Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

AKROMEGALI

DOSEN PEMBINA :

Jumain, Ns., M.Kep

Nama Kelompok II :

Farida : PK 115 018 008


Ignatius Arselino : PK 115 018 012
Silva Susanti : PK 115 018 027
Yuliana Andriati : PK 115 018 024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2019/2020
AKROMEGALI

Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena


sekresi hormone pertumbuhan (Hp) atau Growth Hormone (GH) yang berlebihan.
Gigantisme terjadi kalau produksi hormone berlebihan. GH terjadi sebelum proses
penutupan epifisis. Sedangkan akromegali terjadi kalau proses tersebut terjadi
setelah penutupan epifisis. Sehingga tampak terjadinya pertumbuhan jaringan
lunak dan struktur tulang yang berlebihan. Efek anabolic GH dimungkinkan
karena adanya mediator Insulin Like Growth Faktor 1 (IFG1) yaitu suatu
peptisida yang dihasilkan oleh jaringan hati sebagai respon terhadap rangsangan
GH.

Kemajuan dalam endokrinologi memungkinkan kita dapat menilai hasil


pengobatan operatif secara lebih baik dengan melakukan analisis klinis dan
laboratorium. Saat ini respon yang paling baik untuk menilai hasil pengobatan
adalah memperhatikan gejala klinis dan mengukur kadar hormone terbaik dengan
segala akibatnya.

A.PENGERTIAN

Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena


sekresi hormone pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang berlebihan.
(Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, edisi 3)

Gigantisme dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein dalam


banyak jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan
kadar glukosa darah. (Keperawatan Medikal Bedah, Bruner&Suddarth, 2001)

B. ETIOLOGI

Penyebab gigantisme dan akromegali dapat digolongkan sebagai berikut:

a. GA (Gigantisme Akromegali) Primer atau Hipofisis, dimana penyebabnya


adalah adenoma hipofisis.
b. GA Sekunder atau Hipotalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH
dari Hipotalamus.
c. GA yang disebabkan oleh karena tumor ektopik (paru, pancreas, dll) yang
mensekresi HP atau GHRH.
C. PATOFISIOLOGI

Melihat besarnya tumor adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam dua bentuk
yakni, mikro adenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makro
adenoma kalau diameternya lebih dari 10 mm.
Adenoma hipofisis merupakan penyebab paling sering. Tumor pada umumnya
dijumpai disayap lateral sella tursica. Kadang-kadang tumor ektopik dapat pula
dijumpai digaris migrasi rathke pouch yaitu disinus sfenoidalis dan di daerah para
farings.

Akromegali yang disebabkan oleh karena GHRH (Growth Hormone Realising


Hormon) sangat jarang (kurang dari 1%). Namun secara klinis keadaan ini sulit
dibedakan dengan akromegali yang disebabkan oleh karena adeno hipofisis.
Perbedaannya hanya dibuat atas dasar pemeriksaan histopatologis yang
mendapatkan adanya hyperplasia dan bukan adanya adenoma. Penyebab lain
adalah tumor Is Let Sel pancreas yang menghasilkan HP (Isolated Ectopic
Production Of GH).

D. TANDA DAN GEJALA


a. Akibat pada tulang (Skelet)
o Gigantisme
o Frontal Bossing
o Kiposis, Ostopenia
o Artropi
o Pertumbuhan tulang ekstremitas berlebihan
b. Akibat pada jaringan lunak
o Pelebaran dan penebalan hidung, lidah, bibir, dan telinga
o Pembesaran tangan dan kaki
o Kulit tebal, basah, dan berminyak
o Lipatan kulit kasar, skin tag
o Acanthosis nigricans
o Hipertrikosis
o Suara parau
c. Akibat pada proses metabolisme
o Gangguan toleransi glukosa/diabetes melitus
o Hiperfosfatemia
o Hiperlipidemia
o Hiperkalsemia

Kelebihan hormon pertumbuhan (GH) sering terjadi pada usia antara decade
kedua dan keempat, karena GH pada decade dua (usia 5 tahun) merupakan
stadium awal perjalanan penyakit secara lambat. Sedangkan pada decade keempat
terjadi secara terus-menerus setelah stadium awal yang melewati decade tiga
sehingga tampak gejala GH: Frontal Bossing, Pembesaran tangan dan kaki, dll.

E. GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis akibat pembesaran tumor:

1. Pembesaran keatas (Superior)


o Sakit kepala
o Gangguan penglihatan
2. Pembesaran ke lateral
o Kelumpuhan saraf III, IV, V, dan VI
o Penyumbatan pembuluh darah (sinus kavenosus)
o Kejang (temporal lobe seizures)
3. Pertumbuhan ke inferior (dasar sella)
o CSF Rinorea
4. Pertumbuhan ke anterior
o Perubahan kepribadian (frontal lobe type personality changes)
5. Infark (pituitary appoplexia)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Tumor hipofisis saat ini dapat diketahui melalui pemeriksaan:


CT Scan dan dilanjutkan dengan pemeriksaan MRI (Magnetic
Resonance Imaging), yang mempunyai kepekaan tinggi untuk
mendiagnosis adanya tumor hipofisis (baik mikro maupun makro
adenoma)
 Laboratorium darah yaitu pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH
akan menunjang diagnosis gigantisme dan akromegali
G. KOMPLIKASI
1. Hipertropi jantung
2. Hipertensi
3. Diabetes melitus
H. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan adalah:

1. Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C


2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3. Menormalkan fungsi hipofisis
4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat
pembesaran tumor

Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:

1. Terapi pembedahan
2. Terapi radiasi
3. Terapi medikamentosa

a. Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam


pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu bedah makro dengan
melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial) dan
bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara
terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara
celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai
tumor hipofisis.
b. Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau
tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan
atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
o Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45
69 4500 RAD)
o Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles
Radiation, 150 69 15000 RAD)
c. Terapi medikamentosa Agosis dopamine Pada orang normal dopamine
atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian
halnya pada pasien akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis
dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
o Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan
dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang
dicapai antara lain adalah:
 Ukuran tangan dan jari mengecil, dan Terjadi perbaikan gangguan
toleransi glukosa Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme
digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas ringan, nausea, konstipasi,
dll.
o Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200
mikrogram diberikan setiap 8 jam. Perbaikan klinis yang dicapai.
 Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50
kasus
 Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
 Penyusunan tumor Efek samping: ringan dan mempunyai sifat
sementara yaitu nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut.
WOC Akromegali

Penyebab primer: Tumor hipofisis anterior Penyebab sekunder:


Kelainan Hipotalamus

Produksi somatomedin Adenoma tumbuh


agresif Sekresi GHRH
Penyekresi hormon lain di
hipof. anterior rusak (contoh Menekan jar. otak
Sekresi GH berlebih
Gonadotropin)

Terjadi ketika lempeng epifisi


Defisiensi hormon Gangguan Sakit kepala, muntah, tulang sudah menutup
gonad pengelihatan papil edema

Penurunan fungsi
MK: Resiko MK: Resiko PTIK Hati memproduksi IGF-1
reproduksi
Cidera (bertanggungjawab dalam
Penebalan tulang pertumbuhan seluruh tubuh)
dan jar.lunak

Penurunan konsumsi
AKROMEGALI Proliferasi pada wajah
glukosa oleh tubuh

Proliferasi pada
glukosa darah - Penonjolan tulang rahang&pipi
anggota gerak
- Bentuk wajah kasar
Produksi insulin meningkat
Tangan,kaki & jari-jari - Pembesaran mandibula
menebal
- Lidah membesar
GH meresistensi insulin
(kompensasi) Sulit menggig
Koping inefektif Sulit berbicara /mengunyah mak
glukosa darah

Malu dengan keadaan MK: Gang. Nafsu ma


MK: Hiperglikemia tubuhnya Komunikasi verbal menuru

Sel tidak mendapat nutrisi


MK: HDR MK: Gang. citra
tubuh
MK: Ketidakseimbangan nutrisi:
Kurang dari kebutuhan tubuh

