Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

POTENTIAL END PLATE

DISUSUN OLEH:

1. Danti Viryandani PK 115 018 004


2. Dina Rahmatika PK 115 018 006
3. Farida PK 115 018 008
4. Hasriani PK 115 018 010
5. Ignatius Arselino PK 115 018 012
6. Julyanto H. Kadir PK 115 018 016
7. Nadila Marande PK 115 018 018
8. Seprianti Lapato PK 115 018 020
9. Yuliana Andriati PK 115 018 024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDONESIA JAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan karena berkat limpahan rahmat dan

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. makalah ini kami

susun untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah. Makalah ini

berjudul “POTENTIAL END PLATE”.

Kami menyadari,bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan dan

jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran

yang positif dari pembaca. Sekiranya kami bisa membenahi kesalahan pada

penulisan yang ada pada makalah tersebut menjadi lebih baik dan berguna dimasa

yang akan datang. kam berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca

kedepannya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... .i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3

2.1 Pembahasan Potential End Plate........................................................ 3

2.2 Macam-Macam Neurontransmiter..................................................... 4

2.3 Jenis – Jenis Sinapsis......................................................................... 12

BAB III PENUTUP..................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan....................................................................................... 16

3.2 Saran................................................................................................. 16

.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Unit motor adalah motoneuron bersama dengan axon dan seluruh

serabut otot yang diinervasinya. Pada saat sebuah motoneuron beraksi, seluruh

serabut otot yang diinervasinya berkontraksi. Karena satu motoneuron

menginervasi dari sangat sedikit sampai seribu atau lebih serabut otot, maka

ukuran unit motor sangat bervariasi,. Unit motor yang kecil terdapat pada otot-

otot yang kecil, misalnya otot ekstraokular dan otot tangan. Demikian juga, unit

motor yang kecil terdapat pada otot-otot yang melakukan berbagai gerak yang

halus, misalnya otot-otot kecil tangan, otot larynx dan otot ekstraokular. Unit

motor yang besar misalnya terdapat pada m. tibialis anterior, m. gastrocnemius.

Serabut saraf unit yang kecil umumnya juga berdiameter lebih kecil

dibandingkan unit yang besar. Satu serabut saraf dapat menginervasi banyak

serabut otot karena axon mempunyai banyak cabang. Serabut-serabut otot yang

berasal dari satu unit motor tersebar merata di otot.

Ujung cabang-cabang motoneuron bersama dengan membran otot yang

diinervasinya membentuk motor-end plate (junctio neuromuscularis). Gambaran

pokok dari sebuah motor end plate adalah sbb. Motor end plate terdiri atas dua

bagian, yaitu saraf dan otot yang saling dipisahkan oleh celah. Satu impuls saraf

menghasilkan suatu potensial end plate, dan apabila potensial ini mecapai
ambang maka terjadilah potensial aksi yang disebarkan ke sepanjang serabut otot

dan menimbulkan kontraksi. Asetilkholin yang dilepaskan pada saat datangnya

aksi potensial saraf akan segara dipecah oleh asetilkholinesterase. Transmisi

impuls di junctio neuromuscularis dapat dipengaruhi melalui beberapa cara.

Curare, misalnya, mengurangi potensial end plate, dengan demikian mencegah

timbulnya potensial aksi. Akbiatnya terjadi paralisis otot.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dari Potential End Plate?

2. Apa yang dimaksud Neurotransmiter?

3. Bagaimana jenis-jenis sinapsis?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan bagaimana Potential End Plate bekerja dalam tubuh.

2. Menjelaskan aktivasi Sinapsis yang terjadi didalam tubuh.

3. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan neurotransmitter dan


pembagiannya.

