Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN JAGUNG DESA

NAMBIKI KECAMATAN SELESAI KABUPATEN LANGKAT

Henny Egra Sari S*), Satia Negara Lubis**), Thomson Sebayang**)


*) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara
**) Staf Pengajar di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor produksi


(luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) terhadap produksi jagung,
untuk mengetahui berapa jenis pola saluran pemasaran jagung, untuk mengetahui
berapa besar biaya pemasaran, share margin, dan price spread pada setiap pola
pemasaran jagung, dan untuk menganalisis tingkat efisiensi pemasaran jagung.
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis linear berganda, analisis
deskriptif dan analisis tabulasi sederhana. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara serempak
berpengaruh nyata terhadap produksi jagung sedangkan secara parsial faktor
produksi luas lahan, benih, pupuk dan pestisida berpengaruh nyata terhadap
produksi jagung, kecuali tenaga kerja tidak berpengaruh nyata. Terdapat 2 jenis
saluran pemasaran jagung di daerah penelitian. Biaya pemasaran jagung pada
saluran I lebih tinggi daripada biaya pemasaran jagung pada saluran II. Saluran
pemasaran jagung II lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran I.

Kata kunci : Jagung, Pola Pemasaran, Biaya Pemasaran, Efisiensi


Pemasaran
ABSTRACK

The research conducted to analyze the influence of production factors (land area,
seeds, fertilizers, pesticides, and labor) on corn production, to find out how many
types of maize marketing channels are, to find out how much marketing costs, share
margins, and price spreads on every pattern of corn marketing, and to analyze the
efficiency level of corn marketing. The analysis method used is multiple linear
analysis method, descriptive analysis and simple tabulation analysis. The results of
the study concluded that the factors of production of land area, seeds, fertilizer,
pesticides and labor simultaneously had a significant effect on corn production
while partially the factors of production of land area, seeds, fertilizers and
pesticides significantly affected corn production, unless labor had no significant
effect. There are 2 types of corn marketing channels in the study area. The cost of
marketing corn on channel I is higher than the cost of marketing corn on channel
II. Corn marketing channel II is more efficient than marketing channel I.

Keywords: Corn, Marketing Pattern, Marketing Cost, Marketing Efficiency


PENDAHULUAN
Latar Belakang

Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar
penduduk Indonesia, sehingga sektor pertanian diharapkan menjadi basis
pertumbuhan ekonomi dimasa yang akan datang. Sektor pertanian mempunyai
peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat
dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. Kontribusi dominan
sektor pertanian khususnya dalam pemantapan ketahanan pangan, pengentasan
kemiskinan, penciptaan lapangan pekerjaan, dan pemerataan pendapatan. Secara
garis besar kebijakan pembangunan pertanian diprioritaskan kepada beberapa
program kerja yang dijabarkan ke dalam beberapa kegiatan, dengan tujuan untuk
mencapai sasaran dari pembangunan pertanian. Salah satunya adalah program
ketahanan pangan (Darmawati, 1998).

Jagung merupakan salah satu komoditas dari subsektor tanaman pangan yang
memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional.
Peranan jagung dalam subsektor tanaman pangan telah terbukti memberikan andil
yang cukup besar terhadap ketahanan pangan dan juga terhadap perekonomian
Indonesia. Krisis ekonomi global 1997 dan 2008, komoditas jagung telah
menunjukkan ketangguhannya dan tetap tumbuh dengan angka positif dan
menjadi penggerak bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan
industri hilir yang mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional. Menurut Mejaya, dkk (2005) sebagian besar jagung domestik
untuk pakan atau industri pakan membutuhkan 57% dari kebutuhan nasional,
sisanya sekitar 34% untuk pangan, dan 9% untuk kebutuhan industri lainnya.

Salah satu komoditi andalan di sektor pertanian adalah jagung, karena


jagung merupakan salah satu bahan pokok makanan di Indonesia yang
memiliki kedudukan penting setelah beras. Selain bahan pokok makanan setelah
beras, jagung banyak digunakan untuk pakan ternak dan bahan baku industri.
Kebutuhan jagung untuk pakan ternak kurang lebih 200.000 ton jagung pipilan
kering tiap bulan. Hal ini menggambarkan terbukanya peluang untuk usahatani
jagung di dalam negeri (Cristoporus dan Sulaiman, 2009).

