Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan maternitas merupakan salah satu ilmu yang menguraikan
tentang pemberian layanan kesehatan yang berkualitas dan professional yang
mengidentifikasi, berfokus, dan beradaptasi dengan kebutuhan fisik dan
psikososial ibu hamil, bersalin, nifas, dan gangguan reproduksi, bayi baru
lahir, dan keluarganya.
Pada penyususan tugas kali ini akan membahas konsep bayi baru lahir
atau BBL, adaptasi fisiologis, asuhan keperawatan bayi baru lahir.
Kompetensi-kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi mahasiswa
keperawatan. Perlu kita ingat, bahwa asuhan keperawatan pada BBL
memerlukan kemampuan memahami dan mengaplikasikan kompetensi yang
harus dicapai oleh seorang perawat. Dengan wawasan dan kemampuan
tersebut, kita dapat melakukan asuhan keperawatan pada BBL yang tepat.

B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mahasiswa dapat memahami konsep keperawatan bayi baru lahir.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa dapat melakukan Pengkajian Head to too (System
respirasi, system kardiovaskuler, system metabolism, perubahan
suhu), Refleks Primitif, New Ballard’s Score Kematangan fisik,
Kematangan Neuromuskuler, Perhitungan Kematangan.
b. Mahasiswa mampu mengetahui ciri-ciri bayi normal
c. Mahasiswa mampu mengetahui adaptasi fisiologis

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR


1. PENGERTIAN
Periode neonatal/ neonates/ BBL adalah periode sejak bayi lahir
sampai 28 hari pertama kehidupan. Selama beberapa minggu, neonatus
mengalamI masa transisi dari kehidupan intrauterin ke extrauterine dan
menyesuaikan dengan lingkungan yang baru. Kebanyakan neonatus yang
matur (matang usia kehamilannya) dan ibu yang mengalami kehamilan
yang sehat dan persalinan berisiko rendah, untuk mencapai masa transisi
ini berjalan relatif mudah. (Chapman, Linda., Durham, Roberta,2010).
2. ADAPTASI FISIOLOGIS
a. Sistem pernafasan
Sebelum lahir, O2 janin disuplai oleh plasenta. sehingga agar neonates
dapat bertahan, maka maturasi organ paru sangat penting karena
proses ini melibatkan faktor fisik, sensorik, dan kimiawi (perubahan
tekanan dari kehidupan di dalam uterus & kehidupan di luar uterus
mungkin menghasilkan stimulasi fisik untuk mempercepat pernafasan.
Karakteristik Pernapasan BBL (nenonatus):
 Jam- jam pertama sering disebut periode reaktivitas
 Respirasi Rate (RR) BBL normal 30 – 60x/ menit tapi kecepatan &
kedalamannya tidak teratur, nafas dapat berhenti sampai 20 detik,
RR bisa sampai 80x/ menit
 Dapat terjadi nafas cuping hidung, retraksi dada
b. Sistem kardiovaskuler
Menilai volume darah pada BBL sulit. Saat dilakukan klem pada tali
pusat terjadi peningkatan volume darah yang cepat sehingga menekan
vaskularisasi jantung & paru. BBL dapat menjadi hiperbilirubinemia
selama minggu- minggu pertama kehidupannya sebagai hasil dari
pemecahan hemoglobin tambahan.
Sirkulasi perifer pada BBL agak lambat sehingga terjadi sianosis
residual pada area tangan, kaki, & sirkumoral BBL. Frekuensi nadi
cenderung tidak stabil, & mengikuti pola yang serupa dengan

2
pernapasan. Frekuensi nadi normal 120 – 160 x/ menit. Karakteristik
kardiovaskuler pada BBL:
 Jika BBL menangis, Heart Rate (HR) dapat mencapai 180 x/ mnt,
namun jika BBL tidur maka HR turun menjadi 100 x/ menit.
 Perubahan sirkulasi menyebabkan darah mengalir ke paru- paru.
Perubahan tekanan di (paru- paru, jantung, pembuluh darah besar)
menyebabkan menutupnya foramen ovale, duktus arteriosus,
duktus venosus.
 Inspirasi O2 menyebabkan vena pulmonal dilatasi sehingga
resistensi vaskuler di pulmonal menurun (tekanan di atrium kanan,
ventrikel kanan, arteri pulmonal menurun sehingga terjadi
peningkatan aliran darah pulmonal)
 Kondisi yang mempengaruhi penutupan duktus: Peningkatan
konsentrasi O2 dalam darah, Penurunan prostaglandin (dari
plasenta), Asidosis (PO2 menurun, pH menurun PCO2 meningkat).
c. Sistem termoregulasi
Karakteristik BBL yang dapat menyebabkan hilangnya panas antara
lain kulit tipis, pembuluh darah yang dekat dengan permukaan, sedikit
lemak subkutan Untuk menjaga panas, bayi cukup bulan yang sehat
akan mempertahankan posisi fleksi.
BBL dapat mengalami Kehilangan panas melalui cara:
• Penguapan/ evaporasi: terjadi ketika permukaan yang basah terkena
udara (selama mandi, Insensible Water Loose (IWL {kehilangan
panas tanpa disadari}), linen basah atau pakaian)
• Konduksi: terjadi ketika bayi bersentuhan langsung dengan
bendabenda yang lebih dingin dari kulit mereka (skala, tangan
dingin, stetoskop)
• Konveksi: terjadi ketika panas dipindahkan ke udara sekitar bayi
(pintu/ jendela terbuka, AC)
• Radiasi: transfer panas ke benda dingin yang tidak bersentuhan
langsung dengan bayi (bayi di dekat panas permukaan yang dingin
hilang ke luar dinding & jendela)
d. Sistem neurologis
Anda harus mengkaji reflek-reflek fisiologis BBL karena hal ini
penting sekali untuk mengetahui reflek protektif seperti blink, gag,