1.4 Manfaat Penulisan

Membantu mahasiswa dalam belajar mandiri secara berkelompok sehingga


dapat membagi tugas dan lebih mendalami materi yang akan mereka bahas.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Potential End Plate

A. Pengertian Potential End Plate

Potential end plate atau end plate potential adalah depolarisasi serat

otot rangka yang disebabkan oleh neurontransmitter yang mengikat membran

postinaptik di persimpangan neuromuskuler. Mereka disebut “pelat

ujung”karena terminal postsynaptic dari serat otot memiliki penampilan yang

besar,seperti piring. Ketika potensial aksi mencapai terminal akson dari

neuron motorik,vesikel yang membawa neurotransmitter (kebanyakan

asetilkolin) dieksositosis dan isinya dilepaskan ke persimpangan

neuromuskuler. Neurotransmiter ini berikatan dengan reseptor pada membran

postsinaptik dan menyebabkan depolarisasi. Dengan tidak adanya potensi

aksi,vesikel asetilkolin secara spontan bocor ke persimpangan neuromuskuler

dan menyebabkan depolarisasi yang sangat kecil pada membran pascasinaps.

Pada umumnya satu serabut otot diinerfasi oleh satu akson dan

mempunyai motor end plate. Setelah lahir ukuran motor unit mengecil,

mungkin karena pada mulanya satu serabut otot diinervasi lebih dari satu

motoneuron, maka ukuran unit motor menjadi konstan.


2.2 Macam-Macam Neurontransmiter
Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan
disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari
akson terminal melalui eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang.
Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antar neuron. Zat-zat kimia ini
menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih
kurang dapt menyalurkan impuls, tergantung dari neuron dan transmiter tersebut.
Contoh-contoh neurotransmiter adalah norepinefrin, acetilkolin, dopamin, serotonin,
asam gama aminobutirat (GABA), glisin, dan lain-lain.
1. Asetilkolin
Asetilkolin merupakan substansi transmitter yang disintesis diujung presinap
dari koenzim asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim kolin
asetiltransferase. Kemudian substansi ini dibawa ke dalam gelembung
spesifiknya. Ketika kemudian gelembung melepaskan asetilkolin ke dalam celah
sinap, asetilkolin dengan cepat memecah kembali asetat dan kolin dengan
bantuan enzim kolinesterase, yang berikatan dengan retikulum proteoglikan dan
mengisi ruang celah sinap. Kemudian gelembung mengalami daur ulang dan
kolin juga secara aktif dibawa kembali ke dalam ujung sinap untuk digunakan
kembali bagi keperluan sintesis asetilkolin baru.