Dari sisi penawaran jagung, dapat dilihat bahwa sampai saat ini pemasaran jagung
masih belum dapat mengimbangi permintaan jagung di dalam negeri. Meskipun
terjadi peningkatan produksi setiap tahunnya, namun peningkatan tersebut masih
belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat. Selain karena biaya produksi
yang besar, kualitas para petani yang belum maksimal dalam menggarap dan
memproduksi jagung serta berbagai kendala yang dihadapi petani dari segi input
produksi yang menyebabkan besarnya biaya yang harus ditanggung petani dalam
memproduksi jagung (Ariani, 2006).

Upaya peningkatan produksi sangat berkaitan dengan penggunaan faktor-faktor


produksi pada usahatani. Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki petani sering
mengakibatkan penggunaan faktor-faktor produksi yang kurang tepat. Oleh
karena itu dalam melakukan usahatani, seorang petani harus senantiasa
memperhatikan penggunaan faktor produksi agar mencapai produksi yang
optimal.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian
diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi (luas lahan, benih,
pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) terhadap produksi jagung di Desa
Nambiki, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat.
2. Untuk mengetahui berapa jenis pola saluran pemasaran di Desa Nambiki,
Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat.
3. Untuk mengetahui berapa besar biaya pemasaran, share margin, dan price
spread pada setiap pola saluran pemasaran di Desa Nambiki, Kecamatan
Selesai, Kabupaten Langkat.
4. Untuk menganalisis tingkat efisiensi pemasaran jagung di Desa Nambiki,
Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat.
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka
1. Gambaran Umum Jagung
Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan semusim (annual). Susunan tubuh
(morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah.
Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar, yaitu akar utama, akar
cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi sebagai
alat untuk mengisap air serta garam-garam yang terdapat dalam tanah,
mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat
pernafasan. Batang tanaman jagung beruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas
bervariasi antara 10-40 ruas. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm – 300
cm tergantung pada tipe jagung. Daun jagung tumbuh melekat pada buku-buku
batang. Jumlah daun tiap tanaman (pohon) bervariasi antara 8-48 helai. Ukuran daun
berbeda-beda, yaitu panjang antara 30 cm – 150 cm, sedangkan lebar mencapai 15
cm. Letak daun pada batang termasuk daun duduk bersilangan (Rukmana, 1997).

2. Kondisi Eksisting Produktivitas Jagung


Dalam numenklatur ekonomi tanaman pangan Indonesia, jagung merupakan
komoditas penting kedua setelah padi/beras. Akan tetapi, dengan berkembang
pesatnya industri peternakan, jagung merupakan komponen utama (60%) dalam
ransum pakan. Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri
digunakan untuk pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%,
dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya dan bibit. Dengan demikian,
peran jagung sebetulnya sudah berubah lebih sebagai bahan baku industri dibanding
sebagai bahan pangan (Badan Penelitian Tanaman Serelia, 2007).

3. Kondisi Eksisting Sistem Agribisnis Jagung


Untuk mengurangi ketergantungan impor sekaligus meningkatkan pendapatan
petani, pemerintah Sumatera Utara berupaya meningkatkan produksi dan
produktivitas jagung. Swasembada jagung harus dicapai dengan melakukan upaya
produktivitas jagung yang lebih tinggi yang bisa diperoleh melalui pemakaian
bibit berkualitas dan perluasan areal tanaman. Saat ini rata-rata produktivitas di
Sumatera Utara 33,84 kw/tahun memang sudah di atas yang dihasilkan secara
nasional 33,44 kw/tahun. Untuk mengejar swasembada bahkan surplus, Sumatera
Utara menargetkan produktivitas jagung petani sudah bisa mencapai 70 kw/tahun
dalam kurun waktu yang tidak lama lagi. Sementara luas areal tanaman jagung
juga akan ditingkatkan dari sekitar 200 ribu hektar yang sudah ada pada saat ini
(Pemprovsu, 2007).

Landasan Teori
1. Produksi
Teori produksi menggambarkan tentang keterkaitan diantara faktor-faktor
produksi dengan tingkat produksi yang diciptakan. Teori produksi dapat
dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi dan tingkat produksi yang diciptakan.
Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi
disebut output. Dalam kaitannya dengan pertanian, produksi merupakan esensi
dari suatu perekonomian. Untuk berproduksi diperlukan sejumlah input, dimana
umumnya input yang diperlukan pada sektor pertanian adalah adanya kapital,
tenaga kerja dan teknologi (Sadono Sukirno, 2000).

