Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRATIKUM AGENT PENYAKIT

“UJI SENSITIVITAS”

Di susun oleh :

Nama : Aulia Rakhman


NIM : N 201 12 018
Kelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan kimia, berbagai jenis bahan kimia dapat menghambat pertumbuhan
kuman, misalnya kadar gula yang tinggi, zat warna, desinfektan, antibiotika. Bahan
kimia ini dapat menghambat pertumbuhan kuman, disebut efek bakteriostatik, atau
dapat membunuh kuman, disebut efek bakterisid. Disinfektan adalah bahan kimia
yang digunakan untuk sanitasi, disinfeksi, antiseptis, dan membunuh kuman.
Antibiotika sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit infeksi
bakterial. Antibiotika dapat bersifat bakteriostatik dan juga bakterisid. Dalam
melakukan terapi dengan menggunakan antibiotika guna penanggulangan penyakit
infeksi bakterial, kadang diperlukan pemeriksaan kepekaan (tes sensitivitas) kuman
terhadap antibiotik yang tersedia, karena pada masa kini telah banyak ditemukan
kuman yang resisten terhadap antibiotika.
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis
yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh
mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang
beragam. Antibitiotik dikelompokkan berdasarkan gugus aktifnya, missal antibiotik
macrolide, antimikroba peptide. Adapun penamannya biasanya berdasarkan gugus
kimianya ataupun mikroorganime prosedurnya.
Penggunaan antibiotika yang berlangsung sejak lama dan semakin meningkat
dapat menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah yang dapat menjadi
penyebab berbagai masalah lainnya adalah timbulnya kuman yang resisten terhadap
antibiotika dan bahkan terhadap beberapa jenis secara simultan. Keadaan demikian
dapat menyebabkan pengobatan penyakit infeksi menjadi tidak efesien, lebih sulit dan
juga menjadi lebih mahal karena harus mencari antibiotika lain yang lebih sesuai.
Uji sensitivitas bakteri merupakan cara untuk mengetahui dan mendapatkan
produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada
konsentrasi yang rendah.
Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta
mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri
pada konsentrasi yang rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk
menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Berdasarkan uraian
diatas maka yang melatarbelakangi praktek ini adalah untuk mengetahui teknik uji
senstivitas yang mana untuk mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai
bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah dan juga untuk mengetahui
zona hambat dari antibiotik dan tingkat dari sensitiv, intermediet dan juga resisten
dari masing-masing antibiotik.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakan percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui zona hambat dari antibiotik.
2. Untuk mengetahui adanya tingkat sensitiv, intermediet, dan resisten.
2.3 Manfaat
Adapun manfaat sehingga dilaksanakan percobaan ini yang dihubungkan
dengan kesehatan yaitu dapat membedakan suatu antibiotika yang tepat untuk
digunakan sebagai penghambat pertumbuhan suatu bakteri yang nantinya akan
dikonsumsi dalam sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode


untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji sensitivitas
bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang
berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. Uji sentivitas
bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap
zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri.
Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-
Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini
adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan
terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri.
Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap
zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang
terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Gaman, dkk. 1992).
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah
metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan
mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper
disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah
yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri (Jawelz, 1995).
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat yang
paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus
penyakit yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam
antibiotik. Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut
resisten terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis
pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh
oleh antibiotik (Dwidjoseputro, 1998).
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Para peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak
zat lain dengan khasiat antibiotik namun berhubung dengan adanya sifat toksis bagi
manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya
adalah streptomycin vial injeksi, Tetrasiklin kapsul, Kanamicin kapsul, Erytromicin
kapsul, Colistin tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin kapsul (Djide, 2003).
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr.
Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru dikembangkan dan
dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford) yang kemudian banyak
zat lain dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia,
akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan
sebagai obat (Djide, 2003).
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi.
Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik
yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem
pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan
antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada
manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat toksik
untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif tergantung
kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya dinding sel bakteri yang
tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada
dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi (Ganiswarna, 1995).
Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kepada kemampuan antibiotik
tersebut untuk menembus dinding sel bakteri. Antibiotik lebih banyak yang efektif
bekerja terhadap bakteri Gram positif karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi
dibandingkan bakteri Gram negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum
sempit apabila mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, sedangkan
antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif dapat dihambat oleh antibiotik tersebut (Sumadio, dkk. 1994).
Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka antibiotik dapat
dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik penghambat sintesis dinding sel
mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin,
dan vankomisin. Yang kedua yaitu antibiotik penghambat sintesis protein sel mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan aminoglikosida, makrolida,
kloramfenikol, linkomisin dan tetrasilin. Yang ketiga yaitu antibiotik penghambat sintesis
asam nukleat sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan
golongan kuinolon. Keempat yaitu antibiotik pengganggu fungsi membran sel mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan polien. Dan yang kelima yaitu
antibiotik penghambat metabolisme mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini
ialah sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino salisilat (Ganiswarna, 1995).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat pertumbuhannya
akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat
pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya: tetracycline,
erytromycin, dan streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki
spektrum yang luas sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas
(Pelczar, 1986).
Mekanisme kerja antibiotik antara lain:
1. Antibiotik menghambat sintesis dinding sel mikroba.
Ada antibiotik yang merusak dinding sel mikroba dengan menghambat sintesis ensim
atau inaktivasi ensim, sehingga menyebabkan hilangnya viabilitas dan sering
menyebabkan sel lisis. Antibiotik ini meliputi penisilin, sepalosporin, sikloserin,