3
bersin, batuk. Sedangkan reflek primitif: rooting/sucking, moro,
startle, tonic neck, stepping, and palmar/plantar grasp (anda dapat
melihat cara pengkajian reflekreflek fisiologis BBL). Anda dapat
melihat perbedaan antara Caput succedanum & cephalhematom di
bawah ini:

Tabel 2.1 perbedaan antara Caput succedanum & cephalhematom

e. Sistem hematologi
Volume darah rata- rata pada BBL 80-85ml/Kg. Eritrosit/ sel darah
merah (SDM) lebih banyak dan lebih banyak mengandung
hemoglobin dan hematokrit dibandingkan dengan dewasa. Sedangkan
leukosit/ sel darah putih (SDP) 9000-30.000/mm3.
BBL memiliki risiko Defisiensi Pembekuan darah. Hal ini terjadi
karena:
 BBL risiko defisit faktor pembekuan karena kurang vitamin K
(berfungsi sebagai aktivasi/ pemicu faktor pembekuan secara
umum (factor II, VII, IX, X).
 Vitamin K disintesa di usus tapi makanan & flora usus normal
membantu proses ini
 Untuk mengurangi risiko perdarahan, vitamin K diberikan secara
Intra Muskuler (IM)

f. Sistem gastro intestinal


BBL harus mulai makan, mencerna, & mengabsorpsi makanan setelah
lahir. Kapasitas lambung 6 ml/Kg saat lahir tapi bertambah sekitar 90
ml pada hari pertama kehidupan. Udara masuk ke saluran
gastrointestinal setelah lahir & bising usus terdengar pada jam
pertama. Enzim mengkatalis protein & karbohidrat sederhana. Enzim
pancreatic lipase sedikit diproduksi, lemak susu dalam ASI mudah

4
dicerna dibanding dengan susu formula. BBL yang aterm (matang usia
kehamilannya) memiliki kadar glukosa stabil 50-60mg/dl (jika
dibawah 40mg/dl hipoglikemi)
Apakah anda pernah melihat feses pertama yang dikeluarkan oleh
BBL? Iya warnanya hijau kehitaman, lengket. Namanya adalah
mekonium. Mekonium merupakan feses yang dikeluarkan oleh BBL
yang terdiri dari partikel cairan amnion seperti sel kulit & rambut,
empedu & sekresi intestine lainnya.
Apakah anda pernah melihat bayi mengalami kuning/ ikterik/
jaundice? Pada usia berapa bayi tersebut mengalami kuning? Iya, baik
kita bahas tentang jaundice pada BBL. Fisiologis jaundice terjadi pada
usia 2-3 hari setelah lahir. Sedangkan Jaundice patologis muncul pada
24 jam pertama. Jumlah Bilirubin direct di atas 1 mg/dl atau bilirubin
total > 5 mg/dl. Jaundice patologis terjadi karena terjadi karena
destruksi eritrosit yang berlebih.
Sumber bilirubin adalah berasal dari hemolisis eritrosit
Hemolisis bilirubin ⇢ bilirubin tak terkonyugasi ⇢ menyebar di
serum darah tempat mengikat albumin, lemak subkutan & jaundice,
jaringan otak ⇢ hati & glucoronyl transferase ⇢ empedu ⇢
duodenum & intestinal flora ⇢ ekskresi .
Bilirubin serum normal 5-7 mg/dl

g. Sistem imunitas
BBL kurang efektif melawan infeksi karena SDP berespon lambat
dalam menghadapi mikroorganisme. BBL mendapat imunitas pasif
dari ibu selama kehamilan trimester 3, kemudian dilanjutkan dengan
pemberian ASI. IgG menembus plasenta saat fetus (imunitas pasif
temporer terhadap toksin bakteri & virus). IgM diproduksi BBL untuk
mencegah penyerangan bakteri gram negative. IgA diproduksi BBL
setelah usia 6-12 minggu setelah lahir (bisa didapat pada kolostrum &
ASI)