2. Faktor Produksi dalam Usahatani


Faktor-faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau
diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan
jasa. Faktor produksi atau sumber daya atau input dapat dikelompokkan menjadi
sumber daya manusia (tenaga kerja), modal (capital) dan sumber daya alam atau
tanah (Sukirno, 2008).

3. Efisiensi Pemasaran
Pemasaran komoditas pertanian merupakan kegiatan atau proses pengaliran
komoditas pertanian dari produsen sampai ke konsumen atau pedagang perantara
berdasarkan pendekatan sistem pemasaran, kegunaan pemasaran, dan fungsi- fungsi
pemasaran (Rahim dan Hastuti, 2007).

Semakin panjang saluran pemasaran maka sistem pemasaran semakin tidak


efisien. Penentuan efisiensi dapat juga dilihat dengan membandingkan antara
besarnya keuntungan (profit) petani produsen dan seluruh middleman yang
terlibat dengan seluruh ongkos tata niaga yang dikeluarkan oleh middleman dan
biaya produksi serta ongkos pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen.
(Sihombing, 2010).

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Nambiki, Kecamatan Selesai, Kabupaten
Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara
purposive (sengaja). Dalam buku metode penelitian oleh Sugiyono (2012)
menjelaskan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap suatu objek sesuai dengan
tujuan.

Metode Penentuan Sampel


Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana (simple random
sampling), dimana setiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel serta tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian sebanyak 54 sampel
petani. Untuk sampel saluran pedagang diambil pedagang perantara yang
menyalurkan komoditi petani jagung sampai ke konsumen. Teknik pengambilan
sampel dalam pemasaran jagung dilakukan dengan metode Snowball Sampling
yaitu mengikuti alur pemasaran yang berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi kegiatan pemasaran berdasarkan pada jumlah pedagang
yang terlibat dalam alur pemasaran jagung.

Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang
diperoleh secara langsung dari sumber informasi dengan menggunakan instrument
kuesioner, wawancara dan data sekunder diperoleh dari instansi terkait.

Metode Analisis Data


Untuk mengindentifikasi masalah (1) dalam menganalisis pengaruh input
produksi terhadap produksi jagung digunakan uji statistik regresi linear berganda
dengan model persamaan sebagai berikut :
Y =a+X1B1+X2b2+X3b3+X4b4+X5b5+X6B6+X7B7+X8B8+µ
Dimana :
Y = Produksi jagung (Kg)

X1 = Luas lahan (Ha)

X2 = Benih (Kg)

X3 = Pupuk Urea(Kg)

X4 = Pupuk Phonska (Kg)

X5 = Pupuk ZA (Kg)
X6 = Pupuk KCL (Kg)
X7 = Pestisida (L)
X8 = Tenaga Kerja (HKO)
a = Konstanta
b1-b8 = Koefisien regresi
µ = kesalahan (error term)

Untuk mengindentifikasi masalah yang kedua (2) digunakan analisis deskriptif


(dengan cara menggambarkan dan menjelaskan), yaitu dengan menganalisis mata
rantai dan volume pemasaran jagung yang terdapat di daerah penelitian.

Untuk Untuk mengindentifikasi masalah ketiga (3) dan keempat (4) dilakukan
dengan menghitung, biaya dan fungsi pemasaran, price spread, share margin dan
margin keuntungan yang diterima petani (produsen) dan masing-masing pedagang
perantara pada setiap saluran pemasaran. Untuk menghitung marjin pemasaran
digunakan rumus :
Mji = Psi – Pbi ...... (1)
Mji = Bti - µi ........ (2)
µi = Mji – Bti ..... (3)
maka akan diperoleh marjin pemasaran total adalah :
Mj = Ʃmji............. (4)
Dimana :
Psi = harga penjualan pada lembaga ke-i
Pbi = harga beli lembaga pemasaran ke-i
Bti = biaya pemasaran lembaga pemasaran ke-i
µi = keuntungan lembaga pemasaran ke-i
Mj = marjin pemasaran total
I = 1,2,3,...n
Marjin pemasaran yang tinggi tidak selalu mengindikasikan keuntungan yang
tinggi, tergantung berapa besar biaya-biaya yang harus dikeluarkan pedagang
perantara untuk melakukan fungsi pemasaran (Sudiyono, 2004).
Untuk menghitung share margin , digunakan rumus :

