Anda di halaman 1dari 10

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Neoplasma
Neoplasma Neoplasma (tumor jinak) ialah masa jaringan yang abnormal,
tumbuh berlebihan , tidak terkordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus-
menerus meskipun rangsang yang menimbulkan telah hilang. Sel neoplasma mengalami
transformasi , oleh karena mereka terus- menerus membelah. Pada neoplasma, proliferasi
berlangsung terus meskipun rangsang yang memulainya telah hilang. Proliferasi demikian
disebut proliferasi neoplastik, yang mempunyai sifat progresif,tidak bertujuan, tidak
memperdulikan jaringan sekitarnya,tidak ada hubungan dengan kebutuhan tubuh dan
bersifat parasitic.

Sel neoplasma bersifat parasitic dan pesaing sel atau jaringan normal atas
kebutuhan metabolismenya pada penderita yang berada dalam keadaan lemah .
Neoplasma bersifat otonom karena ukurannya meningkat terus. Proliferasi neoplastik
menimbulkan massa neoplasma, menimbulkan pembengkakan / benjolan pada jaringan
tubuh membentuk tumor.

B. Klasifikasi dan Tata nama


Semua tumor baik tumor jinak maupun ganas mempunyai dua komponen dasar
ialah parenkim dan stroma. Parenkim ialah sel tumor yang proliferatif,yang menunjukkan
sifat pertumbuhan dan fungsi bervariasi menyerupai fungsi sel asalnya. Sebagai contoh
produksi kolagen ,musin,atau keratin. Stroma merupakan pendukung parenkim tumor
,terdiri atas jaringan ikat dan pembuluh darah. Penyajian makanan pada sel tumor
melalui pembuluh darah dengan cara difusi.

Klasifikasi neoplasma yang digunakan biasanya berdasarkan :

1. Tumor Jinak ( Benigna )


Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai kapsul. Tidak
tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak menimbulkan anak
sebar pada tempat yang jauh. Tumor jinak pada umumnya disembuhkan dengan
sempurna kecuali yang mensekresi hormone atau yang terletak pada tempat yang
sangat penting, misalnya disumsum tulang belakang yang dapat menimbulkan
paraplesia atau pada saraf otak yang menekan jaringan otak.

2. Tumor ganas ( maligna )


Tumor ganas pada umumnya tumbuh cepat, infiltratif. Dan merusak jaringan
sekitarnya. Disamping itu dapat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran limpe atau
aliran darah dan sering menimbulkan kematian.

3. Intermediate
Diantara 2 kelompok tumor jinak dan tumor ganas terdapat segolongan kecil
tumor yang mempunyai sifat invasive local tetapi kemampuan metastasisnya
kecil.Tumor demikian disebut tumor agresif local tumor ganas berderajat rendah.
Sebagai contoh ialah karsinoma sel basal kulit.

Berdasarkan posisinya tumor mata dikelompokkan sebagai berikut :


1. Tumor external yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti :
a. tumor palpebra (tumor yang tumbuh pada kelopak mata).
b. tumor konjungtiva (tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva yang melapisi
mata bagian depan)
2. Tumor intraokuler yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata.
3. Tumor retrobulber yaitu tumor yang tumbuh dibelakang bola mata.

C. Klasifikasi Tumor Mata Berdasarkan Sifatnya


Menurut Sidarta, Ilyas (2002), Tumor mata dapat dibedakan menjadi 3 menurut sifatnya
yaitu:
a.) Tumor primer, biasanya tumor jinak pada orbita dengan gejala-gejala seperti
gangguan pergerakkan bola mata, gangguan penglihatan, gangguan lapang pandangan,
pembendungan darah dalam orbita, adanya perubahan fundus mata. Contoh:
Hemangioma, Meningioma, Kista dermoid, Neurofibroma, Sarkoma, Glioma saraf optik.
b.) Tumor sekunder, adalah tumor yang berasal dari tempat-tempat yang berhubungan
dengan rongga orbita dan terjadi perluasan tumor ke dalam rongga orbita misalnya dari
sinus, rongga otak atau kelopak mata. Contoh: Basalioma Carsinoma
c.) Tumor metastasis, biasanya tumor ini dapat menjadikan metastasis ke hati, paru-
paru dan tulang.
D. ETIOLOGI TUMOR ORBITA
1. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu pasang
alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom).
2. Malformasi congenital.