2. Norepinefrin, epinephrine, dan dopamine


Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine dikelompokkan dalam
cathecolamines. Hidroksilasi tirosin merupakan tahap penentu (rate-limiting
step) dalam biosintesis cathecolamin. Disamping itu, enzim tirosin hidroksilase
ini dihambat oleh oleh katekol (umpan b alik negatif oleh hasil akhirnya).
a. Dopamin
Merupakan neurotransmiter yang mirip dengan adrenalin dimana
mempengaruhi proses otak yang mengontrol gerakan, respon emosional dan
kemampuan untuk merasakan kesenangan dan rasa sakit. Dopamin sangat
penting untuk mengontrol gerakan keseimbangan. Jika kekurangan dopamin akan
menyebabkan berkurangnya kontrol gerakan seperti kasus pada penyakit
Parkinson. Jika kekurangan atau masalah dengan aliran dopamine dapat
menyebabkan orang kehilangan kemampuan untuk berpikir rasionil, ditunjukkan
dalam skizofrenia. dari perut tegmental area yang banyak bagian limbic sistem
akan menyebabkan seseorang selalu curiga dan memungkinkan untuk
mempunyai kepribadian paranoia. Jika kekurangan Dopamin di bidang
mesocortical dari daerah perut tegmental ke neocortex terutama di daerah
prefrontal dapat mengurangi salah satu dari memori.
b. Norephineprin
Disekresi oleh sebagian besar neuron yang badan sel/somanya terletak pada
batang otak dan hipothalamus. Secara khas neuron-neuron penyekresi
norephineprin yang terletak di lokus seruleus di dalam pons akan mengirimkan
serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan akan membantu pengaturan
seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan kewaspadaan. Pada sebagian
daerah ini, norephineprin mungkin mengaktivasi reseptor aksitasi, namun pada
yang lebih sempit malahan mengatur reseptor inhibisi. Norephineprin juga
sebagian disekresikan oleh sebagian besar neuron post ganglion sistem saraf
simpatisdimana ephineprin merangsang beberapa organ tetapi menghambat organ
yang lain.
3. Glutamate
Glutamate merupakan neurotransmitter yang paling umum di sistem
saraf pusat, jumlahnya kira-kira separuh dari semua neurons di otak. Sangat
penting dalam hal memori. Kelebihan Glutamate akan membunuh neuron di
otak. Terkadang kerusakan otak atau stroke akan mengakibatkan produksi
glutamat berlebih akan mengakibatkan kelebihan dan diakhiri dengan banyak sel-
sel otak mati daripada yang asli dari trauma. AlS, lebih dikenal sebagai penyakit
Lou Gehrig’s, dari hasil produksi berlebihan glutamate. Banyak percaya mungkin
juga cukup bertanggung jawab untuk berbagai penyakit pada sistem saraf, dan
mencari cara untuk meminimalisir efek.
4. Serotonin
Serotonin (5-hydroxytryptamine, atau 5-HT) adalah suatu neurotransmitte
rmonoamino yang disintesiskan dalam neuron-neuron serotonergis dalam sistem
saraf pusat (CNS) dan sel-sel enterochromaffin dalam saluran pencernaan.
Pada system saraf pusat serotonin memiliki peranan penting sebagai
neurotransmitter yang berperan pada proses marah, agresif, temperature tubuh,
mood, tidur, human sexuality, selera makan, dan metabolisme, serta rangsang
muntah.
Serotonin memiliki aktivitas yang luas pada otak dan variasi genetic pada
reseptor serotonin dan transporter serotonin, yang juga memiliki kemampuan
untuk reuptake yang jika terganggu akan memiliki dampak pada kelainan
neurologist.
Obat-obatan yang mempengaruhi jalur dari pembentukan serotonin
biasanya digunakan sebagai terapi pada banyak gangguan psikiatri, selain itu
serotonin juga merupakan salah satu dari pusat penelitian pengaruh genetic pada
perubahan genetic psikiatri.
Pada beberapa studi yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa pada
beberapa orang dengan gangguan cemas memiliki serotonin transporter yang
tidak normal dan efek dari perubahan ini adalah adanya peluang terjadinya
depresi jauh lebih besar dibanding orang normal.Dari peneltian terbaru juga
didapatkan bahwa serotonin bersama-sama dengan asetilkolin dan norepinefrin
akan bertindak sebagai neurotransmitter yang dilepaskan pada ujung-ujung saraf
enteric. Kebanyakan nuclei rafe akan mensekresi serotonin yang membantu
dalam pengaturan tidur normal. Serotonin juga merupakan salah satu dari
beberapa bahan aktif yang akan mengaktifkan proses peradangan, yang akan
dimulai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal sampai pada tahap
pembengkakan sel jaringan, selain itu serotonin juga memiliki kendali pada
aliran darah, kontraksi otot polos, rangsang nyeri, system analgesic, dan
peristaltic usus halus.
5. GABA
γ-Aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmiter inhibisi utama pada
sistem saraf pusat. GABA berperan penting dalam mengatur exitability neuron
melalui sistem saraf. Pada manusia, GABA juga bertanggung jawab langsung
pada pengaturan tonus otot.
GABA dibentuk dari dekarboksilasi glutamat yang dikatalis oleh glutamate
