ABSTRAK
The research conducted to analyze the influence of production factors (land area,
seeds, fertilizers, pesticides, and labor) on corn production, to find out how many
types of maize marketing channels are, to find out how much marketing costs, share
margins, and price spreads on every pattern of corn marketing, and to analyze the
efficiency level of corn marketing. The analysis method used is multiple linear
analysis method, descriptive analysis and simple tabulation analysis. The results of
the study concluded that the factors of production of land area, seeds, fertilizer,
pesticides and labor simultaneously had a significant effect on corn production
while partially the factors of production of land area, seeds, fertilizers and
pesticides significantly affected corn production, unless labor had no significant
effect. There are 2 types of corn marketing channels in the study area. The cost of
marketing corn on channel I is higher than the cost of marketing corn on channel
II. Corn marketing channel II is more efficient than marketing channel I.
Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar
penduduk Indonesia, sehingga sektor pertanian diharapkan menjadi basis
pertumbuhan ekonomi dimasa yang akan datang. Sektor pertanian mempunyai
peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat
dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. Kontribusi dominan
sektor pertanian khususnya dalam pemantapan ketahanan pangan, pengentasan
kemiskinan, penciptaan lapangan pekerjaan, dan pemerataan pendapatan. Secara
garis besar kebijakan pembangunan pertanian diprioritaskan kepada beberapa
program kerja yang dijabarkan ke dalam beberapa kegiatan, dengan tujuan untuk
mencapai sasaran dari pembangunan pertanian. Salah satunya adalah program
ketahanan pangan (Darmawati, 1998).
Jagung merupakan salah satu komoditas dari subsektor tanaman pangan yang
memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional.
Peranan jagung dalam subsektor tanaman pangan telah terbukti memberikan andil
yang cukup besar terhadap ketahanan pangan dan juga terhadap perekonomian
Indonesia. Krisis ekonomi global 1997 dan 2008, komoditas jagung telah
menunjukkan ketangguhannya dan tetap tumbuh dengan angka positif dan
menjadi penggerak bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan
industri hilir yang mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional. Menurut Mejaya, dkk (2005) sebagian besar jagung domestik
untuk pakan atau industri pakan membutuhkan 57% dari kebutuhan nasional,
sisanya sekitar 34% untuk pangan, dan 9% untuk kebutuhan industri lainnya.
Dari sisi penawaran jagung, dapat dilihat bahwa sampai saat ini pemasaran jagung
masih belum dapat mengimbangi permintaan jagung di dalam negeri. Meskipun
terjadi peningkatan produksi setiap tahunnya, namun peningkatan tersebut masih
belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat. Selain karena biaya produksi
yang besar, kualitas para petani yang belum maksimal dalam menggarap dan
memproduksi jagung serta berbagai kendala yang dihadapi petani dari segi input
produksi yang menyebabkan besarnya biaya yang harus ditanggung petani dalam
memproduksi jagung (Ariani, 2006).
Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian
diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi (luas lahan, benih,
pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) terhadap produksi jagung di Desa
Nambiki, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat.
2. Untuk mengetahui berapa jenis pola saluran pemasaran di Desa Nambiki,
Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat.
3. Untuk mengetahui berapa besar biaya pemasaran, share margin, dan price
spread pada setiap pola saluran pemasaran di Desa Nambiki, Kecamatan
Selesai, Kabupaten Langkat.
4. Untuk menganalisis tingkat efisiensi pemasaran jagung di Desa Nambiki,
Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
1. Gambaran Umum Jagung
Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan semusim (annual). Susunan tubuh
(morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah.
Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar, yaitu akar utama, akar
cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi sebagai
alat untuk mengisap air serta garam-garam yang terdapat dalam tanah,
mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat
pernafasan. Batang tanaman jagung beruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas
bervariasi antara 10-40 ruas. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm – 300
cm tergantung pada tipe jagung. Daun jagung tumbuh melekat pada buku-buku
batang. Jumlah daun tiap tanaman (pohon) bervariasi antara 8-48 helai. Ukuran daun
berbeda-beda, yaitu panjang antara 30 cm – 150 cm, sedangkan lebar mencapai 15
cm. Letak daun pada batang termasuk daun duduk bersilangan (Rukmana, 1997).
Landasan Teori
1. Produksi
Teori produksi menggambarkan tentang keterkaitan diantara faktor-faktor
produksi dengan tingkat produksi yang diciptakan. Teori produksi dapat
dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi dan tingkat produksi yang diciptakan.
Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi
disebut output. Dalam kaitannya dengan pertanian, produksi merupakan esensi
dari suatu perekonomian. Untuk berproduksi diperlukan sejumlah input, dimana
umumnya input yang diperlukan pada sektor pertanian adalah adanya kapital,
tenaga kerja dan teknologi (Sadono Sukirno, 2000).
3. Efisiensi Pemasaran
Pemasaran komoditas pertanian merupakan kegiatan atau proses pengaliran
komoditas pertanian dari produsen sampai ke konsumen atau pedagang perantara
berdasarkan pendekatan sistem pemasaran, kegunaan pemasaran, dan fungsi- fungsi
pemasaran (Rahim dan Hastuti, 2007).
METODE PENELITIAN
X2 = Benih (Kg)
X3 = Pupuk Urea(Kg)
X5 = Pupuk ZA (Kg)
X6 = Pupuk KCL (Kg)
X7 = Pestisida (L)
X8 = Tenaga Kerja (HKO)
a = Konstanta
b1-b8 = Koefisien regresi
µ = kesalahan (error term)
Untuk Untuk mengindentifikasi masalah ketiga (3) dan keempat (4) dilakukan
dengan menghitung, biaya dan fungsi pemasaran, price spread, share margin dan
margin keuntungan yang diterima petani (produsen) dan masing-masing pedagang
perantara pada setiap saluran pemasaran. Untuk menghitung marjin pemasaran
digunakan rumus :
Mji = Psi – Pbi ...... (1)
Mji = Bti - µi ........ (2)
µi = Mji – Bti ..... (3)
maka akan diperoleh marjin pemasaran total adalah :
Mj = Ʃmji............. (4)
Dimana :
Psi = harga penjualan pada lembaga ke-i
Pbi = harga beli lembaga pemasaran ke-i
Bti = biaya pemasaran lembaga pemasaran ke-i
µi = keuntungan lembaga pemasaran ke-i
Mj = marjin pemasaran total
I = 1,2,3,...n
Marjin pemasaran yang tinggi tidak selalu mengindikasikan keuntungan yang
tinggi, tergantung berapa besar biaya-biaya yang harus dikeluarkan pedagang
perantara untuk melakukan fungsi pemasaran (Sudiyono, 2004).
Untuk menghitung share margin , digunakan rumus :
Dimana :
Sm = share margin (%)
Pp = Harga yang diterima petani atau pedagang
Pk = Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir
Price spread diperoleh dengan membuat rincian dari harga beli, harga jual, biaya
pemasaran serta marjin keuntungan dari masing-masing saluran pemasaran.
Untuk menghitung efisiensi pemasaran digunakan rumus :
EP
Di mana : Pemasaran akan semakin efisien apabila nilai efisiensi pemasaran (Ep)
semakin kecil (Soekartawi, 2002).
3. Biaya Pemasaran, Share Margin, Dan Price Spread Pada Setiap Pola
Saluran Pemasaran I Di Desa Nambiki
Dari setiap periode panen, pedagang pengumpul membeli jagung dari petani
sekitar 200 kg – 300 kg dalam bentuk jagung pipilan. Dengan rata-rata pembelian
250 kg. Rata-rata harga beli jagung dari pengumpul ke petani adalah Rp.2.500/kg.
Pedagang pengumpul menjual jagung pipilan tersebut ke toko tani. Harga jual
pedagang pengumpul ke toko tani dengan harga jual rata-rata Rp. 3.100/kg. Biaya
pemasaran yang ditanggung oleh pedagang pengumpul terdiri dari biaya
transportasi dan upah bongkar muat Rp. 130/kg, biaya yang dikeluarkan hanya
transportasi dan upah bongkar muat dikarenakan jarak yang dekat dari desa ke
toko tani. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul dalam penjualan
jagung pipilan adalah Rp. 470/kg. Dari pedagang pengumpul, jagung tersebut
dijual kepada toko tani/pedagang pengecer. Kemudian toko tani/pedagang
pengecer menjual jagung pipilan ke konsumen dengan harga rata-rata Rp.
4.100/kg. Dan keuntungan yang diperoleh toko tani/pedagang pengecer rata-rata
sebesar Rp. 680/kg. Dari uraian di atas dapat dibuat price spread, profit margin
dan share margin dari pedagang yang terlibat dalam saluran pemasaran I. Berikut
price spread, profit margin dan share margin jagung pada saluran pemasaran I.