3. Kelainan metabolisme.
4. Penyakit vaskuler.
5. Inflamasi intraokuler.
6. Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak Neoplasma jinak tumbuh dengan batas
tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan
biasanya tidak mengalami metastasis.
7. Trauma.

E. PATOFISIOLOGI
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang
diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian besar tumor orbita pada
anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas pada anak-
anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan
prognosisnya jelek.
Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa.
Meskipun masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital atau
yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila mengenai struktur
anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia, gangguan motilitas luar
mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder
untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi
kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan
kornea.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan
metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak
kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di permukaan terdapat
neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri orbital : jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan
gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa.
b. Proptosis : pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai,
berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak)
atau cepat (lesi ganas).
c. Pembengkakan kelopak : mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin
atau fistula karotid-kavernosa.
d. Palpasi : bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola
mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.
e. Pulsasi : menunjukkan lesi vaskuler; fistula karotidkavernosa atau malformasi
arteriovenosa, dengarkan adanya bruit.
f. gerak mata : sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat
oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital
(misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus.
g. Ketajaman penglihatan : mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik
atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler. (Dr. Syaiful Saanin,
Neurosurgeon).

G. PENATALAKSANAAN
Cara Pengobatannya :
1. Tumor jinak : memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan
hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservativ. Apabila terjadi
eksisi atau pembedahan, akan dilakukan perawatan di rumah sakit, yaitu :
a. Tirah baring dan aktivitas dibatasi agar pasien tidak mengalami komplikasi pada
bagian tubuh lain. tirah baring dilaksanakan kurang lebih 5 hari setelah operasi
atau tergantung pada kebutuhan klien.
b. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya
untuk mencegah cedera.
c. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus
dipertahankan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada
robekan retina.
d. Pasien tidak boleh terbaring telungkup.
e. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska
operasi (atropin). (Sidarta, Ilyas. 2009).
2. Tumor ganas : memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik
dengan khemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal)
memerlukan reseksi radikal. (Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologik : untuk melihat ukuran rongga orbita, terjadinya kerusakan
tulang, terdapat perkapuran pada tumor dan kelainan foramen optik.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) : untuk mendapatkan kesan bentuk tumor,
konsistensi tumor, teraturnya susunan tumor dan adanya infiltrasi tumor.
3. CT-scan : untuk menentukan ganas atau jinak tumor, adanya vaskularisasi pada
tumor dan terjadinya perkapuran pada tumor.
4. Arteriografi : untuk melihat besar tumor yang mengakibatkan bergesernya pembuluh
darah disekitar tumor, adanya pembuluh darah dalam tumor. (Sidarta, ilyas. 2005).
PEMBAHASAN JURNAL

1.Metastasis Tumor ke Orbita


Ardizal Rahman, Rozy Oneta

Metastasis ke orbita adalah entitas klinis yang langka, terjadi 2%-3% pasien dengan keganasan. Pada orang dewasa, tumor
payudara dan paru-paru menyebabkan sebagian besar metastasis orbita, sedangkan pada anak-anak disebabkan oleh
neuroblastoma dan leukemia. Tujuan: Untuk menggambarkan profil kasus karsinoma metastatise ke orbita di Sub Bagian
Onkologi, Bagian Ophthalmologi, Rumah Sakit Dr. M. Djamil di Padang. Metode: Tinjauan retrospektif rekam medis pasien
dengan karsinoma metastatise ke orbita mulai Januari 2003 - Desember 2015. Meliputi data umum, data tumor, temuan klinis,
metode diagnostik dan perawatan dianalisis. Hasil: Dari 16 pasien, 10 orang dewasa dan 6 anak. Tumor primer pada anak-
anak adalah leukemia 4 (66,7%), dan limfoma ganas 2 (33,3%) pasien, sedangkan pada dewasa adalah payudara 4 (40%),
tiroid 4 (40%), dan leukemia 2 (20%) pasien. Usia rata-rata saat diagnosis adalah 6,8 tahun (4 bulan sampai 10 tahun) untuk
anak-anak, dan 42,7 tahun (34 sampai 56 tahun) untuk orang dewasa. Orbita kiri 6 (37,5%), orbit kanan 6 (37,5%), dan
kedua orbita 4 (25%) kasus. Temuan klinis yang paling sering adalah proptosis 13 (81,25%) kasus. Pengobatan diberikan
kepada 14 pasien, karena 2 pasien menolak pengobatan, meliputi kemoterapi 8 (50%), radiasi 2 (12,5%), kombinasi
kemoterapi + bedah 2 (12,5%), dan simtomatik 2 (12,5%) pasien. Kesimpulan: Kanker primer yang paling umum
bermetastasis ke orbita adalah kanker payudara dan kanker tiroid pada orang dewasa, dan leukemia pada anak-anak.

