Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

(MBS)

Disusun oleh:

1. Vedelma Westi (2018016015)


2. Annisa Rizki Salsabila (2018016036)
3. Nofita Trisna Ditya (2018016033)
4. Melkianus Cepu Rahanwatty (2018016014)

PRODI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
NOVEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya
kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Berbasis Sekolah” ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Manajemen Pendidikan yang diberikan oleh dosen. Tidak lupa kami menyampaikan
rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan serta
motivasi yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak
kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah
ditentukan.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan


makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan
yang membangun dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik lagi. Akhir
kata, kami berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat demi terciptanya
lingkungan sekolah dan masyarakat yang aman dan damai.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kebijakan strategis pendidikan nasional sesuai dengan amanat UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional adalah manajemen berbasis
sekolah (MBS). Manajemen berbasis sekolah tersebut merupakan pendekatan manajemen
yang harus diterapkan oleh sekolah dasar sebagai bagian dari satuan pendidikan dasar
berdasarkan standar pelayanan minimal. Penerapan manajemen berbasis sekolah di
sekolah mendorong sekolah harus secara aktif, mandiri, terbuka dan akuntabel melakukan
berbagai peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah sendiri dengan
disertai pembuatan keputusan secara Partisipatif.
Manajemen berbasis sekolah memberikan keluasaan bagi sekolah untuk
menentukan arah dan kebijakan yang relevan dengan situasi dan kondisi lingkungannya.
Manajemen berbasis sekolah juga memberikan peluang yang sangat besar bagi
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan di sekolah.
Penting bagi guru, calon guru, maupun pemerhati pendidikan untuk benar-benar
memahami konsep manajemen berbasis sekolah ini agar nantinya bisa menjalankan
manajemen pendidikan di sekolah sesuai dengan apa yang tertuang dalam konsep MBS.
Untuk itu dalam makalah ini penulis akan membahas materi mengenai manajemen
berbasis sekolah (MBS).

B. Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan manajemen berbasis sekolah?
2) Apa tujuan dari manajemen berbasis sekolah?
3) Apa saja prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah?
4) Apa karakteristik manajemen berbasis sekolah?
5) Bagaimana strategi implementasi manajemen berbasis sekolah?
6) Apa dampak manajemen berbasis sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui hakikat manajemen berbasis sekolah
2) Untuk mengetahui tujuan dari manajemen berbasis sekolah
3) Untuk memahami prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah
4) Untuk dapat mengidentifikasi karakteristik manajemen berbasis sekolah
5) Untuk menerapakan bagaimana strategi implementasi manajemen berbasis sekolah
6) Untuk memahami dampak manajemen berbasis sekolah terhadap peningkatan mutu
pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Istilah MBS seringkali didengar dari perbincangan orang-orang di sekitar kita,
namun masih banyak orang yang belum memahami istilah tersebut.
Manajemen berbasis sekolah dapat di artikan sebagai suatu proses kerja komunitas
sekolah dengan cara menerapkan kaidah- kaidah otonomi, akuntabilitas, pratisipasi, dan
sustainability untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara bermutu.
Para pakar pendidikan telah banyak memberikan kajian dan ulasan terhadap
istilah tersebut. Slamet PH,(2000), mengemukakan bahwa istilah MBS berasal dari tiga
kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah pengkoordinasian dan
penyerasian sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Berbasis berarti ”berdasarkan pada” atau
”berfokuskan pada”. Sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan ”bekal kemampuan dasar”
kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang bersifat legalistik dan
profesionalistik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ”manajemen
berbasis sekolah” adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan
secara otonomis oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan
sekolah dalam bingkai pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok
kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan
keputusan (partisipatif).
Definisi MBS banyak dikemukakan oleh ahli manajemen pendidikan yang
berbeda antara satu dengan yang lain, namun maknanya menunjukkan adanya kesamaan
persepsi tentang perlunya reformulasi manajemen secara totalitas di sekolah. Perbedaan
formulasi rumusan definisi ini dilatarbelakangi pula oleh kondisi dan suasana politis
serta kondisi pendidikan di beberapa negara. Berikut dikemukakan pengertian
Manajemen Berbasis Sekolah dari beberapa ahli.
a) Myers dan Stonehill (1993) mengartikan MBS sebagai strategi untuk
memperbaiki pendidikan dengan mentransfer otoritas pengambilan keputusan
secara signifikan dari pemerintah pusat dan daerah ke sekolah-sekolah secara
individual. MBS memberi kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua, dan
masyarakat untuk memiliki kontrol yang lebih besar dalam proses pendidikan
dan memberikan mereka tanggung jawab untuk mengambil keputusan tentang
anggaran, personel, dan kurikulum.
b) Sementara menurut Candoli, MBS adalah suatu cara/ metode untuk memaksa
sekolah itu sendiri mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi pada anak
didik menurut yuridiksi dan mengikuti sekolahnya.20 Konsep ini menegaskan
bahwa ketika sekolah itu dibebani dengan pengembangan total kependidikan
yang bertujuan melayani kebutuhan kebutuhan anak dalam mengikuti sekolah
khusus itu, personil sekolah akan mengembangkan program program yang kebih
meyakinkan mereka mengetahui para siswa dan kebutuhan kebutuhan mereka.
c) Menurut Judith Capman, MBS adalah “school based management refers to form
of education administration in which the school become the primary unit for
decision making, it differs from more traditional form of educational
administration in which central bureaucracy dominate in the decision making
process” (manajemen berbasis sekolah adalah merujuk pada suatu bentuk
administrasi pendidikan, dimana sekolah menjadi unit kecil utama dalam
pengambilan keputusan. Hal ini berbeda dengan bentuk tradisional administrasi
pendidikan, yakni pemerintah pusat sangat menonjol dalam pengambilan
keputusan).

B. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah


Tujuan adanya manajemen berbasis sekolah adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan dengan cara memberdayakan seluruh potensi sekolah dan stakeholder-nya
sesuai dengan kebijakan pemerintah dengan menerapkan kaidah kaidah manajemen
pendidikan/ sekolah professional.
Tujuan penerapan MBS adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara
umum, baik itu menyangkut kualitas pembelajaran, kualitas kurikulum, kualitas sumber
daya manusia, guru maupun tenaga kependidikan lainnya , dan kualitas pendidikan secara
umu. Bagi sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya, melainkan kesejahteraannya pula.
Karena tujuan MBS adalah untuk meningkatkan mutu keputusan untuk mencapai
tujuan, maka pelaksanaan MBS memerlukan tujuan yang hendak dicapai secara jelas,
jelas indikatornya, jelas kriteria pencapaiannya agar keputusan lebih terarah. Lebih dari
itu, dengan proses pengambilan keputusan bersama harus sesuai dengan kepentingan
siswa belajar. Dilihat dari sisi standarisasi, maka penerapan MBS berarti meningkatkan
kinerja belajar siswa melalui pengambilan keputusan bersama, meningkatkan partisipasi
dalam melaksanakan kegiatan, dan meningkatkan control dan evaluasi agar lebih
akuntabel. Menyepakati profil hasil belajar yang diharapkan bersama merupakan dasar
penting dalam pelaksanaan MBS. Partisipasi seluruh pemangku kepentingan berarti
meningkatkan daya dukung bersama untuk meningkatkan mutu lulusan melalui
peningkatan mutu pelayanan belajar dengan standar yang sesuai dengan harapan orang
tua siswa yang ditetapkan menjadi target sekolah.
Selain itu, MBS bertujuan untuk “memberdayakan” sekolah, terutama sumber
daya manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, dan
masyarakat sekitarnya), melalui pemberian kewenangan, fleksibilotas dan sumber daya
lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang bersangkuta.
Umumnya, sekolah yang “berdaya” memiliki ciri ciri :
a) Tingkat kemandirian tinggi/ tingkat ketergantungan rendah.
b) Bersifat adaptif dan antisipatif/ proktif sekaligus.
c) Memiliki jiwa kewirausaaahn yang tinggi (ulet, inovatif, gigih,
berani mengambil resiko, dan sebagainya).
d) Bertanggung jawab terhadap hasil sekolah.
e) Memiliki control yang kuat terhadap input manajemen dan sumber dayanya.
f) Control terhadap kondisi kerja.
g) Komitmen yang tinggi pada dirinya.
h) Dinilai oleh pencapaian prestasinya.

Untuk lebih rincinya, simak tujuan MBS berikut ini :


1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat,
dan pemerintah tentang mutu sekolahnya
4) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.

