
antara pemain dan penonton atau orang Seperti yang diungkapkan oleh Mitchell
yang berlalu-lalang. Selama pengamatan ini (2003) dalam Jeremy Nemeth (2012) bahwa
banyak percakapan informal yang terekam batasan kebebasan sipil yang terjadi seperti
tentang pendapat mereka mengenai hak untuk menyampaikan aspirasi,
pertunjukan jalanan yang ada. perbedaan pendapat, membuat keputusan,
Hubungan antar ruang publik dan hak untuk didengar, tunawisma.
ruang privat membentuk ruang sosial bagi Sama halnya dengan Németh (2012),
penduduk tetap, penduduk sementara, dan Olesen (2012) berbicara mengenai adanya
turis. Adapun ruang sosial yang terbentuk privatisasi ruang publik. Namun bedanya
ada 3 macam, diantaranya: ruang yang bahwa Olesen lebih berfokus pada tentang
terbuka (menerima siapa saja), ruang yang adanya pengaruh mobilitas terhadap
terbuka namun terdapat batasan khusus, pembagian ruang kota yang mengakibatkan
serta ruang yang terpisah dengan tegas terciptanya wilayah-wilayah privatisasi ruang
antara ruang publik dan ruang privat (Hasbi, publik tersebut. Mobilitas lebih dari sekedar
2015). gerakan fisik benda melainkan juga
Dalam konteks perkotaan, ruang publik merupakan gerakan virtual manusia dan
merupakan elemen kota yang memiliki daya objek melalui teknologi komunikasi. Di
tarik. Oleh karena itu pada setiap proyek masyarakat yang terjaga keamanannya,
perbaikan kota, ruang publik menjadi bagian misalnya, dengan menggunakan teknologi di
utama yang ditawarkan kepada investor dan gerbang yang dapat mengendalikan siapa
wisatawan. Dengan demikian, ruang publik yang bisa mengakses kawasan itu. Pada
berkontribusi kepada pembentukan identitas saat yang sama, teknologi komunikasi
lokal sebagai sesuatu hal yang bisa serupa seperti Internet menciptakan
dipromosikan dan dinikmati umum kemungkinan bagi warga untuk berinteraksi
(Athanassiou, 2017). dengan jaringan mereka di luar gerbang,
Selain sebagai pusat aktivitas, ruang berdasarkan teknologi komunikasi.
publik juga mempengaruhi kualitas visual Gutiérrez (2011) meneliti mengenai
dari suatu lingkungannya. Seperti penelitian nilai dan kepentingan sosial dalam
yang telah dilakukan oleh Hantono (2017) di perencanaan ruang publik serta konteksnya
kawasan Jakarta Kota bahwa nilai visual pada perkembangan urbanisasi di Spanyol.
suatu kawasan ditunjukkan oleh adanya Pertumbuhan ekonomi mengakibatkan
kualitas fisik oleh hubungan antara elemen- permintaan lahan perkotaan yang semakin
elemen visual. Dalam tulisannya tersebut meningkat.
yang dikutip dari Smardon (1986) Yang cukup menarik dari tulisan Rony
penilaiannya terdiri dari beberapa faktor, Gunawan Sunaryo, dkk (2010) dengan
diantaranya: diversity, dominant, harmony, mengilustrasikan konflik yang terjadi di ruang
intactness, sequence, uniqueness, dan unity. publik. Apabila kita melihat okupansi trotoar
Keseluruhan faktor ini dirasakan oleh para untuk berjualan, mangkal ojek atau becak
responden pada lokasi penelitian (Hantono, sebagai suatu hal yang keliru atau
2017). kampungan maka bisa ditarik kesimpulan
bahwa pendapat tersebut berasal dari orang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN yang bermukim di bagian kota yang mederen
Ruang publik Selain sebagai tempat atau setidaknya berasal dari akademisi yang
pertemuan, ruang publik juga memiliki peran paham akan aspek rasional dan fungsional

Dedi Hantono & Nike Ariantantrie, Kajian Ruang Publik


Dan Isu Yang Berkembang Di Dalamnya 46
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2018.v8i1.005

p-ISSN : 2088-8201 e-ISSN : 2598-2982

ruang kota. Sedangkan bila penilaian berupa bagaimana konflik yang ada pada ruang
optimasi ruang kota yang tidak tergunakan publik kota sesungguhnya. Di satu pihak
maka bisa jadi pendapat tersebut bagian dari dengan alasan optimalisasi lahan sedangkan
masyarakat kota yang bermukim di dilain pihak menganut konsepsi tegas
kampung. Ilustrasi ini menggambarkan terhadap “kepublikan”-nya sendiri.

