KESEHATAN
Malaria Falciparum
Oleh :
Pembimbing :
Manado, 2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab kesakitan dan kematian terpenting
di daerah tropik di seluruh dunia. Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan
oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual di dalam darah manusia. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,
menggigil, anemia dan splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Malaria
disebabkan oleh empat spesies dari genus plasmodium (plasmodium falciparum, plasmodium
vivax, plasmodium ovale, dan plasmodium malariae).2
2
based combination therapy/ACT), ini adalah terapi terbaik saat ini untuk malaria falsiparum
tanpa komplikasi, Sayangnya implementasi kebijkan ini masih tersendat akibat berbagai
faktor seperti biaya yang tinggi. Pada tahun 2010, WHO kembali menerbitkan pedoman yang
kedua.5,7,8,9
3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Teling, Manado
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Suku : Minahasa
Tanggal masuk : 17 Desember 2019
II. ANAMNESIS
a. Keluhan utama : Demam dan Mengigil
b. Keluhan tambahan : Pusing.
c. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk ke Rumah Sakit Wolter Mongindisi Teling dengan keluhan
utama demam dan menggigil sejak 3 hari yang lalu.
Demam dan mengigil sejak ± 3 hari yang lalu di sertai dengan rasa pusing,
mual dan muntah tidak di keluhkan oleh pasien, nyeri perut tidak ada,
BAB/BAK tidak ada keluhan.
Menurut keterangan dari Pasien, Pasien baru saja pulang dari tugas di Afrika
selama 1 tahun.
d. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya, riwayat penyakit lainnya
disangkal.
e. Riwayat pengobatan :
Pasien sudah mengkonsumsi Paracetamol tapi demam masih naik kembali.
f. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada yang menderita penyakit seperti yang Pasien alami.
4
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Kesadaran Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran (GCS) : E4V5M6
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit, kuat angkat
Respirasi : 20 x/menit, SpO2 97%
Suhu : 37.7 º C
Berat Badan : 65 kg
Kepala : Normocephal
Mata : Pupil bulat isokor ϴ 3mm/3mm, conjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks :
Inspeksi : Pengembangan dada kanan=kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor kanan=kiri
Auskultasi : Suara napas vesikuler. Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar
Palpasi : Hepar dan Lien tidak teraba, nyeri tidak ada
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal.
5
MCH : 30.0
MCHC : 33.3
Eritrosit : 4.09
V. DIAGNOSIS KERJA
Malaria Falciparum
VI. RESUME
Seorang pasien laki-laki usia 37 tahun masuk ke Rumah Sakit Wolter Monginsidi
Teling dengan keluhan utama demam dan mengigil sejak ± 3 hari yang lalu
disertai dengan rasa pusing. Pada pemeriksaan fisik di temukan tekanan darah
120/70 mmHg, nadi 90 x/menit, respirasi 20 x/ menit, suhu badan 37.7 º C, pada
mata conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pada thoraks suara pernapasan
vesikuler, tidak ada rhonki dan wheezing, pada abdomen nyeri tekan tidak ada,
bisung usus normal, pada ekstremitas akral hangat, tidak ada edema, CRT < 2
detik. Pada pemeriksaan penunjang di temukan dari hasil DDR positif
P.falciparum, leukosit 5.000, hemoglobin 12.3, trombosit 150.000, hematokrit
36.9, eritrosit 4.09.
