Anda di halaman 1dari 13

A.

Etika Lingkungan untuk Bisnis : Pertarungan Kredibilitas, Reputasi


dan Keunggulan Kompetitif
Selama dua puluh lima tahun terakhir, telah terjadi peningkatan
harapan bahwa bisnis ada untuk melayani kebutuhan, baik para pemegang
saham dan masyarakat. Banyak orang mempunyai interes atau minat
dalam bisnis, kegiatannya, dan dampaknya. Apabila interes para
pemangku kepentingan tidak dihormati, maka akan terjadi tindakan yang
menyakitka nuntuk para pemegang saham, petugas dan direkktur. Bahkan
sangat mungkin bahwa usaha atau profesi tidak dapat mencapai tujuan
jangka panjang strategisnya tanpa dukungan dari pemagnku kepentingan
kunci, seperti pemegang saham, karyawan, pelanggan, kreditur, pemasok,
pemerintah, masyarakat lokal, dan aktivis.
Dukungan untuk sebuah bisnis pada umumnya bergantung pada
kredibilitas yang ditempatkan pemangku kepentingan dalam komitmen
perusahaan, reputasi perusahaan, dan kekuatan daya saingnya. Semua ini
bergantung pada kepercayaan bahwa tempat pemangku kepentingan dalam
kegiatan perusahaan; kepercayaan, pada gilirannya, bergantung pada nilai-
nilai yang mendasari kegiatan perusahaan.
Pemangku kepentingan semakin berharap bahwa kegiatan
perusahaan akan menghormati nilai-nilai dan interes mereka. Akibatnya,
direktur perusahaan sekarang diharapkan untuk memimpin perusahaan
mereka dengan beretika, yang berarti bahwa mereka akan memperhatikan
apakah eksekutif, karyawan, dan agen perusahaan bertindak secara etis.
Selain itu, perusahaan diharapkan semakin dapat bertanggung jawab
kepada para pemangku kepentingan secara transfaran atau etis.
Akibatnya, tata kelola baru dan rezim akuntabilitas untuk bisnis dan
profesi jauh lebih peduli dengan interes pemangku kepentingan dan
permasalahan etika daripada yangbtelah terjadi di masa lalu.
1. Masalah Lingkungan
Tidak ada yang membangkitkan opini publik sebelumnya mengenai
sifat dari perilaku perusahaan yang baik lebih dari kesadaran bahwa
kesejahteraan fisik publik dan kesejahteraan sebagian pekerja sedang
terancam oleh aktivitas perusahaan. Contohnya seperti limbah pabrik
yang berdamapak buruk bagi kesehatan masyarakat sekitar pabrik.
2. Sensitivitas Moral
Sensitivitas moral diakibatkan oleh kurangnya kejujuran dan
perbedaan dalam perlakuan yang adil kepada individu dan kelompok
dalam masyarakat.
3. Penilaian yang Buruk dan Aktivis Pemangku Kepentingan
Para direktur, eksekutif, dan manajer adalah manusia dan
mereka membuat kesalahan. Kadang-kadang masyarakat atau
kelompok-kelompok tertentu tersinggung pada tahap ini akibat
penilaian yang buruk, serta mengambil tindakan untuk membuat
direktur dan manajemen menyadari bahwa mereka tidak
menyetujuinya.
4. Ekonomi dan Tekanan-tekanan Kompetitif
Meskipun harapan masyarakat telah dipegaruhi langsung oleh
faktor – faktor yang sudah dibahas ada beberapa hal yang mendasari
atau faktor sekunder yang juga mempengaruhi. Perkembangan pasar
global telah mendorong produksi dan sumber produk diseluruh
dunia.Restrukturasi telah dilihat sebagai poendorong produktivitas dan
memungkinkan biaya yang lebih rendah dengan tariff yang lebih
rendah pula dari pekerjaan domestic.Oleh karena itu, tekanan pada
individu dihgunakan untuk mempertahankan produksinya. Demikian
juga mengingat persaingan yang lebih besar volume lebih besar
tentunya akan meninbgkatkan laba sehingga tekanan pada perusahaan
tidak akan berkurang pada yang dialami masa lal;u. selain itu
perusahaan tidak akan bisa mengandalkan kem,bali siklus profitabilitas
untuk mengembaikan risiko yang kembaliu pada awalnya dimana akan
bergantung pada lembaga manajemen etika perilaku dan tata kelola
rezim yang baru.
5. Skandal Keuangan: Jurang Harapan dan Jurang Kredibilitas
Tidak ada keraguan bahwa masyarakat telah terkejut kaget