Tabel 1. Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Jagung melalui
Saluran Pemasaran I
No Uraian Price Spread Share Margin
(Rp/Kg) (%)
1 Tingkat Petani
a. Harga Jual 2.500
b. Biaya Pemasaran
4. Biaya Pemasaran, Share Margin, Dan Price Spread Pada Setiap Pola
Saluran Pemasaran II Di Desa Nambiki
Dari setiap periode panen, toko tani/pedagang pengecer membeli jagung dari
petani sekitar 100 kg – 200 kg dalam bentuk jagung pipilan. Dengan rata-rata
pembelian 150 kg. Rata-rata harga beli jagung dari toko tani/pedagang pengecer
ke petani adalah Rp.3.200/kg. Dengan profit margin sebesar Rp. 1.216/kg. Toko
tani/pedagang pengecer menjual jagung pipilan tersebut ke konsumen. Harga jual
Toko tani/pedagang pengecer ke konsumen dengan harga jual rata-rata Rp.
4.100/kg. Dengan profit margin sebesar Rp. 580/kg. Dari uraian di atas dapat dibuat
price spread, profit margin dan share margin dari pedagang yang terlibat dalam
saluran pemasaran II. Berikut price spread, profit margin dan share margin jagung
pada saluran pemasaran II.
Tabel 2. Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Jagung melalui
Saluran Pemasaran II
No Uraian Price Spread Share Margin
(Rp/Kg) (%)
1 Tingkat Petani
a. Harga Jual 3.200
b. Biaya Pemasaran
Dari data di atas dapat diketahui bahwa total biaya pemasaran saluran pemasaran I
sebesar Rp. 634/Kg jagung dan biaya pemasaran saluran pemasaran II sebesar Rp.
504/Kg jagung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya pemasaran terendah
terdapat di saluran pemasaran II.
5. Efisiensi Pemasaran
a. Saluran Pemasaran Jagung I
Berikut ini nilai efisiensi pemasaran yang diperoleh saluran I:
Dari hasil efisiensi di atas dapat diketahui bahwa Saluran pemasaran jagung II
lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran jagung I, ditinjau dari
panjangnya saluran pemasaran, biaya pemasaran, farmer share dan rasio biaya
dengan nilai pemasaran.
Kesimpulan
1. Input produksi lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara
serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung, sedangkan
secara parsial hanya input tenaga kerja yang tidak berpengaruh nyata.
2. Terdapat 2 bentuk saluran pemasaran jagung di daerah penelitian, yaitu :
Saluran I : Petani – Pedagang Pengumpul – Toko Tani/Pedagang-
Pengecer – Konsumen
Saluran II : Petani – Toko Tani/Pedagang Pengecer – Konsumen
3. Biaya pemasaran jagung pada saluran I lebih tinggi daripada biaya pemasaran
jagung pada saluran II.
4. Saluran pemasaran jagung II lebih efisien dibandingkan dengan saluran
pemasaran jagung I, ditinjau dari panjangnya saluran pemasaran, biaya
pemasaran, farmer share dan rasio biaya dengan nilai pemasaran.
Saran
Kepada Petani Jagung
Untuk meningkatkan produksi serta dosis penggunaan, maka petani perlu
meningkatkan luas lahan, benih, pupuk dan pestisida. Namun, untuk input tenaga
kerja perlu diefisienkan penggunaannya agar lebih efektif untuk meningkatkan hasil
produksi jagung. Dalam hal pemasaran, petani sebaiknya memanfaatkan informasi
pasar utamanya jagung, mengenai harga dan permintaan jagung di pasaran. Untuk
meningkatkan keuntungan petani, sebaiknya kegiatan pemasaran dilakukan
langsung kepada pedagang pengecer/toko tani agar memperpendek saluran
pemasaran.
Kepada Pemerintah
Pemerintah diharapkan agar memperhatikan proses saluran pemasaran yang
panjang dalam membantu petani dengan membentuk kelompok asosiasi
pemasaran agar memotong mata rantai pada saluran pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Made J. Mejaya, dkk. 2005. Pola Heterosis Dalam Pembentukan Varietas Unggul
Jagung Bersari Bebas dan Hibrida, Makalah Disampaikan Dalam
Seminar Rutin Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor, 12 Mei 2005.
Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti 2007, Ekonomika Pertanian, Pengantar Teori
dan Kasus, Penebar Swadaya.
Sihombing, Luhut. 2010. Tata Niaga Hasil Pertanian. Medan : USU Press.