Kelelahan&kelemahan MK: Intoleransi aktivitas


Patofisiologi Akromegali
Menurut Guyton
Bila tumor sel hormon pertumbuhan terjadi setelah pubertas yaitu setelah
epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang, orang tidak dapat
tumbuh lebih tinggi lagi, tetapi jaringan lunakkya dapat terus tumbuh, dan
tulang dapat tumbuh menebal. Keadaan ini di kenal dengan akromegali.
Pembesaran khususnya nyata pada tulang tulang kecil tangan dan kaki serta
pada tulang tulang memnbranosa, rahang bawah dan bagian bagian vertebra,
karena pertumbuhannya tidak berhenti pada pubertas. Akibatnya rahang
menonjol ke depan, kadang kadang sebesar 0,5 inci, dahi miring ke depan
karena pertumbuhan samping supraorbital yang berlebihan, hidung bertambah
besar sampai mencapai 2 kali ukuran normal, kaki memerlukan sepatu ukuran
lebih besar dari pada keadaan normal. Dan jari jari menjadi sangat tebal
sehingga ukuran tangan hampir 2 kali normal. Selain efek efek ini perubahan
pada vertebra, biasanya menyebabkan punggung bungkuk. Akhirnya, banyak
organ jaringan lunak seperti lidah, hati, dan khususnya ginjal menjadi sangat
besar
Menurut Sylvia
Pada beberapa pasien dapat timbul akromegali sebagai respon terhadap
neoplasia yang menyekresi GHRA ektopik. Pada pasien ini terdapat
hiperplasia hipofisis somatotrop dan hipersekresi GH.
Apabila tumor timbul sesudah dewasa, yakni setelah epifisis tulang panjang
bersatu dengan batang tulang, maka orang tersebut tidak dapat tumbuh lebih
tinggi lagi, namun jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh, dan tebal
tulangnya masih terus tumbuh. Pembesaran ini terutama terlihat pada pada
tulang-tulang kecil tangan ,kaki, dan pada tulang membranosa. Termasuk
tulang tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi, bagian bawah tulang
rahang, karena pada masa dewasa muda pertumbuhan tulang-tulang ini tak
berhenti

Sumber:
Guyton, Artur C.2002.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Jakarta:
EGC.
Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses penyakit edisi 6. Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AKROMEGALI

Kasus
Seorang bapak-bapak bernama Bapak A, berusia 42 tahun, datang ke rumah
sakit dengan keluhan terdapat pembesaran jari-jari tangan, kaki dan lidah. Bapak
A juga mengatakan adanya perubahan pada tulang wajahnya. Di samping itu
Bapak A juga mengeluh nyeri pada punggung dan kepala. Tepat dua tahun yang
lalu bapak A melakukan terapi radiasi karena terdapat tumor jinak hipofise. Dari
keterangan keluarga, penyakit ini tidak pernah terjadi di keluarganya.
A. Pengkajian
1. Identitas :
a. Nama : Tn A
b. Jenis kelamin : Laki-laki (laki-laki dan perempuan mempunyai resiko
yang sama)
c. Usia : 42 tahun (Usia rata-rata pada saat ditegakkannya diagnosis
akromegali adalah 40-45 tahun)
2. Keluhan utama
a. Perubahan ukuran dan bentuk wajah serta organ-organ tubuh seperti
jari-jari, tangan, lidah, dsb.
b. Nyeri pada punggung dan kepala.
3. Keluhan Tambahan
a. Perasaan tidak nyaman.
b. Klien tidak mengetahui apa penyakit yang dideritanya.
4. Riwayat pengobatan dahulu
Klien mengatakan tidak pernah melakukan perawatan ataupun terapi
lainnya sejak setelah dilakukan terapi radiasi dua tahun yang lalu. Baru
akhir-akhir ini klien mengkonsumsi obat penurun nyeri karena nyeri
punggung dan kepalanya semakin berat.
5. Riwayat penyakit dahulu
Pada dua tahun tang lalu klien pernah mengalami tumor hipofisis jinak,
kemudian perawatan yang dilakukan adalah terapi radiasi.
6. Riwayat penyakit keluarga
Dari keterangan keluarga dijelaskan bahwa keluarga tidak pernah
mempunyai riwayat penyakit sejenis ini.
7. Pemeriksaan fisik mencakup:
 Amati bentuk wajah, khas pada hipersekresi GH seperti bibir dan
hidung besar, tulang supraorbita menjolok.
 Kepala, tangan/lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok
kedepan.
 Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh
dengan baik.
 Amati perubahan pada persendian di punggung. Pada pemeriksaan
ditemukan mobilitas terbatas.
 Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan splenomegali.
 Disfagia akibat lidah membesar.
8. Pemeriksaan diagnostik mencakup :
 Kadar prolaktin serum : ACTH, GH
 Foto tengkorak
 CT Scan otak
 Angiografi
 Tes supresi dengan Dexamethason
 Tes toleransi glukosa.
B. Analisis Data
Analisa data Etiologi Masalah
Ds : klien mengeluh nyeri pada a. Penekanan jaringan oleh Nyeri (kepala,
bagian punggung dan kepala. tumor. punggung)
Do : KU lemah, wajah b. Pembesaran ruas tulang
menyeringai, pucat, tangan belakang.
memegangi daerah kepala dan
punggung.
Ds : klien mengatakan adanya Penyakit pada tahap Gangguan citra
perubahan bentuk wajah, perkembangan. tubuh
tangan, kaki, lidah.
Do : tangan, kaki, lidah, wajah
mengalami perubahan bentuk.
Ds : klien mengatakan adanya Ketidakmampuan Ketidakseimbang
pembesaran lidah. menelan makanan an nutrisi kurang
Do : lidah mengalami dari kebutuhan
pembesaran. tubuh
Ds : klien mengatakan cemas Perubahan pada status Ansietas
karena penyakit yang peran
dideritanya.
Do : wajah pucat, panik, terlihat
bingung dan khawatir.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (kepala, punggung) berhubungan dengan penekanan jaringan oleh
tumor, pembesaran ruas tulang belakang
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit pada tahap
perkembangan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan makanan
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status peran
D. Diagona dan Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan:
Nyeri (kepala, punggung) berhubungan dengan penekanan jaringan oleh
tumor, pembesaran ruas tulang belakang
Tujuan :
Nyeri klien akan akan berkurang dalam jangka waktu 2-3 jam setelah
tindakan.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Kaji tanda-tanda adanya 1. Bermanfaat dalam mengevaluasi
nyeri baik verbal maupun nyeri, menentukan pilihan
non verbal, catat lokasi, intervensi, menentukan efektivitas
intensitas (skala 0-10), dan terapi.
lainya.
2 Pertahankan bel pemanggil 2. Membatasi ketegangan,
dan barang yang sering meminimalkan gerakan agar tidak
digunakan dalam jangkauan nyeri pada punggung.
yang mudah
3 Anjurkan pasien untuk 3. Membantu untuk memfokuskan
menggunakan teknik kembali perhatian dan membantu
relaksasi, seperti imajinasi, pasien untuk mengatasi nyeri/rasa
music yang lembut, relaksasi tidak nyaman secara lebih efektif.
progresif.
4 Berikan obat analgetik 4. Menurunkan nyeri dan rasa tidak
(penurun TIK) nyaman di kepala.
5 Berikan tindakan masase 5. Menurunkan nyeri dan rasa tidak
punggung. nyaman di punggung.