kecewa dan hancur oleh krisis keuangan. Sebagai akibat dari
guncangan yang berulang-ulang ini masyarakat menjadi sinis terhadap
integritas keuangan perusahaan yang begitu banyak sehinngga istilah
jurang harapan telah diciptakan untuk menggambarkan perbedaan
antara apa dipikirkan oleh masyarakat tentang apa yang mereka
dapatkan dalam kaporan keuangan yang telah diaudit dan apa yang
sebenarnya masyarakat dapatkan.
Secara lebih luas, penyimpangan keuangan yang berkelanjutan
telah menimbulkan krisis kepercayaan terhadap pelaporan dan tata
kelola perusahaan.Kurangnya kredibilitas telah menyebar dari
pelayanan keuangan untuk mencakup bidang lain dari aktivitas
perusahaan dan telah dikenal sebagai jurang kredibilitas. Komite audit
dan etika keduanya dianggotai oleh mayoritas pihak luar direktud ;
penciptaan luas kode etik perusahaan; dan peningkatan pelaporan
perusahaan yang dirancang untuk mempromosikan integritas
perusahaan, semuanya memberikan kesaksian pada pentingnya
penaggulangan krisis ini .
6. Kegagalan Tata Kelola dan Penilaian Risiko
Jelas terlihat dari serangkaian krisis yang melibatkan enron
Arthur Andersen dan worldcom bahwa cara saat ini dalam mengatur
perusahaan dan melaporkan kegiatan mereka tidak memadai untuk
melindungi interes investor, serta lebih luas lagi melindungi
kepentinmgan masyarakat dipasar yang tertib dan aktivitas perusahaan.
Reformasi tata kelola dianggap perlu untuk melindungi
kepentingan umum. Di mana direktur diharapkan untuk menilai dan
memastikan bahwa risiko yang dihadapi oleh perusahaan mereka telah
dikelola dengan baik, risiko etika sekarang terlihat menjadi aspek
kunci dari proses. Reformasi tata kelola memastikan bahwa tidak akan
terjadi keterlambatan pada hal tersebut.
7. Peningkatan Akuntabilitas yang Diinginkan
Kurangnya kepercayaan dalam proses kegiatan juga melahirkan
keinginan untuk meningkatkan akuntabilitas pada pihak investor dan
terutama oleh para pemangku kepentingan lainnya. Perusahaan
diseluruh dunia telah merespons dengan menerbitkan informasi lebih
lanjut dalam situs web mereka dan laporan bebas tentang kinerja dari
corporate social responsibility mereka, termasuk subjek atau topic,
seperti lingkungan, kesehatan, filantropi, serta dampah social lainnya.
Meskipun beberapa informasi dalam laporan ini condong kea
rah sasaran manajemen, verifikasi eksternal dan reaksi terhadap
informasi yang salah secara berangsur-angsur memperbaiki isi
informasi yang terkandung. Tren ini jelas ke arah peningkatan laporan
nonfinansial, yang sesuai dengan harapan masyarakat yang terus
tumbuh.
8. Sinergi di Antara Faktor-faktor dan Penguatan Kelembagaan
Hubungan diantara faktor yang mempengaruhi ekspektasi
masyarakat atas etika kinerja telah diidenntifikasi, tetapi tidak
diketahui sejauh mana hubungan tersebut saling memperkuat satu
sama lain dan menambah keinginan masyarakat untuk bertindak.
Selain itu, terdapat banyak contoh yang bermunculan, dima
akesekutif bisnis tidak membuat keputusan yang tepat serta etika
konsumen atau investor bertindak dan berhasil membuat perusahaan
mengubah praktik mereka atau meningkatkan struktur tata kelolanya
untuk memastikan bahwa proses pengambilan keputusan di masa
depan lebih sehat. Keseluruhan etika konsumen dan gerakan SRI telah
di perkuat oleh pengetahuan bahwa bertindak atas keprihatinan mereka
dapat menjadikan perusahaan lebih baik dan sehigga tidak miskin.
B. Harapan Baru untuk Bisnis

Bisnis ada bagi masyarakat sehingga perusahaan akan berusaha untuk


meningkatkan tata kelola perusahaannya demi melayani masyarakat.
Selain tata kelola maka hubungan antara akuntanbilitas dengan dewan
direks, manajer perusahaan dan auditor internal serta eksternal juga harus
ditingkatkan. Hubungan antara sesama mitra bisnis merupakan suatu
ketergantungan dan saling membutuhkan.