vankomisin, ristosetin dan basitrasin. Antibiotik ini menghambat sintesis dinding sel
terutama dengan mengganggu sintesis peptidoglikan (Gupte, 1990).
2. Antibiotik mengganggu membran sel mikroba.
Dinding sel bakteri bagian bawah adalah lapisan membran sel lipoprotein yang dapat
disamakan dengan membran sel pada manusia. Membran ini mempunyai sifat
permeabilitas selektif dan berfungsi mengontrol keluar masuknya substansi dari dan
ke dalam sel, serta memelihara tekanan osmotik internal dan ekskresi waste
products. Selain itu membran sel juga berkaitan dengan replikasi DNA dan sintesis
dinding sel. Oleh karena itu substansi yang mengganggu fungsinya akan sangat lethal
terhadap sel. Beberapa antibiotik yang dikenal mempunyai mekanisme kerja
mengganggu membran sel yaitu antibiotik peptida (polimiksin, gramisidin, sirkulin,
tirosidin, valinomisin) dan antibiotik polyene (amphoterisin, nistatin, filipin) (Gupte,
1990).
3. Antibiotik menghambat sintesis protein dan asam nukleat mikroba.
Sel mikroba dalam memelihara kelangsungan hidupnya perlu mensintesis protein
yang berlangsung di dalam ribosom bekerja sama dengan mRNA dan tRNA,
gangguan sintesis protein akan berakibat sangat fatal dan antimikroba dengan
mekanisme kerja seperti ini mempunyai daya antibakteri sangat kuat. Antibiotik
kelompok ini meliputi aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin,
kloramphenikol, novobiosin, puromisin (Gupte, 1990).
4. Antibiotik mengganggu metabolisme sel mikroba.
Antibiotik dapat dikatakan sebagai perusak kehidupan, atau dapat disebut juga suatu
zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan,
dalam larutan encer, untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh
mikroorganisme lainnya. Macam-macam antibiotik berdasarkan struktur kimianya:
a. Golongan Aminoglikosida diantaranya adalah amikasin, gentamisin, kanamisin,
neomisin, netilimisin, paromisin, sisomisin, streptomisin, dan tobramisin.
b. Golongan Beta-Laktam diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem,
meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim,
sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin
(penisilin, amoksisilin). Salah satu contoh dari golongan beta-laktam adalah
golongan sefalosporin dan golongan sefalosporin ini ada hingga generasi ketiga
dan seftriakson merupakan generasi ketiga dari golongan sefalosporin ini.
Seftriakson merupakan obat yang umumnya aktif terhadap kuman gram-positif,
tetapi kurang aktif dibandingkan dengan sefalosporin generasi pertama. Untuk
meningitis obat ini diberikan dua kali sehari sedangkan untuk infeksi lain
umumnya cukup satu kali dalam sehari. Dosis lazim obat ini ialah 1-2 g/hari IM
atau IV dalam dosis tunggal atau dibagi dalam 2 dosis. Seftriakson tersedia dalam
bentuk bubuk obat suntik 0,25 gr, 0,5 gr, dan 1 gr.
c. Golongan Glikopeptida diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan
dekaplanin.
d. Golongan Poliketida diantaranya makrolida (eritromisin, azitromisin,
klaritromisin, roksitromisin), ketolida (telitromisin), tetrasiklin (doksisiklin,
oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e. Golongan Polimiksin diantaranya polimiksin dan kolistin.
f. Golongan Kuinolon (fluorokuinolon) diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin,
ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin. Golongan ini dapat
digunakan untuk infeksi sistemik. Mekanisme resistensi melalui plasmid seperti
yang banyak terjadi pada antibiotika lain tidak dijumpai pada golongan kuinolon,
tetapi dapat terjadi dengan mekanisme mutasi pada DNA atau membrane sel
kuman. Golongan flourokuinolon aktif sekali terhadap enterobacteriaceae (E.
coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus), Shigella, Salmonella, Vibrio, C. jejuni,
B. catarrhalis, H. influenza, dan N. gonorrhoeae). Golongan kuinolon baru
umunya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting adalah
pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran cerna
terutama berupa mual dan hilang nafsu makan merupakan efek samping yang
paling sering dijumpai. Efek samping pada susunan saraf pusat umumnya bersifat
ringan berupa sakit kepala, vertigo dan insomnia. Efek samping yang lebih berat
seperti reaksi psikotik, halusinasi, depresi dan kejang jarang terjadi. Penderita
berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi cenderung
mengalami efek samping susunan saraf ini.
g. Golongan Streptogramin diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin,
dan kinupristin-dalfopristin.
h. Golongan Oksazolidinon diantaranya linezolid.
i. Golongan Sulfonamida diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
j. Antibiotika lain yang penting adalah kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.
Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis
infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan
antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan
antibiotik yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif
dan negatif (Gupte, 1990).