Tabel 1. Ruang publik dari beberapa tulisan


Penulis Pemaknaan Ruang Publik
Ruang Waktu
Hantono (2017) Kualitas visual -
Hanafiah & Asharsinyo (2017) Atraksi wisata -
Athanassiou (2017) Identitas lokal -
Hasbi (2015) Ruang terbuka, semi, dan privat -
Németh (2012) Bebas digunakan oleh siapa saja -
Olesen & Lassen (2012) Tempat berbagai aktivitas -
Simpson (2011) Ruang pertunjukan Temporer
Chua Beng-Huat (1992) Hak akses bagi setiap orang Spontanitas

Ruang publik erat kaitannya prilaku yang tidak diinginkan, diantaranya


dengan ruang dan waktu. Dan di dalam dengan kehadiran tuna wisma yang
kedua fokus penelitian yaitu ruang dan menunjukkan sisi kemiskinan warga
waktu tersebut maka aktivitas menjadi satu kotanya, ketakutan dan ketidakamanan
fokus yang berada pada kedua fokus yang dapat menurunkan kualitas daya tarik
penelitian yang ditemui. Namun, ada 2 ruang publik dan tingkat harga properti.
pendapat utama yang merubah dan Dalam mengejar agenda tersebut,
menentang sifat dasar ruang publik yang pemerintah selalu menjaga daya tarik
alaminya bersifat publik. Kedua pendapat lapangan, taman, dan jalan raya dengan
ini saling tumpang tindih dan saling membatasi akses, keamanan, pagar
mendukung satu dan lainnya. Pertama, pembatas, dan furnitur kota yang tidak bisa
adanya privatisasi ruang publik yang terjadi digunakan oleh tunawisma (homeless-proof
dengan berbagai macam cara. urban furniture).
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Tentu menjadi suatu hal yang sulit
alinea di atas bahwa ruang publik dalam jika perkembangan kota dikuasai oleh
konteks perkotaan menjadi bagian utama pasar karena akan berkembang
yang ditawarkan kepada investor dan berdasarkan kepentingan pasar bahkan
wisatawan karena daya tariknya maka golongan tertentu sehingga hanya bisa
ruang publik bisa dimiliki, dikendalikan, dan dicicipi oleh sebagian kecil lapisan
dikelola oleh perusahaan swasta. Meskipun masyarakat. Membiarkan transformasi
bentuk kepemilikannya tidak begitu tersebut akan menimbulkan dualisme
dirasakan dan batasan aksesibilitas yang struktur kota yang hidup berdampingan
tidak begitu tegas namun hal-hal tersebut (daerah yang dikembangkan dan daerah
merusak daya akses dan kebebasan yang tidak dikembangkan). Dalam hal ini
berprilaku secara umum dengan adanya menjadi sesuatu yang sukar diharapkan
penggunaan yang secara eksklusif, CCTV, kepada investor swasta dalam
dan regu keamanan khusus (security). mengembangkan ruang-ruang publik yang
Kedua, dengan memilih siapa saja dapat mengakomodasi seluruh lapisan
pengguna dan aktivitas apa saja yag masyarakat.
diperbolehkan berlangsung di ruang publik
melalui strategi dan aturan penggunaan, 5. KESIMPULAN
misalnya: tuna wisma, pengguna narkoba, Di tengah geliatnya pembangunan di
pedagang kaki lima, serta kegiatan lainnya perkotaan, ruang adalah sesuatu barang
seperti berkeliaran, unjuk rasa, orasi politik, langka yang selalu menjadi primadona tak
dan lain-lain. Untuk itu dilakukan peduli seberapa mahalnya harga ruang
pembangunan ulang diantaranya menutup tersebut. Namun tidak semua ruang
taman dan lapangan dengan pagar, waktu tersebut bisa dibeli walaupun dengan harga
operasional, pengawasan, dan yang berani dibayar tinggi. Oleh beberapa
penempatan sistem keamanan secara sebab seperti untuk menjaga
permanen untuk mencegah pengguna dan keseimbangan lingkungan, ruang untuk

Dedi Hantono & Nike Ariantantrie, Kajian Ruang Publik


Dan Isu Yang Berkembang Di Dalamnya 47
DOI : dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2018.v8i1.005

Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.8 No.1 Oktober 2018 : 43-48

elemen estetika, mobilitas kota, fasilitas Mengkonsumsi Ruang Sosial Studi


sosial/umum, atau ruang yang masih Kasus Pulau Burgazada, Istanbul,
menunggu pembangunan sesuai dengan Turki’, Vitruvian, 5(1), pp. 17–28.
rencana kotanya maka sebagian ruang itu Available at:
tetap tidak dijual atau dibiarkan sebagai http://publikasi.mercubuana.ac.id/ind
ruang terbuka publik. ex.php/virtuvian/search/search?simpl
Dari beberapa artikel di atas maka eQuery=RUANG+PUBLIK&searchFie
banyak tulisan yang merekam perubahan ld=title.
sifat ruang terbuka publik. Ruang publik Németh, J. (2012) ‘Controlling The
yang seharusnya bersifat publik berubah Commons: How Public is Public
menjadi ruang privat. Atas beberapa kasus Space?’, Urban Affairs Review, 48(6),
bisa disebabkan oleh aktivitas ekonomi, pp. 811–835. doi:
seni dan budaya, bahkan sikap keamanan 10.1177/1078087412446445.
sebagai prioritas pada ruang publik. Olesen, M. and Lassen, C. (2012)
Untuk itu perlu dilakukan penelitian ‘Restricted Mobilities: Access to, and
lebih lanjut dan mendalam bagaimana Activities in, Public and Private
proses ini berjalan dan mengapa bisa Spaces’, International Planning
berlangsung ilegalitas pada ruang publik Studies, 17(3), pp. 215–232. doi:
tersebut. Hal ini sebagai upaya antisipasi 10.1080/13563475.2012.704755.
dan menemukan solusi yang tepat bagi Simpson, P. (2011) ‘Street Performance
semua pihak. And The City: Public Space, Sociality,
And Intervening In The Everyday’,
6. DAFTAR PUSTAKA Space and Culture, XX(X), pp. 1–16.
doi: 10.1177/1206331211412270.
Athanassiou, E. (2017) ‘The Hybrid Sunaryo, R. G. et al. (2010) ‘Posisi Ruang
Landscape Of Public Space In Publik dalam Transformasi Konsepsi
Thessaloniki In The Context Of Urbanitas Kota Indonesia’, in
Crisis’, Landscape Research, 42(7), Seminar Nasional Bidang Ilmu
pp. 782–794. doi: Arsitektur Dan Perkotaan. Semarang:
10.1080/01426397.2017.1372399. Universitas Diponegoro. Available at:
Beng-Huat, C. and Edwards, N. (1992) http://repository.petra.ac.id/15517/.
‘Public Space: Design, Use and Terzi, C. and Tonnelat, S. (2016) ‘The
Management’, in Beng-Huat, C. and Publicization of Public Space’,
Edwards, N. (eds) Public Space: Environment and Planning A, 0(0),
Design, Use and Management. pp. 1–18. doi:
Singapura: Singapore University 10.1177/0308518X16665359.
Press, pp. 1–10. Ven, C. van de (1991) Ruang Dalam
Gutiérrez, E. M. (2011) ‘Urban growth, Arsitektur. 3rd edn. Edited by M. P.
policy and planning of public space’, Widodo. Jakarta: PT. Gramedia
International Review of Sociology, Pustaka Utama.
21(1), pp. 89–102. doi:
10.1080/03906701.2011.544184.
Hanafiah, U. I. M. and Asharsinyo, D. F.
(2017) ‘Redefenisi Ruang Publik
Pada Kampung Kreatif Pasundan.
Studi Kasus: Koridor Tepian Sungai
Cikapundung, RT 02 RW 04,
Kelurahan Balonggede, Kecamatan
Regol, Kota Bandung, Jawa Barat’,
Idealog, 2(2), pp. 124–137. doi:
https://doi.org/10.25124/idealog.v2i2.
1220.
Hantono, D. (2017) ‘Pengaruh Ruang
Publik Terhadap Kualitas Visual
Jalan Kali Besar Jakarta’, Arsitektura,
15(2), pp. 532–540. doi:
10.20961/arst.v15i2.15114.
Hasbi, R. M. (2015) ‘Peran Ruang Publik
dan Privat Dalam Memproduksi dan

Dedi Hantono & Nike Ariantantrie, Kajian Ruang Publik


Dan Isu Yang Berkembang Di Dalamnya 48

Anda mungkin juga menyukai