Kekhawatiran atas tata kelola suatu perusahaan mengakibatkan


dibuatnya peraturan dan standar baru untuk dapat mengembangkan suatu
bisnis yang beretika dan menegakkan standar akuntanbilitas. Sehingga
kesadaran masyarakat akan tercipta dan terbentuklah saling
ketergantungan antara bisnis dan pihak yang berkepentingan.
C. Tanggapan dan Perkembangan
1. Kemunculan model-model tata kelola dan akuntabilitas Pemangku
Kepentingan
Reaksi bisnis oleh mandate yang dituntuntaka kepada pebisnis
membuat sebuah evolusi yang mebuat sebuah ketergantungan antara
pebisnis dengan masyarakat lebih mudah diamati. Ada beberapa tren
sebagai tambahan yang dikembangan dari tuntutan sertatekanan ekonomi
yang memiliki efek berkelanjutan kepada pebisnis dan akuntan
professional. Tren tersebut mencakup:
a. Memperluas kewajiban hukum untuk direktur perusahaan
b. Pernyataan manajemen kepada pemegang saham ata kecukupan
pengendalian internal
c. Ketetapan niat untuk mengelola risiko dan melindungi reputasi.

Namun karena adanya tuntutan dari evolusi tersebut hal yang paling
sigifikan berubah cara organisasi dari peusahaan tersebut.
Sebagai akibat dari trend dan perubahan, perusahaan mulai
memiliki minat yang mendorong perusahaan akan lebih sadar betapa etis
nya kegiatan yang mereka lakukan, dan memastikan tidak adanya
permasalahan etika yang terjadi. Hal ini membuktikan bahwa pendekatan
tradisional seperti perintah dan kendali tidaklah cukup, namun dalam
organisiasi tersebutlah menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
mendorong etika perilaku , bukan denga memaksakannya .

Reaksi awal dari sebuah perusahaan terhadap tuntutan etika


lingkungan adalah keinginan untuk mengetahui bagaimana etisnya
tindakan dan aktivitas yang mereka lakukan. Keinginan untuk mengetahui
tersebut biasanya dengan melakukan pendataan dapak signifikn pada
berbagai aspek masyarakat. Dengan mengetahui dari data tersebbut
perusaahan akan tau apakah kegiatan yang mereka lakukan udah tidak
menlanggar kode etik lingkungan.

Setelah perushaan mendapati tentang data tersebut maka perusahan harus


memperbaiki dari apa saja yang masih melanggar kegiatan dan etik. Untuk
mengurangi kerentaan tersebut perusahaan mulai mengembangkan dan
melaksankan kode etik komprehensif. Kode etik tidak lah bisa diterima
mudah secara umum, pasti akan ada terjadinya revisi. Ada beberapa cara
lain yang bisa perusahaan lakukan untuk memperbaiki etis