Dimana :
Sm = share margin (%)
Pp = Harga yang diterima petani atau pedagang
Pk = Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir
Price spread diperoleh dengan membuat rincian dari harga beli, harga jual, biaya
pemasaran serta marjin keuntungan dari masing-masing saluran pemasaran.
Untuk menghitung efisiensi pemasaran digunakan rumus :
EP

Di mana : Pemasaran akan semakin efisien apabila nilai efisiensi pemasaran (Ep)
semakin kecil (Soekartawi, 2002).

Dengan kaidah keputusan :


a. 0 – 33% = Efisien
b. 34 – 67% = Kurang Efisien
c. 68 – 100% = Tidak Efisien

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dan Pembahasan
1. Pengaruh Luas Lahan, Benih, Pupuk, Pestisida dan Tenaga Kerja
terhadap Produksi Jagung di Desa Nambiki

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung digunakan


uji statistik regresi linear berganda dengan model persamaan sebagai berikut :
Y = -706,840 + 4419,888X1 + 49,328X2 + 2,646X3 + 3,674X4 + 4,285X5 +3,693X6
+ 163,784X7 - 10,658X8 + µ

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R2 (R Square)


yang diperoleh adalah 0,961. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 96,1% variasi
variabel terikat produksi jagung telah dapat dijelaskan oleh variabel bebas luas
lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Sedangkan sisanya 3,9%
dipengaruhi oleh variabel bebas atau faktor lain yang belum dimasukkan ke dalam
model. Untuk uji F, hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi F
sebesar 0,000 (<α 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel luas lahan, benih,
pupuk Urea, pupuk Phonska, pupuk ZA, pupuk KCL, pestisida, dan tenaga kerja
secara serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung. Untuk uji t,
hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi luas lahan (0,000<0,05),
benih (0,011<0,021), pupuk Urea (0,015<0,05), pupuk Phonska (0,011<0,05),
pupuk ZA (0,003<0,05), pupuk KCL (0,025<0,05) dan pestisida (0,003<0,05),
maka untuk faktor produksi tersebut H0 ditolak atau H1 diterima. Hal ini
menunjukkan faktor produksi luas lahan, benih, pupuk Urea, pupuk Phonska,
pupuk ZA, pupuk KCL dan pestisida secara parsial berpengaruh nyata terhadap
produksi jagung. Akan tetapi, hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi
tenaga kerja (0,183>0,05), maka untuk faktor produksi tersebut H0 diterima H1
ditolak. Hal ini menunjukkan faktor produksi tenaga kerja secara parsial tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi jagung.

2. Saluran Pemasaran Jagung di Desa Nambiki


Kegiatan pendistribusian jagung dari petani ke konsumen memerlukan pedagang
perantara atau disebut juga sebagai lembaga pemasaran yang mempunyai peranan
penting dalam kegiatan pemasaran. Dari hasil penelitian terhdap 54 petani
responden diketahui bahwa lembaga perantara yang terlibat adalah pedagang
pengumpul dan toko tani/pengecer. Petani yang menyalurkan ke pedagang
pengumpul sebanyak 42 petani. Petani yang menyalurkan langsung ke toko
tani/pedagang pengecer sebanyak 12 petani. Pola saluran pemasaran yang terjadi
di daerah penelitian adalah seperti gambar berikut ini.
77,77%
P Pedagang Pengumpul
E I
T
A
22,23% Toko Tani/Pedagang
N
Konsumen
I II Pengecer