h. Sistem urinary

5
Kemampuan bayi dalam mengkonsentrasikan urin kurang. Intake/
asupan 2 hari pertama: 65ml/ Kg. Output 2-6 X/ hari. Distribusi cairan
pada BBL:
Total Cairan Tubuh 78 %, Cairan Extraseluler 45 %, Cairan
IntraSeluler 33 % sedangkan dewasa Total Cairan Tubuh 55-60%,
Cairan Extraseluler
20 %, Cairan IntraSeluler 40 %.
BBL mudah kehilangan bikarbonat sampai di bawah dewasa
(meningkat risiko asidosis)

i. Sistem endokrin
Sistem ini merupakan sistem yang kodisinya lebih baik dari pada
sistem yang lainnya. Jika terjadi gangguan, biasanya berkaitan dengan
kondisi hormonal ibunya. Contoh.: pseudomenstruasi (seperti terdapat
menstruasi pada BBL perempuan), breast engorgement (seperti
terdapat pembesaran pada payudara). Kondisi tersebut adalah normal
pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan DM.

B. ASUHAN KEPEERAWATAN BAYI BARU LAHIR


Pemeriksaan fisik merupakan salah satu hal yang harus dikerjakan
dalam rangkaian pengumpulan data dasar (pengkajian data) pada bayi baru
lahir sebagai dasar dalam menentukan asuhan keperawatan pada bayi baru
lahir.
Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan
telanjang di bawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan
panas.
Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai
keadaan umum bayi, menentukan status adaptasi atau penyesuaian kehidupan
intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri, dan mencari adanya kelainan/
ketidaknormalan pada bayi.
Pemeriksaan fisik BBL dilakukan minimal 3x yaitu: pada saat lahir;
dalam 24 jam pertama; pada waktu pulang. Pemeriksaan yang pertama pada
BBL harus dilakukan di kamar bersalin. Tujuannya adalah:
1. Menilai gangguan adaptasi BBL yang memerlukan resusitasi
2. Menentukan kelainan yang perlu tindakan segera (atresia ani, atresia
esofagus), trauma lahir

6
3. Menentukan apakah BBL dapat rawat gabung atau ruang perawatan
khusus atau segera operasi
Pemeriksaan kedua dilakukan di ruang perawatan dan dilakukan di
depan ibu. Tujuannya adalah agar kelainan yang luput dari pemeriksaan
pertama dapat ditemukan. Pemeriksaan yang ketiga adalah sebelum bayi
dipulangkan. Hal ini ditujukan untuk menilai kelainan BBL yang masih ada,
misal: ikterus, cephalhematom, aspirasi pneumonia, atau infeksi nosokomial.
Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir
• Persiapan : lingkungan hangat, bayi hangat, cahaya cukup
• Melibatkan ibu dan keluarga
• Bidan harus waspada terhadap tanda abnormal
• Menyeluruh dan sistematis
• Dilakukan dengan lembut
• Dengan arah Head to toe
• Perhatikan kesimetrisan kanan dan kiri
• Sebelum pakaian bayi dibuka periksa daerah kepala dan refleks
• Periksa tanda2 vital di awal sebelum bayi menangis
• Pemeriksaan panggul dilakukan akhir krn tdk nyaman

1. PEMERIKSAAN DIKAMAR BERSALIN


a. Menilai adaptasi
1) Penilaian awal
Begitu bayi lahir, langsung dikaji dengan cepat 3 hal dari Skor
APGAR:
 WARNA KULIT: Apakah warna kulit bayi merah muda?
Atau pucat/biru?
 TONUS OTOT: Apakah bayi aktif atau lemas?
 USAHA NAFAS: Apakah bayi menangis kuat? Atau
merintih, lemah?
Jika penilaian awal didapatkan hasil buruk (kulit biru, bayi
lemas, tidak menangis) maka SEGERA dilakukan tindakan
resusitasi
2) Penilaian APGAR score
Dilakukan pada 1 menit, 5 menit dan 10 menit setelah lahir. NB:
APGAR Score TIDAK digunakan untuk mendiagnosa asfiksia
atau memulai resusitasi. Pengukuran pada menit pertama,
kelima dan kesepuluh hanya dicantumkan sebagai penilaian

7
keberhasilan resusitasi dan ada peningkatan Skor APGAR.
Diagnosa Asfiksia dibuat dari penilaian 3 hal (di poin a)

b. Mencari kelainan kongenital


1) Anamnesa ibu mengenai riwayat kehamilan: konsumsi obat,
infeksi virus, penyakit ibu, kelainan bawaan
2) Memeriksa jumlah cairan ketuban
3) Hidramnion (>2000ml)  berkaitan dengan obstruksi
(penyumbatan) usus; ibu DM, PE
4) Oligohidramnion (<500 ml)  berkaitan dengan kelainan ginjal
5) Memeriksa tali pusat : segar atau tidak, ada simpul atau tidak,
jumlah arteri dan vena
6) Memeriksa plasenta: pengapuran, nekrosis/infark, bentuk dan
ukuran  berkaitan dengan fungsi plasenta, kecukupan gizi dan
O2 bayi
7) Berat lahir dan kehamilan
8) Bayi kurang bulan dan IUGR memiliki kemungkinan lebih besar
mengalami kelainan kongenital
9) Memeriksa mulut: utuh atau ada labio-palatoschizis
10) Memeriksa kesimetrisan wajah saat menangis. Hal ini
menunjukkan ada atau tidaknya paralisis nervus fasialis (cacat
saraf wajah)
11) Melihat adakah defek tabung saraf (meningokel, omfalokel,
meningokel, spina bifida)
12) Melihat jenis kelamin