2. Manajemen Berdasarkan Nilai,Reputasi, dan Risiko


Para eksekutif didalam perusahaan harus memahami sifat dari
interes pemangku kepentingan dan nilai-nilai yang mendukungnya untuk
menggabungkan interes pemangku kepentingan kedalam kebijakan
strategi, dan operasional perusahaan. Reputasi perusahaan dan tingkat
dukungan yang dikumpulkan dari para pemangku kepentingan akan
bergantung kepada kemampuan perusahaan dalam mengelola resiko yang
dihadapi perusahaan secara langsung, maupun risiko-risiko yang
berdampak pada pemangku kepentingan. Ada beberapa pendekatan untuk
memeriksa interes pemangku kepentingan seperti survey,kelompok-
kelompok focus,dan pemetaan menurut streotip dll.
3. Akuntabilitas
Munculnya kasus-kasus besar seperti Enron,Arthur Anderson, dan
Worldcom meningkatkan keinginan untuk membuat laporan (kinerja
perusahaan) yang lebih releva dengan berbagai interes dari pemangku
kepentingan. Keinginan pembuatan laporan keuangan yang lebih
transparan dan akurat dibandingkan dengan laporan dimasa lalu. Hal itu
menunjukan bahwa kekurangan integritas dalam penyusunan laporan
keuangan.
Perbaikan yang perlu dilakukan dalam integritas,transparansi,dan
akurasi adalah dengan menyusun lapran serta prinsip-prinsip pelaporan
akuntansi yang akuntabel serta tidak menutup dari transparasi tersebut.
Jikalau prinsip integritas tersebut diterapkan dalam perusahaan maka kecil
kemugkinan akan terjadinya fraud kembali.

4. Etika Perilaku dan Perkembangan dalam Etika Bisnis


a. Pendekatan Filosofis untuk Etika perilaku
Filsuf yunani, Aristoteles, berpendapat bahwa tujuan hidup adalah
kebahagiaan dan kebahagiaan dicapai dengan menjalani hidup secara
bijak sesuai dengan alas an. Beberapa dari kebijakan termasuk
integritas, kehormatan, kesetiaan, keberanian, dan kejujuran. Dalam
pengertian bisnis hal tersebut berarti;
1. Direktur dan jajaran harus menunjukan integritas dalam semua
urusan bisnis
2. Harus menghormati syarat-syarat kontrak
3. Harus setia kepada karyawan,pelanggan dan pemasok
4. Harus memiliki keberanian untuk jujur dan transparan
Filsuf Jerman Immanuel kant, Berpendapat bahwa orang-orang
beretika ketika mereka tidak memanfaatkan orang lain demi
kesejahteraan nya dan mereka tidak bertindak dengan cara yang
munafik dalam menuntut perilaku tingkat tinggi dari orang lain,
sementara membuat pengecualian bagi diri mereka sendiri.

Dari dua filsuf tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa rtika daam
bisnis adalah sesuatu yang sangat penting dalam menjaga hubungan
baik internal maupun eksternal.

b. Konsep dan Persyaratan Etika Bisnis


Ada dua perkembangan dalam memahami etika bisnis yakni konsep
pemangku kepentingan dan konsep dari kontrak social perusahaan.
Seiring etika lingkungan bisnis berubah, pengamat dan eksekutif
menyadari bahwa banyak orang selain pemegang saham meiliki
interens dalam perusahaan atau kegiatannya. Meskipun sebagian tidak
memiliki claim hukum pada perusahaan, mereka memiliki kapasitas
yang nyata untuk memengaruhi beberapa perusahaan dengan baik atau
tidak baik. Hal tersebut menjadi jelas bahwa kepentingan orang ini
dalambisnis atau dampaknya yang dapat memengaruhi pengambilan
keputusan.

c. Pendekatan untuk Pengambilan keputusan etis


Perkembangan akuntabilitas terhadap pemangku kepentingan dalam
versi kontrak social perusahaan telah menjadikan eksekutif
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa keputusan mereka
mencerminkan nilai-nilai etika yang ditetapkan untuk perusahaan, dan
tidka meninggalkan pertimbangan hak-hak pemangku kepentingan .
Etika yang dikembangkan oleh para filsuf memberikan wawasan
kedalam dimensi kunci dari etika penalaran tiga. Tiga pendekatan
filsofis dasar: Konsekuenialisme, deontology, dan etika kebijakan.
Konsekuenialisme mensyaratkan bahwa sebuah keputusan yang etis
memiliki konsekuensi yang baik. Deontology menyatakan bahwa
tindakan yang etis bergantung kepada tugas, hak, dan keadilan, serta
etika kebijakan menganggap sebuah tindakan tergolong tindakan yang
etis jika menunjukan kebijakan yang diharapkan oleh pemangku
kepentingan.