Metastase adalah penyebaran sel-sel neoplasma dari tempat primernya (primary cancer site) ke daerah lain pada tubuh.
Metastase ke orbita didefenisikan sebagai metastase yang terjadi pada ruang antara bola mata dengan tulang-tulang orbita.
Metastase ke orbita jarang terjadi, hanya sekitar 2-3% pasien dengan keganasan mengalami metastase ke orbita. Pada
dewasa, tumor orbita metastase terbanyak berasal dari karsinoma mammae dan paru. Sedangkan pada anak-anak, tumor
orbita metastase terutama berasal dari neuroblastoma dan leukemia.

Dilakukan analisa dari data status khusus bagian tumor dan rekam medis pasien yang didiagnosa dengan karsinoma orbita
metastase di bagian Mata RSUP Dr. M. Djamil padang selama periode 13 tahun, yaitu mulai dari 1 Januari 2003 – 31
Desember 2015.
Dilakukan pencatatan dan tabulasi dari data umum, data tumor, gambaran klinis, teknik diagnostik dan terapi. Data umum
mencakup umur dan jenis kelamin pasien. Data tumor mencakup jenis dan lokasi tumor primer, serta lateralitas (orbita kiri,
orbita kanan,
kedua orbita). Metode diagnostik yang digunakan (anamnesa, status oftalmologis, imaging, dan biopsi), dan terapi (observasi,
kemoterapi, radiasi, kombinasi operasi dan kemoterapi/radiasi) juga ditabulasi.
Hanya pasien-pasien yang didiagnosa menderita karsinoma orbita metastase yang dianalisa, kasus-kasus karsinoma pada
struktur yang berdekatan dengan invasi langsung ke orbita, tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Selama periode Januari 2003 sampai Desember 2015, terdapat 16 kasus tumor orbita metastase, yang terdiri dari 10 penderita
dewasa dan 6 anak-anak. Kelompok umur dan jenis kelamin pasien digambarkan pada Tabel 1. Umur pasien berkisar dari 4
bulan sampai 10 tahun, dengan usia rata-rata 6,8 tahun pada anak; dan 34-56 tahun, dengan usia rata-rata 42,7 tahun pada
dewasa. Terdapat 4(25%) pasien berumur antara 0-9 tahun, 2(12,5%) pasien berumur antara 10-18 tahun, 3(18,75%) pasien
berumur antara 28-36 tahun, 2(12,5%) pasien berumur antara 37-45 tahun, 4(25%) pasien berumur antara 46-54 tahun, dan
1(6,25%) pasien berumur antara 55-63 tahun. Terdapat 14(87,5%) pasien wanita dan 2(12,5%) pasien pria.

Metode Diagnostik dan Terapeutik


Analisa metode diagnostik dan terapeutik hanya dilakukan secara umum, bukan merupakan