2. PEMERIKSAAN DIRUANG RAWAT


1) Pemeriksaan umum menurut (Reeder, Sharon., Martin, Leonide.,
Griffin, Deborah. 2011).
a. Tonus otot
b. Keaktifan

8
Dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan.
Pada BBL cukup bulan yang sehat, ekstremitas dalam keadaan
fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris
c. Tangisan bayi
Tangisan melengking ditemukan pada kelainan neurologis,
sedangkan tangisan lemah dan merintih ditemukan pada kesulitan
bernafas

2) Tanda-tanda vital
HR, RR, Suhu (normalnya 36,5-37,5°C). Beberapa metode
pengukuran suhu:
• Aksiler
Tempat pengukuran paling tepat. Pada Hipotermi, hasil lebih tinggi
daripada rektal karena tertimbunnya brown fat di daerah ketiak
• Rektal
Digunakan pada pemeriksaan fisik sekaligus memastikan anus ada
atau jika temperatur aksiler tidak normal. Lebih traumatik
dibanding aksiler.
• Timpani (telinga)
Dipengaruhi suhu lingkungan sehingga kurang akurat.
• Kulit
• Perabaan kulit diperlukan untuk pengukuran cepat. Dilakukan di
bagian dahi, punggung atau leher
• Pita Pengukur
Metode non-invasif, aman dan bisa dilakukan dengan mudah

3) Ukuran antropometri
Adalah ukuran fisik yang dapat diukur dengan alat pengukur seperti
timbangan atau pita pengukur, terdiri dari: (Kinzie, Barbara., Gomez,
Patricia. 2004).
Berat Badan
Kain alas atau pelindung diletakkan Skala penimbangan diatur ke titik
nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan
pembungkus bayi BBL normal berat lahirnnya 2500-4000 gram
Panjang Badan
Bayi diletakkan di tempat yang datar Panjang badan diukur dari
kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan Bayi aterm
panjang kepala ke tumit rata-rata 45 – 53 cm
Lingkar Kepala

9
Lingkar kepala bayi aterm 34- 39 cm. Lingkar kepala diukur dari
oksiput mngelilingi kepala, tepat di atas alis Pengukuran lingkar
kepala dimaksudkan untuk menaksir pertumbuhan otak.
Lingkar Dada
Ukuran normal 31-35 cm, pengukurnnya dilakukan saat bernafas biasa
pada tulang xipoideus, ukur lingkar dada dari daerah dada ke
punggung kembali ke dada melalui kedua puting susu. Ukuran lingkar
dada biasanya 2 cm kurang dr lingkar kepala/ kadang sama namun
tidak melebihi lingkar kepala.
Lingkar Lengan Atas
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan
lemak dan otot. Berguna untuk menilai keadaan gizi. Ukuran normal
LiLA saat lahir kira-kira 11 cm

4) Kulit
a. Warna
Normalnya BBL berwarna merah muda, BBL yang kulitnya
berwarna merah sekali menunjukkan kerapuhan system vasomotor,
Akrosianosis (kebiruan pada ekstremitas) menunjukkan bayi
kedinginan Sianosis (kebiruan) menunjukkan bayi kekurangan O2,
Kulit seperti marmer (cutis marmorata) menunjukkan penyakit
berat Pewarnaan mekonium (mekonium staining) pada verniks
caseosa, kulit, kuku, dan tali pusat ditemukan pada bayi dengan
riwayat fetal distress Ikterus (warna kuning) paling mudah dilihat
di daerah dahi
b. Rash, lesi, bintik2 ada atau tidak. Jika ada seperti apa warna,
bentuknya, ada cairan atau tidak
c. Vernix caseosa, lanugo ada atau tidak
Vernix Caseosa: subtansi putih yg berlemak yg disekresi oleh
kelenjar sebasea dan sel epitel yang melapisi tubuh BBL. Ini akan
menghilang sendiri beberapa hari setelah lahir, berfungsi untuk
menjaga suhu bayi. Dapat dibersihkan dengan kapas dan minyak
kelapa yg steril. Lanugo: rambut halus yang melapisi permukaan
tubuh, sering pada kulit kepala, dahi dan muka.
d. Kelembaban, turgor kulit baik atau tidak

10
Kulit bayi prematur tipis, halus dan berwarna merah. Kulit bayi
lebih bulan tampak seperti kertas perkamen dan mengelupas
e. Tanda lahir ada atau tidak. Jika ada di mana letaknya, bentuk,
warna seperti apa.