D. Etika Lingkungan untuk Akuntan-akuntan Profesional

1. Peran dan Perilaku

Kegagalan Enron, Arthur Andersen dan WorldCom akan


membawa perubahan mendasar dalam peran dan perilaku akuntan-akuntan
profesional yang telah lupa dimana tugas utama mereka diberikan.
Akuntan profesional berutang loyalitas utama mereka pada kepentingan
umum, tidak hanya untuk kepentingan finansial diri mereka sendiri,
direktur atau manajemen perusahaan. Kasus tata kelola perusahaan,
keretakan yang cukup jelas untuk beberapa waktu dalam kerangka tata
kelola untuk akuntan profesional menjadi sangat serius ketika
kreditabilitas masyarakat dari profesi itu hampir hancur. Reformasi,
melalui struktur peraturan dan pengawasan baru, serta harmonisasi standar
pengungkapan secara internasional dan revisi kode etik telah menjadi
penguatan penting yang akan memengaruhi perilaku akuntansi profesional
di seluruh dunia.

Akuntan profesional tampak secara historis sebagai arbiter dari


akuntabilitas organisasi dan ahli dalam ilmu pengambilan keputusan. Oleh
karena perubahan arus dalam akuntabilitas perusahaan dengan memperluas
dari hanya melampaui para pemegang saham ke pemangku kepentingan,
merupakan tanggung jawab akutan untuk memahami evolusi ini dan
bagaimana evolusi tersebut memengaruhi fungsinya.

Apresiasi terhadap berlangsungnya arus perubahan dalam etika


lingkungan untuk bisnis merupakan hal yang penting untuk memahami
suatu informasi tentang bagaimana akuntan profesional harus menafsirkan
kode profesi mereka sebagai karyawan perusahaan. Meskipun masyarakat
mengharapkan semua akuntan profesional menghormati nilai-nilai
profesional dari objektivitas, integritas, dan kerahasiaan, yang dirancang
untuk melindungi hak-hak dasar masyarakat, seorang akuntan harus
merespon arah manajemen dan kebutuhan para pemegang saham saat ini.
akuntan profesional harus memastikan bahwa nilai-nilai etika mereka
mutakhir dan bahwa mereka disiapkan untuk bertindak pada nilai-nilai
tersebut untuk menguji peran mereka, serta menjaga kreditabilitas dan
dukungan untuk profesi.

2. Tata Kelola

Globalisasi dan internasionalisasi telah berkembang dalam dunia


usaha, pasar modal dan akuntabilitas perusahaan. Perusahaan dengan
transaksi di seluruh dunia sadar bahwa mereka semakin bertanggung
jawab untuk setiap operasi mereka dan mencari cara yang efektif untuk
mengelola, memperhitungkan dan mengungkapkan kegiatan diseluruh
dunia.

IFAC telah mengembangkan kode etik yang bersifat internasional


untuk Para Akuntan Profesional, dan semua negara IFAC telah sepakat
melakukan standarisasi pada kode negara mereka dengan dasar yang sama
atau mirip dengan kode iternasional yang baru. Prinsip-prinsip yang
melekat dalam kode internasional baru akan menjadi dasar bagi perilaku
dan pendidikan masa depan dari pada akuntan profesional. Area sulit dari
perilaku profesional, seperti identifikasi dan pengolahan konflik
kepentingan, akan menerima sekumpulan pedoman yang baru.

Kantor akuntan publik sedang mengembangkan standar audit


global untuk melayani klien utama mereka, dan standar perilaku yang
mendukung untuk memastikan penilaian mereka independen, objektif dan
akurat.
3. Layanan yang Ditawarkan

Dalam lingkungan global yang didefenisikan ulang baru-baru ini,


penawaran layanan nonaudit kepada klien audit yang merupakan masalah
yang bertentangan bagi Arthur Andersen dalam kegagalan Enron, telah
dibatasi sehingga harapan konflik kepentingan yang lebih ketat dapat
dipenuhi. Para akuntan profesional harus sangat mewaspadai terjadinya
konflik, dimana nilai-nilai dan kode-kode dari para profesional lain yang
mereka perkerjakan berbeda dari profesi akuntan.

E. Mengelola Resiko Etika dan Kesempatan / Peluang

Dampak meningkatnya harapan untuk bisnis pada umumnya dan


untuk direktur, eksekutif, dan akuntan pada khususnya telah membawa
tuntutan reformasi tata kelola. Pengambilan keputusan etis, dan
pengelolaan yang akan mendapat dari pemikiran terkini tentang bagaimana
mengelola resiko etika dan peluang.