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat


Adapun waktu dan tempat dilaksanakan percobaan ini yaitu :
Hari/Tanggal : Sabtu, 27 April 2013.
Waktu : 10.00 WITA – selesai.
Tempat : Laboratorium Terpadu FKIK UNTAD.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
3.2.1 Alat
1. Cawan petri
2. Alat ukur ( Pengaris)
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung
5. Jarum ose ( Loop )
6. Bunsen
7. Pinset
8. Inkubator
9. Handsprayer
9..22 Bahan
1. Sampel bakteri (Escherichia coli)
2. Korek api
3. Kapas penutup tabung
4. Lidi Kapas steril
5. Kertas
6. Alkohol 70%
7. Spiritus
8. Larutan BHIB
9. Medium MHA ( Muler Hinton Agar)
10. 20 jenis disc antibiotik
a) Amikacin ( AK ) s) Streptomycin (S)
b) Ampicilin ( AMP ) t) Tetracyline (TE)
c) Bacitracin ( B )
d) Cefotaxime (CTX)
e) Ceftaxidime (CAZ)
f) Ceftriaxone (CRO)
g) Cefadroxil (CFR)
h) Cotrimoxazole (SXT)
i) Doxyline (DO)
j) Novobiocin (NV)
k) Oxacilin (OX)
l) Erytrhomycin (E)
m) Fosfomycin (FOS)
n) Gentamicin (CN)
o) Levofloxacin (LEV)
p) Nalidixic Acid (NA)
q) Norfloxacin (NOR)
r) Pefloxacin (PEF)
t).3Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada saat melakukan percobaan ini adalah:
1. Mengambil bakteri
 Mensterilkan tangan dengan menggunakan alkohol 70%
 Mensterilkan jarum ose loop dengan menggunakan Bunsen
 Mengambil sampel koloni bakteri dari medium biakan murni kemudian di
masukan ke dalam media BHIB
2. Menanam bakteri
 Mensterilkan pinggiran cawan petri yang berisikan medium MHA kemudian
mengambil sample bakteri dari dalam media BHIB
 Menggoreskan sample bakteri dengan metode zig-zag
 Mengambil disc antibiotik kemudian menempelkan disc antibiotik pada
permukaan medium MHA dengan menggunakan pinset
 Membungkus cawan petri, kemudian memasukkannya kedalam inkubator
selama 24 jam pada suhu 37oC
3. Mengamati bakteri
 Mengambil sample cawan petri yang sudah dinkubasi
 Mengukur zona hambat yang terbentuk pada medium MHA dengan
menggunakan mistar
 Mengamati zona hambat dari masing-masing antibiotik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.

2.

3.

4.

4.1. Hasil Pengamatan


Adapun hasil Pengamatan yang diperoleh pada saat melakukan percobaan ini
yaitu :
Gambar Zona
N Hambat
Jenis Antibiotik ket
o Sebelum Sesudah Diameter
(mm)
7 36 5 1. Oxacilin (OX) 0 mm R
21
4
1 2. Cefadroxil (CFR) 10 mm R
3. Amikacin ( AK ) 30 mm S
4. Fosfomycin (FOS) 42 mm S
Escherichia coli Escherichia coli
5. Norfloxacin (NOR) 40 mm S
6. Erytrhomycin (E) 12 mm R
7. Streptomycin (S) 24 mm S

5 4 1. Novobiocin (NV) 0 mm R
2 3 2. Ceftriaxone (CRO) 46 mm S
3. Pefloxacin (PEF) 40 mm S
1 2
4. Ampicilin (AMP) 20 mm S
Escherichia coli
5. Cotrimoxazole (SXT) 34 mm S
Escherichia coli
2 3 1. Doxyline (DO) 36 mm S
3 1 2. Bacitracin ( B ) 2 mm R
4 3. Cefotaxime (CTX) 46 mm S
4. Tetracyline (TE) 32 mm S

Escherichia coli Escherichia coli

1. Gentamicin (CN) 30 mm S
1
4 4 2. Ceftaxidime (CAZ) 46 mm S
2 3. Levofloxacin (LEV) 44 mm S
3 4. Nalidixic Acid (NA) 36 mm S
Escherichia coli Escherichia coli