5) Kepala
a. Sutura ada molase atau tidak
b. Fontanela anterior dan posterior (bentuk, ukuran, rata, cekung
atau mencembung)
c. Tulang tulang tengkorak ada fraktur atau tidak
d. Simetris atau tidak, adakah molding
e. Kaput suksedaneum, cephal hematoma ada atau tidak

6) Wajah
Adakah kelainan khas misal: Sindrom Down atau bayi Mongol
Apakah wajah simetris atau tidak
7) Mata
Sklera tampak tanda perdarahan atau tidak, ada sekret atau tidak,
ukuran dan reaktivitas pupil baik atau tidak, arah pandangan, jarak dan
bentuk mata, gerak bola mata simetris atau tidak. Jarak antara kantus
medial mata tidak boleh lebih dari 2.5 cm BBL kadang menunjukkan
gerak mata berputar dan tidak teratur (strabismus).
8) Telinga
a. Posisi dan hubungan dengan mata dan kepala
Jika ditarik garis horisontal melewati mata, seharusnya melewati
sedikit bagian atas telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low

11
set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu
(Pierre-robin). Kemiringan telinga terhadap garis vertikal maksimal
10°.
b. Adakah daun telinga, posisi lubang, bentuk lekukan bagaimana,
tulang rawan terbentuk atau tidak.
Bayi prematur biasanya tulang rawan belum terbentuk.
9) Hidung
Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, adakah milia (bintik
keputihan yg khas terlihat di hidung, dahi dan pipi yang menyumbat
kelenjar sebasea yg belum berfungsi), adakah pernafasan cuping atau
tidak Adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal
ini kemungkinan adanya sifilis kongenital. Adanya pernapasan cuping
hidung (gangguan pernapasan)
10) Mulut
Bentuk bibir, lihat dan raba langit2 keras (palatum durum) dan lunak
(palatum molle), tenggorokan, bentuk dan ukuran lidah, lesi, sekret.
Daerah bibir dan palatum diraba apakah utuh atau tidak.
Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Salivasi
tidak tdp pd bayi normal, krn grandula saliva belum matur. Bila tdp
sekret yg berlebihan mungkin ada kelainan di esofagus.
11) Leher
Massa, pembesaran kelenjar ada atau tidak, pergerakan leher apakah
ada hambatan, kesan nyeri saat bayi menggerakkan kepala.
12) Dada
a. Kesimetrisan saat tarikan nafas, adakah rintihan, adakah retraksi
Rintihan dan retraksi dada tidak normal, menunjukkan gangguan
nafas
b. Payudara tampak membesar atau tidak, adakah sekresi seperti
susu
BBL payudara kadang membesar dan tampak sekresi susu akibat
pengaruh hormon estrogen maternal.
c. Tulang klavikula.
Ada fraktur atau tidak, dilihat dari gerakan ekstremitas
13) Abdomen
Raba hepar, limpa, ginjal, adakah distensi, massa, hernia, perdarahan
tali pusat, jumlah arteri dan vena umbilikalis. Jika perut sangat
cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika. Abdomen yang

12
membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor
lainnya. Jika bayi menangis dan muncul benjolan di perut,
menunjukkan hernia di dinding abdomen.

14) Genetalia dan rektum


a. Lubang anus ada atau tidak
b. Meconium dan urin sudah keluar atau belum
c. Testis sudah turun ke skrotum atau belum, jumlah skrotum 2,
lubang kencing ada atau tidak, letaknya di mana, hidrokel ada
atau tidak;
d. Labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina, adakah
sekcret atau bercak darah Pada bayi wanita, terkadang tampak
adanya sekret atau bercak darah dari vagina, hal ini disebabkan
oleh pengaruh hormon ibu.
15) Ekstremitas atas
Kesimetrisan, bentuk dan ukuran, jumlah jari, ada selaput atau tidak,
tampak garis telapak tangan atau tidak
16) Ekstremiatas bawah
Dislokasi kongenital, kesimetrisan, bentuk, ukuran, jumlah jari, ada
selaput atau tidak, tampak garis telapak kaki atau tidak
17) Punggung
Bentuk, adakah tonjolan di kulit, adakah celah, adakah rambut
abnormal
18) Pemeriksaan sistem syaraf (refleka primitif)
a. Refleks rooting, Reflek ini karena stimulasi taktil pada pipi dan
daerah mulut, bayi akan memutar kepala seakan-akan mencari
puting susu. Pola perkembangan: menghilang di usia 3 - 7 bulan
Bila tak ada respons: Bayi kurang bulan (prematur) atau
kemungkinan adanya kelainan sensorik.
b. Reflek sucking, Reflek menghisap bila ada objek disentuhkan /
dimasukkan ke mulut Pola perkembangan menghilang di usia 3 -
7 bln Bila tdk ada respon : kelainan saluran pernapasan dan
kelainan pada mulut termasuk langit-langit mulut.
c. Refleks Moro/Startle. Reflek di mana bayi akan
mengembangkan tangan & jari lebar-lebar, lalu mengembalikan
dengan yg cepat seakan – akan memeluk jika tiba-tiba