tujuan penelitian ini untuk menganalisa metode diagnostik dan terapeutik secara detail. Secara umum, diagnosa ditegakkan
melalui anamnesa, status oftalmologis, pemeriksaan fisik umum untuk mencari tumor primer dan metastase lain, CT Scan, dan
biopsi insisi atau biopsi jarum halus (BAJAH).
Dari 16 pasien, terdapat 2 pasien yang menolak diterapi dan pulang paksa. Setelah diagnosa ditegakkan, 8(50%) pasien
mendapat kemoterapi, 2(12,5%) pasien diterapi dengan radiasi orbita, 2(12,5%) pasien dilakukan eksisi tumor dilanjutkan
dengan kemoterapi setelah itu, dan 2(12,5%) pasien diberikan terapi simptomatis saja karena penyakitnya sudah mencapai
stadium terminal.
DISKUSI
Beberapa peneliti telah melaporkan penelitian mengenai tumor orbita metastase. Dan oleh karena metastase ke orbita jarang
terjadi, beberapa case report dari jenis tumor yang spesifik juga telah dipublikasikan. Karsinoma mammae dilaporkan sebagai tumor
primer yang paling sering bermetastase ke orbita dengan insiden yang bervariasi. Hal ini juga didapatkan pada penelitian ini,
dimana tumor orbita metastase yang paling banyak ditemukan pada dewasa adalah karsinoma mammae dan karsinoma tiroid1-6.
Karsinoma tiroid juga merupakan jenis tumor orbita metastase yang terbanyak ditemukan pada penelitian ini yaitu sebanyak 40%
kasus, dimana semua penderitanya adalah perempuan. Di kepustakaan dikatakan, frekuensi tumor primer pada tumor orbita
metastase sebanding dengan insiden tumor tersebut secara umum. Frekuensi tumor primer juga menggambarkan keadaan
geografis, lingkungan atau kerentanan genetik. Misalnya, karsinoma hepatoseluler adalah jenis tumor orbita metastase yang paling
banyak ditemukan di Jepang, namun jarang ditemukan di negara-negara barat. Di Australia, dimana insiden cutaneus melanoma
yang paling tinggi di dunia, ditemukan prevalensi yang tinggi dari metastase cutaneus melanoma ke orbita7,8.
Karsinoma tiroid merupakan keganasan endokrin yang paling sering dijumpai, yang merupakan 1,1% dari seluruh
keganasan pada manusia. Penelitian American Cancer Society pada tahun 2014 memperkirakan terdapat lebih
kurang 22.500 kasus baru karsinoma tiroid di Amerika Serikat, dengan perbandingan perempuan dan laki-laki adalah
3:1.
Di Indonesia, penelitian yang dilakukan didapatkan jumlah kasus baru karsinoma tiroid makin meningkat tiap tahunnya,
mulai dari 85 kasus baru pada tahun 2010 menjadi 147 kasus baru pada tahun 2013. Di luar negeri didapatkan
perbandingan perempuan:laki-laki sebesar 2:1 hingga 3:19,10
Pada penelitian ini tumor orbita metastase yang terbanyak pada anak-anak adalah leukemia. Hal ini juga konsisten dengan
kepustakaan yang menyebutkan pada anak-anak, tumor orbita metastase terutama berasal dari neuroblastoma dan
leukemia. Di Indonesia, melalui penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa leukemia merupakan jenis kanker anak
terbanyak selama 9 tahun terakhir11,12.
Metastase ke orbita biasanya terjadi unilateral. Pada penelitian ini tumor orbita metastase unilateral ditemukan pada
75% kasus, yang konsisten dengan penelitian-penelitian lain2.
Studi lain menemukan lebih dari 65% pasien datang dengan proptosis atau displacement bola mata karena adanya
massa di orbita, hal yang sama ditemukan pada penelitian ini. Temuan ini juga konsisten dengan penelitian
lainnya.3,4
Analisa metode diagnostik dan terapeutik hanya dilakukan secara umum, bukan merupakan tujuan penelitian ini untuk menganalisa metode
diagnostik dan terapeutik secara detail. Lebih jauh lagi, analisa detail terhadap metode diagnostik dan terapeutik sangat sulit untuk
dilakukan karena keanekaagaman jenis kasus dan karena pasien diterapi di bagian lain sehingga sulit untuk di follow up. Diagnosa
ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis, imaging orbita dan apabila diperlukan dikonfirmasi dengan biopsi atau BAJAH. Di
kepustakaan disebutkan diagnosa tumor orbita metastase harus dicurigai apabila pasien dengan riwayat kanker memiliki tanda dan gejala
suatu tumor orbita. Apabila pasien tidak memiliki riwayat kanker, harus dilakukan pemeriksaan sistemik untuk mendeteksi adanya tumor
primer dan adanya metastasis di organ lain. Biopsi penting dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosa, namun pada pasien-pasien yang telah
didiagnosa menderita kanker dan telah ditemukan metastase pada tempat lain, biopsi orbita mungkin tidak diperlukan lagi 4,13.
Terapi yang diberikan pada pasien bervariasi. Tumor orbita metastase yang berasal dari tumor yang kemosensitif
(leukemia, limfoma maligna) dan pasien-pasien dengan metastase sistemik, diberikan kemoterapi. Pada tumor yang
difus dilakukan radioterapi dengan dosis 35-40 Gy dalam dosis terbagi selama lebih kurang 4 minggu. Tumor yang
mengganggu fungsi, dieksisi dilanjutkan dengan kemoterapi untuk terapi tumor primernya dan/atau metastasis lain.
Pada pasien yang penyakitnya sudah mencapai stadium terminal, dilakukan terapi simptomatis2,14.
2.Orbital Cellulitis and Endophthalmitis Associated with
Odontogenic Paranasal Sinusitis

Heni Riyanto, Balgis Desy, Hendrian Dwi Kaloso, Soebagyo

Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak posterior dari
septum orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder
karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya antara lain demam (lebih
dari 75% kasus disertai lekositosis), proptosis, kemosis, hambatan pergerakan bola
mata dan nyeri pergerakan bola mata. Keterlambatan pengobatan akan mengakibatkan
progresifitas dari infeksi dan timbulnya sindroma apeks orbita atau trombosis sinus
kavernosus. Komplikasi yang terjadi antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial,
abses otak, dan bahkan dapat terjadi kematian.1 Karena sebagian besar selulitis orbita
merupakan
manifestasi dari sinusitis, maka pemeriksaan CT Scan pada sinus paranasal merupakan
keharusan. Dilakukan konsultasi dengan bagian otolaringologi untuk pemeriksaan
sinus.1 Penyebab dan faktor predisposisi selulitis orbita antara lain sinusitis, trauma
okuli, riwayat operasi,
dakriosistitis, sisa benda asing di mata dan periorbita, infeksi gigi (odontogen), tumor
orbita atau intraokuler, serta endoftalmitis.1,2 Selulitis orbita karena infeksi gigi
(odontogen)
merupakan kasus yang sedikit, hanya 2–5% dari semua kasus selulitis orbita.
Sedangkan sinusitis yang disebabkan oleh faktor odontogen diperkirakan 10–12% dari
semua kasus sinusitis. Sumber infeksi dapat timbul dari semua gigi, terutama premolar
dan molar superior.3,4 Kasus selulitis orbita dengan endoftalmitis atau panoftalmitis
merupakan kasus jarang. Kasus ini biasanya terjadi pasca operasi serta penyebab
endogen biasanya dihubungkan dengan kasus endokarditis dan blastomikosis
pada paru. Prognosis visus buruk dan terapi hanya ditujukan untuk life saving.

DISKUSI
Patogenesis selulitis orbita odontogen adalah melalui 3 rute dasar penyebaran infeksi
yaitu sinus paranasalis, jaringan lunak premaksila atau melalui fossa infratemporalis dan
fisura orbitalis inferior. Kasus terbanyak adalah melalui sinus paranasalis.3 Hal ini
sesuai dengan kasus di atas
di mana didapatkan sinusitis paranasalis yaitu sinusitis maksilaris dan etmoidalis.
Puncak gigi molar dan premolar superior terletak pada dasar sinus maksilaris, sehingga
infeksi pada gigi-gigi
ini dapat mengakibatkan sinusitis maksilaris yang pada gilirannya akan mengenai
jaringan orbita.3
Pada kasus di atas didapatkan riwayat sakit gigi bagian kanan atas, di mana pada
pemeriksaan dokter gigi didapatkan adanya periodontitis pada gigi molar 2 dan molar 3
superior kanan yang memicu timbulnya sinusitis maksilaris dan menyebarnya infeksi
menjadi selulitis orbita. Menurut klasifikasi Chandler, secara kilnis selulitis orbita dibagi
dalam 5 stadium yaitu stadium 1 (edemainflamasi)stadium 2 (selulitis orbita) stadium 3
(abses periosteal) stadium 4 (abses orbita) dan stadium 5 (trombosis sinus
kavernosus). Sedangkan secara radiologis selulitis orbita diklasifikasikan ke dalam 3
kategori utama yaitu infiltrasi difus jaringan lemak, abses subperiosteal,
dan abses orbita.6 Kasus selulitis orbita diatas secara klinisdan radiologis termasuk
stadium abses orbita.Kuman penyebab selulitis orbita odontogen pada umumnya
polimikrobial, dengan proliferasi spesies aerob dan anaerob. Hasil kultur terdiri dari
kuman aerob gram-positif (S.aureus dan epidermis, Streptoccosus) dan anaerob
(Bacteroides) dan beberapa kuman oral
patogen (Peptostreptococcus, Prevotella, Fusobacterium, and Streptococcus hemolitik).
Terapi antibiotik harus berspektrum luas yang mencakup semua spesies tersebut
termasuk kuman patogen oral.4 Selulitis orbita odontogen biasanya tidak memberikan
respons terhadap pemberian antibiotika saja dan memerlukan Riyanto, dkk.: Orbital
Sellulitis and Endophthalmitis 31,insisi dan drainase.3 Menurut Pat dan Manning
tindakan bedah orbita dan sinus pada kasus selulitis orbita dilakukan bila secara klinis
dan radiologis didapatkan tanda-tandasupurasi, adanya penurunan visus pada pasien
dengan immunocompromised, adanya komplikasi lebih berat
seperti kebutaan dan defek pupil aferen dengan selulitisipsilateral dan timbulnya tanda-
tanda progresivitas pada orbita walaupun sudah diberikan antibiotika intravena.2 Pada
kasus diatas pemberian antibiotika intravena kurangmemperlihatkan respons terapi.
Pada pemeriksaan klinisdan radiologis didapatkan tanda-tanda radang supuratif
sehingga perlu dilakukan insisi dan drainase.
Indikasi dilakukan enukleasi pada pasien di atas adalah painful blind eye yang
disebabkan oleh endoftalmitis. Maccheron dan kawan-kawan melakukan tindakan
enukleasi pada selulitis orbita dan panoftalmitis dengan painful blind eye dengan tujuan
life saving. Tindakan ini untuk mencegah komplikasi lebih lanjut seperti septisemia dan
pneumonia.5 Pendekatan klinis terhadap diagnosis dan penatalaksanaan sinusitis telah
mengalami perubahan selama beberapa tahun terakhir seiring dengan perkembangan
di bidang mikrobiologi dan radiologi serta adanya teknik terbaru mengenai teknik bedah
minimal invasif seperti Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS). Penggunaan teknik
FESS memungkinkan untuk secara langsung mendapatkan visualisasi cavum sinus.
FESS secara praktis menggantikan teknik Caldwell-Luc sebagai pilihan utama terapi
bedah pada sinus maksilaris dan untuk mendapatkan drainase yang adekuat pada
banyak kasus. Meskipun demikian teknik
Caldwell-Luc masih digunakan pada kasus-kasus ekstirpasi benda asing dan beberapa
kasus kiste serta tumor sinus maksilaris.7 Pada kasus ini karena keterbatasan biaya dan
sarana dilakukan operasi sinus dengan teknik Caldwell-Luc dengan hasil yang cukup
baik.
Pada kasus di atas pemeriksaan kultur nanah didapatkan hasil negatif. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh pemberian antibiotika dosis besar yang adekuat
sebelumnya, mengingat pemeriksaan dilakukan 3 hari setelah diberikan terapi
antibiotika intravena. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bergin dan Wright dalam
penelitiannya bahwa kurang lebih 40% pasien telah menggunakan antibiotika sebelum
datang ke pusat rujukan sehingga hasil pemeriksaan kultur mayoritas didapatkan hasil
negatif. Bergin dan Wright juga menyebutkan bahwa hasil kultur pada dewasa lebih
jarang positif dibandingkan dengan pada anak yaitu 12%
dibanding 30%.8 Sedangkan pada penelitian dari Chaudhry dan kawan-kawan
didapatkan hasil kultur positif dengan jumlah lebih rendah yaitu 5% pada dewasa dan
33% pada
anak-anak.2

3. Orbital Cellulitis from Untreated Conjunctival


Wound

AIMY MASTURA ZY, NORSHAMSIAH MD, HAZLITA MI,


OTHMALIZA O, ROPILAH AR

ABSTRAK
Selulitis orbital merupakan jangkitan tisu di sekitar mata di dalam ruangan orbit yang
termasuk saraf mata. Ia boleh menyebabkan komplikasi yang membawa kematian
sekiranya merebak melalui saraf mata dan ke otak. Penyebab utama jangkitan adalah
termasuk perebakan jangkitan sinusitis dari ruangan paranasal atau melalui selulitis
preseptal. Kes ini menggambarkan jangkitan di luar kebiasaan mengenai jangkitan
orbital selulitis yang berlaku akibat luka torehan pada konjunktiva mata yang
disebabkan oleh kemalangan. Rawatan antibiotik sistemik yang agresif mengurangkan
risiko komplikasi penglihatan. Kesemua luka pada atau sekelililng mata haruslah dirawat
dengan sebaiknya bagi mengelakkan berlakunya komplikasi yang membahayakan.
Kata kunci: trombosis sinus kavernous, kemosis, konjunktiva, selulitis orbital, jangkitan
kuman

Anda mungkin juga menyukai