Anda di halaman 1dari 3

HASIL NOTULENSI

POTENSI TINDAK PIDANA PEMILU PERTAHAPAN DAN CARA


BERTINDAK
MULIADI, S.H, M.S.I (Kabag Reskrim Polres Polman)

Hotel Lilianto, Jumat 15 Maret 2019

Saya disini bukan untuk mengajari teman-teman tapi lebih kepada saling
berbagi atau saling melengkapi. Karena saya yakin ada yang saya ketahui, tidak
diketahui teman-teman, Begitupun sebaliknya.
Sekarang kita sudah memasuki tahapan kampanye. Tentunya teman-teman
Panwascam kerja lebih berat lagi. Karena itu berbicara potensi pelanggaran tindak
pidana pemilu bukan main-main.
Ada beberapa tahapan pada pemilu yang setiap tahapannya memiliki potensi
pelanggaran. Namun disini saya tidak akan berpanjang lebar. Kecuali yang
penting–penting saja.

I. Asas Pidana
Undang-undang No. 7 Tahun 2017 adalah undang-undang yang lebih
khusus dari undang-undang khusus yang ada contohnya Undang-undang khusus
tindak pidana korupsi. Kenapa, karena undang-undang ini tidak mengacu ke
KUHAP. Itulah mengapa saya mengatakan kalau undang-undang ini lebih khusus
dari undang-undang khusus yang ada sebelumnya.
Jadi. Setiap temuan dugaan yang didapat oleh teman-teman panwas
kecamatan pastinya akan masuk ke Bawaslu. Nah, langkah pertamanya :
1. Laporan disampaikan ke Bawaslu, disana Bawaslu, Kepolisian dan Kejaksaan,
akan lansung ditindak lanjuti ke tahap selanjutnya.
2. Hasil pengawasan Bawaslu (atau temuan teman-teman Panwas) aka ditelaah
lebih lanjut. Apakah bisa dilanjutkan atau tidak.
3. Lanjut

II. Jenis Tindak Pidana dan cara bertindak


Ada beberapa jenis tindak Pidana dalam tahapan pemilu. Seperti :
1. Black Campaign.
Black Campaign ini perlu diperhatikan karena beda tipis dengan Negatif
Campaign. Jadi, yang bisa diproses adalah Black Campaign. Sementara Negatif
Campaign tidak bisa diproses. Contohnya si A berkampanye dengan berkata
jangan pilih si B karena dia seorang koruptor (meskipun betul si B itu mantan
narapidana korupsi pengadaan apalah gitu. Itu termasuk dalam Black Campaign).
Sementara Negatif Campaign tidak boleh di proses karena apa yang disampaikan
tidak memenuhi unsur pelanggaran (sekalipun ada kemiripan) contohnya Si A
berkampanye berkata jangan pilih calon yang tidak bisa ini dan itu.
2. Money Politic
Saya pikir ini tidak usah saya jelaskan karena saya yakin kita semua sudah tau apa
itu Money Politic.
3. Berkampanye ditempat ibadah, tempat pendidikan dan fasilitas negara.

Kadang kita kayak dokter, mencegah lebih baik daripada mengobati. Semoga
teman–teman Panwas bisa meminimalisir keadaan, agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.

PERTANYAAN
1. MULIAWAN (Panwas Alu)
Saya melihat ada perbedaan dikalangan pengambil keputusan. Pertanyaan saya,
kenapa bisa para pengambil keputusan beda persepsi dalm mengambil keputusan?
2. MUNAWIR (Panwas Wonomulyo)
Saya pernah teringat pesan disalah-satu media yang berkata “Bawaslu dan
Kepolisisan OK. Kejaksaan NO. apa maksudnya?

JAWABAN.
Pertanyaannya beda-beda tipis jadi saya jawab sekalian saja, mirip ji.
1. Sebenarnya ada pasal khusus yang mengatur itu. hukum Pidana bicara Materil
yang ada Subyektif dan ada Obyektif. Sementara kebanyakan kasus yang ditangani
dalam pemilu lebih banyak Formil.
Hukum itu sifatnya subyektif (beda orang beda menafsirkan, masing-masing punya
penafsiran tersendiri) itu yang saya bilang diatas, pasal khusus karena kalau ke 3
aparat hukum tidak sepaham. Ya.. tidak bisa dilanjut,sekalipun semisal kepolisian
mau melanjutkan. Tapi kalau ada yang tidak sepakat. Ya tidak boleh dilanjut. Dan
itulah hukum di Negara kita.

Harapan saya, semoga kita bisa terus bersama-sama mengawal serta


mensukseskan pemilu kali ini. Semoga pemilu kali ini bisa tidak ada
pelanggarannya, meskipun saya sangsikan itu. Namun, minimal bisa kita
minimalisir pelanggaran.

Anda mungkin juga menyukai