4.2 Pembahasan
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis
yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh
mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang
beragam. Mekanisme kerja antibiotik antara lain adalah menghambat sintesis
dinding sel, merusak permeabilitas membran sel, menghambat sintesis RNA
(proses transkripsi), menghambat sintesis protein (proses translasi), menghambat
replikasi DNA.
Pada percobaan yang telah dilakukan, terlebih dahulu melakukan fiksasi
alat-alat yang akan digunakan pada praktikum. Fiksasi berfungsi agar tidak
terdapat mikroba yang menempel. Media BHIB (Brain Heart Infusion Broth)
berfungsi membantu pertumbuhan bakteri. Selanjutnya menggoreskan sweap
secara zig zag pada cawan petri yang berisikan medium MHA (Mueller Hinton
Agar) yang juga merupakan tempat hidup dan berkembangbiaknya suatu bakteri.
Langkah selanjutnya, memasukkan antibiotik pada masing-masing cawan petri
dengan jarak yang tidak terlalu dekat, agar nantinya dapat diketahui mana
antibiotik yang resisten dan sensitif terhadap bakteri. Dalam pratikum ini,
menggunakan 20 antibiotik yang mana nantinya akan diukur zona hambatnya
yang kemudian dibandingkan dengan table standard untuk mengetahui kepekaan
antibioti tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan, maka hasil yang didapatkan adalah
antibiotik Cotrimoxazole (SXT) berfungsi mengobati infeksi sistemik, saluran
pernapasan, infeksi ginjal, infeksi saluran pernapasan, dan infeksi kelamin. Hasil
pengamatan antibiotik ini adalah zona hambatnya berdiameter 34 mm. Kandungan
dari antibiotik ini adalah Sulphamethoxazole yang merupakan derivat dari
sulfonamide. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat sintesis asam folat
pada bakteri. Sulfamethoxazole menghambat masuknya molekul PABA ke dalam
molekul Asam folat dan Trimetropim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari
Asam dihidrofolat menjadi Tetrahidrofolat yang secara tidak langsung
mengakibatkan penghambatan enzim pada siklus pembentukan asam folat. Hal
tersebut dilihat dari hasil pengamatan antibiotik ini sensitiv terhadap bakteri
Escherichia coli.
Antibiotik Doxyline (DO) berfungsi menghambat aktivitas bakteri. Hasil
pengamatan antibiotik ini adalah zona hambatnya berdiameter 36 mm.
Doxycycline mengandung doksisiklin HCL yang setara dengan doksisiklin 100
mg. Doxycycline bekerja secara bakteri statik dengan mencegah sintesis protein
mikroorganisme dan mempunyai spektrum kerja yang luas terhadap bakteri gram
positif dan gram negatif. Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan antibiotik ini
sensitiv terhadap bakteri Escherichia coli.
Antibiotik Tetracyline (TE) berfungsi mengobati demam yang disebabkan
oleh rickettsia, infeksi saluran kemih, dan bronchitis kronik. Hasil pengamatan
antibiotik ini adalah zona hambatnya berdiameter 32 mm. Kandungan dari
Tetracyclin adalah Tetrasiklin HCl 250 mg dan Tetrasiklin HCl 500 mg.
Mekanisme kerja dari tetracyclin adalah menghambat sintesis protein pada
mikroba yang rentan terhadap tetracyclin dengan cara menghambat ikatan
aminoasil tRNA pada ribosom. Tetracyclin merupakan antibiotik berspektrum luas
yang dapat menghambat sintesis protein. Tetracyclin memasuki mikroorganisme
melalui difusi pasif dan sebagian melalui suatu proses transport aktif yang
bergantung pada energi. Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan antibiotik ini
sensitiv terhadap bakteri Escherichia coli.
Antibiotik Levofloxacin (LEV) berfungsi mengobati infeksi yang di
sebabkan oleh bakteri H. phylori. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah zona
hambatnya berdiameter 44 mm. Kandungan dari Levofloxacin adalah Levofloxacin
250 mg dan Levofloxacin 500 mg. Mekanisme utama aksi Levofloxacin adalah
melalui penghambatan DNA girase, II topoisomerase jenis, sehingga
penghambatan replikasi DNA bakteri. Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan
antibiotik ini sensitiv terhadap bakteri Escherichia coli.
Antibiotik Ceftaxidime (CAZ) berfungsi menghambat pembentukan
dinding sel bakteri. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah zona hambatnya
berdiameter 46 mm. Kandungn dari Ceftaxidime adalah Ceftazidime pentahidrat.