13
dikejutkan oleh suara atau gerakan Pola perkembangan:hilang di
usia 3 - 4 bulan Bila tak ada respons, menunjukkan : fraktur atau
cedera pada bagian tubuh tertentu
d. Refleks menggenggam (Grasp) Reflek yang timbul bila ibu jari
diletakkan pd telapak tangan bayi, maka bayi akan menutup
telapak tangannya. Menghilang di usia 3-4 bulan Bila tak ada
respons:menunjukkan kelainan pada saraf otak.
e. Reflek Plantar Reflek yg timbul bila telapak kaki disentuh,
maka bayi akan menutup telapak kakinya. Menghilang di usia 8
bulan
f. Reflek Babinski, Reflek bila ada rangsangan pd telapak kaki ibu
jari akan bergerak ke atas & jari-jari lain membuka. Pola
perkembangan : menghilang di usia 1 - 2 tahun Bila tak ada
respons: menunjukkan kelainan pada saraf otak (bila menetap)
g. Reflek Galant Ketika bayi tengkurap goresan pada punggung
menyebabkan pelvis membengkok ke arah goresan. Pola
perkembangan : hilang pd usia 2-3 bln.
h. Reflek tonic neck Reflek jika bayi mengangkat leher & menoleh
ke kanan / ke kiri jika diposisikan tengkurap. Pola
perkembangan : reflek ini dpt diamati sampai bayi berusia 3- 4
bln. Reflek ini tdk dpt dilihat pd bayi yg berusia 1 hari.
i. Reflek Walking & Stepping Reflek timbul jika bayi dalam posisi
berdiri akan ada gerakan spontan kaki melangkah ke depan. Pola
perkembangan : menghilang di usia 3- 4 bulan Bila tak ada
respons:menunjukkan kelainan pada motorik kasar.

3. PEMERIKSAAN PADA WAKTU MEMULANGKAN


Yang perlu diperhatikan adalah:
a. TTV
b. Susunan Saraf Pusat: aktivitas bayi, ketegangan ubun2
c. Kulit: ikterus atau tidak
d. Abdomen: adakah tumor yang belum terdeteksi atau tidak
e. Tali pusat: ada infeksi atau tidak

14
f. Apakah bayi sudah bisa menyusu dengan baik (Pillitteri, Adele. 2003)

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Risiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan
jumlah lemak subkutan dan / atau permukaan tubuh besar
b. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan / atau teknik
mencuci tangan yang kurang oleh petugas kesehatan dan orangtua
c. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan transisi dari
janin ke sirkulasi neonatal, dingin stres, dan / atau produksi lendir
yang berlebihan
d. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan asupan oral terbatas
e. Risiko defisit pengetahuan berhubungan dengan pertama kali menjadi
orangtuA dan / atau sumber daya belajar yang terbatas

5. PERENCANAAN
Hasil yang diharapkan :
a. Suhu neonatus berada dalam batas normal, dan kulit berwarna merah
muda dan terasa hangat saat disentuh
b. Neonatus tidak menunjukkan tanda-tanda atau gejala dari suatu infeksi.
c. Tingkat pernapasan neonatus dan denyut jantung berada dalam rentang
normal, kulit berwarna merah muda dan jalan napas bersih.
d. Neonatus BAK minimal enam kali sehari.
e. Orang tua merespon kebutuhan bayi mereka

6. Intervensi keperawatan:
Diagnose keperawatan 1.
a. Menjaga suhu bayi dengan menutup pintu.
b. Jaga BBL agar tetap kering.
c. Tutup BBL agar tetap hangat dengan selimut kering.
d. Tempatkan topi/ penutup kepala BBL.
e. Tempatkan BBL dengan kontak kulit-ke-kulit pada orang tua dan
selimut hangat menutupi ibu dan BBL.
f. Monitor suhu sesuai protokol tiap RS.
g. Beritahu dokter atau perawat praktisi jika suhu neonatus masih rendah
atau sudah naik

Diagnose keperawatan 2.
a. Pantau kulit apakah terjadi kerusakan jaringan.
b. Monitor suhu sesuai protokol RS.
c. Jaga kulit bersih dan kering.
d. Instruksikan orang tua dan pengunjung yang tepat
e. Cuci tangan sebelum menyentuh neonatus.