2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit pada tahap
perkembangan.
Tujuan :
Dalam waktu 2-3 minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh
yang positif.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Dorong klien agar mau Informasi dari klien dapat
mengungkapkan pikiran menentukan letak
dan perasaannya terhadap ketidaknyamanan serta untuk
perubahan penampilan menentukan tindakan selenjutnya.
tubuhnya,.
2 Bantu klien Segi-segi positif klien mampu
mengidentifikasi menumbuhkan kepercayaan diri
kekuatanya serta segi-segi pada klien tersebut.
positif yang dapat
dikembangkan oleh klien.
3 Kolaborasi pemberian Diberikan pada klien dengan
obat-obatan seperti: akromegali, untuk mengurangi
Bromokriptin (Parlodel) ukuran tumor.

4 Observasi efek samping Hipotensi ortostatik, iritasi


pemberian bromokriptin lambung, mual, kram abdomen,
dan konstipasi.
5

E. Evaluasi
1. Klien dapat menerima kekurangan (perubahan fisik) dalam dirinya.
2. Klien mampu bersosialisi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya,
tanpa merasa malu akan perbedaan dalam dirinya
3. Klien mampu beraktivitas secara mandiri
F. Pemeriksaan Penunjang
 Pengukuran kadar GH melalui radioimmunoassay, kadarnya hanya
meningkat pada penyakit aktif dan tidak ditekan oleh glukosa pada tes
tpleransi glukosa sekunder.
 Perimetri untuk mencari defek lapang pandang fisual bitemporal (50%).
 Rontgen tengkorak untuk melihat pembesaran sella, erosi prosesus klinoid,
alur supraorbita, dan rahang bawah. Lantae fosa hipofisis biasanya tampak
mengalami erosi atau menjadi ganda pada tomogram tampak lateral.
 CT scan atau MRI untuk melihat ekstensi suprassellar.

Anda mungkin juga menyukai