Mekanisme kerja Ceftazidime dengan menghambat enzim yang bertanggungjawab
terhadap sintesis dinding sel. Secara invitro Ceftazidime dapat mempengaruhi
mikroorganisme dalam range atau spektrum yang luas, termasuk strain yang
resisten terhadap gentmicin dan amino glikosid lainnya. Hal tersebut dilihat dari
hasil pengamatan antibiotik ini sensitiv terhadap bakteri Escherichia coli.
Antibiotik Bacitracin (B) berfungsi merusak proses pembentukan dinding
sel mikroba. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah zona hambatnya berdiameter 2
mm. Kandungan dari Bacitracin adalah campuran polipeptida siklik yang
dihasilkan dari Tracy Bacillus subtilis. Mekanisme kerjanya adalah dengan
menghambat sintesis asam folat pada bakteri. Hal tersebut dilihat dari hasil
pengamatan antibiotik ini resisten terhadap bakteri Escherichia coli.
Antibiotik Nalidixic Acid (NA) berfungsi menghambat replikasi DNA
bakteri. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah zona hambatnya berdiameter 36
mm. Kandungan dari Nalidixic Acid adalah Asam Nalidiksat. Nalidixic Acid
merupakan antibiotik bakterisidal yang memiliki mekanisme kerja yang sama
dengan Quinolone, namun Nalidixic acid banyak digunakan untuk penyakit
demam tipus. Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan antibiotik ini sensitiv
terhadap bakteri Escherichia coli.
Antibiotik Cefotaxime (CTX) berfungsi merusak proses pembentukan
dinding sel bakteri. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah zona hambatnya
berdiameter 46 mm. Kandungan dari antibiotik Cefotaxime adalah Cefotaxime
sodium setara dengan cefotaxime 500 mg. Mekanisme kerja antibiotik ini adalah
menghambat sintesis dinding sel mikroba baik gram negatif maupun gram positif.
Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan antibiotik ini sensitiv terhadap bakteri
Escherichia coli.
Antibiotik Gentamicin (CN) berfungsi menembus dinding sel bakteri dan
mengikat ribosom bakteri tersebut. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah zona
hambatnya berdiameter 30 mm. Kandungan dari Gentamicin adalah Gentamisin
Sulfat. Mekanisme kerja dari antibiotik ini adalah merusak membran pada bakteri
karena sifatnya bakterisidal dan terutama di gunakan untuk bakteri gram negatif.
Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan antibiotik ini sensitiv terhadap bakteri
Escherichia coli.
Antibiotik Ampicilin (AMP) berfungsi mengobati saluran pernapasan,
saluran pencernaan, dan infeksi permukaan kulit. Hasil pengamatan antibiotik ini
adalah zona hambatnya berdiameter 20 mm. Kandungan dari Ampicillin adalah
Ampisilina Trihidrat. Secara klinis efektif terhadap kuman gram-positif yang peka
terhadap penisilina G dan bermacam-macam kuman gram-negatif, diantaranya :
Kuman gram-positif seperti S. pneumoniae, enterokokus dan stafilokokus yang
tidak menghasilkan penisilinase. Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan
antibiotik ini sensitiv terhadap bakteri Escherichia coli.
Antibiotik Novobiocin (NV) berfungsi menurunkan mortalitas bakteri
yang terdapat pada usus. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah zona hambatnya
berdiameter 0 mm. Kandungan dari Novobiocin adalah Sodium Salt. Mekanisme
kerja Streptomycin yaitu menghambat sintesis protein dengan cara menghentikan
pemproduksian protein esensial yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup.
Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan antibiotik ini resisten terhadap bakteri
Escherichia coli.
Antibiotik Ceftriaxone (CRO) berfungsi mengobati keracunan darah akibat
patogen, radang sendi, dan infeksi ginjal. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah
zona hambatnya berdiameter 46 mm. Kandungan dari Ceftriaxone adalah
Seftriakson. Ceftriaxone mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap beta-laktanase,
baik terhadap penisilinase maupun sefalosporinase yang di hasilkan oleh kuman
gram negatif maupun gram positif. Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan
antibiotik ini sensitiv terhadap bakteri Escherichia coli.
Antibiotik Norfloxacin (NOR) berfungsi mengobati infeksi saluran
pencernaan, infeksi permukaan kulit, dan infeksi saluran kemih. Hasil pengamatan
antibiotik ini adalah zona hambatnya berdiameter 40 mm. Kandungan dari