15
f. Instruksikan orang tua untuk mencuci tangan setelah mengganti popok.
g. Beritahu dokter atau perawat praktisi jika neonatus yang letargi/ lemah,
suhu meningkat atau lesi pada kulit

Diagnose keperawatan 3.
a. Monitor pernafasan dan fungsi jantung sesuai protokol RS
b. Auskultasi suara napas.
c. Kaji adanya dan lokasi sianosis.
d. Hisap mulut dan hidung.
e. Berikan oksigen sesuai protocol / order.
f. Laporkan tanda-tanda distress pernapasan kepada dokter atau perawat
praktisi

Diagnose keperawatan 4.
a. Monitor intake dan output.
b. Monitor tanda-tanda dehidrasi, yaitu, fontanel cekung, turgor kulit
buruk, membrane mukosa kering.
c. Berikan pemberian makan/ cairan secara oral.

Diagnose keperawatan 5.
a. Kaji tingkat pengetahuan orang tua .
b. Berikan informasi tentang karakteristik dan perilaku baru lahir.
c. Berikan informasi tentang perawatan bayi baru lahir
d. Bantu orang tua dengan mengurus bayi mereka.
e. Puji orang tua untuk perawatan mereka dari mereka baru lahir

7. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi

8. EVALUASI
a. Suhu BBL akan berada dalam batas normal, dan kulit akan menjadi
merah muda dan terasa hangat saat disentuh.
b. BBL tidak akan menunjukkan tanda-tanda atau gejala dari suatu infeksi.
c. Tingkat pernapasan BBL dan denyut jantung akan berada dalam rentang
normal, kulit akan menjadi merah muda dan jalan napas akan tetap
bersih.
d. BBL akan BAK enam kali sehari.
e. Orang tua akan merespon kebutuhan bayi mereka

16
9. BALLARD SCORE
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD
untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur, square
window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver.
Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar,
payudara, mata/telinga, dan genitalia. (Bobak, I., Lowdermilk, D. 2005).
a. Penilaian maturitas neuromuskuler
1) Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat
istirahat dan adanya tahanan saat otot diregangkan (Gambar 2.1).
Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin mengalami
peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana
ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal
kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi
bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi,
kemudian diikuti dengan abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi
prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat perlawanan,
sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan
perlawanan tonus fleksi pasif yang progresif.
Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan
pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi
nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat dilakukan
manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika
ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi
menemukan posisi dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa
abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.

17
Gambar 2.1 postur bayi
2) Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap
peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada
pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan
menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut.
Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari
preterm hingga posterm diperkirakan berturut-turut > 90 °, 90 °, 60°,
45 °, 30 °, dan 0 ° (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Square Window

3) Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps
dengan mengukur sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi
dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi
terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian
bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan
dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0:
tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180°,
Skor 2: fleksi parsial 110- 140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan
Skor 4: kembali ke fleksi penuh (Gambar 2.3).

18
Gambar 2.3 arm recoil
4) Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi
lutut dengan menguji resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi.
Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok, paha
ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh.
Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu
sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi
paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan pada
paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu interpretasi.
Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap
ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah
popliteal. Perlu diingat bahwa pemeriksa harus menunggu sampai
bayi berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan ekstensi
kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver ini
untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami
kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang
setelah pemulihan telah terjadi (Gambar 2.4).

19
Gambar 2.4 Popliteal Angle
5) Scarf sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan
bayi berbaring telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke
garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi melalui dada bagian
atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa
diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati
badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja
dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan
bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada
tingkat leher (-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral baris
puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan
garis aksila ipsilateral (4) (Gambar 2.5).

Gambar 2.5 Scarf sign


6) Heel to ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang
panggul dengan memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-
otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi terlentang lalu

20
pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin
dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada
permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta
tingkat ekstensi lutut (bandingkan dengan angka pada lembar kerja).
Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil
dicatat sebagai resistensi tumit ketika berada pada atau dekat: telinga
(-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah pusar (3); dan
lipatan femoralis (4) (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 Heel to ear


b. Penilaian maturitas fisik
1) Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur
intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari
lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu kulit
menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas
dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini
bisa terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing
janin tergantung pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin.
Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum
corneumnya, kulit agak transparan dan lengket ke jari pemeriksa.
Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus,

21
menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang
menghilang menjelang akhir kehamilan. pada keadaan matur dan
pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan
ketuban. Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit,
menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi, seperti sebuah
perkamen.

2) Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus.
Pada extreme prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo.
Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan
biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika
memasuki minggu ke 28.
Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian
bawah. Daerah yang tidak ditutupi lanugo meluas sejalan dengan
maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di daerah
lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak
ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-
masing usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan
hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari
ibu dengan diabetes mempunyai lanugo yang sangat banyak.
Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada
daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah
atas dan bawah dari punggung bayi (Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Lanugo

22
3) Permukaan plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior
ini kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam
kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit garis
telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit
hitam dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular
sehingga timbulnya garis pada telapak kaki tidak mengalami
penurunan. Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor
Ballard tidak didasarkan atas ras atau etnis tertentu.
Bayi very premature dan extremely immature tidak
mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai
maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan plantar maka
dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk jarak
kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga
50 mm diberikan skor -1. Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan
skor di tabel (Gambar 2.8).