VII. TATALAKSANA
Medikamentosa
IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg tab
Primakuin 1 x 15 mg tab
Dihidropiperakuin 1 x 3 tab
Doksisiklin 2 x 100 mg tab
Non – Medikamentosa
Istirahat yang cukup
Makan makanan yang bergizi
Kurangi aktifitas fisik yang berlebihan
6
FOLLOW UP
Tanggal 18-12-2019
S : Demam (+) Menggigil (+) Pusing (+)
O : KU : Sakit sedang Kes : Compos Mentis
T : 120/70 N : 90 R : 20 S : 37.5
Kepala : Conj anemis (-) Sklera ikterik (-)
Thoraks : Sp.Vesikuler, Rh (-/-) Wh (-/-)
Abdomen : Nyeri (-) Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) CRT < 2 dtk
A : Malaria falciparum
P : IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg tab
Dihidropiperakuin 1 x 3 tab
Doksisiklin 2 x 100 mg tab
Tanggal 19-12-2019
S : Demam (+)
O : KU : Sakit sedang Kes : Compos Mentis
T : 120/80 N : 86 R : 20 S : 37.2
Kepala : Conj anemis (-) Sklera ikterik (-)
Thoraks : Sp.Vesikuler, Rh (-/-) Wh (-/-)
Abdomen : Nyeri (-) Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) CRT < 2 dtk
A : Malaria falciparum
P : IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg tab
Dihidropiperakuin 1 x 3 tab
Doksisiklin 2 x 100 mg tab
7
Tanggal 20-12-2019
S : Demam (-)
O : KU : Sakit ringsn Kes : Compos Mentis
T : 110/80 N : 80 R : 18 S : 36.8
Kepala : Conj anemis (-) Sklera ikterik (-)
Thoraks : Sp.Vesikuler, Rh (-/-) Wh (-/-)
Abdomen : Nyeri (-) Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) CRT < 2 dtk
A : Malaria falciparum
P : IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg tab
8
BAB III
PEMBAHASAN
Definisi
Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan
pembesaran limpa. Menurut ahli lainnya, malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut
maupun kronik yang disebabkan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam, mengigil,
anemia dan pembesaran limpa.2
Epidemiologi
Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan dengan
perbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa penelitian menunjukan bahwa perempuan
mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan
dapat meningkatkan resiko malaria.1
Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus Plasmodium.
Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia terdapat 4 spesies
yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium
malariae. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun
9
ditularkan langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu
hamil kepada janinnya.11,12
Malaria vivax disebabkan oleh P.vivax yang juga disebut sebagai malaria tertiana.
P.malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana, P.ovale merupakan
penyebab malaria ovale, sedangkan Plasmodium falciparum menyebabkan malaria
falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena malaria yang
ditimbulkannya dapat menjadi berat dikarenakan dalam waktu singkat dapat menyerang
eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-
organ tubuh.12,13,15
Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit yang
berada dalam kelenjar air liur nyamuk akan masuk kedalam peredaran darah selama kurang
lebih 30 menit, setelah itu sporozoit akan masuk kedalam sel hati yang terdiri dari 10.000
sampai 30.000 merozoit hati, siklus ini disebut siklus eksoeritositer yang berlangsung selama
kurang dari 2 minggu. Pada P.vivax dan P.ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung
berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit.
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk kedalam peredaran
darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon. Proses perkembangan aseksual ini disebut
skizogon, selanjutnya eritrosit yang terinfeksi skizon pecah dan merozoit yang keluar akan
menginfeksi sel darah merah lainnya, siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer,
setelah 2-3 siklus skizogoni darah sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah dan
membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.13,15
Patogenesis
Penghancuran eritrosit :
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga terhadap
eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia dan hipoksemia
10
jaringan. Pada hemolisis intravaskular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (black water
disease) dan dapat menyebabkan gagal ginjal.
Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang
sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin mungkin berasal dari
saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF) yang
merupakan suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang
terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin dapat menimbulkan demam, hipoglikemia, dan
sindrom penyakit pernapasan pada orang dewasa.
11
Manifestasi Klinis
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8 – 37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P.falciparum dan terpanjangnya untuk P.malariae), beratnya infeksi
dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga
cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya
transfusi darah yang mengandung stadium aseksual).
2. Keluhan – keluhan prodromal
Keluhan – keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa
malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot,
anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang – kadang merasa dingin di
punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P.vivax dan P.ovale, sedangkan
pada P.falciparum dan P.malariae keluhan prodromal tidak jelas.