C. Prinsip-Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah


Cheng mengemukakan empat prinsip MBS dalam mengelola sekolah, yaitu:
prinsip ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip sistem pengelolaan mandiri dan
prinsip inisiatif sumber daya manusia.
a) Prinsip Ekuifinalitas (principal of Equifinality)
Prinsip-prinsip ini didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi,
bahwa terdapat beberapa metode yang berbeda-beda untuk mencapai suatu
tujuan. Model MBS menekankan pada fleksibilitas sehingga sekolah harus
dikelola oleh warga sekolah menurut kondisi mereka masing-masing. Karena
kompleksnya tugas sekolah saat ini dan adanya perbedaan yang besar antara
sekolah yang satu dengan yang lain, terutama perbedaan prestasi akademik dan
non akademik siswa dan karakteristik lingkungannya, maka sekolah tidak dapat
dijalankan dengan struktur yang standar secara nasional.
b) Prinsip Desentralisasi (Principal of Decentralization)
Desentralisasi adalah gejala yang penting dalam reformasi manajemen sekolah
modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinalitas. Prinsip
desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah dan aktivitas
pembelajaran dapat dielakkan dari kesulitan dan permasalahan. Pendidikan adalah
masalah yang rumit dan kompleks sehingga memerlukan desentralisasi dalam
pelaksanaannya.
c) Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri (Principal of Self-Managing System) MBS
menyadari pentingnya sekolah mendisain sistem pengelolaan secara mandiri di
bawah kebijakannya sendiri. Sekolah memiliki otonomi untuk mengembangkan
tujuan pembelajaran, strategi manajemen, distribusi sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya, memecahkan masalah, dan mencapai tujuan berdasarkan
kondisi mereka masing-masing. Oleh karena itu, sekolah dikelola secara mandiri
maka mereka lebih memiliki inisiatif dan tanggung jawab.
d) Prinsip Inisiatif Manusia (Principal of Human Initiative)
Sejalan dengan perkembangan pergerakan hubungan antar manusia dan
pergerakan ilmu perilaku pada manajemen modern, manusia mulai menaruh
perhatian serius pada pengaruh penting faktor manusia pada efektivitas organisasi.
Perspektif sumber daya manusia menekankan bahwa manusia adalah sumber daya
berharga di dalam organisasi sehingga prioritas utama manajemen adalah
mengembangkan sumber daya manusia di sekolah untuk berinisiatif. Berdasarkan
perspektif ini, maka MBS bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai
untuk warga sekolah agar dapat bekerja dengan baik dan mengembangkan
potensinya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan dapat diukur dari
perkembangan aspek sumber daya manusianya.
Barnes (1998) mengemukakan sepuluh prinsip MBS perguruan Kaizen
Jepang, sebagai berikut: (1) berfokus pada pelanggan, (2) melakukan peningkatan
secara terus-menerus, (3) mengakui masalah secara terbuka, (4) mempromosikan
keterbukaan, (5) menciptakan tim kerja, (6) memanajemeni proyek melalui tim
fungsional silang, (7) memelihara proses hubungan yang benar, (8)
mengembangkan disiplin pribadi, (8) memberikan informasi pada semua karyawan, dan
(10) memberikan wewenang kepada setiap karyawan.

D. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah


Karakteristik MBS bisa deketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat
mengoptimalkan kinerjanya, proses pebelajaran, pengelolaan sumber belajar,
profesionalisme tenaga kependidian, serta sistem administrasi secara keseluruhan.
Sejalan dengan itu, Saud (2002) berdasarkan pelaksanaan di Negara maju
mengemukakan bahwa karakteristik dasar MBS adalah pemberian otonomi yang luas
kepada sekolah, partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi,
kepemimpinan sekolah yang demokratis dan professional, serta adanya team work yang
tinggi dan professional.
1) Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah
MBS memberikan otonomi luas kepada sekolah, disertai seperangkat tanggung
jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi sesuai dengan kondisi
setempat. Sekolah dapat lebih memberdayakan tenaga kependidikan guru agar
lebih berkonsentrasi pada tugas utamanya mengajar. Dalam konteks ini, sekolah
sebagai lembaga pendidikan, diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk
mengembangkan program program kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. Untuk mendukung
keberhasilan program tersebut, sekolah mempunyai kekuasaan dan kewenangan
mengelola dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia di masyarakat
dan lingkungan sekitar. Selain itu, sekolah juga diberika kewenangan untuk
menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan. Melalui
otonomi yang luas, sekolah dapat meningkatkan kinerja tenaga kependidikan
dengan menawarkan partisipasi aktif merekadalam pengambilan keputusan dan
tanggung jawab bersama dalam pelaksaan keputusan yang di ambil secara
proposional dan professional.
2) Partisipasi Masyarakat Dan Orang Tua.
Dalam MBS, pelaksanaan program program sekolah didukung oleh partisipasi
masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik dan
masyarakat, tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuagan, tetapi
melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan
program program yang dapat meningkatkan kualitas sekolah. Masyarakat dan
orang tua menjalin kerja sama untuk membantu sekolah sebagai narasumber
berbagai kegiatan sekolah utnuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
3) Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
Dalam MBS, pelaksanaan program program sekolah didukung oleh adanya
kepemimpinan sekolah yang demokratis dan professional. Kepala sekolah dan
guru guru sebagai pelaksana inti program sekolah merupakan orang orang yang
memiliki kemampuan dan integritas professional. Kepala sekolah adalah manajer
pendidikan professional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala
kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan. Guru guru yang direkrut
oleh sekolah adalah pendidik professional dalam bidangnya masing masing,
sehingga mereka bekerja berdasarkan pola kinerja professional yang disepakati
bersama untuk memberi kemudahan dan mendukung keberhasilan pembelajaran
peserta didik. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah
mengimplementasikan proses bottom up secara demokratis, sehingga semua pihak
memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang di ambil beserta
pelaksanannya.
4) Teamwork yang kompak dan transparan
Dalam MBS, keberhasilan program program sekolah didukung oleh kinerja
teamwork yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam
pendidikan di sekolah. Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya,
pihak pihak yang terbita bekerja sama dengan harmonis sesuai dengan posisinya
masing masing untuk mewujudkan status ” sekolah yang dapat dibanggakan “ oleh
semua pihak. Mereka tidak saling menunjukkan kuasa atau paling berjasa, tetapi
masing masing memberi kontribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja
sekolahs ecara kaffah. Dalam pelaksanaan program misalnya, pihak pihak terkait
bekerja sama secara professional untuk mencapai tujuan tujuan atau target yang
disepakati bersama. Dengan demikian, keberhasilan MBS merupakan hasil sinergi
(synergistic effect) dari kolaborasi tim yang kompak dan transparan.
Manajemen berbasis sekolah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh
sekolah yang akan menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin berhasil dalam
menerapkan MBS, maka beberapa karakteristik MBS perlu dipelajari dan dipahami
dengan baik. Membahas karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik
sekolah efektif. Jika MBS dianggap sebagai wadah/kerangkanya maka sekolah efektif
merupakan isinya. Oleh sebab itu, karkteristik MBS memuat elemen-elemen sekolah
efektif yang dikategorikan menjadi input, proses dan output.
1) Input pendidikan, adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan
untuk berlangsungnya suatu proses. Sesuatu yang dimaksud berupa
sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu
berlangsungnya proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia
(kepala sekolah, guru, konselor, karyawan, peserta didik) dan sumberdaya
selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan,dsb).
Adapun input-input pendidikan antara lain:
a) Memiliki kebijakan, visi, misi, tujuan, sasaran mutu yang jelas.
b) Sumberdaya tersedia dan siap.
c) Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi.
d) Memiliki harapan prestasi yang tinggi.
e) Fokus pada pelanggan (khususnya siswa).
f) Input manajemen (tugas, rencana, program, ketentuanketentuan,
pengendalian/pengawasan).
2) Proses, merupakan berubahnya ”sesuatu” menjadi ”sesuatu yang lain”. Sesuatu
yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan
sesuatu dari hasil proses disebut output.
Pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah, yang dimaksud
dengan proses pendidikan meliputi empat hal yaitu :
1. Proses pengambilan keputusan.
2. Proses pengelolaan kelembagaan.
3. Proses pengelolaan program.
4. Proses belajar mengajar.
3). Output pendidikan, adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses
pembelajaran dan manajemen. Output sekolah dapat diukur dengan kinerja
sekolah yang terdiri dari:
a) Efeketifitas
b) Kualitas
c) Produktivitas
d) Efisiensi
e) Inovasi
f) Kualitas kehidupan kerja
g) Moral kerja.
E. Strategi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Strategi utama yang digunakan dalam mengimplementasikan manajemen berbasis
sekolah, adalah sebagai berikut:
a) Mensosialisasikan konsep MBS kesemua warga sekolah.
b) Melaksanakan analisis situasi sekolah dan luar sekolah yang hasilnya berupa
tantangan nyata yang harus dihadapi sekolah dalam mengubah manajemen
berbasis pusat menjadi MBS.
c) Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai dari pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah berdasarkan tantangan yang dihadapi.
d) Mengidentifikasi yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional dan
masih perlu diteliti tingkat kesiapannya.
e) Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktorfaktornya malalui analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat).
f) Memilih langkah-langkah pemecahan masalah.
g) Membuat rencana jangka pendek, menengah dan panjang beserta program-
programnya.
h) Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek
MBS.
i) Pemantauan terhadap proses dan evaluasi terhadap hasil MBS.