decarboxylase (GAD).GAD umumnya terdapat dalam akhiran saraf. Aktivitas
GAD membutuhkan pyridoxal phosphate (PLP) sebagai kofaktor. PLP dibentuk
dari vitamin B6 (pyridoxine, pyridoxal, and pyridoxamine) dengan bantuan
pyridoxal kinase. Pyridoxal kinase sendiri membutuhkan zinc untuk aktivasi.
Kekurangan pyridoxal kinase atau zinc dapat menyebabkan kejang, seperti pada
pasien preeklamsi.Reseptor GABA dibagi dalam dua jenis: GABAA dan GABAB.
Reseptor GABAA membuka saluran florida dan diantagonis oleh pikrotoksin dan
bikukulin, yang keduanya dapat mnimbulkan konvulsi umum.
Reseptor GABAB yang secara selektif dapat diaktifkan oleh obat anti spastik
baklofen, tergabung dalam saluran kalium dalam membran pascasinaps. Pada
sebagian besar daerah otak IPSP terdiri atas komponen lambat dan cepat. Bukti-
bukti menunjukkan bahwa GABA adalah transmiter penghambat yang
memperantarai kedua componen tersebut. IPSP cepat dihambat oleh antagonis
GABAA, sedangkan IPSP lambat oleh antagonis GABAB. Penelitian
imunohistokimia menunjukkan bahwa sebagian besar dari saraf sirkuit local
mensintesis GABA. Satu kelompok khusus saraf dari sirkuit local terdapat di
tanduk dorsal sumsum tulang belakang juga menghasilkan GABA. Saraf-saraf ini
membentuk sinaps aksoaksonik dengan terminal saraf sensoris primer dan
bekerja untuk inhibisi presinaps.
Pada vertebrata, GABA berperan dalam inhibisi sinaps pada otak melalui
pengikatan terhadap reseptor spesifik transmembran dalammembran plasma pada
proses pre dan post sinaps. Pengikatan ini menyebabkan terbukanya saluran ion
sehingga ion klorida yang bermuatan negatif masuk kedalam sel dan ion kalium
yang bermuatan positif keluar dari sel. Akibatnya terjadi perubahan potensial
transmembran, yang biasanya menyebabkan hiperpolarisasi. Reseptor GABA A
merupakan reseptor inotropik yang merupakan saluran ion itu sendiri, sedangkan
Reseptor GABAB merupakan reseptor metabotropik yang membuka saluran ion
melalui perantara G protein (G protein-coupled reseptor)
Neuron-neuron yang menghasilkanyang menghasilkan GABA disebut
neuron GABAergic. Sel medium spiny merupakan salahsatu contoh sel
GABAergic
6. Glisin
Glisin (Gly, G) atau asam aminoetanoat adalah asam amino alami paling
sederhana. Rumus kimianya NH2CH2COOH. Glisin merupakan asam amino
terkecil dari 20 asam amino yang umum ditemukan dalam protein. Kodonnya
adalah GGU, GGC, GGA dan GGG.
Glisin merupakan satu-satunya asam amino yang tidak memiliki isomer optik
karena gugus residu yang terikat pada atom karbon alpha adalah atom hidrogen
sehingga terjadi simetri. Jadi, tidak ada L-glisin atau D-glisin.
Glisin merupakan asam amino yang mudah menyesuaikan diri dengan
berbagai situasi karena strukturnya sederhana. Sebagai contoh, glisin adalah satu-
satunya asam amino internal pada heliks kolagen, suatu protein struktural. Pada
sejumlah protein penting tertentu, misalnya sitokrom c, mioglobin, dan
hemoglobin, glisin selalu berada pada posisi yang sama sepanjang evolusi
(terkonservasi). Penggantian glisin dengan asam amino lain akan merusak
struktur dan membuat protein tidak berfungsi dengan normal. Secara umum
protein tidak banyak pengandung glisina. Perkecualian ialah pada kolagen yang
dua per tiga dari keseluruhan asam aminonya adalah glisin.
Glisin bekerja sebagai transmiter inhibisi pada sistem saraf pusat, terutama
pada medula spinalis, brainstem, dan retina. Jika reseptor glisin teraktivasi,
korida memasuki neuron melalui reseptor inotropik, menyebabkan terjadinya
potensial inhibisi post sinaps (Inhibitory postsynaptic potential / IPSP).
Strychnine merupakan antagonis reseptor glisin yang kuat, sedangkan bicuculline
merupakan antagonis reseptor glisin yang lemah. Glisin merupakan reseptor
agonis bagi glutamat reseptor NMDA.
7. Aspartat
Asam aspartat (Asp) adalah α-asam amino dengan rumus kimia
HO2CCH(NH2)CH2CO2H. Asam aspartat (atau sering disebut aspartat saja,
karena terionisasi di dalam sel), merupakan satu dari 20 asam amino penyusun
protein.
Asam aspartat bersama dengan asam glutamat bersifat asam dengan pKa dari
4.0. Bagi mamalia aspartat tidaklah esensial. Fungsinya diketahui sebagai
pembangkit neurotransmisi di otak dan saraf otot. Diduga, aspartat berperan
dalam daya tahan terhadap kelelahan. Senyawa ini juga merupakan produk dari
daur urea dan terlibat dalam glukoneogenesis.Aspartat (basa konjugasi dari asam
aspartat) merupakan neurotransmiter yang bersifat eksitasi terhadap sistem saraf
pusat. Aspartat merangsang reseptor NMDA (N-metil-D-Aspartat), meskipun
tidak sekuat rangsangan glutamat terhadap reseptor tersebut. Sebagai
neurotransmitter, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap kelelahan.
Tetapi,bukti-bukti yang mendukung gagasan ini kurang kuat.