antibiotik Norfloxacin adalah Norfloksasin. Norfloxacin memiliki mekanisme kerja
yaitu dengan menghambat transkripsi dan replikasi DNA. Hal tersebut dilihat dari
hasil pengamatan antibiotik ini sensitiv terhadap bakteri Escherichia coli.
Antibiotik Amikacin (AK) berfungsi menembus dinding sel dan mengikat
ribosom bakteri. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah zona hambatnya
berdiameter 30 mm. Kandungan dari Amikacin adalah Amikacin Sulphate.
Mekanisme kerja dari antibiotik ini adalah merusak membran pada bakteri karena
sifatnya bakterisidal dan terutama di gunakan untuk bakteri gram negative dan
menghambat sintesis protein dengan mengikat reseptor pada 30S subunit ribosom
bakteri. Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan antibiotik ini sensitiv terhadap
bakteri Escherichia coli.
Antibiotik Pefloxacin (PEF) berfungsi mengobati infeksi bakteri yang
berbahaya dan dapat mengancam jiwa. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah zona
hambatnya berdiameter 40 mm. Kandungan dari Pefloxacin adalah Pefloksasin.
Pefloxacin memiliki mekanisme kerjanya yaitu dengan cara menghambat trankripsi
dan replikasi DNA. Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan antibiotik ini sensitiv
terhadap bakteri Escherichia coli.
Antibiotik Fosfomycin (FOS) berfungsi mengobati infeksi saluran kemih
akut dan infeksi saluran pencernaan. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah zona
hambatnya berdiameter 42 mm. Kandungan dari antibiotik Fosfomycin adalah
Fosfomycin Sodium. Fosfomycin memiliki mekanisme kerja untuk menghambat
sintesis asam nukleat dan protein yang sangat esensial pada bakteri. Hal tersebut
dilihat dari hasil pengamatan antibiotik ini sensitiv terhadap bakteri Escherichia
coli.
Antibiotik Streptomycin (S) berfungsi menembus dinding sel bakteri dan
mengikat ribosom bakteri tersebut. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah zona
hambatnya berdiameter 24 mm. Kandungan dari Streptomycin adalah
Streptomycin sulfate. Mekanisme kerja dari antibiotik ini adalah merusak
membrane pada bakteri karena sifatnya bakterisidal dan terutama di gunakan
untuk bakteri gram negatif. Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan antibiotik ini
sensitiv terhadap bakteri Escherichia coli.
Antibiotik Erytrhomycin (E) berfungsi mengobati infeksi yang disebabkan
oleh bakteri pada saluran pernapasan dan saluran kemih. Hasil pengamatan
antibiotik ini adalah zona hambatnya berdiameter 12 mm. Kandungan dari
Erytrhomycin adalah Eritromisin Etilsuksinat setara dengan Eritromisin 500 mg,
Eritromisin stearat setara dengan Eritromisin 250 mg. Eritromycin bekerja
bakteriostatis terhadap terutama bakteri gram positif. Mekanisme kerjanya yakni
melelui pengikatan reversible pada ribosom kuman, sehingga sintesa proteinnya
dirintangi Akan tetapi dari hasil praktikum yang diperoleh justru menunjukkan
bahwa daya hambatnya lebih luas pada bakteri E. coli yang merupakan bakteri
gram negatif. Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan antibiotik ini resisten
terhadap bakteri Escherichia coli.
Antibiotik Cefadroxil (CFR) berfungsi antibiotika semisintetik golongan
sefalosforin untuk pemakaian oral. Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan
menghambat sintesa dinding sel bakteri. Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus
beta-hemolytic, Staphylococcus aureus (termasuk penghasil enzim penisilinase),
Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Klebsiella sp,
Moraxella catarrhalis. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah zona hambatnya
berdiameter 10 mm. Kandungan dari antibiotik ini adalah Sefadroxil Monohidrat.
Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan antibiotik ini resisten terhadap bakteri
Escherichia coli.
Antibiotik Oxacilin (OX) berfungsi antibiotik yang menghambat sintesis
dinding sel bakteri. Hasil pengamatan antibiotik ini adalah zona hambatnya
berdiameter 0 cm. Kandunngan Oxacillin adalah Oxytetracycline hydrochloride
dan Lidocain Hydrocloride. Mekanisme kerja Oxacillin adalah antibiotik yang
menghambat sintesis dinding sel bakteri. Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan
antibiotik ini resisten terhadap bakteri Escherichia coli.