F. Dampak Manajemen Berbasis Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan


Tujuan MBS adalah peningkatan mutu pembelajaran atau pendidikan. Program
MBS ini terdiri atas tiga komponen yaitu:
1). Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
2). Peran Serta Masyarakat (PSM)
3). Peningkatan Mutu KBM melalui Peningkatan Mutu Pembelajaran (PAKEM)
Untuk merealisasikan program MBS maka perlu dilakukakan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a) Pelatihan kepala sekolah, guru dan masyarakat/komite sekolah.
b) Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sekolah (RIPS).
c) Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).
Program MBS di sekolah-sekolah tidaklah mungkin terwujud dan berhasil jika
tidak ditunjang oleh biaya operasional sekolah yang cukup sehingga rencana yang telah
dibuat oleh sekolah dan masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik. Saat ini biaya
operasional sekolah yang berasal dari APBD/Pemerintah masih minim dan baru
diprioritaskan bagi jenjang pendidikan tingkat SD dan SMP. Sedangkan untuk jenjang
pendidikan tingkat SMA/SMK lebih banyak menerima biaya operasional dari Komite
Sekolah.
Untuk itu, diharapkan jumlah dana operasional dari APBD/Pemerintah di tahun-
tahun mendatang agar lebih ditingkatkan sesuai dengan amanat Undang-Undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 49 ayat 1 yang menyatakan: ” Dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan dana
minimal 20 % dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20 % dari APBD”.
Dari uraian diatas dapatlah dirangkum mengenai dampak atau pengaruh MBS
terhadap sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan antara lain:
a) MBS menciptakan rasa tanggungjawab yang tinggi bagi warga sekolah melalui
manajemen sekolah yg lebih terbuka.
b) Sifat keterbukan MBS meningkatkan kepercayaan, motivasi, serta dukungan
orang tua dan masyarakat terhadap sekolah.
c) Pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
akan meningkatkan prosentasi kehadiran siswa di sekolah karena mereka merasa
senang dan nyaman belajar.
d) Dukungan biaya operasional yang memadai akan menunjang terlaksananya
program-program yang telah disusun bersama antara pihak sekolah dan
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menyimak uraian pada poin-poin penting dari makalah ini, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan antara lain:
a) Manajemen berbasis sekolah dapat di artikan sebagai suatu proses kerja komunitas
sekolah dengan cara menerapkan kaidah- kaidah otonomi, akuntabilitas,
partisipasi, dan sustainability untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran
secara bermutu.
b) Karena tujuan MBS adalah untuk meningkatkan mutu keputusan untuk mencapai
tujuan, maka pelaksanaan MBS memerlukan tujuan yang hendak dicapai secara
jelas, jelas indikatornya, jelas kriteria pencapaiannya agar keputusan lebih terarah.
c) mengemukakan empat prinsip MBS dalam mengelola sekolah, yaitu: prinsip
ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip sistem pengelolaan mandiri dan
prinsip inisiatif sumber daya manusia.
d) Karakteristik MBS memuat elemen-elemen sekolah efektif yang dikategorikan
menjadi input, proses dan output.
e) MBS hanya dapat dilaksanakan apabila semua warga sekolah mempunyai rasa
komitmen dan tanggung jawab tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan di
sekolahnya masing-masing.

B. Saran
Diharapkan supaya peningkatan SDM melalui pelatihan terhadap kepala sekolah,
guru dan tenaga administrasi lainnya di sekolah-sekolah sehingga pelaksanaan MBS dapat
berjalan efektif dan baik serta pemerintah pusat dan pemerintah daerah betul-betul
komitmen terhadap terealisasi anggaran pendidikan sebesar 20 % dari anggaran APBN
dan APBD sehingga tersedia sarana dan prasarana sekolah yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Dikmenum, 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta:


Depdiknas.

MBE Project On Line, 2008. Manajemen Berbasis Sekolah, diakses dari


http://mbeproject.net/mbs. pada tanggal 27 Januari 2008.

PH, Slamet., 2000. Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah. Makalah, disampaikan
dalam Seminar Regional dengan Tema ” Otonomi Pendidikan dan Implementasinya dalam
EBTANAS” pada Tanggal 8 Mei 2000 di Universitas Panca Marga Probolinggo, Jawa Timur.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).


Jakarta : Fokusmedia

Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta :


Fokusmedia.

Anda mungkin juga menyukai