3. Gejala – gejala umum
Gejala – gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara
berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :
12
Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini berlangsung ± 15 menit sampai dengan 1 jam, dimulai dengan menggigil
dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari
kebiruan (sianotik), kulit kering, dan terkadang disertai dengan muntah.
Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya dialami oleh
penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang belum
mempunyai kekebalan (immunitas) terhadap malaria atau penderita yang baru
pertama kali menderita malaria.
Di daerah endemik malaria dimana penderita telah mempunyai kekebalan
(immunitas) terhadap malaria, gejala klasik timbul tidak berurutan, bahkan tidak
selalu ada, dan seringkali bervariasi tergantung spesies parasit dan immunitas
penderita, didaerah yang mempunyai tingkat penularan yang sangat tinggi
(hiperendemik) seringkali penderita tidak mengalami demam, tetapi dapat muncul
gejala lain seperti diare dan pegal – pegal. Hal ini disebut sebagai gejala malaria yang
bersifat lokal spesifik.
Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax sedangkan
pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat atau malah tidak
ada, diantara 2 periode demam terdapat periode tidak demam yang berlangsung
selama 12 jam pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60
jam pada malaria malariae.15,16
13
Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila didalam darahnya ditemukan parasit
malaria melalui pemeriksaan laboatorium sediaan darah tepi atau Rapid Diagnostic
Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini.
Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai
penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti mengigau, bicara
salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah)
Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
Kejang – kejang
Panas sangat tinggi
Mata atau tubuh kuning
Tanda – tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang,
bibir kering, produksi air seni berkurang)
Perdarahan hidung, gusu, dan saluran cerna
Nafas cepat atau sesak
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
Telapak tangan sangat pucat
Penderita malaria berat harus segera dibawa / dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk
mendapatkan penanganan semestinya.6,15,16
Tatalaksana
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian ACT. Pemberian
kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi. Malaria tanpa
komplikasi diobati dengan pemberian ACT secara oral, malaria berat diobati dengan injeksi
artesunat dilanjutkan dengan ACT oral, disamping itu diberikan primakuin sebagai
gametosidal dan hipnozoidal.10,17
14
saja dengan dosis 0.25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivax selama 14 hari dengan
dosis 0.25 mg/kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan.
2. Pengobatan malaria vivax yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivax relaps diberikan regimen ACT yang sama tapi dosis
Primakuin ditingkatkan menjadi 0.5 mg/kgBB/hari.
3. Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP ditambah dengan
Primakuin selama 14 hari, dosis pemberian obatnya sama dengan malaria vivax
4. Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P.malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari, dengan
dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan Primakuin.
5. Pengobatan infeksi campur P.falciparum + P.vivax / P.ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta Primakuin
dengan dosis 0.25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.17
Pemantauan Pengobatan
1. Rawat jalan
Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan pada hari ke 3, 7, 14, 21,
dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara mikroskopis, apabila
terdapat perburukan gejala klinis selama masa pengobatan dan evaluasi, penderita
segera dianjurkan datang kembali tanpa menunggu jadwal tersebut di atas.
2. Rawat inap
Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari dengan
pemeriksaan klinis dan darah malaria hingga klinis membaik dan hasil mikroskopis
negatif. Evaluasi pengobatan dilanjutkan pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 dengan
pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara mikroskopis.17
15
DAFTAR PUSTAKA
16
12. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000;
Hal: 249-60.
13. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto PN
(editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan.
Jakarta: EGC, 2000; Hal: 38-52
14. Mansyor A dkk. Malaria. Dalam: kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid I,
Jakarta, Fakultas Kedokteran UI, 2001, Hal: 409-16.
15. Harijanto PN. Gejala Klinik Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000;
Hal: 151-55.
16. Purwaningsih S. Diagnosis Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000;
Hal: 185-92.
17. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria; Kemeterian Kesehatan Republik
Indonesia, 2017.
17