BAB V
PENUTUP
5
6
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Ukuran zona hambat bakteri E. coli berbeda-beda terhadap bermacam-macam
antibiotik. Pada antibiotik Oxacilin zona hambatnya 0 mm, antibiotik
Cefadroxil zona hambatnya 10 mm, Amikacin zona hambatnya 30 mm,
Fosfomycin zona hambatnya 42 mm , pada Norfloxacin zona hambatnya 40
mm, pada Erytrhomycin zona hambatnya 12 mm, pada Streptomycin zona
hambatnya 12 mm, pada Novobiocin zona hambatnya 0 mm, pada Ceftriaxone
zona hambatnya 46 mm, pada Pefloxacin zona hambatnya 40 mm, pada
Ampicillin zona hambatnya 20 mm, pada Cotrimoxazole zona hambatnya 34
mm, pada Doxycyline zona hambatnya 36 mm, pada Bacitracin zona
hambatnya 2 mm, pada Cefotaxime zona hambatnya 46 mm, pada Tetracycline
zona hambatnya 32 mm, pada Gentamycin zona hambatnya 30 mm, pada
Ceftazidine zona hambatnya 46 mm, pada Levofloxacin zona hambatnya 44
mm, pada Nalidixic Acid zona hambatnya 36 mm.
2. Tingkat sensitiv, intermediet dan resisten antibiotik berbeda-beda terhadap
bakteri E. coli. Antibiotik yang sensitiv terhadap bakteri E. coli adalah
Amikacin, Ampicillin, Cefotaxime, Ceftaxidime, Ceftriaxone, Contrimoxazole,
Doxycyline, Fosfomycin, Gentamicin, Levofloxacin, Nalidixic Acid,
Norfloxacin, Pefloxacin, Streptomycin dan Tetracycline. Sedangkan bakteri E.
coli resisten terhadap antibiotik Bacitracin, Erytrhomycin, Novobiocin,
Oxacilin dan Cefadroxil.
2.2 Saran
Adapun saran yang diberikan oleh penulis adalah sebaiknya dalam
melakukan percobaan, di perlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan, serta ada
baiknya alat dan bahan yang akan digunakan lebih dilengkapi, sehingga menunjang
proses kerja pada saat melakukan praktek.
DAFTAR PUSTAKA

Djide, M.N, 2003. Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.


Dwidjoseputro, D.1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.
Gaman, P. M., dan Sherrington, K. B., 1992, Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan,

Nutrisi, dan Mikrobiologi, Edisi Kedua, Yogyakarta, UGM – Press.


Ganiswarna, S.G, 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Jawelz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan, Jakarta, EGC.
Pelczar, Michael J, 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press, Jakarta.
Sumadio, H., dan Harahap, 1994, Biokimia dan Farmakologi Antibiotika, USU
Press,
Medan.

LEMBAR ASISTENSI

Nama : Aulia Rakhman


NIM : N 201 12 018
Kelompok : 1 (Satu)
Kelas :B
Asisten: Rahmat H. Paembonan
No Hari/tanggal Koreksi paraf
.

Anda mungkin juga menyukai