Strategi dan mekanisme yang efektif untuk mempengaruhi


pemangku kepentingan yang dibahas dengan pandangan mengembangkan
dan mempertahankan dukungan mereka. Hubungan dibuat antara
manajemen resiko etika dan pengalaman tradisional lingkungan atau
pengelolaan atau pengelolaan masalah, dan juga untuk bidang hubungan
bisnis pemerintah. Keduanya bisa mendapatkan keuntungan secara
signifikan dari perspektif modern akuntabilitas pemangku kepentingan
yang meluas.

Bisnis dan akuntansi professional pasti bergantung pada orang baik


pada pemangku kepentingan eksternal, dan mungkin lebih penting. Pada
pemangku kepentingan internal, seperti karyawan. Memahami harapan
etika tempat kerja sangat penting bagi keberhasilan organisasi dan para
eksekutifnya. Hak-hak karyawan berubah, seperti harapan untuk privasi,
martabat, perlakuan adil, kesehatan, dan keselamatan, serta melatih hati
naruni seseorang. Pengembangan kepercayaan tergantung pada nilai-nilai
etika dan sangat penting untuk komunikasi, kerjasama, berbagi ide,
keunggulan inovasi dan latihan kepemimpinan modern. Juga merupakan
faktor-faktor menentu keberhasilan. Pentingnya dimensi-dimensi etika
tempat kerja ini membuat pengamat ahli mempercayainya sebagai cara
keryawan melihat perlakuan mereka sediri terhadap perusahaan yang
menentukan apa yang karyawan pikirkan mengenai program etika
perusahaan mereka. Sebuah perusahaan tidak dapat memiliki etika budaya
perusahaan yang efektif tanpa etika kerja yang terpuji.

Sebagian perusahaan berhadapan dengan budaya yang berbeda-


beda dalam mempekerjakan dan manajemen personal (karyawan)
walaupun operasional mereka hanya di satu Negara.Walau bagaimanapun,
sebagian besar perusahaan modern sepakat secara internasional dan harus
memahami dampaknya dipandang dan kepekaan yang diciptakan.
Menangani hal tersebut secara etis merupakan sebuah harapan yang
tumbuh dan akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pencapaian
tujuan-tujuan strategis.

Bagian teka-teki etis untuk perusahaan modern adalah


menyelesaikan pemberian dan penerimaan hadiah, suap, dan memfasilitasi
pembayaran. Semua aspek ini menciptakan aspek konflik kepentingan,
tetapi diharapkan dalam banyak kebudayaan.Wawasan disediakan,
termasuk komentar tentang penggunaan imajinasi moral menjadi
bagaimana menangani tantangan-tantangan etis, menghormati kepentingan
budaya yang berbeda-beda dan melindungi perusahaan.

CSR dan memaparkan kisah perusahaan melalui pelaporan CSR


adalah bagian penting dari perencanaan strategi dan pencapaian tujuan-
tujuan strategis. Penegmbangan jenis kewarganagraaan perusahaan yang
diinginkan oleh pimpinan dan pemangkas kepentingan perusahaan adalah
perlunya sebuah perluasan terhadap nilai-nilai etika yang mendasar untuk
etika budaya organisasi. Kerangka kerja baru yang menggairahkan
muncul, sehingga direktur, eksekutif, dan akuntan professional akan
disarankan untuk mengawasi guna memanfaatan peluang-peluang baru
yang muncul. Laporan tentang program-program CSR dan kemudian
jaminan kian berkembang pesat.

Akhirnya, para pengusaha yang berpengalaman mengetahui bahwa


krisis tak terelakkan, serta pendekatan-pendekatan manajemen krisis telah
dikembangkan untuk memastikan bahwa perusahaan dan eksekutif tidak
mengalami kerusakan lebih buruk dari yang diinginkan pada prospek dan
reputasi mereka. Pada kenyataannya, jika aspek-aspek etis dari krisis telah
dikelola dengan baik, reputasi dapat ditingkatkan. Mengombinasikan etika
dengan manajemen krisis jelas mampu mengubah risiko menjadi peluang.

Anda mungkin juga menyukai