3. Biaya Pemasaran, Share Margin, Dan Price Spread Pada Setiap Pola
Saluran Pemasaran I Di Desa Nambiki

Dari setiap periode panen, pedagang pengumpul membeli jagung dari petani
sekitar 200 kg – 300 kg dalam bentuk jagung pipilan. Dengan rata-rata pembelian
250 kg. Rata-rata harga beli jagung dari pengumpul ke petani adalah Rp.2.500/kg.
Pedagang pengumpul menjual jagung pipilan tersebut ke toko tani. Harga jual
pedagang pengumpul ke toko tani dengan harga jual rata-rata Rp. 3.100/kg. Biaya
pemasaran yang ditanggung oleh pedagang pengumpul terdiri dari biaya
transportasi dan upah bongkar muat Rp. 130/kg, biaya yang dikeluarkan hanya
transportasi dan upah bongkar muat dikarenakan jarak yang dekat dari desa ke
toko tani. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul dalam penjualan
jagung pipilan adalah Rp. 470/kg. Dari pedagang pengumpul, jagung tersebut
dijual kepada toko tani/pedagang pengecer. Kemudian toko tani/pedagang
pengecer menjual jagung pipilan ke konsumen dengan harga rata-rata Rp.
4.100/kg. Dan keuntungan yang diperoleh toko tani/pedagang pengecer rata-rata
sebesar Rp. 680/kg. Dari uraian di atas dapat dibuat price spread, profit margin
dan share margin dari pedagang yang terlibat dalam saluran pemasaran I. Berikut
price spread, profit margin dan share margin jagung pada saluran pemasaran I.
Tabel 1. Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Jagung melalui
Saluran Pemasaran I
No Uraian Price Spread Share Margin

(Rp/Kg) (%)
1 Tingkat Petani
a. Harga Jual 2.500
b. Biaya Pemasaran

Pemipilan 100 2,439


Penggonian 84 2,049

c. Profit Margin 2316 56,48


2 Pedagang Pengumpul
a. Harga Beli Jagung 2.500
b. Harga Jual 3.100
c. Biaya Pemasaran
Transportasi 80 1,951
Upah Bongkar Muat 50 1,219
d. Profit Margin 470 11,46
3 Pedagang Pengecer/Toko Tani
a. Harga Beli Jagung 3.100
b. Harga Jual 4100
c. Biaya Pemasaran
Sewa Tempat 150 3,658
Packing 70 1,707
Biaya transport 100 2,439
d. Profit Margin 780 16,58
4 Konsumen 4100 100,00

4. Biaya Pemasaran, Share Margin, Dan Price Spread Pada Setiap Pola
Saluran Pemasaran II Di Desa Nambiki
Dari setiap periode panen, toko tani/pedagang pengecer membeli jagung dari
petani sekitar 100 kg – 200 kg dalam bentuk jagung pipilan. Dengan rata-rata
pembelian 150 kg. Rata-rata harga beli jagung dari toko tani/pedagang pengecer
ke petani adalah Rp.3.200/kg. Dengan profit margin sebesar Rp. 1.216/kg. Toko
tani/pedagang pengecer menjual jagung pipilan tersebut ke konsumen. Harga jual
Toko tani/pedagang pengecer ke konsumen dengan harga jual rata-rata Rp.
4.100/kg. Dengan profit margin sebesar Rp. 580/kg. Dari uraian di atas dapat dibuat
price spread, profit margin dan share margin dari pedagang yang terlibat dalam
saluran pemasaran II. Berikut price spread, profit margin dan share margin jagung
pada saluran pemasaran II.
Tabel 2. Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Jagung melalui
Saluran Pemasaran II
No Uraian Price Spread Share Margin

(Rp/Kg) (%)
1 Tingkat Petani
a. Harga Jual 3.200
b. Biaya Pemasaran

Pemipilan 100 2,439


Penggonian 84 2,048

c. Profit Margin 3.016 73,56


2 Pedagang Pengecer/Toko Tani
a. Harga Beli Jagung 3.200
b. Harga Jual 4100
c. Biaya pemasaran
Sewa Tempat 150 3,658
Packing 70 1,707
Biaya transport 100 2,431
d. Profit Margin 580 14,14
3 Konsumen 4100 100,00

Dari data di atas dapat diketahui bahwa total biaya pemasaran saluran pemasaran I
sebesar Rp. 634/Kg jagung dan biaya pemasaran saluran pemasaran II sebesar Rp.
504/Kg jagung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya pemasaran terendah
terdapat di saluran pemasaran II.