Gambar 2.8 Permukaan Plantar

4) Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh
akibat stimulasi esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung
dari nutrisi yang diterima janin. Pemeriksa menilai ukuran areola
dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan
papila Montgomery (Gambar 2.9). Kemudian dilakukan palpasi
jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk
untuk mengukur diameternya dalam milimeter.

23
Gambar 2.9 Payudara
5) Mata, telinga
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago
seiring perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang
dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan kartilago kemudian
pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah kemudian lepaskan
dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun telinga
ketika dilepaskan ke posisi semulanya (Gambar 2.10).

Gambar 2.10 Pemeriksaan daun telinga


Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat
ketika dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya menilai
kematangan berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa
berusaha membuka dan memisahkan palpebra superior dan inferior
dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi
extremely premature palpebara akan menempel erat satu sama lain
(Gambar 2.11). Dengan bertambahnya maturitas palpebra

24
kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satusisi dan
meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya.
Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan
skor dalam tabel. Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi
kematangan palpebra pada individu dengan usia gestasi yang sama.
Hal ini dikarenakan terdapat faktor seperti stres intrauterin dan
faktor humoral yang mempengaruhi perkembangan kematangan
palpebra.

Gambar 2.11 palpebra neonatus prematur

6) Genitalia (laki-laki)
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke
dalam scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri
turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke 32.
Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis
bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan.
Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan
membentuk rugae
(Gambar 2.12)
Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di
dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely premature scrotum
datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis kelaminnya.
Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum
biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika
berbaring.
Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena
kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit jika

25
dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan
yang sama.

Gambar 2.12 pemeriksaan genitalia neonatus laki-laki

7) Genital (wanita)
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka
neonatus harus diposisikan telentang dengan pinggul abduksi
kurang lebih 45o dari garis horisontal. Abduksi yang berlebihan
dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih
menonjol sedangkan aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh
labia majora.
Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris
sangat menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan
berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu
menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia
kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung
tertutupi oleh labia majora yang membesar (Gambar 2.13).
Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya
bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat
menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal gestasi.
Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia majora
cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau
posmatur dan labia minora serta klitoris cenderung lebih menonjol.

26
Gambar 2.13 pemeriksaan genetalia neonatus wanita

c. Interpretasi hasil
Masing-masing hasil penilaian baik maturitas neuromuskular maupun
fisik disesuaikan dengan skor di dalam tabel (Tabel II.2) dan
dijumlahkan hasilnya. Interpretasi hasil dapat dilihat pada tabel skor.
(Perry, Shannon., Hockenberry, Marilyn., Lowdermilk, Deitra., Wilson,
David. 2010).

BALLARD SCORE

27
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan telaah pustaka dan diskusi kelompok kami, maka dapat di
tarik kesimpulan bahwa Periode neonatal/ neonatus/ BBL adalah periode
sejak bayi lahir sampai 28 hari pertama kehidupan Setiap bayi yang baru lahir
dari intrauterine ke extrauterin, pasti akan mengalami adaptasi fisiologis
mulai dari system pernafasan/ respirasi, kardiovaskuler,
pencernaan/gastrointestinal, dan system- system yang ada di seluruh tubuh
BBL Perawat harus dapat melakukan pengkajian fisik pada BBL yang
dimulai dari antropometri (melakukan pengukuran ukuran tubuh),
pemeriksaan fisik dari ujung kepala hingga ujung kaki.
B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan kita seharusnya perlu mengupgrade
ilmu dan mengikuti pelatihan lebih lagi dalam penanganan bayi baru lahir

28
sehingga dapat menjadi perawat profesional yang sigap dalam menangani
tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Linda., Durham, Roberta. (2010). Maternal- Newborn Nursing: the


critical component of nursing care. Philadelphia: FA Davis Company.
Bobak, I., Lowdermilk, D. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas. (edisi 4).
Alih bahasa: Wijayarini, M. A. Jakarta: EGC
Kinzie, Barbara., Gomez, Patricia. (2004). Basic Maternal and Newborn Care: A
Guide for Skilled Providers. JHPIEGO
Perry, Shannon., Hockenberry, Marilyn., Lowdermilk, Deitra., Wilson, David.
(2010). Maternal child nursing care. Missouri: Mosby Elsevier.
Pillitteri, Adele. (2003). Maternal and child health nursing care of the childbearing
and childrearing family. (4th ed). Philadelphia: Lippincott.
Reeder, Sharon., Martin, Leonide., Griffin, Deborah. (2011). Keperawatan
maternitas kesehatan wanita, bayi, dan keluarga. Vol 1. Alih bahasa
Afiyanti, dkk. Jakarta: EGC.

29
30

Anda mungkin juga menyukai