8. Epinefrin
Epinefrin merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres
jangka pendek. Epinefrin disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat
ataupun berbahaya. Di dalam aliran darah epinefrin dengan cepat menjaga
kebutuhan tubuh saat terjadu ketegangan, atau kondisi gawat dengan memberi
suplai oksigen dan glukosa lebih pada otak dan otot. Selain itu epinefrin juga
meningkatkan denyut jantung, stroke volume, dilatasi dan kontraksi arteriol pada
gastrointestinal dan otot skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula darah
dengan jalan meningkatkan katabolisme dari glikogen menjadi glukosa di hati
dan saat bersamaan menurunkan pembentukan lipid dari sel-sel lemak.
Epinefrin memiliki banyak sekali fungsi di hampir seluruh tubuh, diantaranya
dalam mengatur konsentrasi asam lemak, konsentrasi glukosa darah, kontrol
aliran darah ginjal, mengatur laju metabolisme, kontraksi otot polos,
termogenesis kimia, vasodilatasi, vasokonstriksi, dll.
9. Asetilkolin
Asetilkolin disekresi oleh neuron-neuron yang terdapat di sebagian besar
daerah otak, namun khususnya oleh sel-sel piramid besar korteks motorik, oleh
beberapa neuron dalam ganglia basalis, neuron motorik yang menginervasi otot
rangka, neuron preganglion sistem saraf otonom,, neuron postganglion sistem
saraf simpatik,. Pada sebagian besar contoh di atas asetilkolin memiliki efek
eksitasi, namun asetilkolin juga telah diketahui memilik efek inhibisi pada
beberapa ujung saraf parasimpatik perifer, misalnya inhibisi jantung oleh nervus
vagus.
10. Nitrat Oksida (NO)
NO adalah substansi molekul kecil yang baru ditemukan. Zat ini terutama
timbul di daerah otak yang bertanggung jawab terhadap tingkah laku jangka
panjang dan untuk ingatan. Karena itu, transmitter yang baru ditemukan ini dapat
menolong kita untuk menjelaskan mengenai tingkah laku dan fungsi ingatan.
Oksida nitrat berbeda dengan transmitter molekul lainnya dalam hal mekanisme
pembentukan di ujung presinap dan kerjanya di neuron post sinap. Zat ini tidak
dibentuk sebelumnya dan disimpan dalam gelembung ujung presinap seperti
transmitter lain. Zat ini disintesis hampir segera saat diperlukan dan kemudian
berdifusi keluar dari ujung presinap dalam waktu beberapa detik dan tidak
dilepaskan dalam paket gelembung-gelembung. Selanjutnya zat ini berdifusi ke
dalam neuron post sinap yang paling dekat, selanjutnya di neuron postsinap, zat
ini tidak mempengaruhi membran potensial menjadi lebih besar, tetapi
sebaliknya mengubah fungsi metabolik intraseluler yang kemudian
mempengaruhi eksitabilitas neuron dalam beberapa detik, menit, atau barangkali
lebih lama.
11. Neropeptida
Neuropeptida merupakan kelompok transmitter yang sangat berbeda dan
biasanya bekerja lambat dan dalam hal lain sedikit berbeda dengan yang terdapat
pada transmitter molekul kecil.Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki
fungsi sebagai neurotransmitter. Daftar peptida ini semakin panjang dengan
ditemukannya putative neurotransmitter (diperkirakan memiliki fungsi sebagai
neurotransmitter berdasarkan bukti-bukti yang ada tetapi belum dapat dibuktikan
secara langsung). Neuropeptida sudah dipelajari sejak lama, namun bukan dalam
fungsinya sebagai neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi
hormonal. Peptida ini mula-mula dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar
endokrin, kemudian hormon-hormon peptida itu akan menuju ke jaringan-
jaringan otak. Dahulu para ahli meyangka bahwa peptida dihasikan dalam
kelenjar hormon danmasuk ke dalamjaringan otak, namun saat ini sudah dapat
dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi sebagai neurotransmitter, dapat
disintesa dan dilepaskan oleh neuron di susunan saraf.
Neuropeptida tidak disintesis dalam sitosol pada ujung presinap. Namun
demikian, zat ini disintesis sebagai bagian integral dari molekul protein besar
oleh ribosom-ribosom dalam badan sel neuron. Molekul protein selanjutnya
mula-mula memasuki retikulum endoplasma badan sel dan kemudian ke aparatus
golgi, yaitu tempat terjadinya perubahan berikut:
a. Protein secara enzimatik memecah menjadi fragmen-fragmen yang lebih
kecil dan dengan demikian melepaskan neuropeptidanya sendiri atau
prekursornya.
b. Aparatus golgi mengemas neuropeptida menjadi gelembung-gelembung
transmitter berukuran kecil yang dilepaskan ke dalam sitoplasma
c. Gelembung transmitter ini dibawa ke ujung serabut saraf lewat aliran
aksonal dari sitoplasma akson, berkeliling dengan kecepatan lambat hanya
beberapa sentimeter per hari.
d. Akhirnya gelembung ini melepaskan trasnmitternya sebagai respon terhadap
potensial aksi dengan cara yang sama seperti untuk transmitter molekul
kecil. Namun gelembung diautolisis dan tidak digunakan kembali.