5. Efisiensi Pemasaran
a. Saluran Pemasaran Jagung I
Berikut ini nilai efisiensi pemasaran yang diperoleh saluran I:

Nilai Ep = 15,46% menunjukkan bahwa besarnya biaya pemasaran per kg jagung


adalah 15,46% dari total nilai jagung yang dipasarkan. Hal ini menunjukkan
bahwa bagian dari biaya pemasaran terhadap total biaya yang dibayarkan oleh
konsumen masih cukup besar.

b. Saluran Pemasaran Jagung II


Berikut ini nilai efisiensi pemasaran yang diperoleh saluran II:

Nilai Ep = 12,29% menunjukkan bahwa besarnya biaya pemasaran per kg jagung


adalah 12,29% dari total nilai jagung yang dipasarkan. Hal ini menunjukkan
bahwa bagian dari biaya pemasaran terhadap total biaya yang dibayarkan konsumen
masih cukup besar.

Dari hasil efisiensi di atas dapat diketahui bahwa Saluran pemasaran jagung II
lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran jagung I, ditinjau dari
panjangnya saluran pemasaran, biaya pemasaran, farmer share dan rasio biaya
dengan nilai pemasaran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Input produksi lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara
serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung, sedangkan
secara parsial hanya input tenaga kerja yang tidak berpengaruh nyata.
2. Terdapat 2 bentuk saluran pemasaran jagung di daerah penelitian, yaitu :
Saluran I : Petani – Pedagang Pengumpul – Toko Tani/Pedagang-
Pengecer – Konsumen
Saluran II : Petani – Toko Tani/Pedagang Pengecer – Konsumen
3. Biaya pemasaran jagung pada saluran I lebih tinggi daripada biaya pemasaran
jagung pada saluran II.
4. Saluran pemasaran jagung II lebih efisien dibandingkan dengan saluran
pemasaran jagung I, ditinjau dari panjangnya saluran pemasaran, biaya
pemasaran, farmer share dan rasio biaya dengan nilai pemasaran.

Saran
Kepada Petani Jagung
Untuk meningkatkan produksi serta dosis penggunaan, maka petani perlu
meningkatkan luas lahan, benih, pupuk dan pestisida. Namun, untuk input tenaga
kerja perlu diefisienkan penggunaannya agar lebih efektif untuk meningkatkan hasil
produksi jagung. Dalam hal pemasaran, petani sebaiknya memanfaatkan informasi
pasar utamanya jagung, mengenai harga dan permintaan jagung di pasaran. Untuk
meningkatkan keuntungan petani, sebaiknya kegiatan pemasaran dilakukan
langsung kepada pedagang pengecer/toko tani agar memperpendek saluran
pemasaran.
Kepada Pemerintah
Pemerintah diharapkan agar memperhatikan proses saluran pemasaran yang
panjang dalam membantu petani dengan membentuk kelompok asosiasi
pemasaran agar memotong mata rantai pada saluran pertanian.

Kepada Peneliti Selanjutnya


Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk memperdalam penelitian tentang
faktor agroklimat yakni musim kering dan musim hujan terhadap produksi jagung
yang belum diteliti di daerah penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, M. 2006. Diversifikasi Pangan di Indonesia : Antara Harapan dan


Kenyataan. Forum Agro Ekonomi : Jakarta.

Cristoporus dan Sulaeman., 2009. Analisis Produksi dan Pemasaran jagung di


Desa Labuan Toposo Kecamatan Tawaeli Kabupaten Donggala.
Jurnal Agroland, Vol. 16, No. 2, 141-147, Juni 2009.

Daniel M. Darmawati dan Niel dalina. 2006. PRA (Participatory Rural


Appraisal) Pendekatan Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan
Partisipatif dalam Upaya Percepatan Pembangunan Pertanian.
Cetakan Pertama. Penerbit PT Bumi Aksara. Jakarta.

Made J. Mejaya, dkk. 2005. Pola Heterosis Dalam Pembentukan Varietas Unggul
Jagung Bersari Bebas dan Hibrida, Makalah Disampaikan Dalam
Seminar Rutin Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor, 12 Mei 2005.

Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti 2007, Ekonomika Pertanian, Pengantar Teori
dan Kasus, Penebar Swadaya.

Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta : Kanisius. 84 hlm.

Sihombing, Luhut. 2010. Tata Niaga Hasil Pertanian. Medan : USU Press.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhamadiyah Malang.


Malang
Sugiyono. (2012). “Memahami Penelitian Kualitatif”. Bandung : ALFABETA.

Sukirno, Sadono, 2000, Ekonomi Makro, Raja Grapindo Persada, Jakarta.

Sukirno, S. 2008. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Raja Grafindo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai