Anda di halaman 1dari 2

Nama : Maipha Deapati Arief

NIM : 1713442007
Kelas : Pendidikan Kimia ICP

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi,


mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa
ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir
dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko
atau ketidakpastian. Jika berbicara tentang kewirausahaan, ada banyak jenis
kewirausahaan yang ada dimasyarakat Indonesia.
Kali ini saya berkesempatan untuk mewawancarai bapak Bakri Lahaji, beliau
merupakan seorang wiraswasta peternak ayam potong di Tamanroya, Jeneponto.
Kisah beliau dimulai dari desakan ekonomi dan rasa tanggung jawab terhadap
keluarga. Beliau menceritakan, setelah menikah dan mempunyai anak beliau bekerja
sebagai satpam pasar dan pengantar air bersih menggunakan becak di Tamanroya
selama empat tahun, namun karena tingkat kebutuhan keluarga yang semakin
meningkat, beliau berinisiatif untuk membeli kuda dan menjadi kusir delman atau
masyarakat Tamanroya sebut “Bendi” dengan uang tabungan yang ada selama
menjadi satpam. Beliau cukup lama menjadi seorang kusir, hingga suatu waktu
beliau terkena musibah yang mengharuskannya untuk menjual kuda dan beberapa
barang di rumah beliau. Pada saat itu beliau sangat terpuruk dan sudah tidak
mempunyai modal sepeserpun untuk memulai usaha, kemudian beliau berinisiatif
untuk memancing ikan di sungai jembatan Tamanroya lalu menjualnya di pasar.
Sebulan berlalu, beliau diajak untuk menjadi pegawai dipeternakan ayam
potong milik saudaranya, kebetulan pada saat itu peternak ayam potong masih
sangat sedikit di Tamanroya, masih teringat saat pertama kali beliau bekerja sebagai
pegawai peternak ayam, beliau sangat nyaman dengan pekerjaannya itu. “Jiwa saya
ada dibeternak ayam, saya susah payah merawatnya sepenuh hati seperti merawat
seorang bayi” kata beliau. Berselang dua tahun, beliau memberanikan diri
mengambil pinjaman uang di Bank dan membuka usaha peternakan ayam potong
tentu saja dengan tetap bekerja sama dengan saudaranya. Beliau menceritakan suka
duka dalam beternak ayam miliknya, “Beternak ayam itu gampang-gampang susah,
banyak hambatannya dan juga bisa stress setiap hari” kata beliau. Stres yang dialami
ibarat ‘makanan’ sehari-hari, yang biasa terjadi. seperti kandang yang roboh karena
tiupan angin kencang di Tamanroya Jeneponto, ayam yang mati dimusim penghujan,
pelanggan yang terlambat membayar kas bon sehingga terpaksa untuk mengambil
pinjaman lagi di Bank, bahkan kandang juga biasa dibobol maling. “Beternak ayam
juga banyak masalahnya, tapi mau bagaimana lagi, dibawa enaknya saja. Mau
pindah usaha juga, saya sudah nyaman beternak ayam” kata beliau. Namun, dibalik
itu semua terdapat rasa syukur beliau karena dibalik duka ada suka dalam beternak
ayam, salah satunya keuangan keluarga menjadi jauh lebih stabil dan saat ini,
peternakan ayam potong beliau sudah sangat dikenal hampir seluruh wilayah
Jeneponto.
Motivasi terbesar beliau dalam menjalankan usahanya beternak ayam potong
selain untuk membiayai kebutuhan keluarga, beliau juga tidak ingin anak-anaknya
kelak merasakan keterpurukan “ekonomi” seperti yang beliau alami saat kecil,
diakhir wawancara, beliau memberikan pesan terkhususnya untuk generasi muda
untuk menjadi seorang wiraswasta yang sukses, sangat penting untuk rajin beribadah
terutama bersekedah, jangan hiraukan kata orang yang menghina pekerjaan halal
yang dilakukan, siap menghadapi kerugian dan kemungkinan terburuk, fokus pada
satu bisnis utama terlebih dahulu, dan paling penting terus berdoa dan berusaha.

Anda mungkin juga menyukai