2.3 Jenis-jenis Sinapsis


a. Denritik sipnasis (denritic synapse)

Sinapsis jenis ini terbentuk akibat bertemunya akson dari neuron

presinapsis dengan denrit dari neuron post sinapsis

b. Somatik Sinapsis ( somatic synapse)

Sinapsis jenis ini terbentuk akibat bertemunya aksosn dari neuron

presinapsis dengan badan sel dari neuron post sinapsis.

c. Akson sinapsis ( aksonal synapse)

Sinapsis jenis ini terbentuk akibat bertemunya akson dari neuron

presinapsis dengan akson dari neuron post sinapsis.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Potential end plate atau end plate potential adalah depolarisasi serat

otot rangka yang disebabkan oleh neurontransmitter yang mengikat membran

postinaptik di persimpangan neuromuskuler. Pada umumnya satu serabut

otot diinerfasi oleh satu akson dan mempunyai motor end plate. Setelah lahir

ukuran motor unit mengecil, mungkin karena pada mulanya satu serabut otot

diinervasi lebih dari satu motoneuron, maka ukuran unit motor menjadi

konstan.

Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron

dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini

dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis dan juga direabsorpsi untuk

daur ulang. Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antar neuron.

3.2 Saran

Dalam makalah ini banyak kekurangan sekiranya didalam makalah ini

terdapat kata yang tidak baku atau pun tidak jelas, diharapkan pembaca dapat

menyampaikannya agar penulis dapat memperbaikinya.

Anda mungkin juga menyukai